Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat etika merupakan aliran
pertama dalam filsafat, pelopornya filsafat etika yakni Socrates. Filsafat etika atau
moral adalah cabang filsafat yang melibatkan sistematisasi, membela, dan
merekomendasikan konsep perilaku benar dan salah. Sebagai cabang filsafat,
etika menyelidiki pertanyaan “Apa cara terbaik bagi orang untuk hidup?” dan
“Tindakan apa yang benar atau salah dalam keadaan tertentu?”
Dalam praktiknya, etika berusaha untuk menyelesaikan pertanyaan tentang
moralitas manusia, dengan mendefenisikan konsep-konsep seperti baik dan jahat,
benar dan salah, kebajikan dan keburukan, keadilan dan kejahatan. Dalam hal ini
pemakalah membahas seputar filsafat etika agar dapat menjadi acuan manusia
dalam bertindak lebih baik lagi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian filsafat etika?
2. Apa saja macam-macam etika?
3. Apa saja aliran-aliran etika?
4. Bagaimana hubungan etika dengan ilmu filsafat?
5. Apa manfaat mempelajari filsafat etika?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan rumusan masalah, maka yag menjadi tujuan pembahasan ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat etika;
2. Untuk mengetahui macam-macam etika;
3. Untuk mengetahui aliran-aliran etika.
4. Untuk mengetahui hubungan etika dengan ilmu filsafat;
5. Untuk mengetahui manfaat mempelajari filsafat etika.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT ETIKA


Filsafat berasal dari kata yunani yaitu Philosophia, Philo atau Philein berarti
cinta, Shopia berarti kebijaksanaan. Gabungan kedua kata bermakna cinta
kebijaksanaan. Philosophos adalah pencinta kebijaksanaan dalam bahasa Arab
disebut failusuf, kemudian ditransfer kedalam bahasa indonesia failusuf atau
filusuf.1 Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta
dengan kebijaksanaan. Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai
suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal
yang bijaksana, bijaksana didalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan
benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu
yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan
logis. 2
Etika ialah istilah yang berasalah dari bahasa yunani Ethos yang berarti adat
istiadat. Kata Ethos mempunyai makna yang setara dengan kata mos dalam bahasa
latin yang juga berarti adat istiadat atau kebiasaan baik. Menurut Astin Fagothey,
Etika adalah suatu studi tentang kehendak manusia, yaitu kehendak yang
berhubungan denan keputusan tentang yang benar dan yang salah dalam bentuk
perbuatan manusia. dalam hal ini, etika mencari dan berusaha menunjukan nilai-
nilai kehidupan yang benar secara manusiawi kepada setiap orang. 3
B. MACAM-MACAM ETIKA
Etika menyelidiki dasar semua norm amoral. Dalam etika biasanya dibedakan
antara etka deskriptif dan etika normative, berikut penjelasannya.
1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran-kesadaran dan
pengalaman moral secara deskriptif. Ini dilakukan dengan bertitik pangakal
pada kenyataan bahwa terdapat beragam fenomena moral yang dapat
digambarkan dan diuraikan secara ilmiah. etika deskriptif berupaya

1
Kamarusdiana, “Filsafat Hukum”, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018), Cet- I, hal 3.
2
Muhammad Rakhmat, “Pengantar Filsafat Hukum”, (Bandung: STIE Pasundan Press,
2015), Cet-I, hal 19.
3
Sukarno Aburaera dkk, “Filsafat Hukum”, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet-V, hal 170.

2
menemukan dan menjelaskan kesadaran, keyakinan, dan pengalaman moral
dalam suatu kultur tertentu. Etika deskriptif dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sejarah moral, yang meneliti cita-cita, aturan-aturan, dan norma-norma
moral yang pernah berlaku dalam kehidupan manusia dalam kurun waktu
dan tempat tertentu.
b. Fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan makna
moralitas dari beragam fenomena yang ada. Fenomenologi moral
berkepentingan untuk menjelaskan fenomena moral yang terjadi
dimasyarakat.
2. Etika Normatif
Etika normative dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran atau
norma yang dapat dipakai untuk menaggapi menilai perbuatan. Etika ini
dapat menjelaskan tentang nilai nilai yang seharusnya dilakukan serta
memungkinkan manusia untuk mengukur tentang apa yang terjadi.
Etika normative mengandung dua bagian besar, yaitu: pertama membahas
tentang teori nilai (theory of value) dan teori keharusan (theory of obligation).
Kedua, membahas tentang etika teologis dan deontelogis. Teori nilai
mempersoalkan tentang sifat kebaikan, sedangkan teori keharusan membahas
tentang tingkah laku. Sedangkan teori teolog berpedapat bahwa moralitas
suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya. Adapun deontologis
berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan ole sebab-sebab yang
menjadi dorongan dari tindakan itu, atau ditentukan leh sifat-sifat hakikinya
atau oleh keberadaannya yang sesuai dengan ketetua-ketentuan dari prinsip-
prinsip tertentu.4
C. ALIRAN-ALIRAN ETIKA.
1. Aliran Etika Naturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa
kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural
(fitrah) kejadian manusia sendiri.
2. Aliran Etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan
susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedoni (kenikmatan dan
kelezatan).

4
Serlika Aprita dan Rio Adhitya, “ Filsafat Hukum”, (Depok: PT Raja Grafindo Persada),
cet-I, hal 277.

3
3. Aliran Etika utilitarisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya
manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility =
manfaat)
4. Aliran Etika idealisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa perbuatan
manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah
didasarkan atas perinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
5. Aliran Etika vitalisme, yaitu aliran yang nilai dari baik-buruknya perbuatan
manusia itu sebagai ukuran ada atau tidaka adanya daya hidup (vital) yang
maksimum mengendalikan perbuatan itu.
6. Aliran Etika tiologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik-
buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya
dengan perintah tuhan (Theos=Tuhan). 5
D. HUBUNGAN ETIKA DENGAN ILMU FILSAFAT
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya
meliputi:
1. Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata,
2. Kosmologia yaitu kajian tentang alam,
3. Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat,
4. Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia,
5. Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan,
6. Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen
dalam filsafat. Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian dari filsafat,
tetapi karena ilmu tersebut kian meluas dan berkambang, akhirnya membentuk
disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam
proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam
pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera
bersama, estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk

5
Habibie321, “Filsafat Etika dan Aliran-alirannya”, (diakses dari
https://kumpulanmakalahnet.wordpress.com/2018/12/26/filsafat-etika-dan-aliran-alirannya/, Pada
tanggal 17 maret 2022, pukul 02.31 wib.)

4
memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia
telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan, maka ia
selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia berpisah dengan badan dalam
keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu. Ia hidup dalam
keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina memberi
petunjuk dalam pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau sumber yang dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu etika.
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-asumsi
kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran
Islam. Ia melihat sebagai mekhluk berpikir. Oleh karena itu, manusia mampu
melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki
oleh makhluk-makhluk lainnya. Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak
hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian pada berbagai cara
guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan
peradaban. Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah
makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud manakla ia
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya
pembinaan manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia
yang terdapat dalam pemikiran filosofis itu akan memberikan masukan yang amat
berguna dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina
manusia, memperlakukannya, dan berkomunikasi dengannya. Dengan cara
demikian akan tercipta pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptakan
kehidupan yang aman dan damai.
Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai ketentuan baik
atau buruk. Etika memiliki objek yang sama dengan filsafat, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia. Filsafat sebagai pengetahuan berusaha
mencari sebab yang sedalam-dalamnya berdasarkan pikiran. Jika ia memikirkan
pengetahuan jadilah ia filsafat ilmu, jika memikirkan etika jadilah filsafat etika. 6

6
Tirta Maulana, “Filsafat Pendidikan”, (diakses dari
http://tirtamaulanaa.blogspot.com/2015/01/hubungan-etika-filsafat.html, pada tanggal 17 maret
2022, pukul 02.41 wib).

5
E. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT ETIKA
1. orang dapat memahami bahwa manusia sebagai makhluk sosial bisa
menyadari perilakunya terikat oleh nilai-nilai moral yang tumbuh ,
berkembang,dan dipatuhi oleh semua orang agar tercipta kehidupan harmonis
2. orang dapat menyadari bahwa nilai moral bisa berbeda di tempat satu dengan
yang lain, di zaman satu ke zaman lain
3. orang dapat menyadari bahwa kriteria moral berasal dari berbagai sumber,
dan orang harus selektif dalam memilihnya
4. membentuk hati nurani peserta didik dalam bidang pendidikan.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Etika adalah suatu studi tentang kehendak manusia, yaitu kehendak yang
berhubungan denan keputusan tentang yang benar dan yang salah dalam bentuk
perbuatan manusia. dalam hal ini, etika mencari dan berusaha menunjukan nilai-
nilai kehidupan yang benar secara manusiawi kepada setiap orang.
Macam macam etika, yaitu:
1. Etika deskriptif
2. Etika normative
Aliran- aliran filsafat etika, yaitu:
a. Aliran Etika Naturalisme;
b. Aliran Etika hedonisme;
c. Aliran Etika utilitarisme;
d. Aliran Etika idealisme;
e. Aliran Etika vitalisme;
f. Aliran Etika tiologis.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kamarusdiana, “Filsafat Hukum”, (Cet- I, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2018).

Muhammad Rakhmat, “Pengantar Filsafat Hukum”, (Cet-I, Bandung: STIE


Pasundan Press, 2015).

Sukarno Aburaera dkk, “Filsafat Hukum”, (Cet-V, Jakarta: Kencana, 2017).

Serlika Aprita dan Rio Adhitya, “ Filsafat Hukum”, (Cet-I, Depok: PT Raja
Grafindo Persada).

Habibie321, “Filsafat Etika dan Aliran-alirannya”, (diakses dari


https://kumpulanmakalahnet.wordpress.com/2018/12/26/filsafat-etika-dan-aliran-
alirannya/, Pada tanggal 17 maret 2022, pukul 02.31 wib.)

Tirta Maulana, “Filsafat Pendidikan”, (diakses dari


http://tirtamaulanaa.blogspot.com/2015/01/hubungan-etika-filsafat.html, pada
tanggal 17 maret 2022, pukul 02.41 wib).

Anda mungkin juga menyukai