Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH FALSAFAH KEPERAWATAN

TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN


AFAF IBRAHIM MELEIS

DOSEN PENGAMPU : Ratna Yunita Sari, S.Kep.,Ns,M.Tr.Kep.

Disusun Oleh kelompok 9 :


1. DWI WORO WIDAYATI (1130221089)
2. CHUSNUL CHOTIMAH (1130221082)
3. NI KOMANG SUKRATI (1130221065)
4. NOFAH DWI LISMONO (1130221051)
5. NUR YANTO (1130221084)

ROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................1


DAFTAR ISI ..................................................................................................................2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................5
C. TUJUAN ........................................................................................................5
a. Tujuan Umum ...........................................................................................5
b. Tujuan Khusus ..........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................6
A. Biografi Afaf Ibrahim Meleis.........................................................................6
B. Konsep Mayor dan Defenisi ..........................................................................7
C. Bagan Dan Konsep ......................................................................................13
D. Asumsi Mayor .............................................................................................14
E. Ciri Khas Teori ............................................................................................17
F. Bentuk Logika ..............................................................................................18
G. Penerimaan dari Komunitas Keilmuan ........................................................18
H. Pengembangan Lanjutan .............................................................................20
I. Analisa Teori Afaf Ibrahim Meleis ...............................................................20
J. Kelebihan Dan Kekurangan ..........................................................................23
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................25
A. Kesimpulan ..................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................27

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas ridloNYa kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok membuat makalah keperawatan dengan judul “Teori
dan Konsep Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis”. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dalam
makalah kami.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca

khususnya program studi keperawatan serta dapat memberikan informasi mengenai

“Teori dan Konsep Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis” serta memberikan pengetahuan

pula tentang pemberian asuhan keperawatan tentang Teori Keperawatan Menurut Afaf

Ibrahim Meleis

ttd

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesionalisme seorang perawat tidak bisa dilepaskan dari pemahamannya

tentang substansi dasar yang terkandung dalam profesi tersebut, antara lain falsafah

keperawatan, paradigma keperawatan, model konseptual serta teori-teori

keperawatan. Falasafah keperawatan memberikan keyakinan, pemikiran, atau

landasan mendasar untuk mengkaji tentang penyebab yang mendasari suatu

fenomena keperawatan yang terjadi dan paradigma keperawatan menjadi dasar

penyelesaian suatu fenomena keperawatan yang ditinjau dari pendekatan konsep

manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan. Dalam hal ini terdapat suatu

hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara falsafah, paradigm dengan model

konseptual atau teori keperawatan (Tomey & Alligood,2010).

Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan

ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang

keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada praktik

keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan.

Salah satunya adalah model konsep keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf

Ibrahim Meleis. Teori yang diperkenalkannya adalah Teori Transisi. Model konsep

4
yang diperkenalkan oleh Meleis tersebut menekankan bahwa seseorang akan

mengalami masa transisi dalam hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu

individu tersebut dalam masa transisi agar mampu memenuhi kebutuhan self-care

pada saat kondisi sakit atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan latar belakang teori keperawatan menurut Afaf Ibrahim Meleis?

2. Jelaskan tentang konsep mayor dan definisi teori keperawatan menurut Afaf

Ibrahim Meleis

3. Apa sajakah bagan konseptual dari teori keperawatan menurut Afaf Ibrahim

Meleis

4. Sebutkan dan jelaskan asumsi mayor teori keperawatan menurut Afaf

Ibrahim Meleis.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum Mampu memahami dan menjelaskan teori keperawatan

menurut Afaf Ibrahim Meleis dan menganalisis penerapannya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Latar belakang teori keperawatan Afaf Ibrahim Meleis.

b. Mengetahui bagaimana konsep mayor dan defenisi Afaf Ibrahim Meleis.

c. Mengetahui bagan konseptual teori Transitional Afaf Ibrahim Meleis.

