Anda di halaman 1dari 6

Teori Keperawatan

 Teori Afaf Ibrahim Meleis (Transition theory)


 

Latar Belakang Teori


Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal Communication, 29
Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia
lahir. Ibunya dainggap The Florence Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di
Mesir yang mendapatkan gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat pertama
di Mesir yang mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis mengagumi
dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan menggap keperawatan sudah ada dalam
darahnya. Di bawah pengaruh ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan
memilih untuk mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk mengikuti
keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan keputusannya tersebut karena mereka tahu
bagaimana perjuangan perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun
pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf bahwa ia dapat
melakukannya.
Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of Alexandria, Egypt.
Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya menjadi seorang perawat akademisi
(Meleis, Personal Communication, 29 Desember 2007). Dari The University of California, Los
Angeles, ia menerima gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam
bidang sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social
Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan instruktur di
The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai 1968 dan sebagai asisten
profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971, ia pindah ke The University of
California, San Fransisko (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun berikutnya dan
mengembangkan Transitions Theory. Pada tahun 2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi
nama sebuah sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at
the University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).

Konsep dan Definisi


Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf Ibrahim
Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah konsep yang sering
digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-adaptasi. Transisi mengakomodasi
kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari
bahasa latin “transpire” yang berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti
pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.
Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau transisi yang
tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis mendefenisikan peran
yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau kinerja dari peran atau perasaan dan
tujuan yang terkait dengan peran perilaku seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang
lain (Meleis, 2007 dalam Alligood, 2014).
Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:
1.    Tipe dan Pola dari Transisi,
Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and
organizational. Developmental  (perkembangan) terdiri dari kelahiran,
kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health and
illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge (keluar dari rumah
sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational transition adalah perubahan kondisi
lingkungan yang berefek pada kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis,
1994 dalam Alligood, 2014).
Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang memiliki
pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan) dibandingkan dengan hanya
satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah untuk mengenalinya dari konteks kehidupan
sehari-hari. Dalam setiap studinya meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan
meliputi seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan
langsung antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi
yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari hubungan
antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi seseorang.
2.    Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), sifat dari pengalaman
transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:
a.    Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan
terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering tercermin dari tingkatan
kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan respon serta harapan dasar apa
yang ditetapkan tentang respon dan persepsi individu yang mengalami transisi yang sama.
Individu yang tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya.
b.    Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh
Meleis, engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau
pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level
pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak akan
ada engagement tanpa adanya awarness.
c.    Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)
Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan
perilakunya yang kemungkinan membawa keinginan untuk bergerak atau arahan langsung
proses internal dan proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan semua transisi berhubungan
dengan perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka
juga menyatakan untuk memahami transisi secara komplit sangat penting untuk
menyingkap dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam,
kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.
Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan bisa
ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim, perasaan yang tidak
sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang berbeda, dan meleis meyampaikan
perawat harus mengenali tingkat kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami
perubahan dan perbedaan.
d.   Rentang waktu (Time Span)
Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi sebagai time
span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi, persepsi atau demonstrasi
perubahan, bergerak melalui periode yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai
menuju fase akhir dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk
mencatat bahwa akanbermasalah atautidak layak, dan bahkan mungkinmerugikan, untuk
membatasirentang waktubeberapa pengalamantransisi.
e.    Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan  sebagai “penanda yang
terdiri dari kelahiran, k
f.     Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda
peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya
memiliki critical point dan events.Critical point and event biasanya berhubungan dengan
kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement pada
proses transisi
3.    Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang mempengaruhi cara
orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai
transisi yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komonitas, atau faktor social yang
bisa mempercepat atau menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.
a.    Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai beberapa keadaan atau
pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dari beberapa penelitian,
setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa yang dialaminya bisa arti
positif, negative, ataupun tidak memiliki arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural
believe), merupakan suatu stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma
akan mempengaruhi pengalaman transisi.
b.    Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi pengalaman
transisi, dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka akan menghambat transisi.
Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana seseorang harus memiliki
pengetahuan tentang harapan selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan
dan me-managenya.
c.    Status Sosial dan Ekonomi
d.   Kondisi Komunitas atau kondisi sosial
4.    Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah karakter dari
respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang waktu.
Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap
kerentanan dan resiko, memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian awal dan
intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:
a.    Feeling Connected
Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan dan kontak
personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan kesehatan dan sumber
dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan yang professional yang mampu
menjawab pertanyaan dan klien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator
lain dari pengalaman positif transisi
b.     Interacting
Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat diketahui,dipahami,
dan diklarifikasi.
c.     Location and being situated
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.
d.     Developing confidence and coping
Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat atau tidak.
Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan terhadap skill baru (Mastery
of new skills) dan pencairan identitas (fluid integrative identities), penguasaan terhadap
kemampuan dan pencairan identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi
baru atau lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas
merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi
5.     Nursing Therapeutics
Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang dapat
diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa transisi. Pertama, mereka
mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha
secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan
untuk proses transisi, pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses
transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of
transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing therapeutic.

Cakupan Teori
Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan bagian
dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle range theory maka, teori
ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan Transition Framework. Transition
theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi
geriatric, popoulasi psikiatri, populasi maternal, wanita yang menopause, pasien
Alzheimer, family caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit
kronis. Transition theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe
transisi oleh penyediaan perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi,
kondisi transisi, dan indikator proses serta outcome.

Hubungan Antar-Konsep
Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut
Asumsi Teori
Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.     Nursing
a.    Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan keluarganya yang
berada dalam proses transisi
b.    Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan
2.     Person
a.    Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola fundamental
kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua individu
b.    Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan pola
perilaku.
c.    Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh alam, kondisi,
arti, dan proses pengalaman transisi klien
3.     Health
a.    Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki pola
yang multiple dan kompleks.
b.    Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu
c.    Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka bersinonim dengan transisi
4.     Environment
Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi lingkungan yang
mengekspose individual terhadap potensi kerusakan, problematic atau perpanjangan
pemulihan kesehatan atau kegagalan koping yang sehat.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application  (4th Ed). Missouri: Elsevier.
Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work  (8th Ed).  Missouri: Elsevier.
Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of
Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis Company
Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific Theories in
Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai