Anda di halaman 1dari 28

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

“Resume Penelitian Studi Pustaka dan Studi Kasus”

Dosen Pengampu: Dr. Iva Sarifah M.Pd

Disusun oleh:

Alisha Putri Najla (1107620174)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2022
Resume Penelitian Studi Pustaka

Studi pustaka atau studi literatur adalah proses pengumpulan pengetahuan yang
berkaitan dengan isu atau isu yang menjadi pokok cerita atau tema penelitian, yang selanjutnya
digunakan dalam karya non-ilmiah. Studi pustaka memiliki beberapa tujuan penelitian meliputi
1) menemukan suatu masalah atau topik; 2) mencari informasi yang relevan; 3) mengkaji teori
yang relevan; 4) mencari landasan teori; dan 5) memperdalam pemahaman dan pengetahuan
penulis. Sumber-sumber yang dapat digunakan pada studi pustaka beragam seperti jurnal
penelitian, buku, media massa, hingga internet. Selain itu studi pustaka juga memiliki jenis,
beberapa diantaranya adalah:
1) Kajian pemikiran tokoh: penulis atau peneliti kemudian menelusuri sumber karya tulis
yang mengeksplorasi sudut pandang tokoh-tokoh yang ditunjuk sebagai referensi.
2) Analisis buku tes: jenis pustaka ini mengkaji hasil yang ditemukan penulis dalam buku-
buku yang mereka gunakan untuk membaca latar belakang atau referensi penelitian.
3) Kajian sejarah: jenis pustaka ini sering melibatkan analisis masa lalu subjek. Buku,
jurnal, dan karya tulis lain yang merinci latar belakang subjek dapat berfungsi sebagai
bahan penelitian.
Dalam menulis studi pustaka terdapat pula langkah-langkah yang dapat peneliti
terapkan(Zed, 2008) yaitu 1) menyiapkan alat perlengkapan penelitian kepustakaan; 2)
menyusun bibliografi kerja mengenai bahan sumber utama yang hendak digunakan dalam
kepentingan penelitian; 3) mengatur waktu penelitian; serta 4) membaca dan membuat catatan
penelitian. Dalam penerapan langkah-langkah tersebut ada beberapa point penting yang bisa
dilakukan antara lain 1) mengetahui dan mencari tahu jenis pustaka yang dibutuhkan; 2)
membaca jenis pustaka yang sudah ditentukan; 3) melakukan pengkajian seperti dicatat dan
disesuaikan dengan topik yang akan dibahas; 4) menyajikan hasil studi kepustakaan ke dalam
bentuk tulisan.
Penelitian studi pustaka memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Beberapa
kelebihannya ialah 1) menggali teori-teori dan konsep telah ditemukan oleh para peneliti
terlebih dahulu; 2) mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti; 3)
memperoleh orientasi yang luas mengenai topik yang dipilih; 4) dapat memperoleh berbagai
sumber informasi tanpa memakan banyak biaya; dan 5) mudahnya menemukan bahan
penelitian. Sedangkan kekurangannya ialah 1) data yang diperoleh mungkin tidak dapat
memenuhi kebutuhan penelitian karena dikumpulkan oleh orang lain; 2) sulit menilai akurasi
data yang disajikan; 3) data tidak terlalu relevan dengan situasi saat ini; dan 4) belum banyak
panduan atau pedoman dalam melakukan penelitian ini.
Contoh Penelitian Studi Pustaka:
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta
Didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh
Sumber: https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2182/pdf

Rumusan Judul:
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru (Tindakan) Terhadap Kemandirian
Belajar(Dampak) Peserta Didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh

Rumusan Masalah:
Apakah pola asuh orang tua dan bimbingan guru berpengaruh terhadap kemandirian belajar
peserta didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarah Jauh?

Alasan Artikel Tersebut merupakan Artikel Studi Pustaka:


Instrumen pengambilan data pada penelitian tersebut salah satunya menggunakan studi
pustaka. Studi pustaka dalam artikel ini digunakan untuk mencari data secara teoritis seperti
yang terlihat pada halaman 1130 tertulis sebagai berikut “Membuktikan kebenaran hipotesis
yang disusun dengan dikorelasikan kajian teori, maka hasil penelitian yang didapatkan
adalah sebagai berikut:”
JURNAL BASICEDU
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman 1125 - 1136
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta
Didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh

Muflihatun Najihah1, Ety Syarifah2, Jaka Warsihna3


Universitas Terbuka, Indonesia1,3, SMA 1 Salaman Kabupaten Magelang, Indonesia2
E-mail: anamufli2@gmail.com1, etik.sy@gmail.com2, jaka-warsihna@ecampus.ut.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar
peserta didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh di Kecamatan Mertoyudan, (2) menganalisis pengaruh
bimbingan orang tua terhadap kemandirian belajar peserta didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh di
Kecamatan Mertoyudan, dan (3) menganalisis pengaruh pola asuh orang tua dan bimbingan guru terhadap kemandirian
belajar peserta didik Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh di Kecamatan Mertoyudan. Jenis penelitian ini
menggunakan pendekatan mix methode (metodologi campuran) dengan desain triangulasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah sekolah dasar kelas V yang ada di Kecamatan Mertoyudan yaitu sejumlah 41 SD. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive cluster sampling technique. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
pustaka, angket dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh antara pola asuh orang
tua terhadap kemandirian belajar peserta didik SD di Kecamatan Mertoyudan, (2) terdapat pengaruh yang signifikan
antara bimbingan guru dengan kemandirian belajar peserta didik, dan (3) terdapat pengaruh pola asuh orang tua dan
bimbingan guru terhadap kemandirian belajar peserta didik SD di Kecamatan Mertoyudan.
Kata Kunci: Pola asuh, bimbingan guru, kemandirian belajar.

Abstract
This research aims to (1) analyze the influence of parenting styles on the learning independence of elementary school
students in distance learning in Mertoyudan district, (2) analyze the effect of parental guidance on the learning
independence of elementary school students in distance learning in the district. Mertoyudan, and (3) analyzing the effect of
parenting and teacher guidance on the learning independence of elementary school students in distance learning in
Mertoyudan District. This type of research uses a mix method approach (mixed methodology) with a triangulation design.
The population in this study is the fifth grade elementary school in Mertoyudan District, which is a total of 41 elementary
schools. The sampling technique used was purposive cluster sampling technique. The instruments used in this research are
literature study, questionnaires and interviews. The results of this study indicate that (1) there is an influence between
parenting styles on the learning independence of elementary school students in Mertoyudan District, (2) there is a
significant influence between teacher guidance and student learning independence, and (3) there is an influence parenting
style for students. parents and teacher guidance on the learning independence of elementary school students in
Mertoyudan District.
Keywords: Parenting, teacher guidance, independent learning.

Copyright (c) 2022 Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna

Corresponding author :
Email : anamufli2@gmail.com ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
DOI : https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182 ISSN 2580-1147 (Media Online)

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1126 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

PENDAHULUAN
Pendidikan pada masa pandemi mengharuskan adanya perubahan pola pembelajaran dari yang
seharusnya tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal tersebut sesuai dengan edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2020 bahwa pelaksanaan pembelajaran
selama pandemi covid dilakukan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (Zainuddin Atsani, 2020).
Pembelajaran Jarak Jauh diartikan sebagai hubungan dasar timbal balik antara pendidik dan peserta didik
melalui jaringan yang tidak terbatas ruang dan waktu dalam proses pembelajaran (Firdaus, 2021).
Pembelajaran Jarak Jauh merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan saat pandemi dengan harapan
layanan pendidikan tetap dapat dilaksanakan meskipun dalam posisi berjauhan, hal ini untuk mengurangi
penyebaran virus covid-19 (Sefriani, Sepriana, Wijaya, Putra, & Yptk, 2021). Berdasarkan hasil penelitian
Purwanto, dkk (2020) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dengan adanya wabah covid-19 terhadap
pendidikan di Sekolah Dasar karena peserta didik harus belajar di rumah dan pembelajaran tatap muka
ditiadakan.
Beberapa permasalahan muncul sebagai akibat dari adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Beberapa
permasalahan berdasarkan hasil pengamatan penulis sebagai guru SD, antara lain muncul dari peserta didik,
guru, dan orang tua (Habibah, Salsabila, Lestari, Andaresta, & Yulianingsih, 2020). Permasalahan dari peserta
didik yaitu belum mandiri dalam mengerjakan tugas, belum terbiasa belajar dengan teknologi, kurangnya
kedisiplinan peserta didik dan masih perlu bimbingan guru secara intensif. Permasalahan dari guru antara lain
guru belum berpengalaman dalam merencanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), belum menguasai teknologi
dan informasi, keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki guru, kendala akses jaringan, dan lain-lain
(Covid-, 2021). Sedangkan permasalahan dari orang tua antara lain adalah orang tua sibuk bekerja sehingga
sedikit waktu untuk mendampingi anak belajar dirumah dan pendidikan orang tua yang beragam(Anak, 2016).
Salah satu permasalahan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari segi peserta didik adalah
kemandirian belajar. Kemandirian belajar merupakan sikap dalam belajar yang penuh tanggung jawab,
memiliki tekat yang kuat, dan berinisiatif sendiri dalam belajar tanpa ketergantungan terhadap orang lain.
Sugianto, dkk (2020:159) menyatakan bahwa kemandirian belajar membutuhkan tanggung jawab, inisiatif
berpikir, memiliki tekat yang kuat, dan dapat menerima akibat yang akan ditimbulkan. Kemandian belajar
ditandai dengan sikap tekun saat pembelajaran dan saat mendapat tugas memiliki tekat kuat untuk
menyelesaikan tugas dengan kreatif dan inovatif (Putria, Maula, & Uswatun, 2020). Permasalahan
kemandirian belajar saat Pembelajaran Jarak Jauh diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat,
dkk (2020:147) berjudul “Kemandirian Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi
Covid-19”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat kemandirian yang
rendah yaitu rerata 2,78 St.Dev. 0,289 dalam skala 5. Hal tersebut memperkuat bahwa kemandirian belajar
peserta didik saat PJJ merupakan permasalahan yang krusial.
Terdapat dua faktor yang memengaruhi kemandirian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari diri individu (Utami, 2011). Faktor internal antara lain adalah
konsep diri, motivasi, dan sikap. Konsep diri berkaitan dengan konsep peserta didik yang terbiasa belajar
apabila sudah memahami materi dari guru. Motivasi berkaitan dengan peserta didik dapat mengembangkan
minat yang ada sebelumnya (Solihat & Riansi, 2018). Sikap berkaitan dengan perilaku positif saat berada di
lingkungan masyarakat (Sugianto, 2020:165).
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal yang memengaruhi
kemandirian belajar adalah faktor lingkungan, faktor masyarakat, faktor sekolah, dan faktor keluarga. Faktor
lingkungan dapat berpengaruh terhadap kemandirian peserta didik di sekolah (Putria et al., 2020). Faktor
masyarakat dapat memberikan sikap positif terhadap peserta didik (Nomar & Juni, 1994). Faktor sekolah

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1127 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

dapat menentukan perubahan yang baik untuk peserta didik. Faktor keluarga merupakan faktor yang paling
menentukan dan paling utama supaya peserta didik memiliki dorongan saat di sekolah (Sugianto, 2020:165).
Faktor internal dan eksternal juga memengaruhi kemandirian belajar peserta didik di Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar dibagi dalam jenjang kelas tinggi dan kelas rendah. Kelas rendah yaitu kelas I-III dengan usia
7-9 tahun. Sedangkan kelas tinggi yaitu kelas IV-VI dengan usia 10-12 tahun. Salah satu tahap pada peserta
didik Sekolah Dasar adalah tahap operasional formal. Menurut Piaget dalam Yahya, AD (2018:2) terdapat 4
(empat) tahap perkembangan kognitif anak. Tahap tersebut adalah tahap sensori motor, tahap pra operasional,
tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal. Tahap sensori motorik berada pada usia 0-2 tahun.
Tahap pra operasional berada pada usia 2-7 tahun. Tahap operasional konkrit berada pada usia 7-11 tahun.
Tahap operasional formal berada pada usia 11 tahun keatas. Menurut Monks, dkk. (2019:222) anak SD berada
pada stadium operasional konkrit (7-11 tahun) dan stadium operasional formal (mulai 11 tahun). Peserta didik
kelas V SD berusia sekitar 11 tahun. Usia 11 tahun merupakan usia pada tahap operasional formal tahap awal.
Peserta didik pada tahap operasional formal sudah mulai berpikir secara teoritis dan menganalisis masalah
dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Kelas V merupakan usia awal terbentuk
kemandirian belajarnya. Melihat kondisi yang ada di Kecamatan Mertoyudan bahwa kemandirian belajar
peserta didik SD Kelas V masih perlu adanya pola asuh orang tua yang sesuai dan bimbingan guru yang tepat.
Permasalahan kemandirian sebagai akibat dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Fery Muhammad Firdaus, dkk. (2021:2) berjudul “Meningkatkan Kemandirian Belajar
Peserta Didik Sekolah Dasar Menggunakan Model SOLE Saat Pandemi Covid 19”. Dalam penelitian tersebut
tertulis bahwa peserta didik kelas V SD masih merasa malas belajar jika tidak diberi penugasan, masih merasa
bahwa PJJ bukan bagian dari belajar di sekolah, peserta didik belum memahami tujuan mereka belajar, peserta
didik merasa bahwa yang penting pengumpulan tugas bukan yang paling penting adalah belajar, peserta didik
masih memilih tugas yang mudah yang dikerjakan, dan peserta didik belum dapat memilih informasi yang
penting dari sumber belajar yang ada sehingga apa yang dipelajari tidak sesuai dengan tugas yang diminta
guru.
Berdasarkan uraian di atas terdapat permasalahan terhadap peserta didik SD, antara lain kemandirian
belajar, pengusaaan teknologi, kedisiplinan, dan pendampingan orang tua di rumah. Dari berbagai
permasalahan tersebut, pada penelitian ini dikhususkan meneliti kemandirian peserta didik SD yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil pengamatan peneliti terhadap peserta didik SD kelas V di Kecamatan
Mertoyudan terdapat berbagai permasalahan berkaitan dengan kemandirian belajar terutama dalam PJJ ini.
Hal tersebut ditandai dari peserta didik bersikap pasif. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.
Peserta didik tidak berani bertanya saat pembelajaran, dalam lembar jawaban ada tulisan dari orang tua, suka
mencontek dibuktikan dengan jawaban yang persis ada pada mesin pencari informasi, dan kurang berpikir
kritis (anggi lestari, 2016).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui masalah kemandirian belajar peserta didik SD di Kecamatan
Mertoyudan selama PJJ. Sejauh ini belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua
dan bimbingan guru terhadap kemandirian belajar peserta didik SD pada pembelajaran jarak jauh di
Kecamatan Mertoyudan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengadakaan penelitian ini. Pola asuh orang
tua merupakan upaya dari orang tua dalam berinteraksi, menjaga, mendidik, membina, dan membimbing anak
melalui suatu proses agar anaknya menjadi mandiri, sukses, berkembang optimal, dan menjadi anak yang
berperilaku baik sehingga diterima oleh lingkungan sosialnya (Puspitawati, 2013). Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan atau pertolongan dari orang yang ahli kepada individu atau kelompok agar potensi yang
ada lebih berkembang dengan optimal sehingga dapat memahami diri, memahami lingkungan, dan mengatasi
hambatan sehingga dapat merencanakan hidup lebih baik lagi.Pratiwi, R (2017) menjelaskan bahwa
kemandirian adalah keadaan kejiwaan seseorang yang mampu memilih norma dan nilai-nilai atas ketulusan
sendiri, mampu bertanggung jawab atas segala tingkah laku dan perbuatan individu yang bersangkutan.

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1128 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

Kemandirian yang dimiliki seseorang, menjadikan ketergantungan kepada pihak lain seminimal mungkin.
Kemandirian yang dimiliki seseorang akan berkembang dengan semakin banyak masalah yang dihadapi
sehingga seseorang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya dapat menyelesaikan masalahnya tanpa
bantuan orang lain. Kemandirian seorang anak dalam menghadapi tantangan kehidupan harus ditumbuhkan
sejak dini.
Menurut Firdaus (2021:2) kemandirian belajar adalah aktifitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik
tanpa bergantung kepada bantuan oranglain untuk mendapatkan pemahaman materi dengan kesadaran pada
dirinya dan dapat menerapkan pada permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix methode (metodologi campuran) dengan desain triangulasi.
Pendekatan mix methode merupakan pendekatan penelitian kombinasi antara desain penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif secara bersama sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
masalah penelitian.Penelitian ini dilaksanaan di Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Mertoyudan. Waktu
penelitian dilaksanakan adalah perencanaan (Januari-Mei 2021), pengambilan data (Agustus 2021), dan
pengolahan data (Agustus – September 2021).Populasi penelitian ini melibatkan sekolah dasar kelas V (lima)
yang ada di Kecamatan Mertoyudan yaitu sejumlah 41 SD. Dari 41 SD tersebut mengingat keterbatas waktu,
tenaga, dan biaya, maka dilakukan teknik sampling. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive cluster sampling technique yang artinya teknik sampling yang membagi populasi ke dalam
beberapa kelompok berdasarkan kategori atau karakteristik yang natural berdasarkan letak geografis. Dari
jumlah populasi tersebut, setelah dilakukan teknik sampling, maka menghasilkan 3 SD. Dari 41 SD tersebut
diperoleh data dari tiga orang tua, tiga guru, tiga peserta didik dari tiga sekolah dengan 90 peserta didik
sebagai sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.Instrumen yang digunakan untuk mengambil data
pada penelitian ini adalah dengan menggunakan studi pustaka, teknik angket, dan teknik wawancara. Studi
pustaka, teknik angket, dan teknik wawancara digunakan agar data yang didapatkan lengkap, akurat, dan
konsisten. Ketiga instrumen pengambilan data tersebut disebut triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket yang peneliti
lakukan dengan sumber data yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanaan di Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Mertoyudan.Pengolahan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS, selain itu, untuk melengkapi dan memperkuat data
hasil penelitian maka peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa guru dan orang tua siswa.
Dari hasil analisis deskripsi data variabel pola asuh orang tua (X 1) dengan menggunakan SPSS
diperoleh data sebagai berikut:

N : 88
Skor Tertinggi : 120
Skor Terendah : 65
Mean : 95,74

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua (X1)

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1129 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

Rentang Klasifikasi Frekuensi


65 s/d 84 Rendah 11
85 s/d 104 Sedang 58
105 s/d 124 Tinggi 19

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 orang (12,5%) memiliki pola asuh yang masih
tergolong rendah, 58 orang (65,9%) pola asuh sedang dan 19 orang (12,6%) memiliki pola asuh yang tinggi.
Hal tersebut diperkuat dengan wawancara dengan 3 orang tua dengan pola asuh permisif, 3 orang tua dengan
pola asuh otoriter, dan 3 orang tua dengan pola asuh demokratis dari 3 sekolah dan hasil studi dokumentasi
berupa laporan hasil belajar peserta didik.
Dari hasil analisis deskripsi data variabel bimbingan guru (X2) dengan menggunakan SPSS diperoleh
data sebagai berikut:

N : 88
Skor Tertinggi : 90
Skor Terendah : 50
Mean : 69,44

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Bimbingan Guru (X2)

Rentang Klasifikasi Frekuensi


50 s/d 64 Rendah 27
64 s/d 79 Sedang 56
80 s/d 94 Tinggi 5

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 27 orang (30,68%) memiliki bimbingan guru yang
masih tergolong rendah, 56 orang (63,65%) bimbingan guru sedang dan 5 orang (5,68%) memiliki bimbingan
guru yang tinggi. Wawancara dilakukan dengan tiga guru yaitu guru kelas 5 SD Negeri Mertoyudan 1, guru
kelas 5 SD Negeri Banjarnegoro 1, dan guru SD Negeri Kalinegoro 6.
Dari hasil analisis deskripsi data variabel kemandirian belajar peserta didik (Y) dengan menggunakan
SPSS diperoleh data sebagai berikut:

N : 88
Skor Tertinggi : 80
Skor Terendah : 41
Mean : 62,74

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Peserta Didik(Y)