d. Mengetahui bagaimana asumsi mayor teori Transitional Afaf Ibrahim

Meleis.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Biografi Afaf Ibrahim Meleis

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal

Communication, 29 Desember 2007) ia mengatakan bahwa keperawatan sudah

menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap TheFlorence

Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang

mendapatkan gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat

pertama di Mesir yang mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin

University. Meleis mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi

dan menggap keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh

ibunya, Meleis menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih untuk

mendalami disiplin ilmu keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk

mengikuti keperawatan, orang tuanya merasa keberatan dengan keputusannya

tersebut karena mereka tahu bagaimana perjuangan perawat untuk dapat

berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun pada akhirnya mereka

menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf bahwa ia dapat

melakukannya.

Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of

Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya

menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29

Desember 2007). Dari The University of California, Los Angeles, ia menerima

gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang

6
sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and

Social Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator

dan instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966

sampai 1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada

tahun 1971, ia pindah ke The University of California, San Fransisko (UCSF),

dimana ia menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions

Theory. Pada tahun2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah

sekolah keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing

at the University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).

B. Konsep Mayor dan Definisi

Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh

Afaf Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi

adalah konsep yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori

stress-adaptasi. Transisi mengakomodasi kelangsungan dan

ketidakberlangsungan dalam proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari

bahasa latin “transpire” yang berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus

Webster, transisi berarti pergerakan dari satu keadaan, kondisi, atau tempat ke

kondisi lainnya.

Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau

transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif.

Meleis mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam

mengenal atau kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan

7
peran perilaku seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain

(Meleis, 2007 dalam Alligood, 2014).

Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:

1. Tipe dan Pola dari Transisi

Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and

organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran,

kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian.

Health and illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital

discharge (keluar dari rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis.

Organizational transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang

berefek pada kehidupan klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis,

1994 dalam Alligood, 2014).

Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang

memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan)

dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah

untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap

studinya meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi

seseorang yang memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya

hubungan langsung antara dua tipe transisi, sehingga mereka

mempertimbangkan jika terjadi transisi yang berurutan dan simultan serta

adanya overlaping dari transisi, maka esensi dari hubungan antara kejadian

yang terpisah adalah permulaan dari transisi seseorang.

2. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi),

Properties Of Transition Experience adalah: kesadaran, keterlibatan,

8
perubahan dan perbedaan, rentang waktu, peristiwa dan poin utama.

Kesadaran didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan, pengakuan dari

perubahan karena pengalaman sedangkan tingkat kesadaran direfleksikan

pada derajat kesesuaian antara apakah pemahaman tentang proses dan respon

dan apakah merupakan harapan dari respon dan persepsi dari individu

tentang perubahan. sifat dari pengalaman transisi terdiri dari lima subkonsep

yaitu:

a. Kesadaran (Awarness)

Didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan pengenalan

terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering tercermin

dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses dan

respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan

persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu yang

tidak sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya.

Keterlibatan berarti tingkatan dimana seseorang turut campur dalam

proses perubahan. Tingkatan dari kesadaran dapat berakibat pada

keterlibatan seseorang dan keterlibatan terkadang bisa terjadi tanpa ada

kesadaran, sehingga tingkatan keterlibatan dari seseorang adalah

kesadaran secara fisik, emosi, sosial atau perubahan lingkungan.

b. Ikatan ( Engagement),

Merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh Meleis, engagement

adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau pertunjukkan

seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi. Level

9
pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak

akan ada engagement tanpa adanya awarness.

c. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran,

hubungan, kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa

keinginan untuk bergerak atau arahan langsung proses internal dan

proses eksternal. Meleis, dkk menyatakan semua transisi berhubungan

dengan perubahan, walaupun perubahan belum tentu merupakan suatu

transisi. Mereka juga menyatakan untuk memahami transisi secara

komplit sangat penting untuk menyingkap dan menjelaskan arti dan

pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam, kesementaraan,

kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.

Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau

tantangan bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan

yang tidak lazim, perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu

dengan cara yang berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus

mengenali tingkat kemyamanan dan penguasaan klien dalam

mengalami perubahan dan perbedaan.

Perubahan dan perbedaan adalah properti perubahan. Perubahan

pada identitas, status, kemampuan dan pola dari perilaku dapat

mendukung terjadinya perubahan internal maupun eksternal. Perbedaan

dapat dicontohkan dengan tidak terkabulnya harapan, merasa berbeda,

atau melihat dunia dan yang lainnya dengan jalan yang berbeda dan ini

10
dapat digunakan perawat kepada kliennya untuk mengetahui tingkat

kenyamanan dan penguasaan dengan perubahan dan perbedaan.

d. Rentang waktu (Time Span)

Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter

transisi sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari

antisipasi, persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui

periode yang tidak stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase

akhir dengan adanya permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis,

dkk mencatat bahwaakanbermasalah atautidak layak, dan bahkan

mungkinmerugikan, untuk membatasirentang waktubeberapa

pengalamantransisi.

e. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event)

Didefinisikan sebagai “penanda yang terdiri dari kelahiran,

Kematian, menopause, atau diagnosis penyakit. Meleis juga mengakui

bahwa penanda peristiwa spesifik tidak semuanya jelas bagi beberapa

transisi, walaupun transisi biasanya memiliki critical point dan events.

Critical point and event biasanya berhubungan dengan kesadaran tinggi

pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih exertive engagement

pada proses transisi

Poin utama dan peristiwa adaah properti perubahan yang terakhir,

yang dijelaskan sebagai penanda kelahiran, kematian, menarche, atau

diagnosis dari penyakit. Poin utama dan peristiwa juga berhubungan

dengan peningkatan kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau

11
aktifitas yang lebih terlibat dalam perubahan perubahan berdasarkan

pengalaman.

3. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor )

Adalah keadaan yang mempengaruhi cara orang bergerak melalui

transisi dan menfasilitasi atau menghambat kemajuan untuk mencapai

transisi yang sehat. Kondisi transisi terdiri dari personal, komunitas, atau

faktor social yang bisa mempercepat atau menghalangi proses dan outcome

dari transisi yang sehat.

a. Kondisi personal, terdiri meaning (arti)

Didefinisikan sebagai beberapa keadaan atau pencetus yang

mempercepat atau memperlambat suatu transisi. Dari beberapa

penelitian, setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap peristiwa

yang dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki arti

sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu

stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan

mempengaruhi pengalaman transisi.

b. Persiapan dan pengetahuan

Antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi pengalaman transisi,

dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka akan menghambat

transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses persiapan, dimana

seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan selama transisi

dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-managenya.

c. Status Sosial dan Ekonomi

d. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial

12
4. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah

karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang

waktu. Proses indikator menururt maleis diantaranya adalah hubungan

perasaan, interaksi, situasi dan kondisi, peningkatan kepribadian serta

analisis. Klien akan membutuhkan perasaannya dan interaksi dalam

lingkungannya untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisinya sehingga

terjadi perubahan pengalaman dan kemampuan analisisnya. Indikator

pengeluaran menurut maleis adalah penguasaan dan keterpaduan identitas

personal/ klien. Mengidentifikasi indicator proses klien yang bergerak baik

ke arah kesehatan atau terhadap kerentanan dan resiko, memungkinkan

perawat untuk melakukan pengkajian awal dan intervensi untuk menfasilitasi

outcome yang sehat. Indicator proses ini terdiri dari:

a. Feeling Connected

Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain,

hubungan dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang

pelayanan kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan

tenaga kesehatan yang professional yang mampu menjawab pertanyaan

dan klien merasa nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain

dari pengalaman positif transisi

b. Interacting

Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat

diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

c. Location and being situated

13
Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam

transisi.

