Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
NIM 1107620174
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika/kesusilaan?
2. Apa saja yang termasuk aliran dasar etika?
3. Apa yang dimaksud dengan etika terapan?
4. Hubungan apa yang dimiliki etika terapan dengan etika konkret(kasuistik)?
5. Hubungan apa yang dimiliki etika terapan dengan pendekatan multidisipliner?
6. Bagaimana etika ilmu/teknologi kontemporer di abad ke-21?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan etika/kesusilaan
2. Mendeskripsikan macam-macam aliran dasar etika
3. Mendeskripsikan hubungan etika terapan dengan etika konkret(kasuistik)
4. Mendeskripsikan hubungan etika terapan dengan pendekatan multidisipliner
5. Mendeskripsikan etika ilmu/teknologi kontemporer di abad ke-21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika/Kesusilaan
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno ethos. Kata ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; pada rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta
etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi
terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-322 SM)
sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-
usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan.1
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai- nilai atau norma-norma moral yang
menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
a. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Misalnya kode etik.
b. Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika baru menjadi
ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai- nilai tentang
yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat –seringkali tanpa disadari–menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama dengan filsafat
moral2
Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat dihampir i
berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu: Etika Deskriptif, Etika Normatif, dan
Metaetika.
a. Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti:
adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk, tindakan yang diperbolehka n
atau tidak. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individ u,
kebudayaan atau sub-kultur tertentu. Oleh karena itu etika deskriptif ini tidak
memberikan penilaian apa pun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat
netral. Misalnya: Penggambaran tentang adat mengayau kepala pada suku primitif.
b. Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoa lka n
norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara lebih kritis. Ia bisa
mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak. Etika normatif berarti sistem-
sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam
mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk. Etika normatif ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1 Mokh. Sya’roni, “ETIKA KEILMUAN: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu”, Teologia Vol. 25 No.1, 2014, hlm. 6-7.
Diakses dari https://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/346/315
2 Ibid, hlm. 9.
1) Etika umum, yang menekankan pada tema-tema umum seperti: Apa yang
dimaksud norma etis? Mengapa norma moral mengikat kita? Bagaima na
hubungan antara tanggungjawab dengan kebebasan?
2) Etika khusus, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip etika umum ke dalam
perilaku manusia yang khusus. Etika khusus juga dinamakan etika terapan.
c. Metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis. Bahasa
etis atau bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral dikaji secara logis.
Metaetika menganalisis logika perbuatan dalam kaitan dengan “baik” atau “buruk”.
Perkembangan lebih lanjut dari metaetika ini adalah filsafat analitik.3
3. Deontologi
Terdapat pandangan lain sistem etika lain yang tidak mengukur baik tidaknya
suatu perbuatan berdasarkan hasilnya, melainkan semata-mata berdasarkan maksud
si pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut. Kita bisa mengatakan juga bahwa
sistem ini tidak menyoroti tujuan yang dipilih bagi perbuatan atau keputusan kita,
melainkan semata-mata wajib tidaknya perbuatan dan keputusan kita. Teori yang
dimaksudkan ini biasanya disebut deontologi (kata Yunani deon berarti: apa yang
harus dilakukan; kewajiban).
Yang menciptakan sistem moral ini adalah filsuf besar dari Jerman, Immanue l
Kant (1724-1804). Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya
hanyalah kehendak yang baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau
dengan syarat. Kesehatan, kekayaan, atau inteligensi, misalnya, adalah baik, jika
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tapi jika dipakai oleh kehendak
yang jahat semua hal itu bisa menjadi jelek sekali. Bahkan keutamaan-keuta maa n
bisa disalahgunakan oleh kehendak yang jahat.4
C. Etika Terapan
Etika terapan merupakan suatu istilah baru, tapi sebetulnya yang dimaksudkan
dengannya sama sekali bukan hal baru dalam sejarah filsafat moral. Istilah “etika
khusus” sekarang masih dipakai dalam arti yang sebenarnya sama dengan “etika tera-
pan”. Bagaimana pun juga, sekarang filsafat moral-khususnya dalam bentuk etika
terapan mengalami suatu masa kejayaan. 5
Etika terapan menitikberatkan pembahasan pada aspek aplikatif dari suatu teori
etika yang ada. Etika terapan bersifat praktis yang memperlihatkan sisi kegunaan dari
penerapan teori etika pada tindakan konkrit manusia. Pesatnya perkembangan etika
serta kemajuan berbagai macam ilmu memicu kemunculan etika terapan. Salah satu
produk dari etika terapan ini adalah etika profesi yang berkaitan erat dengan profesi
manusia dalam dunia kerja yang dituntut untuk professional. Dalam dunia kerja,
6 Vaesol Wahyu Eka Irawan, “Etika Normatif dan Terapan:Urgensi Etika Ilmiah, Profesi dalam Pendidikan”,
MUNAQASYAH Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 1, 2020, hlm 124. Diakses dari
http://ejournal.stib.ac.id/index.php/mnq/article/view/100/85
7 Mibtadin, “Etika Dalam Diskursus Pemikiran Islam dari Wacana Menuju Islamologi Terapan“ ,SUHUF Vol. 31
No. 1, 2019, hlm. 103-104. Diakses dari https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/vi ew/9007/4876
8 Ide Bagus Suta, Op.cit., hlm. 2.
yang sebenarnya sudah dimulai dengan pengertian Aristoteles mengenai etika sebagai
ilmu praktis.9
9 K. Bertens, Etika (Jakarta: Penerbit PT Gramedi a Pustaka Utama, 2007), hlm. 272. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=wSTf79ehWuAC&oi=fnd&pg=PR9&dq=etika+terapan+kasuisti
k&ots=TOMIvmmPCB&sig=KcLTsbdhHM6a5s -6Tl1plD4IIIw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
10 Ibid, hlm. 272-273.
11 Setya Yuwana Sudikan, “Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner dalam Studi Sastra”,
Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan Pembelajarannya Vol. 2 No. 1, 2015, hlm. 4. Diakses dari
https://journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra/article/view/1496/1011
dikembangkan melalui standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi oleh kelompok -
kelompok profesi.12
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TIK juga hadir dengan
dialektika. Selain membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat
membawa masalah. Khususnya Internet, penyebaran informasi yang tidak mungk in
terkendalikan telah membuka akses terhadap informasi yang tidak bermanfaat dan
merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga perlu dilakukan. Etika yang
terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall terkuat dalam menghadang serangan
informasi yang tidak berguna.13
Pada abad ke-21 perbincangan mengenai era digital marak diperbincangkan di
segala bidang. Selain berdampak pada penerapan pembelajaran yang banyak
memanfaatkan teknologi, materi pembelajaran juga semakin berkembang seperti pada
etika. Di era ini terdapat tata cara berkomunikasi dan bersikap di dunia digital yang
disebut etika digital. Etika digital terdiri dari kata etika yang artinya sikap, prilaku dan
tata kerama seseorang, digital diartikan sebagai sistem dan perangkat teknologi yang
digunakan. Jadi bila disimpulkan etika digital adalah sikap, prilaku dan tata kerama
seseorang dalam memanfaatkan sistem digital untuk berbagai keperluan dan
kepentingan. Etika digital memberikan kenyamanan dalam berinteraksi di media
digital. Etika digital bukan hanya cakap dalam penggunaan alat teknologi juga memilik i
mampu melakukan proses mediasi secara produktif (Kusumastuti et al., 2021). 14
Beberapa kenakalan remaja yang sering dilakukan di dunia digital yaitu
penyebaran hoax, cyberbullying, body shaming, pelanggaran Hak kekayaan intelektua l
(HKI) (Septanto, 2018) (Hidajat et al., 2015) (Gani & Jalal, 2021) (Irawati, 2019).
Beberapa alasan remaja melakukan tindak sebagai penyebar hoax disebabkan oleh: (1)
Bangga menjadi yang pertama kali penyebar berita; (2) Suka berbagi informasi; (3)
Malas membaca; (4) Gemar mencari sensasi; (5) Tidak sengaja menyebarkan berita
hoax dan (6) mengikuti trend. Beberapa penyebab terjadinya cyberbullying disebabkan
oleh: (1) Pesatnya perkembangan teknologi sehingga memudahkan orang menjatuhka n
orang lain; (2) Perilaku remaja yang suka meniru; (3) Lemahnya kontrol sosial.
Beberapa penyebab terjadinya body shaming disebabkan oleh: (1) Selalu berfikir
negatif; (2) orang yang lebih kaya/berkuasa lebih punya kuasa untuk melakukannya;
(3) perempuan yang memiliki kekurangan dari bentuk tubuhnya; (4) Kurang
Pemahaman tentang body shaming bahwa itu adalah tindakan yang salah. Hal ini
menjadi permasalahan di kalangan remaja saat ini. Sebagian remaja melakukannya
tanpa merasa bersalah. Padahal bagi pihak korban hal ini dapat menyebabkan dampak
12 Euis Anih, “Modernisasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi” ,
JUDIKA (Jurnal Pendidikan UNSIKA) Vol. 4 No. 2, 2016, hlm. 2. Diakses dari
https://journal.unsika.ac.id/index.php/judika/article/view/391
13 Ibid, hlm. 11.
14 Terttiaavini dan Tedy Setiawan Saputra, “Literasi Digital Untuk Meningkatkan Etika Berdigital bagi Pelajar di
Kota Palembang”, Jurnal Masyarakat Mandiri Vol.6 No. 3, 2022, hlm. 2156. Diakses dari
http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/8203/pdf#
psikis yang sulit disembuhkan dan bahkan bisa berakibat kehilangan nyawa
(Rahmawati & Chozanah, 2021) (Britto, 2021).15
Hal ini sudah tidak wajar dilakukan oleh remaja, karena dapat menimbulka n
gangguan psikis bagi korban dan dampak yang lebih serius seperti korban jiwa. Hal ini
merupakan tindakan kejahatan yang melanggar Undang-Undang (Sakban et al., 2019)
(Paat, 2020). Berdasarkan data dari KPI bahwa sejak tahun 2016-2022 jumlah kasus
anak korban bullying di media sosial berjumlah 361 orang dan anak pelaku bullying di
media sosial 360 kasus (Sekretariat KPAI, 2021). Hal ini sangat memprihatinkan. 16
Pelanggaran etika remaja ini harus menjadi perhatian kita bersama. Sebagai
insan akademisi dengan latar pendidikan dan pengalaman yang berbeda dapat berperan
aktif menuntaskan masalah remaja. Literasi digital dapat mempengaruhi psikologi
remaja untuk cerdas menggunakan media digital (Pratiwi & Pritanova, 2017). . Literasi
digital juga merupakan salah satu upaya pemerintah dan civitas akademika untuk
kemajuan generasi bangsa dalam rangka mencerdaskan beretika digital bagi remaja
Indonesia (Silvana & Cecep, 2018)17
A. Kesimpulan
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat
dihampiri berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu: Etika Deskriptif, Etika
Normatif, dan Metaetika. Aliran dasar etika terbagi menjadi hedonisme, utilisme, dan
deontologi. Dalam etika, kita mengenal etika terapan. Etika terapan menitikbera tka n
pembahasan pada aspek aplikatif dari suatu teori etika yang ada. Etika terapan memilik i
ciri khas, salah satu diantaranya adalah kerjasama erat antara etika dan ilmu- ilmu lain.
Karena itu, pelaksanaan etika terapan berkaitan dengan pendekatan multidisipliner,
suatu pendekatan yang melibatkan berbagai ilmu sekaligus. Selain sifatnya yang
multidisipliner, satu ciri lain dari etika terapan adalah sifatnya yang kasuistik. Dengan
kasuistik dimaksudkan usaha memecahkan kasus-kasus konkret di bidang moral
dengan menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum.
Seiring berkembangnya zaman yang semakin mengarah pada teknologi dan
digital, memberikan dampak tidak hanya pada pelaksanaan pembelajaran saja namun
adanya materi atau istilah baru dalam pembelajarannya. Dalam etika, istilah baru
tersebut dikenal dengan etika digital. Etika digital memberikan kenyamanan dalam
berinteraksi di media digital. Etika digital bukan hanya cakap dalam penggunaan alat
teknologi juga memiliki mampu melakukan proses mediasi secara produktif.
B. Saran
Terkait dengan hal diatas yang telah dibahas, saya menyarankan beberapa hal
untuk diperhatikan, seperti:
1. Sebaiknya seluruh masyarakat dapat memahami etika lebih dalam dan
menerapkannya dalam kehidupan. Sudah seharusnya sebagai makhluk hidup, kita
berperilaku sesuai etika.
2. Dengan melihat perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, guru sebagai
pendidik dapat lebih mengajarkan etika berdigital, terutama pada siswa SD karena
di masa itulah mereka mudah meniru dan terjerumus ke dalam situasi yang salah
namun mereka anggap benar.
DAFTAR PUSTAKA