Rentang Klasifikasi Frekuensi


41 s/d 54 Rendah 8
55 s/d 68 Sedang 58
69 s/d 82 Tinggi 22

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1130 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 8 orang (9%) memiliki kemandirian belajar yang
masih tergolong rendah, 50 orang (65,9%) kemandirian belajar sedang dan 22 orang (25%) memiliki
kemandirian belajar tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan wawancara dengan tiga peserta didik dari SD
Negeri Mertoyudan 1, tiga peserta didik SD Negeri Banjarnegoro 1, dan tiga peserta didik SD Negeri
Kalinegoro 6 dan studi dokumentasi hasil belajar peserta didik di 3 (tiga) sekolah.
Membuktikan kebenaran hipotesis yang disusun dengan dikorelasikan kajian teori, maka hasil
penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Dari hasil analisis product moment menggunakan SPSS diperoleh hasil bahwa pola asuh orang tua
yang diklasifikasikan menjadi 3 (permisif, otoriter dan demokratis) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kemandirian belajar peserta didik. Adapun besarnya sumbangan efektif pola asuh orang tua secara
bersama-sama terhadap kemandirian belajar peserta didik adalah 21,20% sementara sumbangan relatifnya
sebesar 33,18% jika dianggap tidak ada faktor lain yang memengaruhi kemandirian belajar peserta didik.
Berikut rincian masing-masing pola asuh dan pengaruhnya terhadap kemandirian belajar.
Pola asuh orang tua permisif memiliki pengaruh sebesar 7,15% terhadap kemandirian belajar peserta
didik.Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan orang tua dengan pola asuh permisif bahwa pola
asuh berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta didik. Peserta didik dengan pola asuh permisif
memiliki kemandirian sedang. Ibu Darmayanti orang tua Nico Aria Dewa peserta didik SD Negeri
Mertoyudan 1 mengaku membebaskan anaknya agar potensi anaknya berkembang dengan optimal. Bu
Darmayanti tidak berperan sebagai pengendali atau control terhadap perilaku Nico. Jika Nico melakukan
kesalahan, Bu Darmayanti tidak pernah memberikan hukuman yang memberatkan Nico. Ia berpendapat
bahwa anak adalah karunia Tuhan yang harus dijaga. Hal tersebut jika dikaitkan dengan teori tentang ciri-
ciri pola asuh menurut Adawiyah (2017 dapat disimpulkan bahwa Ibu Darmayanti memiliki pola asuh
permisif. Selain itu, apabila dikaitkan dengan hasil analisis deskriptif peserta didik, Nico Aria berada pada
kategori kemandirian sedang dengan nilai berkisar antara 55 -68. Sementara untuk hasil prestasi belajar
Nico yang dibuktikan dengan nilai rapot, Nico memperoleh rata-rata nilai 92,64 dengan rata-rata kelas
91,45.
Selain dengan Ibu Darmayanti, peneliti juga mewawancarai beberapa wali murid. Dari hasil
wawancara tersebut terdapat dua wali siswa yang memiliki pola asuh tipe permisif yaitu ibu Siti Nafiah
orang tua dani Hanum Fatimah (SD Negeri Banjarnegoro 1) dan Ibu Siti Nardiyah orang tua peserta didik
SD Negeri Kalinegoro 6 yang bernama Iqbal Firmansyah. Seperti halnya Bu Darmayanti, Bu Siti Nafiah
dan Bu Siti Nardiyah juga mengaku membebaskan anak mereka dalam berperilaku. Keduanya berpendapat
dengan membebaskan anak, maka anak bisa berkembang dengan optimal. Sementara itu, dari hasil analisis
deskriptif diketahui bahwa Hanum dan Iqbal memiliki kecenderungan kemandirian yang sedang dengan
skor berkisar antara 55 – 68. Selain itu, dari hasil prestasi belajarnya, Hanum memperoleh nilai rata-rata
90,86 dengan nilai rata-rata kelas 86,67 sementara Iqbal memperoleh hasil prestasi 87,55 dengan rata-rata
sekolah 88,21. Iqbal cenderung memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata kelas.
Pola asuh orang tua otoriter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian belajar peserta
didik. Adapun besarnya sumbangan pola asuh orang tua otoriter terhadap kemandirian belajar peserta didik
sebesar 11,02%.Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan orang tua dengan pola asuh otoriter
bahwa pola asuh berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta didik. Peserta didik dengan pola asuh
otoriter memiliki kemandirian sedang.
Data hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan tiga orang wali
siswa yaitu Ibu Samira orang tua dari Ginandia Queensa (SD Negeri Mertoyudan 1), Bapak Subedi orang
tua siswa SD Negeri Banjarnegoro bernama Agni Fikri dan Ibu Hari Istiqomah orang tua Reyhan (SD
Negeri Kalinegoro 6). Ketiga orang tua siswa tersebut dikategorikan sebagai orang tua yang memiliki pola

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1131 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

asuh otoriter menurut Adawiyah (2017). Ibu Samira mengaku menerapkan aturan dengan batasan yang
harus ditaati anaknya agar hidup disiplin. Ibu Samira terkadang memberikan ancaman jika Ginandia tidak
perperilaku sesuai aturan dalam rumahnya. Pun dengan Bapak Subedi, Ia tak segan memberikan hukuman
kepada Agni jika melanggar apa yang sudah disepakati dengan orang tuanya. Demikian halnya dengan Ibu
Hari, ia jarang memberikan pujian maupun hadiah apabila anak berprestasi. Ia takut jika hal itu ia lakukan,
anaknya akan menjadi manja dan meminta balasan atas apapun yang ia kerjakan. Orang tua dengan pola
asuh otoriter ini biasanya memberikan tekanan dan kontrol yang ketat terhadap anaknya.
Dari hasil analisis deskriptif, ketiga siswa yaitu Ginandia, Agni dan Reyhan berada pada kategori
kemandirian sedang dengan nilai berkisar antara 55-68. Sementara itu untuk hasil belajarnya, Ginandia
memperoleh nilai 91,36 dibawah rata-rata kelas yaitu 91,45, Agni memperoleh nilai rata-rata rapot 75,36
jauh di bawah rata-rata kelas yaitu 86,67. Tak jauh dari itu, Reyhan yang bersekolah di tempat berbeda pun
prestasi belajarnya tidak terlalu bagus yaitu 88,27 dengan rata-rata kelas 88,21.
Pola asuh orang tua demokratis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian belajar
peserta didik. Adapun besar pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian peserta didik yaitu
17,52%.Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan orang tua dengan pola asuh demokratis bahwa
pola asuh berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta didik. Peserta didik dengan pola asuh
demokratis memiliki kemandirian tinggi.
Hasil tersebut sejalan dengan hasil analisis deskriptif dan penilaian prestasi siswa dalam raport. Dari 3
siswa yang masuk kategori orang tua siswa ber pola asuh tipe demokratis diperoleh informasi bahwa;
Filzah Regina Putri (SD Negeri Mertoyudan 1) memiliki kemandirian dengan kategori tinggi yaitu antara
69 – 82, sementara nilai rapotnya pun cukup tinggi yaitu 96,00 dengan rata-rata kelas 91,45; Shintia Cahya
Setianingrum (SD Negeri Banjarnegoro 1) tergolong siswa dengan nilai kemandirian kategori tinggi dan
mendapatkan nilai rata-rata 92,36 dengan rata-rata kelas 86,67; dan siswa terakhir bernama Lutfia Kartika
Sari berada pada kategori kemandirian tinggi, adapun hasil prestasi belajaranya 93,45 dengan rata-rata
kelas 88,21. Orang tua ketiga siswa tersebut berturut-turut adalah Ibu Rina Fitriyani, Ibu Sri Hartatik dan
Ibu Yunita Anggraeni. Ketiga orang tua tersebut mengaku membuat kesepakatan bersama anaknya
mengenai apa yang boleh dan tidak boleh mereka kerjakan dalam menerapkan kedisiplinan. Ibu Rina
bahkan berperan serta terhadap kesulitan yang dihadapi anak. Sejalan dengan itu, Ibu Sri juga memberikan
penjelasan secara rasional dan objektif saat pendapat anak tidak sesuai dengan pendapat orang tua.
Demikian juga dengan Ibu Yunita, ia selalu mempertimbangkan kondisi anak saat membuat keputusan,
memberikan kesempatan untuk membuat keputusan atas perilaku anak, memberikan kesempatan memilih
tindakan terbaik dalam perilaku anak, memberikan kesempatan kepada anak agar mau mengemukanan
permasalahannya, melibatkan anak dalam pembicaraan tentang hal yang berkaitan dengan kehidupannya,
memberikan bimbingan kepada anak untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Hal tersebut jika dikaitkan
dengan teori tentang ciri-ciri pola asuh menurut Adawiyah (2017) dapat disimpulkan bahwa Ibu Rina
Firiyani, Ibu Sri Hartatik dan Ibu Yunita termasuk memiliki jenis pola asuh demokratis.Dari hasil
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh signifikan terhadap
kemandirian belajar peserta didik. Secara bersama-sama pola asuh orang tua memiliki andil sebesar
21,20% terhadap kemandirian belajar peserta didik. Sementara secara sendiri-sendiri, tipe demokratis
memiliki pengaruh yang paling besar jika dibandingkan dengan pola asuh yang lain yaitu sebesar 17,52%.
Selain itu, siswa dengan orang tua yang memiliki pola asuh tipe demokratis juga memiliki kemandirian
yang cenderung tinggi serta prestasi belajar yang cenderung baik pula.

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1132 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

2. Pengaruh Bimbingan Guru terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik


Bimbingan guru di dalam kelas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian belajar
peserta didik. Hasil uji korelasi X2 dan Y menunjukkan bahwa t hitung sebesar 2,421. Nilai t tabel untuk df
48 adalah 1,663. Dalam perhitungan ini Ha diterima karena t hitung > t tabel (2,421 > 1,663). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bimbingan guru (X 2) terhadap kemandirian belajar peserta didik
(Y). Hal ini didasarkan pada nilai coefficients signifikansi yaitu sebesar 0,000 (< 0,05). Dibuktikan dengan
tabel coefficients berikut:

Tabel 4 Keefektifan Bimbingan Guru


a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.920 5.415 -.539 .591
X1 .248 .049 .360 5.080 .000
X2 .589 .071 .587 8.295 .000

Adapun besarnya sumbangan efektif bimbingan guru baik di dalam maupun di luar kelas secara
bersama-sama adalah sebesar 42,47%, sementara sumbangan relatifnya jika dianggap tidak ada faktor lain
yang berpengaruh adalah sebesar 66,78%. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan tiga guru dan
3(tiga) peserta didik dari 3(tiga) sekolah yang menyatakan bahwa guru yang memberikan bimbingan yang
tepat akan berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta didik. Hal tersebut diperkuat dengan
dokumen nilai dan hasil belajar peserta didik. Guru yang memberikan bimbingan yang tepat maka nilai dan
hasil belajar peserta didik juga bagus.
Bimbingan guru dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 aspek yaitu bimbingan guru di dalam kelas dan
bimbingan guru di luar kelas. Adapun pengaruh masing-masing aspek bimbingan guru terhadap
kemandirian siswa dijabarkan dalam uraian berikut;
Bimbingan guru di dalam kelas memiliki nilai signifikansi 0,000, itu artinya bimbingan guru di dalam
kelas berpengaruh terhadap kemandirian siswa. Besarnya pengaruh bimbingan guru di dalam kelas
dihitung menggunakan analisis sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Dalam hal ini, sumbangan
efektif bimbingan guru di dalam kelas menyumbang prosentase sebesar 20,18% dan sumbangan relatif
sebesar 33,98% jika dianggap tidak ada faktor lain yang berpengaruh.
Bapak Arif Edi Yulianto guru kelas V SD Negeri 1 Mertoyudan mengaku melakukan bimbingan di
dalam kelas secara intens kepada peserta didiknya meskipun hanya secara daring. Pak Arif biasa
melakukan bimbingan baik secara individu maupun kelompok untuk membidik bakat peserta didik.
Sementara itu, pak Danang Eko Saputro guru kelas V SD Negeri Banjarnegoro 1 memiliki kiat-kiat khusus
dalam pembelajaran di dalam kelas secara daring. Pak Danang mula-mula membentuk grup kelas secara
online, beberapa kali melakukan pembelajaran tatap muka dan membuat kuis menarik. Ia pun memberikan
materi daring, menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, membuat games dan memberikan hadiah
terhadap siswa yang aktif dalam pembelajaran serta menambah motivasi belajar dengan daring secara
menarik. Berbeda halnya dengan Ibu Armi Sela Pradana guru kelas V SD Negeri Kalinegoro 6. Ia
mengaku tidak membentuk kelompok belajar karena masih masa pandemi. Ia hanya membentuk kelompok
belajar secara on line untuk anak berdiskusi dan berkolaborasi.
Bimbingan guru di luar kelas memiliki nilai signifikansi 0,000, itu artinya bimbingan guru di luar
kelas berpengaruh terhadap kemandirian siswa. Besarnya pengaruh bimbingan guru di luar kelas dihitung

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1133 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

menggunakan analisis sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Dalam hal ini, sumbangan efektif
bimbingan guru di luar kelas menyumbang prosentase sebesar 39,22% dan sumbangan relatif sebesar
66,03% jika dianggap tidak ada faktor lain yang berpengaruh.
Dalam pembelajaran di luar kelas, Pak Arif biasa mengontrol pembelajaran di luar jam pembelajaran
dengan mendatangi rumah siswa yang dirasa memerlukan home visit. Namun apabila tidak memungkinkan
untuk dilakukan home visit, maka Pak Arif biasanya menghubungi siswa-siswanya melalui zoom meeting,
google meet atau tuweb. Sejalan dengan Pak Arif, Pak Danang pun beberapa kali memantau peserta didik
yang tidak bisa aktif secara daring dengan pendampingan langsung dengan protokol kesehatan yang ketat.
Hal ini ia lakukan agar peserta didik tersebut tetap aktif dan semangat untuk belajar.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan guru berpengaruh secara signifikan
terhadap kemandirian belajar peserta didik. Adapun besarnya sumbangan efektif bimbingan guru baik di
dalam maupun di luar kelas adalah 42,47% sementara sumbangan efektifnya jika dianggap tidak ada faktor
lain yang berpengaruh adalah sebesar 66,78%.
Dalam hal ini ternyata bimbingan guru di luar kelas menyumbang lebih banyak jika dibandingkan
dengan bimbingan guru di dalam kelas yaitu sebesar 39,22%. Dari beberapa guru yang di wawancara,
mereka kompak melakukan bimbingan diluar kelas baik secara daring maupun dengan home visit.

3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Bimbingan Guru terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara pola
asuh orang tua dan bimbingan guru terhadap kemandirian belajar peserta didik. Pada hasil penilaian
didapatkan nilai Fregresi sebesar 75,168 dengan predikat sangat signifikan karena F reg (75,168) > F tabel
untuk probabilitas 5% 3,104 untuk jumlah N=88 dan df 85. Dengan demikian dapat diinterpretasikan
bahwa pola asuh orang tua dan bimbingan guru secara bersama-sama berpengaruh positif yang sangat
signifikan terhadap kemandirian belajar peserta didik.
Adapun besar pengaruh ketiga variabel bebas melalui R Square. R Square sebesar 0,639 atau sama
dengan 63,9 % yang mengandung pengertian bahwa pengaruh pola asuh orang tua dan bimbingan guru
secara bersama-sama terhadap kemandirian belajar peserta didik sebesar 63,9 %. Sementara sisanya 36,1
% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian.
Berdasarkan tabel koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,639 atau sama dengan 63,9%. Angka
tersebut mengandung arti bahwa pola asuh orang tua (X 1) dan bimbingan guru (X2) secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel kemandirian belajar peserta didik (Y) sebesar 63,9 %.
Sedangkan sisanya (100% - 63,9 % = 36,1%) dipengaruhi oleh variabel lain.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan tiga orang tua, tiga guru, dan tiga peserta didik dari tiga
sekolah yang menyatakan bahwa pola asuh dan bimbingan berpengaruh terhadap kemandirian belajar
peserta didik. Hal tersebut diperkuat dengan dokumen nilai dan hasil belajar yang menyatakan bahwa
peserta didik yang mendapat bimbingan ketika orang tua menerapkan pola asuh yang tepat dan guru
melakukan bimbingan yang tepat kepada peserta didik maka nilai dan prestasi belajar peserta didik juga
bagus.

KESIMPULAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian campuran (mix method). Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahap sesuai prosedur yang telah ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalahterdapat pengaruh
antara pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar peserta didik SD di Kecamatan Mertoyudan. Pola
asuh orang tua berpengaruh signifikat terhadap kemandirian belajar peserta didik Secara bersama-sama pola
asuh orang tua memiliki andil sebesar 21,20% terhadap kemandirian belajar peserta didik. Sementara secara

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1134 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

sendiri-sendiri, tipe demokratis memiliki pengaruh yang paling besar jika dibandingkan dengan pola asuh
orang tua tipe permisif dan otoriter yaitu sebesar 17,52%. Selain itu,peserta didik dengan orang tua yang
memiliki pola asuh tipe demokratis juga memiliki kemandirian belajar yang cenderung tinggi serta prestasi
belajar yang cenderung baik pula. Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan guru dengan
kemandirian belajar peserta didik. Adapun besarnya sumbangan efektif bimbingan guru baik di dalam maupun
di luar kelas adalah 42,47% sementara sumbangan efektifnya jika dianggap tidak ada faktor lain yang
berpengaruh adalah sebesar 66,78%. Dalam hal ini ternyata bimbingan guru di luar kelas menyumbang lebih
banyak jika dibandingkan dengan bimbingan guru di dalam kelas yaitu sebesar 39,22%. Dari beberapa guru
yang di wawancara, mereka kompak melakukan bimbingan di luar kelas baik secara daring maupun dengan
home visit.Terdapat pengaruh pola asuh orang tua dan bimbingan guru terhadap kemandirian belajar peserta
didik SD di Kecamatan Mertoyudan. Pada hasil penilaian didapatkan nilai F regresi sebesar 75,168 dengan
predikat sangat signifikan karena F reg (75,168) > F tabel untuk probabilitas 5% 3,104 untuk jumlah N=88
dan df 85. Besar pengaruh kedua variabel bebas melalui R Square. R Square sebesar 0,639 atau sama dengan
63,9 % yang mengandung pengertian bahwa pengaruh pola asuh orang tua dan bimbingan guru secara
bersama-sama terhadap kemandirian belajar peserta didik sebesar 63,9 %. Sementara sisanya 36,1 %
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.Hal tersebut diperkuat dengan
dokumen nilai dan hasil kerja peserta didik yang menyatakan bahwa peserta didik yang mendapat bimbingan
ketika orang tua menerapkan pola asuh yang tepat dan guru melakukan bimbingan yang tepat kepada peserta
didik maka nilai dan prestasi belajar peserta didik juga bagus.Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa
pola asuh orang tua dan bimbingan guru secara bersama-sama berpengaruh positif yang sangat signifikan
terhadap kemandirian belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA
Anak, K. (2016). Print Motivation, Phonological Awareness, Vocabulary, Narrative Skill, Print Awareness
Dan Letter Knowledge ., 1–20.
Anggi Lestari. (2016). Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan, 22(1), 9–17. Retrieved From
Http://Journal.Um.Ac.Id/Index.Php/Jip/Article/View/8639.
Cornell, Kathryn M. (2014). The Relationship Between Parenting Styles Andparental Involvement And
College Students’ Predisposition Toward Education. Kentucky: The Faculty Of The Department Of
Psychology Murray State University Murray.
Ad, Yahya. (2018). Konsep Perkembangan Kognitif Perspektif Al Ghazali Dan Jean Piaget. Jurnal Bimbingan
Dan Konseling (E-Journal), 2018.
Adawiyah, R. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Implikasinya Terhadap Pendidikananak. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017.
Asmoro, H. (2016). Dampak Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah Terhadap Kemandirian Peserta Didik. Tesis:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Assidiqi, Mh. (2020). Pemanfaatan Platform Digital Di Masa Pandemi Covid-19. Unnes. Vol 3 No 1,
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana.
Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk Kepribadian Anak. Iain
Salatiga. Vol.5. No 1, Januari-Juni 2017.
Covid-, M. P. (2021). Optimalisasi Pembelajaran Anak Usia Dini, 1, 57–63.
Darta, Hany Mochtar. (2017). Positive Character With Positive Parenting. Jakarta: Pt Gramedia.