d. Developing confidence and coping

Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses

transisi sehat atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu

penguasaan terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan

identitas (fluid integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan

dan pencairan identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur

situasi baru atau lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru

dalam identitas merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses

transisi

5. Nursing Therapeutics

Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat

ukur yang dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama

masa transisi. Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai

nursing therapeutic. Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan

berdasarkan pengertian penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk

proses transisi, pendidikan merupakan modal utama dalam persiapan proses

transisi.Ketiga, peran pelengkap (supplementation role), namun dalam

middle-range theory of transition, peran pelengkap tidak dikembangkan

dalam nursing therapeutic.Konsep askep ada 3 ukuran yang dapat

diaplikasikan dalam perubahan intervensi teraupeutik. Pertama dapat

mengusulkan diagnosa untuk asuhan keperawatannya. Diagnosa dapat

berasal dari berbagai pemahaman yang kompereherensif dari klien. Kedua,

14
persiapan klien dalam menghadapi perubahan dapat menjadi asuhan

keperawatan. Ketiga, pemberian saran atau kritik terhadap klien dapat

diajukan dalam asuhan keperawatan.

C. Bagan dan Konsep

Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan

bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle

range theory maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan

Transition Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek

dengan berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi

psikiatri, populasi maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family

caregiver, wanita imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis. Transition

theory menyediakan arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe

transisi oleh penyediaan perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan

tipe transisi, kondisi transisi, dan indikator proses serta outcome.

Definisi konseptual dari Teori Transisi cukup jelas dan mencakup

pemahaman yang comprehensive tentang kompleksitas dari transisi. Dalam

hubungan antar konsep sudah jelas di jabarkan mengenai gambaran relasi antar

konsep dimana secara umum TeoriTransisi ini terdapat input (nature transition)

yang akan mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat atau

difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam dirinya,

komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi di harapkan nantinya

akan mencapai outcome yang positif (transisi yang sehat) sehingga klien akan

berada kembali dalam situasi stabil setelah transisi. Adanya proses transisi dari

input-proses-outcome, sama-sama dipengaruhi oleh nursing therapeutic. Sebuah

15
teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki jumlah konsep yang

minimal (Tommey & Alligood, 2010).

Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut

D. Asumsi Teori

Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nursing

a. Perawat adalah pemberi pelayanan utama pada klien dan keluarganya yang

berada dalam proses transisi

b. Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan

2. Person

16
a. Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola

fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua

individu

b. Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan,

kebiasaan, dan pola perilaku.

c. Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh

alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien

3. Health

a. Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi

memiliki pola yang multiple dan kompleks.

b. Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu

c. Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun mereka

bersinonim dengan transisi

4. Environment

Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi

lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi kerusakan,

problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau kegagalan koping

yang sehat.

E. Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)

Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework

transisi, dan middle-range transition yang disusun oleh Meleis dan teman-

temannya. Beberapa diantaranya adalah :

1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang

merupakan pusat dari praktik keperawatan.

17
2. Bentuk dari transisi meliputi :

a. Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.

b. Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.

c. Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.

d. Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki

petunjuk transisi untuk klien.

e. Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling

berhubungan dalam proses yang kompleks.

f. Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih

dalam, yang mana hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya

kesadaran.

g. Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit

dipengaruhi oleh dan perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah

pengaruh transisi.

h. Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator

pencapaian.

i. Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari

hubungan yang efektif diantara perawat dan klien (keperawatan yang

terapeutik). Hubungan ini adalah proses yang saling timbal balik yang

akan mempengaruhi keduanya (perawat-klien).

F. Bentuk Logika

Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran

literatur untuk menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai

18
konsep inti dari keperawatan dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini

dibentuk dengan pencapaian dari integrasi dari apa yang dikenal dengan

pengalaman transisi yang melintasi berbagai bentuk dari transisi dengan

keperawatan yang terapeutik untuk orang-orang dalam masa transisi. Teori ini

menyediakan framework (bagan) untuk memahami hasil dari penelitian transisi

lanjutan lebih baik dan untuk menyediakan konsep untuk studi lanjutan.

