Anda di halaman 1dari 9

Nama : Indri Chisca Triani

Kelas : A (PAK)

Nirm : 1020196368

Jenis-jenis Etika

A. Berdasarkan Nilai dan Norma Yang Digumuli


Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu di
mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika
memberikan standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika
terbagi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
1. Descriptive Ethics : Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan
penilaian terhadap objek yang diamati.
2. Normative Ethics : Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan
buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.
3. Meta Ethics : adalah studi tentang sifat, ruang lingkup, dan makna penilaian moral.
B. Berdasarkan Cakupan
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Etika Umum
Etika umum adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mangambil keputusan etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika
umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika khusus
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar. Penerapannya dapat berupa bagaimana mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Selain itu penerapannya juga
dapat berupa bagaimana menilai prilaku diri dan orang lain dalam bidang kegiatan dan
kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan.
Etika khusus dibagi menjadi dua bagian :
a. Etika Individu
Etika individu ini adalah etika yang berkaitan dengan kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri, misalnya:
1) Memelihara kesehatan dan kesucian lahiriah dan batiniah.
2) Memelihara kerapian diri, kamar, tempat tingggal, dan lainnya.
3) Berlaku tenang
4) Meningkatkan ilmu pengetahuan.
5) Membina kedisiplinan , dan lainnya.
b. Etika sosial
Etika social adalah etika yang membahas tentang kewajiban, sikap, dan pola
perilaku manusia sebagai anggota masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini menyangkut
hubungan manusia dengan manusia, baik secara individu maupun dalam kelembagaan
(organisasi, profesi, keluarga, negara, dan lainnya).Etika sosial yang hanya berlaku bagi
kelompok profesi tertentu disebut kode etika atau kode etik.Pada dasarnya etika sosial
membicarakan tentang kewajiban manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia, baik secara langsung maupun dalam
bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab manusia terhadap
lingkungan hidup. Sedikitnya, ada dua masalah yang timbul dalam etika sosial. Pertama,
tujuan etika itu memberitahukan bagaimana kita dapat menolong manusia dalam
kebutuhannya yang riil dengan cara yang susila dapat dipertanggungjawabkan. Guna
mencapai tujuan ini, seorang etikus sosial tidak hanya harus tahu norma-norma susila
yang berlaku, melainkan ia harus tahu pula kebutuhan tersebut tadi, dan sebab-sebab
timbulnya kebutuhan itu. Masalah kedua, dalam etika sosial lebih mudah timbul beragam
pandangan dibandingkan etika individual. Norma-norma harus selalu diterapkan pada
keadaan yang konkret, setiap norma menjelmakan kewajiban. Kewajiban yang paling
umum itu melakukan kebaikan.

C. Berdasarkan Pandangan
1. Etika Filosofis Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia.
Etika Filosofis dapat dijabarkan menjadi dua macam yaitu :
a. Etika Naturalisme adalah etika atau tingkah laku manusia yang lebih bersifat alamiah
atau hidup yang mendekati alam. Manusia harus menyadari bahwa mereka
merupakan bagian dari alam juga bukan hanya bagian dari masyarakat.
Aliran-aliran etika naturalisme :
 Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme
merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan
tujuan hidup dan tindakan manusia.
 Eudaimonisme adalah pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai
tujuan segala tindak-tanduk manusia. Dalam eudaimonisme, pencarian
kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah. Kebahagiaan yang dimaksud
bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira
sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut
pengembangan seluruh aspek kemanusiaan suatu individu (aspek moral, sosial,
emosional, rohani). Dengan demikian, eudaimonisme juga sering disebut etika
pengembangan diri atau etika kesempurnaan hidup.
 Stoisisme merupakan aliran filsafat Yunani Kuno yang dihadirkan oleh kaum
Stoa. Stoisisme mengajarkan kita untuk selalu sadar dan bersyukur. Paham-paham
yang dibawa oleh filsuf Yunani ini sungguh jika dipelajari, terlihat banyak
kemiripan dengan paham-paham agama maupun norma yang terjadi sekarang.
 Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan
bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan
(utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan
mengurangi penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang
berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga
sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).
Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy
Bentham dan muridnya, John Stuart Mill. Utilitarianisme merupakan suatu
paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah,
dan menguntungkan.
 Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat
bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami
sebagai suatu realitas. Ini berarti, yang disebut sebagai positif bertentangan
dengan sesuatu yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari
sesuatu yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir
dari akal manusia. Dapat disimpulkan bahwa pengertian positivisme secara
terminologis berarti suatu paham yang dalam "pencapaian kebenaran"-nya
bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal di
luar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
 Evolusionisme adalah suatu perubahan yang berkembang secara lambat dari
bentuk sederhana hingga menjadi ke bentuk yang sempurna atau rumit, perubahan
tersebut berupa perubahan kehidupan, organisasi, sosial, dan budaya.
 Vitalisme adalah suatu doktrin yang mengatakan bahwa suatu kehidupan terletak
di luar dunia materi dan karenanya kedua konsep ini, kehidupan dan materi, tidak
bisa saling mengintervensi. Dimana doktrin ini menghadirkan suatu konsep
energi, elan vital, yang menyokong suatu kehidupan dan energi ini bisa disamakan
dengan keberadaan suatu jiwa.
 Instrumentalisme adalah pandangan metodologis bahwa ide adalah instrumen
yang berguna, dan bahwa nilai suatu ide didasarkan pada seberapa efektif ide
tersebut dalam menjelaskan dan memprediksi fenomena. Menurut para
instrumentalis, teori ilmiah yang berhasil mengungkapkan tidak ada yang
diketahui benar atau salah tentang objek, properti, atau proses alam yang tidak
dapat diamati.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti analisis bahasa adalah
penelaahan yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data
kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks
(penelitian kepustakaan).
b. Etika Idealis bertolak dari kenyataan kesusilaan, dan atas dasar tersebut menyusun
pandangannya tentang dunia dan tentang kehidupan. Paham ini mengakui adanya
lingkungan norma-norma moral yang berlaku bagi manusia dan yang menuntut
manusia untuk mengujudkannya. Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan
pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan
istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme
Epikuros. Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20
istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.
Aliran-aliran Etika Idealis :
 Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari
dan pengukur pengetahuan. Kelebihan Rasionalisme adalah dalam menalar
dan menjelaskan pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian
Rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang tertarik untuk
menggeluti masalah – masalah filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan
dan menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua
manusia, mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari
manusia. Kelemahan rasionalisme adalah memahami objek di luar cakupan
rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam,
sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang
kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-
doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek,
sehingga rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja yang
benar, tanpa memerhatikan objek – objek rasional secara peka.
 Immanuel Kant, ia menyebut filsafat idealis adalah idealis kritis, dimana
paham ini menyatakan bahwa pengalaman langsung yang kita peroleh tidak
dianggap sebagai pemiliknya sendiri, melainkan ruang dan waktu adalah
forum intuisi kita, dengan demikian ruang dan waktu yang dimaksud adalah
sesuatu yang dapat membantu kita untuk mengembangkan intuisi kita.
 Romantisema romantisme adalah aliran seni yang romantic dan memiliki
cerita yang dasyat. Romantisme di ambil dari kata roman yang artinya cerita.
 Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan nilai dan norma,
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Etika mempunyai
tiga arti : Pertama, nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral.
 Fenomenologi merupakan salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang
diaplikasikan untuk mengungkap kesamaan makna yang menjadi esensi dari
suatu konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh
sekelompok individu dalam hidupnya.
 Eksistensialisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang terutama
diasosiasikan dengan beberapa filsuf Eropa abad ke-19 dan ke-20 yang
sepaham (meskipun banyak perbedaan doktrinal yang mendalam bahwa
pemikiran filsafat bermula dengan subyek manusia—bukan hanya subyek
manusia yang berpikir, tetapi juga individu manusia yang melakukan, yang
merasa, dan yang hidup. Nilai utama pemikiran eksistensialis biasanya
dianggap sebagai kebebasan, tetapi sebenarnya nilai tertingginya adalah
otentisitas (keaslian).
2. Etika Teologis Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang
bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria
pembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya,
etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang
Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam
kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga
oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen
memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia.
Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang
seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak
Allah.
Etika Teologis terbagi kedalam beberapa macam bagian yaitu :
 Etika Yudaisme merupakan suatu norma atau aturan yang berlaku pada
masyarakat Yahudi dari dahulu hingga saat ini. Etika ini bersumber pada
aturan-aturan dalam hidup masyarakat Yahudi atau pandangan hidup
masyarakat Yahudi.
 Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang
ilmu teologi yang membahas masalah tentang apa yang baik dari sudut
pandang Kekristenan. Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan
Injil, maka etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah
dan itulah yang baik. Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu
tindakan yang bila diukur secara moral baik. Saat ini, permasalahan yang
dihadapi etika Kristen ialah kehendak Allah dari manusia yang diciptakan
menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap kehendak Allah itu.
 Etika Islam (bahasa Arab: ‫ )أخالق إسالمية‬atau "Adab dan Akhlak Islamiyah"
adalah etika dan moral yang dianjurkan di dalam ajaran Islam yang tercantum
di dalam Al-Quran dan Sunnah, dengan mengikuti contoh dari teladan Nabi
Muhammad yang di dalam akidah Islamiyah dinyatakan sebagai manusia
yang paling sempurna akhlaknya.
 Etika agama Hindu dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai yang mengatur
tentang baik dan buruk serta mengenai hak dan kewajiban yang bersumber
pada ajaran agama Hindu (Veda). Pengetahuan dan peraturan tentang tingkah
laku yg sesuai dengan dharma Agama Hindu yang dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari oleh umat Hindu.
 Etika agama Buddha Menurut agama Buddha tradisional, landasan etika
Buddha bagi orang awam adalah Pancasila: tidak membunuh, mencuri,
berbohong, pelecehan seksual, atau minuman keras.
 Etika Konghucu dikenal dengan kata Li . Tujuanya adalah untuk menjaga
hubungan sesama manusia terutama dalam lingkungan kekeluargaan dan
supaya dapat mewujudkan keharmonian dan keamanan dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Etika Sosiologis merupakan etika yang berkaitan erat dengan keselamatan dan
kesejahteraan hidup. Etika ini lebih fokus pada pembicaraan mengenai bagaimana
seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam bermasyarakat.
D. Berdasarkan Tujuan
1. Etika Deontologis atau deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai
moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan. Etika ini kadang-
kadang disebut etika berbasis "kewajiban" atau "obligasi" karena peraturan
memberikan kewajiban kepada seseorang. Etika deontologis biasanya dianggap
sebagai lawan dari konsekuensialisme, etika pragmatis, dan etika kebajikan. Etika
deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti
kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan
perbuatan.
2. Etika teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos (τ?λος), yang berarti akhir,
tujuan, maksud, dan logos (λ?γος), perkataan. Teleologi adalah ajaran yang
menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika
teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan
itu. Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya
suatu tindakan yang dilakukan. Contoh kasus dari etika teleologi: Seorang anak
mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini baik untuk
moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar hukum
sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu
tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.
3. Etika Kontekstualisme menggambarkan kumpulan pandangan dalam filsafat yang
menekankan konteks di mana sebuah tindakan, ucapan, atau ungkapan terjadi, dan
berpendapat bahwa, dalam beberapa hal penting, baik itu tindakan, ucapan, atau
ungkapan hanya dapat dipahami relatif terhadap konteks itu. Dalam etika, pandangan
"kontekstual" sering kali dikaitkan erat dengan etika situasional, atau dengan
relativisme moral. Dalam teori arsitektur, kontekstualisme adalah teori desain dimana
tipe bangunan modern (tidak disalahartikan dengan modernisme) diselaraskan dengan
bentuk kota biasa ke kota tradisional.

Anda mungkin juga menyukai