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1135 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

Daryanto Dan Mohammad Farid. (2015). Bimbingan Konseling Panduan Guru Bk Dan Guru Umum.
Yogyakarta: Gava Media.
Dewi, K E. (2019). Pengembangan Instrumen Evaluasi Sikap Kemandirian Belajar Peserta Didik Sekolah
Dasar Gugus Iv Kecamatan Sleman. Yogyakarta: Tesis, Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa.
Djamarah, Saifuul Bahri. (2002). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Saifuul Bahri. (2014). Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka
Cipta.
Erdiansyah. (2019). Process Of Understanding The Concepts And Independence Learning On Research
Statistics Subject. Jambi: Universitas Jambi.
Fatmaati, E, Dkk. (2021). Pola Asuh Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar Anak Pada Pembelajaran Daring.
Jurnal Educatio Vol 7, No. 1, March 2021.
Fauzi, M R. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Anak Berolahraga Di Akademi Futsal
Maestro Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia: Respository.Upi.Edu.
Firdaus, F.M, Dkk. (2021). Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar Menggunakan
Model Sole Saat Pandemi Covid-19. Foundasia Vol 12, No 1, 2021.
Hidayat, D.R, Dkk. (2020). Kemandirian Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring Pada Masa
Pandemi Covid-19. Perspektif Ilmu Pendidikan-Vol.34 No. 2 Oktober 2020.
Hidayati, Nur Istiqomah. (2014). Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi, Dan Kemandirian Anak
Sd. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 3, No 01/ 2014.
Hosnan, M. (2016). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Habibah, R., Salsabila, U. H., Lestari, W. M., Andaresta, O., & Yulianingsih, D. (2020). Pemanfaatan
Teknologi Media Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar, 2(02),
1. Https://Doi.Org/10.30742/Tpd.V2i2.1070.
Iswari, Mega. (2017). Career Guidance Model In Independence Of Deaf Children In Time After Special
Senior High School. Journal Of Icsar Issn (Print): 2548-8619; Issn (Online): 2548-8600.Volume 1
Number 2 July 2017.
Khairiah, Dkk (2021). Pelayanan Profesional Guru Bimbingan Konseling Dalam Meminimalisir
Kesalahpahaman Tentang Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jurnal Of Education And Teching
Learning (Jetl) Volume 3, Issue 1, January 2021 Page 36-49.
Kbbi. (2020). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi). (Online). Available At: Https:Kbbi.Web.Id/Rehabilitasi
(Diakses 6 Oktober 2020).
Mahmudi, Arif. (2020). Pengaruh Bimbingan Konseling, Pola Asuh Orang Tua Dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Kemandirian Peserta Didik Di Sma Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten. Dwijaloka, Vol 1
No.2, Juli 2020.
Monks, F.J Dan Siti Rahayu Haditomo. (2019). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nomar, C. P., & Juni, T. X. (1994). Mengefektifkan Peran Keluarga Dalam Mendldlk Anak, 2(2), 59–72.
Https://Doi.Org/10.21831/Cp.V2i2.9119.
Nahdi, Dkk. (2020). Implementasi Pembelajaran Pada Masa Lockdown Bagi Lembaga Paud Di Kabupaten
Lombok Timur. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 5(1), 177-186. Issn :2549-8959
Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V5i1.529.
Nirmala, B., & Annur, H. (2021). Home Visit : Strategi Paud Dari Rumah Bagi Guru Di Daerah 3t Pada Masa
Pandemi Covid-19.5 (2), 1052-1062 Https://Doi.Org/10.3 1004/Obsesi.V5i2.716.

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
1136 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Bimbingan Guru Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar pada Pembelajaran Jarak Jauh – Muflihatun Najihah, Ety Syarifah, Jaka Warsihna
DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2182

Nurjamyadna. (2016). Hubungan Pola Asuh Demokratis Dan Interaksi Sosial Dengan Kemandirian Peserta
Didik Di Sma Sinar Husni Helvetia. Medan: Tesis Universitas Medan Area.
Oik Shok Hong. (2015). An Analysis On The Relationship Between Parenting Styles And Self Esteem Of
Students Of A University In Malaysia: A Case Study. Mediterranean Journal Of Social Sciences Mcser
Publishing, Rome-Italy, Vol 6 No 4 S3 August 2015.
Pratiwi, R. (2017). Pengaruh Layanan Bimbingan Konseling, Pola Asuh Orang Tua, Dan Interaksi Sosial
Terhadap Kemandirian Peserta Didik Smp Muhammadiyah 02 Semarang. Jurnal Bbm (Buletin Bisnis &
Manajemen) Vol 3, No 2.
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C. H., & Putri, R. S. (2020).
Studi Eksploratif Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online Di Sekolah Dasar.
Edupsycouns: Journal Of Education, Psychology And Counseling, 2(1), 1–12.
Https://Ummaspul.Ejournal.Id/Edupsycouns/Article/View/397
Puspitawati, H. (2013). Konsep Dan Teori Keluarga. Gender Dan Keluarga, 4(Zeitlin 1995), 1–16.
Https://Doi.Org/10.1249/01.Mss.0000074580.79648.9d.
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring)
Masa Pandemi Covid- 19 Pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–870.
Https://Doi.Org/10.31004/Basicedu.V4i4.460.
Risthantri, P Dan Ajat Sudrajat. (2015). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Ketaatan Beribadah Dengan
Perilaku Sopan Santun Peserta Didik. Harmoni Sosial Jurnal Pendidikan Ips. Vol 2 No2/2015.
Santoso, R. (2020). Pengaruh Motivasi Dan Sarana Belajar Online Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa
Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol.14, No. 1, 2021.
Sugianto, Dkk. (2020). Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemandirian Belajar Peserta Didik
Di Rumah. Jurnal Inovasi Penelitian Vol 1 No.3 Agustus 2020.
Sukamto, R,N, & Fauzizah, P.(2021). Identifikasi Pola Asuh Orang Tua Di Kota Pontianak. Volume 5 Issue
1pages 923-930 , Jurnal Obsesi:Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Surat Edaran Menteri Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bdr Selama Darurat Covid 19.
Sefriani, R., Sepriana, R., Wijaya, I., Putra, U., & Yptk, I. (2021). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan
Efektivitas Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19, 3(6), 4731–4737.
Solihat, I., & Riansi, E. S. (2018). Literasi Cerita Anak Dalam Keluarga Berperan Sebagai Pembelajaran
Pembentuk Karakter Anak Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 4(2), 258.
Https://Doi.Org/10.30870/Jpsd.V4i2.3869.
Tuhri, T (2018). Peningkatan Pemahaman Tentang Motivasi Belajar Melalui Metode Role Play Pada Peserta
Didik Kelas Vii E Semester I Smp Negeri 7 Sukoharjo Tahun 2017/2018. Jurnal Ilmiah Edinamika.
Https://Doi.Org/10.290040/Jiev2i0i.184.
Utami, F.(2021). Pengasuhan Keluarga Terhadap Perkembangan Karakter Disiplin Anak Usia Dini. Vol 5, No
5, Jurnal Obsesi :Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Utami, D. D. (2011). Sebuah Kombinasi Gamefikasi & Model Pembelajaran Untuk Membangun Partisipasi
Aktif , Motivasi Dan Pengalaman Belajar Siswa, 73–78.
Zainuddin Atsani, L. G. M. (2020). Transformasi Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19
(Transformation Of Learning Media During Covid-19 Pandemic). Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam, 1(1),
82–93. Retrieved From
Http://Ejournal.Kopertais4.Or.Id/Sasambo/Index.Php/Alhikmah/Article/View/3905.

Jurnal Basicedu Vol 6 No 1 Tahun 2022


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
Resume Penelitian Studi Kasus

Studi kasus adalah jenis penelitian kualitatif yang berfokus pada satu atau sejumlah
kecil orang dan menghasilkan laporan naratif tentang perilaku dan pengalaman mereka. Studi
kasus memiliki tujuan umum yaitu 1) menggambarkan kondisi individu sebaga subjek
penelitian; 2) melakukan identifikasi masalah utama pada kasus; 3) menerapkan konsep teoritis
dan teori pada suatu situasi untuk membedakan antara masalah potensial dan fokus pada
masalah utama.; 4) analisa kasus menggunakan konsep teoritis; dan 5) memberi rekomendasi
terkait tindakan yang bisa menjadi penyelesaian dari suatu kasus. Penelitian studi kasus
memiliki beberapa karakteristik meliputi 1) menempatkan obyek penelitian sebagai kasus; 2)
memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer (sedang atau telah terjadi); 3)
dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya; 4) menggunakan berbagai sumber data; dan 5)
menggunakan teori sebagai acuan penelitianPenelitian studi kasus memiliki jenisnya tersendiri
meliputi:
1) Studi kasus eksplanatori: jenis pendekatan studi kasus yang digunakan oleh para ilmuwan
ketika mereka kehilangan jejak atau kendali atas fenomena yang mereka pelajari dan
malah harus bertanya pada diri sendiri "mengapa" atau "bagaimana" hal ini terjadi.
2) Studi kasus eksploratori: metode penelitian yang tujuannya adalah untuk menjawab
pertanyaan “apa” dan juga “siapa”.
3) Studi kasus deskriptif: menganalisis urutan peristiwa tertentu yang terjadi di masa lalu.
Penelitian studi kasus memiliki kelebihan dan kekurangannya juga. Beberapa
kelebihannya ialah studi kasus dapat mengungkap hal-hal spesifik, detail dan rinci dan dapat
dijelaskan dengan penelitian yang lain serta studi kasus tak hanya sekedar memberi laporan
secara faktual, namun juga memberi suasana dan pikiran yang mampu dikembangkan lebih
menjadi bahan-bahan penelitian lain untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian.
Selanjutnya beberapa kekuranganya ialah 1) metode studi kasus dipersoalkan karena segi
reliabilitas, validitas dan generalisasi; 2) tidak selalu cocok dengan menggunakan penelitian
kuantitatif, karena tujuan yang digunakan untuk menggeneralisasi; dan 3) bersifat
observasional yang mengharuskan peneliti untuk terjun langsung, sehingga dapat mendapatkan
data yang valid.

Langkah-langkah penulisan penelitian studi kasus adalah 1) menentukan dan


mendefinisikan pertanyaan penelitian; 2) menentukan disain dan instrumen penelitian; 3)
mengumpulkan data; 4) menentukan teknik analisis data; dan 5) mempersiapkan laporan studi
kasus. Penelitian studi kasus memiliki manfaat beberapa diantaranya yaitu sarana utama bagi
penelitian emik yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti, menyajikan uraian
menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari, sarana
efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan subjek atau informan, serta studi
kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya
merupakan gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan.
Contoh Penelitian Studi Kasus:

Penurunan Minat bersekolah di SD Negeri dibandingkan SD Islam: Studi Kasus di Kecamatan


Garum Kabupaten Blitar

Sumber: http://jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant/article/view/84/pdf

Rumusan Masalah:

Apakah penyebab adanya penurunan minat bersekolah di SD Negeri dibandingkan SD Islam?

Alasan Artikel Tersebut merupakan Artikel Studi Kasus:

Penelitian ini dikatakan penelitian studi kasus karena ingin menganalisis lebih dalam suatu
peristiwa yaitu terkait penyebab terkait penyebab penurunan minat bersekolah di SD Negeri
dibandingkan SD Islam di Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Studi kasus disini juga
memperbolehkan peneliti untuk menganalisis kasus tentang individu atau organisasi,
intervensi, hubungan relasi, dan program.
Penurunan Minat bersekolah di SD Negeri dibandingkan SD Islam:
Studi Kasus di Kecamatan Garum Kabupaten Blitar

Riyadus Solihin(1) & Achmad Ryan Fauzi(2)


1,2
Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
1
ryadssholikin@gmail.com & 2achmadryan@unubitar.ac.id

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh


Tersedia Online di adanya fenomena yang terjadi di Kecamatan Garum
http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ Kabupaten Blitar. Dimana ketika memasuki usia
index.php/briliant sekolah dasar kebanyakan orang tua siswa memilih
menyekolahkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah
Sejarah Artikel (MI) atau Sekolah Dasar Islam (SDI). Tujuan
Diterima pada 22 Juli 2017 penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab
Disetuji pada 24 Juli 2017 penurunan minat untuk bersekolah di Sekolah Dasar
Dipublikasikan pada: 2 Agustus Negeri dibandingkan Sekolah Dasar Islam.
2017 Hal 392-401 Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif berjenis
studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penurunan minat ini disebabkan karena program
Kata Kunci:
pendidikan keagamaan di SDI/MI lebih banyak dan
Penurunan minat, bersekolah, sd
seimbang daripada di SDN. Sementara saat ini
negeri, sd islam.
masyarakat sangat membutuhkan sekolah yang
berbasis keagamaan dengan harapan adanya
kesimbangan antara ilmu umum dan agama yang
kelak dapat membentuk akhlak anak mereka.

Pendidikan merupakan salah satu bidang stategis yang turut menentukan


kemajuan suatu bangsa. Hal ini didukung bahwa pendidikan merupakan salah satu
dari tiga indikator penentu kemajuan bangsa yang terangkum dalam indek
pembangaunan manusia (BPS RI, 2016). Pendidikan menjadi pilar penting dalam
mengembangan diri manusia untuk menguasai bidang-bidang yang lain. Sebagai
contoh di Jepang, Negara yang pernah porak poranda dan tidak memiliki
sumberdaya alam yang memadai namun saat ini bisa menguasai dunia karena
mereka memahami bahwa masa depan sangat ditentutan oleh pendidikan dan
pembangunan manusianya (Neamtu, 2014). Juga kebijakan European Council,
saat ini menerapkan sistem pendidikan yang mengarahakan siswa untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi tantangan
ekonomi dan sosial di era globalisasi dunia (Seiça & Sanches, 2013). Ada Juga
Malaysia yang ingin menjadi Negara maju dan kompetitif berbasis riset, maka
sistem pendidikannya dikembangkan dengan menekankan pada keberhasilan
pembelajaran sains (Veloo, Perumal, & Vikneswary, 2013).
Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mencapai suatu
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (UU No. 23 Tahun 2003). Pendidikan dalam arti luas adalah transmisi dan
transformasi pengetahuan (knowledge), nilai-nilai (values), dan keterampilan-

392 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual


Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
keterampilan (skils) yang berlangsung di dalam dan di luar sekolah yang
berlangsung seumur hidup (Siswoyo, 2013:109).
Pendidikan bukan hanya sekedar membuat peserta didik pandai
menghapal tetapi yang lebih penting ialah menjadikannya sebagai manusia, atau
dalam istilah Driyakarya, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia
(Pramudia, 2006:31). Pendidikan harus peduli terhadap upaya untuk mencegah perilaku
kekerasan atau perilaku tidak terpuji lainnya secara dini melalui program pendidikan,
agar budaya damai, sikap toleransi, empati, dan sebagainya, dapat ditanamkan kepada
peserta didik (Wahyu, 2011). Untuk itu, pendidikan harus menyediakan dasar
keberlanjutan hidup bangsa dalam semua aspek kehidupan nasional yang
mencerminkan karakter bangsa saat ini (Zainuddin, 2016).
Pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan siswa sebagai bekal kehidupan mereka di masyarakat modern
dan menjadikan pengetahuan mereka berguna untuk kelayakan kerja sama ini, dan
masa depan (Serafín, Dostál & Havelka, 2014). Pengalaman bersekolah
(Pendidikan) dapat mengembangkan keterampilan akademik dan komptensi serta
merubah hidup siswa. (Burchinal & Peisner-Feinberg, 2002; Carvalho, Martins,
Santana & Feliciano, 2014).
Meninjau pada tujuan pendidikan nasional, arah pendidikan di Indonesia
adalah untuk mengembangakan kompetensi pada diri siswa. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20
tahun 2003). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap
potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20
tahun 2003).
Di Indonesia pendidikan terbagi dalam empat jenjang, yaitu prasekolah
(pendidikan anak usia dini), pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan diatur oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Sekolah Dasar Negeri untuk tingkat dasar. Di sisi lain
juga terdapat peran dari Kementerian Agama yang turut serta mengembangkan
pendidikan dengan Madrasah Ibtidiyah di tingkat dasar.
Dewasa ini terjadi suatu perpindahan paradigma di masyarakat
khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Dimana saat ini masyarakat lebih
memercayakan pendidikan anak-anaknya pada sekolah-sekolah yang memiliki
label keagaaman seperti Sekolah Dasar Islam (SDI) dan Masdrasah Ibtidaiyah
(MI). Hal ini berdampak pada meningkatknya jumlah siswa SDI dan MI
dibarengai dengan menurunnya jumlah siswa SD negeri. Dengan demikian saat ini
SDI dan MI lebih dimanati oleh masyarakat daripada SD negeri. Terjadi suatu
kontradiksi dimana dulu SD negeri lebih diminati dari pada SDI/MI.
Hal tersebut terjadi hampir di beberapa kawasan salah satunya di
Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Wilayah Kecamatan Garum, terdapat
beberapa SD Negeri yang letaknya berdekatan dengan SDI atau MI dan jumlah
siswanya pun lebih banyak SDI atau MI. Masyarakat disekitar tempat tersebut
ketika ditawakan secara bersamaan memutuskan untuk menyekolahkan anaknya
di SDI atau MI. Pada perhitungan awal Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
393 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Garum pada tahun ajaran 2016/2017 mengalami penurunan sebesar 3,7% dalam
jumlah siswa. Sedangkan Sekolah Dasar yang menggunakan sistem Full Day
(SDI/MI) wilayah Garum mengalami peningkatan sebesar 10,4 % jumlah siswa
(Dapodik, 2016).
Terlihat jelas minat yang tinggi kepada SDI /MI daripada SD Negeri.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa masyarakat lebih berminat pada SDI
dan MI serta meninggalkan SD Negeri? Apakah ada hal yang salah pada system
pendidikan dan pembelajaran di SD Negeri? Ataukah ada keunggulan dan
kompetensi lebih yang dimiliki oleh SDI dan MI yang memberikan pembeda.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan trianggulasi,
analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari generalisasi (Sugiyono, 2015). Proses penelitian
kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan prsedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para
partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus
ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data (Creswel, 2014).
Adapun jenis dari penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi
kasus. Studi kasus merupakan suatu jenis pendekatan penelitian kualitatif yang
memungkinkan peneliti untuk menganalisis lebih dalam suatu peristiwa (kasus)
menggunakan berbagai macam sumber data (Baxter & Jack, 2008). Studi Kasus
juga memperbolehkan peneliti untuk menganalisis kasus tentang individu atau
organisasi, intervensi, hubungan relasi, dan program (Yin, 2003).
Dalam studi kasus ini peneliti memiliki peranan vital dalam menafsirkan
dan mengumpulkan data-data penelitian. Adapun data-data penelitian diperoleh
melalui observasi dan wawancara. Observasi dilakukan di sekolah – sekolah yang
menjadi obyek penelitian, yaitu SDN Tawangsari 01 Kecamatan Garum dan SDI
Maarif Garum. Sedangkan wawancara dilakukan kepada informan, yaitu (1)
Kepala SDN Tawangsari 01, (2) Perwakilan Wali Murid SDN Tawangsari 01, (3)
Kepala SDI Ma’arif Garum dan (4) Perwakilan Wali Murid SDI Ma’arif Garum.
Untuk membuktikan validitas data yang diperoleh, peneliti kemudian
melakukan trianggulasi. Trianggulasi adalah suatu pendekatan analisis data yang
mensintesis data dari berbagai sumber (Bachri, 2010:55). Trianggulasi yang
dilakukan meliputi trianggulasi metode dan trianggulasi informan. Trianggulasi
metode dilakukan dengan melakukan pengumpulan data melalui teknik
dokumentasi. Melalui teknik ini dilakukan penghimpunan dan pengumpulan data
dari dokumen yang ada (Sukmadinata, 2015:221). Dalam hal ini adalah Data
Pokok Pendidikan (Dapodik). Sedangkan trianggulasi informan dilakukan dengan
cara mewawancarai informan diluar informan utama namun terlibat dalam kasus
ini, yaitu (1) Guru SDN Tawangsari 01 Garum, (2) Guru SDI Ma’arif Garum dan
(3) Tokoh Masyarakat Kelurahan Tawangsari.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara mendalam. Analisis
dilakukan untuk melakukan interpretasi dan penafsiran terhadap data-data
394 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
penelitian yang telah diperolah. Analisis dilakukan dengan mengadopsi langkah
yang dikembangkan oleh Miles, Hubberman & Saldana (2014), yaitu (1) Reduksi
data, (2) Penyajian Data, dan (1) Penarikan Kesimpulan. Lebih lanjut, dalam
reduksi data dilakukan seleksi dan pemilahan data-data. Data dipilah mana yang
diperlukan dan mana yang tidak diperlukan. Kemudian data yang telah dipilah
dirangkai sedemikian rupa sehingga mudah digeneralisasi dan diverivikasi.
Akhirnya data yang telah dirangkai digeneralisasi dan diverivikasi untuk menarik
suatu kesimpulan.

HASIL
Dalam penelitian ini peneliti mengambil obyek studi SDN dan SDI di
wilayah Kecamatan Garum. Secara khusus dipilih SDN Tawangsari 1 dan SDI
Ma’arif Garum yang terletak di Kelurahan Tawangsari Kecamatan Garum. SDN
Tawangsari 01 Garum merupakan salah satu SDN yang mengalai dampak
penurunan jumlah setiap tahunnya. Sedangkan SDI Ma’arif Garum merupakan SD
berbasis pendidikan Islam yang semakin naik daun dengan adanya fenomena
penurunan minat besekolah di SD Negeri. Dalam penelitian ini penulis melakukan
observasi dan wawancara terkait dengan sarana-prasarana sekolah, tenaga
kependidikan, pembelajaran, program sekolah yang dikaitkan dengan tanggapan
wali murid.