G. Penerimaan dari Komunitas Keilmuan

Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam

berbagai bahasa dan digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan,

Korea Selatan, Portugal, Spanyol dan Singapura.

1. Praktik

Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman

transisi dimana pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah

pengalaman dari sebuah transisi. Karena komprehensifnya, dapat

diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi dapat

diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait

dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran,

kematian, dan kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.Teori transisi sangat

berguna untuk menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses penyembuhan,

persiapan pulang dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi

yang mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik

keperawatan dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk

populasi lansia, populasi dengan gangguan mental, populasi maternal,

keluarga sebagai pembari perawatan, wanita dengan menopause, pasien

19
alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang dengan penyakit kronik dan

banyak lainnya. Teori transisi dapat menyediakan petunjuk untuk praktik

keperawatan dengan orang-orang dari berbagai tipe transisi dengan

menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan dasar dan tipe transisi,

kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk respon

transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik

keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien

dan keluarganya dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon

sehat pada keadaan transisi.

2. Pendidikan

Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral di

seluruh dunia. Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam

kurikulum keperawatan. Teori transisi digunakan sebagai framework

kurikulum pada beberapa tempat, termasuk universitas connecticut dan

universitas clayton di morrow, georgia dimana teori transisi adalah program

pendidikan mereka yang sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak

lagi dukungan dalam pemakaian teori ini.

3. Penelitian

Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan teori

transisi dalam studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program

penelitian meleis adalah secara alamani berdasarkan pada teori transisi dan

banyak peneliti yang menguji secara empiris teori transisi melalui studi

mereka.

H. Pengembangan Lanjutan

20
Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi

perkembangan lebih lanjut, di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis

pada perkembangan teori yang terbentuk secara siklis, dinamis dan terus

berkembang. Teori transisi berlanjut terus dan di uji, disaring untuk menjelaskan

konsep utama dan hubungan diantara bermacam-mcam kelompok dari populasi

pada berbagai tipe transisi. Karena dukungan empirikal yang cukup oleh

banyaknya studi yang dilakukan maka teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan

untuk melakukan studi intervensi untuk mencoba teori ini melalui intervensi

yang berdasarkan pada teori, selanjutnya teori ini akan memberikan kekuatan

untuk menunjang praktik keperawatan.

I. AnalisaTeori Afaf Ibrahim Meleis

a. Clarity (Kejelasan):

Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood (2010,

hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat dimengerti dengan

baik, dan bagaimana konsep disajikan dengan jelas dan konsisten. Definisi

konseptual dari Teori Transisi cukup jelas dan mencakup pemahaman yang

comprehensive tentang kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar

konsep sudah jelas di jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep

dimana secara umum TeoriTransisi ini terdapat input (nature transition)

yang akan mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat

atau difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam

dirinya, komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi di

harapkan nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi yang sehat)

sehingga klien akan berada kembali dalam situasi stabil setelah transisi.

21
Adanya proses transisi dari input-proses-outcome, sama-sama dipengaruhi

oleh nursing therapeutic.

b. Simplicity (Kesederhanaan):

Sebuah teori yang sederhana adalah yang memiliki jumlah konsep yang

minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori Transisi, dalam hal ini, sangat

sederhana dengan lima konsep utama yaitu (1) tipe dan pola transisi; (2)

kekayaan pengalaman transisi; (3) kondisi transisi; (4) pola respon; (5)

terapeutik keperawatan. Konsep-konsep utama secara logika terhubung dan

hubungan nya nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada tingkat

simplicity ditemukan hubungan antara konsep yang cukup sederhana, dapat

memberikan panduan yang cukup jelas bagi perawat untuk

pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep yang ada sudah cukup

detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup banyak.

c. General (Umum)

General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari budaya dan

gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-macam. Teori Transisi

telah menunjukkan jika teori ini relevant untuk semua populasi dalam

transisi, tergantung dari tipe transisi yang dialami oleh populasi. Cakupan

dari theory ini dapat diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil,

wanita menopause, pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik,

kelompok pskiatri, Family caregiver, wanita imigran, namun teori ini

menurut saya kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut,

anak-anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji

22
tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari model conceptual

dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam penerapannya.

d. Accessibility

Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya sebagai

suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi dari berbagai

macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang berbeda. Hal ini

dikarenakan teori ini bersumber dari konseptual model dan riset-riset yang

ada maka, teori ini telah memberikan panduan yang cukup dapat

diaplikasikan pada praktek keperawatan, walaupun cakupannya masih cukup

luas.

e. Derivable Consequences : how important?

Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi yang

berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk pengembangan

bagi semua yang berhubungan dengan disiplin kesehatan. Perhatian yang

tidak terpisahkan dari kenakeragaman layanan kesehatan klien dan penelitian

diantara grup-grup yang berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori

ini. Teori transisi ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki

cakupan dan panduan yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori

ini focus pada keberagaman dari individu atau kelompok dalam menjalani

proses transisi. Dimana proses transisi yang efektif akan membuat individu

berada pada fase yang baru dan mampu memulai kehidupan yang baru dari

awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman tidak dapat dipisahkan dari

pelayanan kesehatan.

J. Kelebihan Dan Kekurangan

23
1. Kelebihan

Perawat dapat belajar memahami kondisi transisi yang dialami oleh pasien

dalam tingkatan apapun, serta dapat memberikan intervensi keperawatan yang

sesuai dengan kondisi transisi pasien, contoh dari kondisi stabil ke kritis, dari

pasien kaya dan miskin.

2. kekurangan

Teori transisi bersifat bersifat kompleks dan multidimensi serta memiliki pola

keragaman dan kompleksitas, sehingga mmebutuhakan kerjasama dari

berbagai pihak dan kemungkinan membutuhkan waktu yang lama.

24
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Meleis Menyusun Teori Transisi berdasarkan studi panjang tentang

berbagai macam kondisi transisi. Dia mengemukakan lima konsep utama

tentang Teori Transisi diantaranya Tipe dan Pola dari Transisi, Properties of

Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), Transition Condition

(Facilitators and inhibitor), Pola Respon (Pattern of Response (process

indicator and outcome), Nursing Therapeutics. TeoriTransisi ini dapat

diaplikasikan di berbagai tipe transisi, dan praktek pada sistem pelayanan

kesehatan.

Teori transisi Meleis dapat dijadikan kerangka berpikir dalam melakukan

asuhan keperawatan, dimana perawat dapat mengkaji terlebih dahulu jenis dan

pola transisi yang dialami oleh pasien serta menentukan aspek-aspek yang

terkait di dalamnya, lalu memeberikan asuhan keperawatan yang terapeutik

sehingga diperoleh output yang baik dari proses transisi pasien tersebut

B. Saran

Dengan adanya teori transisi Meleis, perawat sebaiknya dapat

menerapkan teori tersebut dengan belajar memahami kondisi transisi yang

dialami oleh pasien dalam tingkatan apapun, serta dapat memberikan intervensi

keperawatan yang sesuai dengan kondisi transisi pasien. Perawat sebaiknya

25
dapat membuat suatu bukti empiris dari penerapan teori transisi pada kasus-

kasus yang beragam, serta membuat analisis dari penerapan teori tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).Missouri:

Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed).Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and

Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis

Company

Galih, (2013). http://galih-priambodo.blogspot.co.id/2013/02/teori-keperawatan-afaf-

ibrahim-meleis.html. Diakses 25/03/2016

Helena, (2014). https://helenapangaribuan.wordpress.com/2014/12/10/afaf-ibrahim-

meleis-teori-transisi-teori-peralihan/. Diakses 25/03/2015

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific

Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing

Company

26
27

Anda mungkin juga menyukai