Sarana-prasarana sekolah
Dari aspek sarana-prasarana baik SDN tawangsari 01 maupun SDI
Ma’arif Garum memiliki sarana prasarana yang memadai untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Walaupun untuk beberapa fasilitas masih belum ada
dan masih dalam proses pengadaan. Pun demikian lingkungan sekolah sudah
ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga terciptalah sekolah yang nyaman dan
aman. Untuk ruang kelas, keduanya juga telah memenuhi dan mencukupi untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dengan kelas parallel.
Fasilitas penunjang kegiatan pembelajran beberapa diantaranya juga telah
memenuhi. Di SDN Tawangsari 01 terdapat aula, termpat ibadah, toilet, tempat
olahraga. Sedangkan di SDI Ma’arif Garum terdapat tempat ibadah, toilet, tempat
olahraga, kantin, aula, laboratorium, perpustakaan.

Tenaga Kependidikan
Dari aspek tenaga kependidikan, SDN tawangsari 1 Garum telah
memnuhi rasio 1:20 (satu guru untuk dua puluh siswa) sehingga bisa dikatakan
sudah mencapai standar. Namun demikian SD ini masih memiliki kekurangan
yaitu belum memiliki guru agama tetap. Guru agama yang dimiliki oleh SDN
Tawangsari 1 sifatnya masih rangkap dengan SDN lain.
Sedangkan untuk SDI Ma’arif garum juga sudah memenuhi rasio
minimal 1:20 (satu guru untuk dua puluh siswa). Sehingga bisa dikatakan sudah
mencapai standar. Yang menjadi keunggulan di SDI ma’arif garum, adalah
masing-masing guru memiliki keterampilan mengaji yang baik. Hal ini menjadi
syarat mutlak bagi mereka yang mengajar di SDI ini. Selain itu SDI ini juga telah
memiliki guru-guru keagamaan yang mumpuni sehingga untuk pendidikan
keagamaan telah memiliki ahlinya tanpa mengambil dari luar sekolah.

395 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual


Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Pembelajaran
SDN Tawangsari 1 Garum merupakan SDN unggulan di wilayah
kecamatan Garum, seringkali sistem pembelajaran yang diterapkan di SDN ini
dirujuk oleh SDN lain yang berada di wilayah Kecamatan Garum. SDN ini sudah
menerapkan Kurikulum 2013 (K13) dengan berbasis keilmuan umum. Sedangkan
SDI Ma’arif Garum, sama halnya dengan SDN Tawangsari Garum telah
menerapkan Kurikulum 2013 (K13). Sistem pembelajaran yang diterapkan di SDI
ini merupakan perpaduan antara pendidikan umum dan pendidikan keagamaan.
Sehingga dalam penerapan K13 tidak hanya berbasis pada keilmuan umum akan
tetapi juga berbasis pada keilmuan agama.

Program Sekolah
Kedua sekolah ini merupakan sekolah yang telah terakrediatasi. Sehingga
dalam melakukan administrasi dan pengelolaan program sekolah telah dilakukan
dengan baik. Akan tetapi kedua SD ini memiliki program berbeda untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan pembelajaran di
sekolah masing-masing.
Di SDN Tawangsari menawarkan program pembelajaran reguler berbasis
keilmuan umum dengan tambahan jam pendidikan keagamaan. Tambahan jam
pendidikan keagamaan ini merupakan program baru yang masih beberapa tahun
ini berjalan. Sehingga penerapannya masih belum berjalan dengan maskimal
karena masih bersifat seperti ekstra dan tenaga pengajar bukan tenaga tetap.
Namun demikian program ini dapat menarik minat wali murid untuk
menyekolahkan anaknya di SDN ini. Sehingga SDN ini masih mendapat cukup
siswa untuk pelaksanaan KBM yang terstandar.
Di SDI maarif garum menawarkan program pemebelajaran full day
berbasis keilmuan umum dan agama yang diajarkan secara seimbang. Dengan
harapan lulusan SDI ini dapat menguasai ilmu umum dan ilmu agama. Salah satu
yang menjadi unggulan di SDI ini sesuai namanya terdapat pendidikan keagamaan
secara intensif. Hal inilah yang menjadi pedoman pelakasanakan KBM di SDI.
Pendidikan keagamaan ini setara dengan pendidikan umum dan sifatnya bukan
sekedar ekstra. Dengan program ini, banyak wali murid yang tertarik untuk
menyekolahkan anak-anaknya disini. Terlebih program ini mengakomodir
kebutuhan wali murid dewasa ini dalam pemenuhan pendidikan keagamaan bagi
anak-anaknya. Dengan menyekolahkan anaknya di SDI wali murid merasa
mendapat dua kuntungan (ilmu umum dan ilmu agama bagi anaknya) tanpa harus
mencari lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah.

PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kedua sekolah tersebut
secara umum sama. Keduanya telah terakreditasi dilengkapai dengan fasilitas
penunjang yang hampir sama. Dari segi pembelajaran pun keduanya juga telah
menerapkan kurikulum 2013. namun dari segi program, keduanya berbeda. SDN
Tawangsari 1 menerapkan program pembelajaran berbasis umum dengan
tambahan pendidikan keagamaan. Sedangkan SDI Ma’arif Garum menerapkan
program pembelajaran full day berbasis keseimbangan ilmu umum dan ilmu
agama khusunya agama Islam.

396 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual


Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa Sekolah Dasar Islam (SDI)
memiliki daya tarik yang lebih kuat dari pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) bukan
sepenuhnya dikarenakan fasilitas yang ditawarkan akan tetapi perbedaan program
pendidikan yang diterapkan. SDI menerapkan program pendidikan dengan
memperhatikan kesimbangan anatara ilmu umum dan ilmu agama. Bahkan
kecenderungannya beberapa SDI menerapkan program pendididkan full day yang
mana tambahan jam dilakukan untuk memperkuat ilmu keagamaan. Full day
school sendiri merupakan satu istilah dari proses pembelajaran yang dilaksanakan
secara penuh, aktifitas anak lebih banyak dilakukan di sekolah dari pada di rumah
(Setiyarini, Joyoatmojo & Sunardi, 2014).
Disisi lain keberadaan pendidikan tersebut saat ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama untuk
membentuk karakter anak semakin tinggi dewasa ini. Mereka sangat berharap
anak yang disekolahkan di SDI/MI memiliki pengetahuan yang seimbang antara
agama dan umum. Mereka memilih SDI dengan melihat isi dari pelajaran di SDI
yang tidak hanya berdasar materi tetapi juga karakter yang nyata. Oleh karena itu,
konten pendidikan yang dipelajari bukan hanya masalah tapi juga sikap (Suwarti
& Zainuddin, 2017). Akhirnya akan terbentuk anak yang pinter juga berkarakter
(pinter tur beneh).
Pendidikan karakter di SDI terasa lebih efektif karena karakter yang
terbentuk disesuaikan dengan norma-norma keagamaan yang dewasa ini mulai
ditinggalkan. Bila merujuk kepada ciri kehidupan manusia pada era 2000 (era
globalisasi) ini ditandai dengan kehidupan yang serba keras, kehidupan yang
penuh tantangan dan persaingan (kompetitif) yang ketat disegala lini kehidupan,
perpacuan kehidupan kebendaan (materi) yang berorientasi untuk mendapatkan
uang sebanyak-banyaknya, kehidupan menjadi bersifat individualisme dengan
melemahnya kepedulian sosial, terjadinya dekadensi moral (kemerosotan akhlak)
dan masalah-maslaah penyakit hati manusia lainnya (Nasution, 2013). Kemudian
lebih jauh lagi dapat kita amati, dewasa ini para pemuda dan pemudi kita dalam
berprilaku lebih banyak meniru-niru yang datang dari Barat, seakan-akan yang
mereka lihat dan tonton dari Barat itu patut dicontoh dan diikuti agar jangan
ketinggalan zaman (Ansori, 1992). Sehubungan dengan problema tersebutlah maka
pendidikan Islam mendapat prioritas utama untuk dibina dan dikembangkan baik
melalui pendidikan formal (Nasution, 2013).
Pendidikan di SDI/MI sendiri jika ditelaah lebih lanjut memasukkan
sistem pembelajaran bergaya pesantren. Dapat dilihat dari keilmuan agama dan
kurikulum kagamaan yang dijalankan memiliki kemiripan dengan yang ada di
pondok pesantren. Misalnya pelajaran tentang keaswajaan, hadist, fiqih, tasawuf,
bahasa arab, dan juga adab. Dalam sejarah perjalanannya, pesantren telah berhasil
melakukan upaya-upaya kontekstualisasi ajaran Islam dengan budaya lokal
(Solichin, 2012). Pesantren secara umum telah berperan dalam perdamaian,
menjaga stabilitas dan mengakomodasi hubungan yang harmonis antara tradisi
lokal dan nilai-nilai dari luar (Sholeh, 2007), Pada tataran normatif dan empiris
pesantren memiliki konstribusi besar untuk memberikan pandangan, sikap serta
alternative untuk meminimalisir berkembangnya gerakan radikal agama, seperti
terorisme diantaranya dengan menerapkan pendidikan peace building sebagai
upaya antisipasif di kalangan masyarakat pesantren dan sekitarnya (Fitriani,
2015).
397 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Pesantren adalah Lembaga pendidikan khusus yang berakar pada sejarah
pendidikan yang panjang di Indonesia. Pesantren sangat peduli dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang pendidikan (Lawson, 2010; Scott,
2011). Setelah proses yang panjang, pesantren akhirnya diberi tanggung jawab
dan kepercayaan oleh masyarakat sebagai pusat pendidikan Islam. Selanjutnya,
ketika seorang anggota masyarakat memiliki masalah terkait Pendidikan dan
agama, pesantren menjadi rujukan pertama dan utama. Ini menunjukkan betapa
berharganya pesantren sebagai bagian instrumental masyarakat Indonesia.
Sebelum Indonesia merdeka, pesantren sudah ada. Pesantren beradaptasi dalam
mendukung pengajaran dan pembelajaran hal ini menunjukkan bahwa institusi ini
menerapkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai bagian dari
pengajarannya (Wekke, 2015; Wekke dan Hamid, 2013). Maka dari itu, setiap
berdirinya SDI pasti ada tokoh-tokoh kyai atau lulusan pondok pesantren yang
berperan aktif dibelakangnya.
Hal demikian tidak terjadi di Sekolah Dasar Negeri, SD Negeri memiliki
program pendidikan yang berbeda dengan SDI. Sebagai sekolah dasar umum,
SDN menitik beratkan pendidikannya pada ilmu-ilmu umum. Disadari atau tidak
pendidikan keagamaan menjadi wajib namun tidak terlalu diperhatikan.
Sekolah dasar negeri merupakan sekolah dasar umum yang dikelola oleh
peerintah. Program-program pendidikan di SD Negeri berorientasi untuk
kepentingan masyarakat secara umum. Namun demikian dalam pendidikan
agama, kurang dititik beratkan. Hal ini kemudian terjadilah penurunan minat
masyarakat. Di SD Negeri masyarakat kirang praktis dalam pendidikan
keagamaan.
Oleh karena itu, sebagai upaya kembali menjaring murid SD Negeri
mulai menambahkan jam pendidikan keagamaan. Hal ini patut diapresiasi.
Namun, perlu diperhatikan juga dalam distribusi dan pengelolaan waktunya
mengingat pada hakikatnya SD Negeri berbeda dengan SD Islam yang memang
berbasis umum dan keagamaan
Inilah perbedaan SDN dengan SDI yang nampak sekarang ini. Sehingga
model pendidikan SDN sekarang ini kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
Maka benar apa yang dikatakan oleh Serafín, Dostál & Havelka (2014)
bahawa pendidikan adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan siswa sebagai bekal kehidupan mereka di masyarakat modern dan
menjadikan pengetahuan mereka berguna untuk kelayakan kerja sama ini, dan
masa depan. Serta Zainuddin (2016) bahwa Pendidikan harus menyediakan dasar
keberlanjutan hidup bangsa dalam semua aspek kehidupan nasional yang
mencerminkan karakter bangsa saat ini.
Seiring dengan perubahan jaman dan pemikiran masyarakat saat ini,
maka sekolah dasar yang tidak mau berinovasi dan merubah model pendidikannya
pasti akan ditinggalkan oleh masyarakat. Masyarakat akan memilih
menyekolahkan anaknya pada sekolah yang memang memberikan harapan akan
kebutuhannya. Walaupun letak sekolah tersebut terletak jauh dari tempat tinggal.

KESIMPULAN
Terjadinya penurunan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya
di Sekolah Dasar Negeri disebabkan oleh penerapan pendidikan keagamaan yang
398 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
dianggap kurang oleh masyarakat. Sedangkan saat ini masyarakat sangat
membutuhkan pendidikan keagaamaan yang lebih banyak porsinya bagi anak-
anak mereka. Seiiring kebutuhan tersebut hadirlah SDI/MI tengah masyarakat
dengan tawaran jam pendidikan keagamaan yang lebih banyak dan seimbang. Hal
ini kemudian yang memberikan minat lebih bagi masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya pada SDI/MI. Sehingga kebutuhan mereka akan
pendidikan yang seimbang antara ilmu umum dan agama dapat terpenuhi tanpa
harus repot mencari lembaga pendidikan keagaaman diluar lembaga pendidikan
umum (SDN).

SARAN
Sebaiknya Sekolah Dasar Negeri dapat menerapkan tambahan jam
pendidikan keagamaan kepada siswanya. Secara teknis penearapan tersebut dapat
dilakukan dengan aplikasi nilai pendidikan keagamaan, misalnya melakukan
pengajian (bina iman bagi non muslim) setiap sebelum pelajaran hari itu dimulai,
melakukan sholat dhuha, dan sebelum pulang sekolah melaksanakan sholat
dzuhur berjamaah. Selain itu juga bisa diterapkan ekstrakurilkuler berbasis
keagamaan seperti qiroah, samroh, dll. Serta sekolah bisa mengadakan lomba-
lomba internal atau eksternal berbasis keagamaan seperti lomba adzan, lomba
tartil, lomba sholawat dan lain-lain. Sedangkan bagi SDI bisa berbagi ilmu dalam
pendidikan keagamaan dan melakukan kerjasama dalam penjaringan siswa baru
sehingga baik SDN maupun SDI dapat tetap menjalankan aktivitas belajar dan
mengajar. Sebagai upaya bersama mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR RUJUKAN
Ansori, Khairil. 1992. Sebuah Alternatif Menghadapi Arus Globalisasi
Bachri. B.S. 2010. Meyakinkan Validitas Data melalui Trianggulasi pada
Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1): 46-62.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2016. Index Pembangunan Manusia.
(Online), (https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/26), diakses 15 Februari
2015.
Baxter, Pamela. & Jack, Susan. 2008. Qualitative Case Study Methodology: Study
Design and Implementation for Novice Researchers. The Qualitative
Report. (Online), 13(4): 544-559. (http://www.nova.edu/ssss/QR/QR13-
4/baxter.pdf), diakses 16 Juli 2017.
Burchinal, M. R. & Peisner-Feinberg, E. (2002). Development of Academic Skills
from Preschool Through Second Grade: Family and Classroom
Predictors of Developmental Trajectories. Journal School Psychology,
40(5), 415 – 436.
Carvalho, Carolina., Martins, Dulce., Santana, Lidia E. Feliciano, Luis. 2014.
Teacher Feedback: Educational Guidance in Different School Contexts.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, (Online) 159: 219 – 223.
(http://www.sciencedirect.com), diakses 10 Februari 2017.
Creswell. John W. 2014. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. terj. Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dapodik. 2016. Data Pokok Pendidikan Tahun Ajaran 2016/2017 Jenjang SD di
Kecamatan Garum. (Online), (http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/),
diakses 25 Januari 2017.
399 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual
Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Fitriani, Laily. 2015. Pendidikan Peace Building di Pesantren: Sebuah Upaya
Mencegah Radikalisasi. Ulul Albab. 16(1): 117-130.
Lawson, D. R. (2010). An assessment of Arabic transliteration systems. Technical
Services Quarterly, 27 (2), 164-177.
Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A
Methods Sourcebook. Third Edition. SAGE Publication Asia-Pacific Pte.
Ltd. Singapore.
Nasution, Sahadir. 2013. Pendidikan Non Formal Kaitannya dengan Pembinaan
Remaja. Forum Paedagogik. 5(1): 109-124.
Neamtu, Daniela Mihaela. 2015. Education, the economic development pillar.
Procedia - Social and Behavioral Sciences. (Online), 180:413 – 420.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815014846),
diakses 10 Februari 2017.
Pramudia. Joni Rahmat. 2006. Orientasi Baru Pendidikan: Perlunya Reorientasi
Posisi Pendidik dan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah,
(Online), 3 (1): 29-38, (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._
LUAR_SEKOLAH/197106141998031-JONI_RAHMAT_PRAMUDIA
/JURNAL-ORIENTASI_BARU_PENDIDIKAN.pdf), diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Scott, D. G. (2011). The spiritual as critical and political. International Journal of
Children's Spirituality, 16 (4), 293-299.
Seica, Aline., & Sanches, Maria de F C. 2014. School Equity: The Students’
Perspectives in Diverse School Contexts. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, (Online) 116: 2015 – 2022.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814005308),
diakses 10 Februari 2017.
Serafín, Čestmír., Dostál, Jiří., & Havelka, Martin. 2015. Inquiry-Based
Instruction in The Context of Constructivism. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, (Online), 186: 592 – 599,
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815023101),
diakses 18 Januari 2017.
Setyarini, Ida Nurhayati., Joyoatmojo, Sutarno., & Sunardi. 2014. Penerapan
Sistem Pembelajaran “Fun & Full Day School” untuk Meningkatkan
Religiusitas Peserta Didik di SDIT Al Islam Kudus. Jurnal Teknologi
Pendidikan dan Pembelajaran. (Online), 2 (2): 231-244,
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id), diakses 21 Juli 2017.
Siswoyo, Dwi. 2013. Pandangan Bungkarno tentang Panacasila dan Pendidikan.
Cakrawala Pendidikan, (Online), 32 (1): 103-115, (http://staff.uny.ac.id
/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Dwi%20Siswoyo,%20M.Hum./artik
el%20cakrawala.pdf), diakses 23 Juli 2016.
Solichin, Mohammad Muchlis. 2012. Rekonstruksi Pendidikan Pesantren sebagai
Character Building menghadapi Tantangan Kehidupan Modern. Karsa.
20(1): 58-74.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

400 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual


Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017
Suwarti & Zainuddin, HM. 2017. Social Studies Learning through Cooperative
Script Aplication: Development Strategy of Coorperative and Opinion
Appreciation Character for Elementary School Students. Journal Of
Development Research. (Online), 1(1): 8-14.
(http://journal.unublitar.ac.id/jdr), diakses 17 Juli 2017.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sekertariat Negera Republik Indonesia. (Online), (www.setneg.go.id),
diakses 11 Juli 2016.
Veloo, Arsaythamby., Perumal, Selvan., & Vikneswary, R. 2013. Inquiry-based
instruction, students’ attitudes and teachers’ support towards science
achievement in rural primary schools. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, (Online), 93: 65-69, (http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S1877042813032564), diakses 18 Januari 2017.
Wahyu. 2011. Masalah dan Usaha Membangun Karakter Bangsa. Komunitas,
(Online), 3 (2): 138-149, (http://journal.unnes.ac.id /nju/index.php/
komunitas/article/2310/2363), diakses tanggal 23 Juli 2016.
Wekke, I. S. & Hamid, S. 2013. Technology on Language Teaching and Learning:
A Research on Indonesian Pesantren. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 83, 585–589.
Wekke, Ismail Suardi. 2015. Arabic Teaching and Learning: A Model From
Indonesian Muslim Minority. Procedia - Social and Behavioral Sciences.
(Online), 191: 286 – 290. (www.sciencedirect.com), diakses 19 Juli
2017.
Yin, R. K. 2003. Case Study Research: Design and methods. 3rd ed. Thousand
Oaks, CA: Sage Publishing.
Zainuddin. 2016. Designing Scientific Learning Model Application in Low-grade
of Primary Schools Based on the 2013 Curiculum in East Java,
Indonesia. Journal of Social Science (COES&RJ-JSS), (Online), 5 (3):
229-237,(http://www.centreofexcellence.net/J/JSS/Vol5/No3/JSSarticle3,
5_3_pp229-237.pdf), diakses tanggal 14 September 2016.

401 BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual


Volume 2 Nomor 3, Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai