Di susun oleh :
KELAS C
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2021 - 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Falsafah dan Teori Keperawatan tentang
“Katharine Kolcaba : Theory of Comfort” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ns. Wulan
Novika Ambarsari., MAN selaku dosen mata kulian Falsafah dan Teori Keperawatan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Keperawatan menurut
Katharine Kolcaba.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Wulan Novika Ambarsari., MAN
selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu bagian intergral dari layanan kesehatan yang bertujuan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup individu, kelompok maupun
masyarakat dengan cara melakukan pelayanan keperawatan secara profesional dan
komprehensif. Dalam melakukan pelayanan harus didasari oleh ilmu keperawatan yang harus
dimiliki oleh perawat. Hal tersebut menjadi tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan bermutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi masalah ini, upaya
yang perlu dilakukan adalah mengadakan penyesuaian dan perbaikan terhadap mutu layanan
keperawatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori-
teori keperawatan. Aplikasi teori dan model keperawatan memerlukan pemahaman yang
mendalam terhadap teori-teori dan model keperawatan yang ada. Teori-teori keperawatan
tersebut akan dijadikan panduan dalam meningkatkan praktik profesional keperawatan,
aktivitas pendidikan dan pengajaran serta riset keperawatan yang menuntun kearah
perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri. Para ahli dalam dunia keperawatan telah
mengembangkan teori dari tingkatan filosofi, model konseptual dan grand theories, teori
keperawatan, sampai pada middle range theories. Setiap teori ini menjelaskan suatu fenomena
mulai dari bersifat abstrak sampai konkrit. Teori Middle range dapat menggambarkan
fenomena, menjelaskan hubungan diantara fnomena, memprediksi efek dari satu fenomena
dengan fenomena lain dan di gunakan untuk mengontrol dimensi keperawatan tertentu. Salah
satu middle range theory yaitu comfort theory dari Katharine Kolcaba. Comfort theory masuk
dalam middle range theory karena konsep dan pernyataan yang terbatas, lebih nyata dan mudah
untuk diaplikasikan dalam tatanan praktek nyata. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
membahas comfort theory dan aplikasinya dalam asuhan keperawatan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kerangka skematik dan konsep teoritis yang dikembangkan oleh
Katherine Kolcaba?
2. Apa makna teori yang mendasari komponen yang dicetuskan oleh Katherine Kolcaba?
3. Bagaimana hubungan teoriComfortoleh Katherine Kolcaba dengan Paradigma
Keperawatan?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.
2. Mempelajari konsep teoritis dan kerangka skematik teori Comfort yang dikembangkan
oleh Katharine Kolcaba.
3. Mengidentifikasi makna teori yang mendasari setiap komponendariteori Comfort yang
dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
4. Mengidentifikasi hubungan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
dengan paradigma keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Comfort theory merupakan teori yang pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh
Katharine Kolcaba. Katharine Kolcaba lahir pada tanggal 28 Desember 1944 dan dididik di
Cleveland, Ohio. Pada tahun 1965, ia menyelesaikan program diploma di bidang keperawatan
dan praktek paruh waktu selama bertahun-tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan
jangka panjang, dan home care sebelum kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia
lulus RN pada kelas MSN di Case Western Reserve University (CWRU) Frances Payne Bolton
School of nursing, dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga
sebagai Kepala ruangan di Unit Dimensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai memikirkan
teori tentang kenyamanan pasien.
Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing setelah lulus
dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan
gerontologinya di American Nurses Association (ANA) Certification. Dia kembali ke CWRU
untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu sambil terus mengajar.
Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program kerja dalam program doktor untuk
mengembangkan dan mengutarakan teorinya.
3
Kolcaba mempublikasikan konsep analisis kenyamanan dengan suaminya yang ahli
filsafat (Kolcaba, 1991), dalam diagram aspek pada kenyamanan, kenyamanan
dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan (Kolcaba, 1992). Setelah itu kontekstual
kenyamanan dipublikasikan dalam Middle-range Theory oleh Kolcaba pada tahun 1994, dan
menguji teori dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun 1999 (Alligood, 2014).
Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di University of
Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa MSN. Dia juga mengajarkan
teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Tujuan
dia termasuk intervensi dalam perubahan dan dokumentasi kenyamanan untuk praktek
keperawatan berdasarkan evidence base.
Katherine Kolcaba awalnya menulis teori kenyamanan dengan pasien Alzheimer dan
demensia. Namun, Katherine sendiri telah menulis beberapa artikel tentang cakupan
keperawatan terkait teorinya. Dua artikel baru-baru ini ditulis dengan menerapkan teorinya
untuk perianesthesia keperawatan dan perawatan di rumah sakit (Kolcaba & Wilson, 2002 dan
Vendlinski & Kolcaba, 1997).
Ketika Kolcaba mengembangkan teorinya, dia menggunakan penalaran logis. Dia
menggunakan induksi, deduksi, pengurangan. Kolcaba menggunakan kerangka yang sudah ada
sebelumnya untuk mensintesis atau mengidentifikasi jenis kenyaman. Kerangka ini ditulis oleh
Henry Murray (Tomey & Alligood, 2002), dari sebuah buku berjudul Explorations in
Personality. Henry A. Murray adalah seorang profesor psikologi di Harvard University; ia
menerima Distinguished Scientific Contribution Award dari American Psychological
Association dan the Gold Medal Award untuk pencapaian seumur hidup dari American
Psychological Foundation. "Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1938, buku ini
memiliki efek provokatif dan mendalam, mendesak para psikolog untuk mempelajari
kepribadian secara holistik dan mendalam dan menekankan interaksi kompleks antara
karakteristik individu, sosial, dan budaya." --Salvatore R. Maddi, Profesor, Departemen
Psikologi dan Perilaku Sosial, Sekolah Ekologi Sosial, Universitas California, Irvine
(Eksplorasi Kepribadian, 2007). Ini adalah titik awal yang sangat bagus untuk teori ini karena
kenyamanan paling baik dicapai melalui pengobatan holistik. Dia juga memulai dengan konsep
analisis istilah, "comfort". Katherine Kolcaba mengumpulkan definisi, "kenyamanan" dari
berbagai disiplin ilmu. Dalam teori kenyamanan, proposisi metaparadigm dari tindakan
keperawatan digunakan (Kolcaba, 2001). Hal ini terbukti dalam teori ini karena dibangun di
sekitar mengevaluasi kurangnya kenyamanan dan kemudian mengevaluasi ulang pasien untuk
menghitung keberhasilan implementasi yang dilakukan atau tindakan yang dilakukan.
4
1.2 Pernyataan Teoritis
2. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, desain
kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan untuk mencari peningkatkan
kenyamanan pasien mereka, di mana hasil tersebut diinginkan dengan segera.
3. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan penerapan di
dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya.
4. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan secara penuh di
dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program penyembuhan atau cara hidup, integritas
institusi juga sangat mendukung.
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang diamati secara
spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan praktek dan dengan
sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi
terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, 8rotocol8gy, dalil, dan asumsi pendukung
praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan
diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.
2. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan spesifik berasal dari
prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang umum ke yang spesifik.
Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat
dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori
keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih
dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk menyatukan kebutuhan
seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir
suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan dan
berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih
suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini
diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset,
di mana saat ini memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan
berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau 8rotocol
masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan
meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan
perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.
5
1.4 Ruang Lingkup (Scope) Theory of Comfort
Teori keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya mulai dari
meta theory sebagai yang paling abstrak sampai pada practice theory yang paling konkrit.
Macam-macam teori keperawatan antara lain meta theory, grand theory, middle range theory
dan practice theory. Meta theory merupakan teori dengan level tertinggi dan merujuk pada body
of knowledge tentang suatu bidang pembelajaran. Meta theory dalam ilmu keperawatan
berfungsi untuk mengungkapkan sebagian dari isu melalui proses klarifikasi hubungan antara
ilmu keperawatan dan praktek, mendefinisikan, mengembankan dan menguji teori,
memciptakan dasar ilmu keperawatan dan memeriksa, menginterpretasikan pandangan dasar
filosofi dan hubungannya dengan keperawatan.
Grand theory menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik
keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena
keperawatan. Fawcett (2005) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang memiliki cakupan
luas, tersusun atas konsep-konsep utama yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat diuji
secara empiris.
Grand theory mempunyai kontribusi yang signifikan dalam keperawatan, yaitu
memberikan batasan-batasan sehingga keperawatan mempunyai identitas dalam
keberadaannya. Middle range theory, sama halnya dengan grand theory menjelaskan mengenai
keperawatan, tetapi lebih spesifik. Middle range theory memiliki kriteria, lingkup, tingkat
abstraksi dan kestabilan penerimaan secara luas. Teori ini cukup spesifik memberikan petunjuk
riset dan praktek. Ciri dari teori ini, bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi, tanpa
indikator pengukuran, masih cukup abstrak, konsep dan proposisi yang terukur, memiliki
sedikit konsep dan variabel, lebih mudah diuji, memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan
praktik, dikembangkan secara deduktif dan retroduktif. Contohnya adalah Khaterin Kolcaba
menjelaskan keperawatan harus menciptakan kenyamanan bagi pasien. Teori kenyamanan ini
akan dibahas selanjutnya. Practice theory sangat dekat hubungannya dengan middle rang theory
tetapi terdiri dari satu atau dua konsep-konsep utama. Teori ini paling konkrit dan dapat
diaplikasikan.
Teori kenyamanan termasuk dalam middle renge theory. Middle renge theory
mengandung sejumlah konsep dan memiliki ruang lingkup yang lebih terbatas. Namun, teori
kepuasan kolcaba diklasifikasikan sebagai teori dengan tingkat menengah yang tinggi sehingga
menjadikan teori ini lebih umum dan abstrak. sehingga berhubungan erat dengan "grand theory"
yang sangat abstrak dan umum dan bisa diterapkan pada berbagai pengalaman dan tanggapan.
6
Hal ini sangat benar untuk teori kenyamanan karena banyak artikel telah ditulis yang
mengadaptasi teori tersebut pada beberapa lingkup keperawatan. Middle renge theory juga
memperhitungkan populasi usia dan lokasi ketika bekerja pada pengembangan sebuah teori.
Middle renge theory juga mencakup intervensi, usulan hasil, atau tindakan perawat. Middle
renge theory dikembangkan dengan menafsirkan dan mengamati pengalaman hidup dengan
hubungan kesehatan dan keperawatan (Tomey & Alligood, 2014). Dalam Theory of Comfort
oleh Katharine Kolcaba's, dia menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa hubungan dan
hasil pasien dalam kaitannya dengan kenyamanan. Middle renge theory terdiri dari sesuatu
yang spesifik yang berhubungan dengan praktik keperawatan pada situasi dan kondisi dari
pasien dan lingkungan pasien.
Teori Kolcaba memiliki potensial untuk menempatkan rasa nyaman di garis depan
perawatan kesehatan. Keperawatan adalah serangkaian proses yang meliputi pengkajian
tentang kenyamanan awal, intervensi untuk meningkatkan kenyamanan berdasarkan kebutuhan
dan evaluasi tingkat kenyamanan setelah diberikan intervensi keperawatan. Pengkajian awal
dan evaluasi dapat berupa data subjektif dan objektif yang menggambarkan tingkatan
kenyamanan pasien. Pengkajian dilakukan dari administrasi verbal rating scale (klinikal) atau
kuesioner kenyamanan (riset) yang dikembangkan oleh Kolcaba (2003).
Pada teori kenyamanan, Katherine Kolcaba sebagai pencetus teori ini memilki
beberapa asumsi dasar teori yang berhubungan erat dengan konsep metaparadigma
keperawatan yaitu ditinjau dari keperawatan, pasien, lingkungan dan kesehatan. Konsep-
konsep utama dalam teori keyamanan Kolcaba yang meliputi; Healh care needs, Comfort
intervention, Intervening Variables, Comfort, Health-seeking behavior, Institutional integrity,
Best practices, Best policies. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap definisi konsep-konsep
dalam kerangka konseptual teori kenyamanan (Alligood, 2014).
Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara
lain: induksi, deduksi dan retoduksi. Induksi, dimana terjadi ketika penyamarataan dibangun
dari suatu kejadian yang diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh
melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin,
sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan
asumsi pendukung praktek mereka.
7
Deduksi, tahapan ini dari pengembangan teori menghubungkan kenyamanan dengan
konsep lain untuk menghasilkan teori. Kolcaba mencari teori lain yang dapat menjadi dasar
untuk menyatukan kelegaan (relief), ketenteraman (ease) dan transendensi (trasendence). Pada
tahap ini Kolcaba memulai dari konstruksi teoritis yang abstrak dan umum serta menggunakan
proses sosiologis untuk mengidentifikasi konsep-konsep yang lebih spesifik untuk digunakan
dalam praktik keperawatan. Retroduksi merupakan suatu format pemikiran untuk memulai ide.
Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.
8
Trend ini memberikan dampak pada pemberian kenyamanan pada pasien lebih terfokus
pada kondisi terminal dan yang benar-benar tidak didapati lagi pengobatan dari sisi medis
(Peterson & Bredow, 2013; Alligood, 2014).
Selain filosofi keperawatan dari F. Nightingale, teori kenyamanan Kolcaba juga
dipengaruhi oleh filosofi dasar akan kebutuhan manusia. Menurut Kim (1999) dalam Jurnal K.
Kolcaba Evolution of Middle-Range Theory of Comfort for Outcome Research (Kolcaba,
2001), adapun dua komponen dari kebutuhan manusia adalah dorongan motivasi yang
melatarbelakangi perilaku manusia. Komponen yang kedua adalah dorongan dari sosial dan
kultural politik yang mempengaruhi ekspektasi manusia. Sehingga pada akhirnya kenyamanan
manusia muncul muncul dari dorongan ekpektasi akan pelayanan keperawatan yang bersifat
holistik dalam kehidupannya. Selain itu, pandangan umum yang sesuai dengan teori
kenyamanan Kolcaba adalah pandangan mengenai hubungan timbal-balik yang muncul karena
sifat manusia yang aktif dan holistik. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya dan interaksi
ini dapat membawa dampak bagi tubuh manusia yang berupa rasa nyeri yang akhirnya
menganggu rasa nyaman manusia. Oleh karena manusia adalah mahkluk yang mempunyai
kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu, sehingga manusia cenderung akan
menghindari tindakan yang akan mengganggu kenyamanannya dan lingkungannya.
Selain dasar filosofis diatas, konsep awal dalam teori kenyamanan Kolcaba turut
dipengaruhi oleh berbagai macam disiplin ilmu, diantara lain; kedokteran, psikologi, psikiatri,
teologi, ergonomik dan sastra klasik Inggris yang secara spesifik diambil dari Oxford English
Dictionary (Kolcaba & Kolcaba, 1991). Semua disiplin ilmu tersebut memberikan ulasan dasar
bagi Katherine Kolcaba dalam mendefinisikan kata nyaman yang merupakan konsep dasar
dalam teorinya.
Oleh karena itu, teori kenyamanan Kolcaba merupakan teori yang didasari dan
dipengaruhi oleh berbagai macam filosofi dan konsep dari interdisplin ilmu yang akhirnya
memberikan berbagai macam masukan bagi pengembangan teori tersebut (Alligood, 2014).
9
1.6 Asumsi Dasar Teori Kenyamanan dan Hubungan dengan Metaparadigma
Asumsi dasar teori adalah pernyataan akan hubungan antar-konsep dalam teori yang
diyakini oleh pembuat teori dan melandasi pembuktian teori. Pada teori kenyamanan, Katherine
Kolcaba sebagai pencetus teori ini memilki beberapa asumsi dasar teori yang berhubungan erat
dengan konsep metaparadigma keperawatan yaitu ditinjau dari keperawatan, pasien,
lingkungan dan kesehatan (Alligood, 2014), berikut ini adalah penjelasan mengenai konsep
meta-paradigma ditinjau dari teori kenyamanan Kolcaba:
1. Keperawatan
Keperawatan adalah serangkaian proses yang meliputi pengkajian tentang kenyamanan
awal, intervensi untuk meningkatkan kenyamanan berdasarkan kebutuhan dan evaluasi
tingkat kenyamanan setelah diberikan intervensi keperawatan. Pengkajian awal dan
evaluasi dapat berupa data subjektif dan objektif yang menggambarkan tingkatan
kenyamanan pasien. Pengkajian dilakukan dari administrasi verbal rating scale (klinikal)
atau kuesioner kenyamanan (riset) yang dikembangkan oleh Kolcaba (2003).
2. Pasien (Manusia)
Penerima intervensi keperawatan dalam teori kenyamanan adalah individual, keluarga,
insititusi dan komunitas yang memerlukan intervensi. Perawat juga dapat menjadi sasaran
intervensi, jika berkaitan dengan kenyamanan dalam lingkungan pekerjaan.
3. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan aspek dari pasien, keluarga atau institusi yang dapat
dimanupulasi oleh perawat dalam proses pemberian asuhan keperawatan yang
meningkatkan kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan atau
komunitas yang menerima intervensi untuk meningkatkan kenyamanan.
10
Selain keempat konsep diatas, ada beberapa pernyataan asumsi dasar yang berkaitan langsung
dengan teori kenyamanan yang meliputi (Alligood, 2014);
1. Manusia memilki respons holistik kepada stimulus yang kompleks (Kolcaba, 1994).
2. Kenyamanan adalah hasil atau capaian holistik yang diinginkan dan berhubungan dengan
disiplin ilmu keperawatan (Kolcaba, 1994).
3. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang diusahakan secara maksimal oleh
manusia (Kolcaba, 1994).
4. Peningkatan kenyamanan memperkuat keikutsertaan pasien untuk turut terlibat dalam
perilaku yang meningkatkan kesehatan (Kolcaba & Kolcaba, 1991 ; Kolcaba, 1994).
5. Pasien yang secara aktif ikut serta dalam perilaku untuk mencapai kesehatan akan merasa
puas dengan tingkat kesehatan mereka (Kolcaba, 1997 ; Kolcaba, 2001).
6. Integritas institusional berdasarkan orientasi sistem keyakinan dari penerima intervensi
keperawatan. Kesetaraan dalam pemberian asuhan adalah orientasi yang digunakan dalam
promosi kesehatan dalam konteks holistik bagi keluarga dan penyedia layanan kesehatan
(Kolcaba, 1997 ; Kolcaba, 2001).
11
Kata relief atau kelegaan didefinisikan sebagai pengalaman pasien yang memiliki
kebutuhan kenyamanan spesifik, yang melatar belakangi definisi ini adalah Teori Dynamic
Nurse-Patient Relationship dari Jean Orlando (1961/1990). Kata ease didefinisikan sebagai
kondisi tenang atau kepuasan; yang mendasari definisi ini adalah teori Virginia Henderson The
Principles and Practice of Nursing. Kata transcendence didefinisikan sebagai kondisi nyaman
yang melampaui rasa nyeri dan masalah yang dirasakan oleh pasien dengan bantuan perawat ;
yang berasal dari teori Humanistic Nursing oleh Paterson dan Zderad (1976/1988) dalam
literature keperawatan yang telah digunakan sebelumnya dalam bidang keperawatan jiwa yang
menunjukkan “more-being” yang dicapai dari hubungan dengan perawat.
Konsep-konsep yang berasal dari teori keperawatan tersebut kemudian dipresentasikan
dalam konferensi riset dan direspon oleh audiens dengan sangat aktif hingga memberikan ide
baru bagi Kolcaba untuk mengembangkan penerapan makna definisi tersebut tidak hanya
secara fisik dan mental tetapi kemudian dimasukkan kedalam konteks pengalaman holistik
yang terdiri dari fisik, psikospiritual, social dan lingkungan (Kolcaba & Kolcaba, 1991).
Konsep fisik adalah mengacu pada sensasi tubuh dan mekanisme homeostatik. Konsep
psikospiritual berkaitan dengan kesadaran internal antara lain, harga diri, seksualitas dan arti
kehidupan seseorang yang juga mencakup hubungan personal individual. Konsep sosial
berkaitan dengan interpersonal, keluarga dan hubunan societal yang didalamnya terdapat peran
budaya atau cultural dalam hubungan individu. Lingkungan berarti kondisi eksternal dari
pengalaman manusia yang meliputi, pencahayaan, kebisingan atau suara, suasana, warna, suhu
dan elemen-elemen sintesis (Alligood, 2014). Berikut ini adalah taksonomi atau klasifikasi dari
struktur kenyamanan menurut Kolcaba dan Fisher (1996), yang berfungsi untuk mengkaji
kebutuhan kenyamanan dari pasien, keluarga dan perawat ; serta dalam perencanaan intervensi
keperawatan dan evaluasi kesesuaian hasil penerapan intervensi keperawatan yang telah
diberikan ;
12
Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut :
a. Fisik,berkenaan dengan sensasi tubuh
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri,
konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan
lebih tinggi.
c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial
Kerangka konseptual diatas memuat konsep-konsep utama dalam teori keyamanan Kolcaba yang
meliputi; Healh care needs, Comfort intervention, Intervening Variables, Comfort, Health-seeking
behavior, Institutional integrity, Best practices, Best policies. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap
definisi konsep-konsep dalam kerangka konseptual teori kenyamanan (Alligood, 2014);
13
1. Health Care Need
adalah kebutuhan akan kenyamanan yang timbul dari kondisi yang kesehatan yang tidak
terpenuhi oleh sistem pendukung tradisional pasien. Kebutuhan tersebut dapat berupa
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosiokultural atau lingkungan. Keluhan akan kebutuhan ini akan
menjadi nyata dengan dilakukannya monitoring, laporan verbal dan nonverbal, parameter
patofisiologi, dukungan dan edukasi, konseling finansial dan intervensi.
2. Comfort Intervention
adalah tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah
kebutuhan kenyamanan pasien yang meliputi fisiologis, psikologis, fisik, sosial, cultural,
finansial, spiritual dan lingkungan.
3. Intervening Variables
adalah dorongan interaktif yang mempengaruhi pesepsi kenyamanan pasien. Faktor-faktor
tersebut meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, sistem pendukung,
prognosis, finansial, pendidikan, latar belakang kultural dan keseluruhan elemen dalam
pengalaman pasien. Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan dalam
perencanaan dan intervensi keperawatan.
4. Comfort
adalah pernyataan mengenai keadaan atau kondisi pasien yang menerima intervensi
kenyamanan. Kenyamanan juga diartikan sebagai sebuah pengalaman holistik mengenai
kondisi setelah merasakan rasa ‘nyaman’ yang diberikan oleh perawat yang digambarkan dalam
tiga jenis rasa nyaman (relief, ease dan transcendence) dan empat konteks keadaan (fisik,
psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan).
5. Health-seeking Behaviour
adalah susunan dari kategori kondisi yang berhubungan langsung dengan usaha untuk mencapai
kesehatan optimal yang didiskusikan dengan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Kategori tersebut meliputi internal, eksternal dan kematian yang damai.
6. Institutional Integrity
adalah bentuk kooperasi, komunitas, sekolah, rumah sakit, daerah dan negara yang memiliki
kualitas integritas yang kuat terkait dengan tingkat kenyamanan sebagai hasil intervensi dalam
teori kenyamanan. Saat institusi tertentu mempunyai integritas yang baik maka akan menjadi
bukti yang nyata bagi praktek intervensi yang terbaik dan aturan yang sesuai.
7. Best Practices adalah penggunaan dari intervensi kesehatan yang berbasis bukti untuk
menghasilkan intervensi maksimal bagi pasien dan keluarga.
8. Best Policies adalah aturan daerah yang berbentuk protocol dan prosedur serta kondisi medis
untuk mengakses dan memberikan layanan kesehatan.
14
Keseluruhan konsep-konsep tersebut berinteraksi dengan berkesinambungan dan kemudian
membentuk sebuah teori dasar kenyamanan dimana teori tersebut dapat dikembangkan dalam
segala aspek dan tidak terbatas hanya kepada intervensi keperawatan. Adanya hubungan timbal-
balik antar konsep pada output memberikan gambaran bahwa teori ini mampu untuk diaplikasikan
dalam sebuah komunitas yang lebih besar dan diterapkan dalam berbagai macam aturan dan
prosedur dalam masyarakat.
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian ditujuan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan keluarga pada empat
konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Kenyamanan fisik
terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan psikospiritual mencakup
kesadaran diri (harga diri, seksualitas, arti hidup) dan hubungan manusia pada tatanan yang
lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising, lingkungan sekeliling, cahaya,
suhu, elemen tiruan versus alami.
2. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi kenyamanan memiliki
tiga kategori:
(a) intervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol
rasa sakit,
(b) pelatihan untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi,
menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan
(c) tindakan yang menenangkan bagi jiwa, hal-hal menyenangkan yang perawat lakukan
untuk membuat klien atau keluarga merasa diperhatikan dan diperkuat seperti pijat atau
guided imagery, (kolcaba, 2003). Intervensi holistik yang sesuai dengan teori
kenyamanan antara lain: guided imagery, progressive muscle relaxation, meditasi,
terapi mjsik atau seni, pijatan dan sentuhan terapeutik (Peterson dan Bredow, 2004).
15
3. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk defisit dalam mekanisme fisiologis yang terganggu
atau beresiko karena sakit atau prosedur invasif. Kebutuhan fisik yang tidak jelas terlihat dan
yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau keseimbangan elektrolit, oksigenasi
atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat seperti sakit, mual,muntah, mengigil atau
gatal lebih mudah ditangani dengan maupun tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi
diarahkan untuk mendapatkan kembali dan mempertahankan homeostasis (kolcaba dan
DiMarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan psikospiritual termsuk kebutuhan untuk kebutuhan kepercayaan
diri, motivasi dan kepercayaan agar klien lebih tenang ketika menjalani prosedur invasif yang
menyakitkan atau trauma yang tidak dapat segera sembuh. Kebutuhan ini sering dipenuhi
dengan tindakan keperawatan yang menenangkan bagi jiwa klien serta ditargetkan untuk
trasedensi seperti pijat, perawatan mulut, penunjang khusus, sentuhan dan kepedulian. Fasilitasi
diri untuk strategi menghibur dan kata-kata motovasi. Tindakan ini termasuk intervensi khusus
karena perawat sering sulit meluangkan waktu untuk melaksanakannya tetapi apabila perawat
menyempatkan diri maka tindakannya akan sangat bermakna. Tindakan ini dapat memfasilitasi
klien dan keluarga mencapai transendence. Transendensi merupakan faktor kunci dalam
kematian klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009)
Kebutuhan kenyamanan sosiocultural adalah kebutuhan untuk jaminan budaya, dukungan,
bahasa tubuh yang positif dan caring. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pembinaan yang
mencakup sikap optimisme, pesan-pesan kesehatan dan dorongan semangat, penghargaan
terhadap pencapaian klien, persahabatan perawat selama bertugas, perkembangan informasi
yang tepat tentang setiap aspek yang berhubungan dengan prosedur, pemulihan kesadaran,
setelah anastesi, rencana pemulangan dan rehabilitasi. Kebutuhan sosial ini juga termasuk
kebutuhan keluarga untuk keuangan, bantuan pekerjaan, menghormati tradisi budaya dan
kadang-kadang untuk persahabatan selama rawat inap jika unit keluarga memiliki jaringan
sosial yang terbatas. Rencana pemulangan juga membantu memenuhi kebutuhan sosial untuk
transisi perpindahan perawatan dari rumah sakit ke rumah. Misalnya diskusi tentang rencana
pemakaman dan membantu dengan berkabung dalam situasi khusus klien (kolcaba dan
Dimarco, 2005., Wong, 2009).
16
Kebutuhan kenyamanan lingkungan meliputi ketertiban, ketenangan, perabotan yang
nyaman, bau yang minimal dan keamanan. Kebutuhan ini juga termasuk perhatian dan saran
pada klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan kamar rumah sakit. Ketika
perawat tidak mampu untuk menyediakan lingkungan benar-benar tenang, perawat dapat
membantu klien dan keluarga untuk mampu menerima kekurangan dari pengaturan yang ideal.
Namun perawat harus mampu untuk melakukan upaya mengurangi kebisingan, cahaya lampu
dan gangguan istirahat tidur dalam rangka memfasilitasi lingkungan yang meningkatkan
kesehatan klien (kolcaba dan Dimarco, 2005., Wong, 2009).
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrumen telah
dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan. Perawat dapat menggunakan
bebebrapa instrumen untuk menilai peningkatan kenyamanan klien seperti behaviors cheklist
ataupun childrens comfort disiases sesuai dengan usia klien (kolcaba dan Dimarco, 2005.,
Wong, 2009).
17
BAB III
APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA KASUS ANAK
DI RUANG RAWAT NON BEDAH
18
Relief Ease Transcenden
Fisik Mual, pusing, lemas,
konjungtiva anemis
Psikospiritual Anak menyesal Anak senang dijenguk
berpisah dengan teman- teman-temannya
temannya
Lingkungan Anak dan keluarga Keluarga dan klien
ingin segera pulang merasa nyaman
Psikocultural Anak tidak sedih
berpisah dengan
ayahnya karena
ayahnya bekerja
Diagnosa keperawatan terdiri atas (1) pengalaman fisik meliputi resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, mual berhubungan iritasi
intestinum dan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. (2) pengalaman psikososial,
merupakan gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan.
19
E. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan terkait resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan tujuan tidak terjadi penurunan berat badan.
20
Diagnosa keperawatan terkait mual berhubungan dengan iritasi intestinum dengan tujuan rasa mual
berkurang, tidak mengganggu aktifitas makan.
Diagnosa keperawatan terkait intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dengan
tujuan klien mampu beraktivitas sesuai toleransi.
21
Diagnosa keperawatan terkait gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis perkembangan
22
BAB IV
ANALISIS KASUS
24
C. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural.
Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik interpesonal
maupun intrapersonal. Lingkungan sosial yang banyak berinteraksi dengan anak adalah
keluarga. Kondisi hubungan dalam keluarga banyak dikaji dalam aspek ini. Masalah yang
muncul antara pemberi asuhan dengan anak akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial.
Anak remaja mengalami perubahan dalam menjalin hubungan. Remaja tidak lagi banyak terikat
dengan hubungan orang tua dan anak tetapi lebih banyak terlubat hubungan dengan
kelompoknya yang mempunyai nilai-nilai tersendiri.
Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan nilai yang
dapat diterima oleh masyarakat secara umum. Mungkin saja nilai tersebut sejalan atau
bertentangan dengan nilai kultural. Perubahan ini sebaiknya dapat diantisipasi oleh keluarga
dan masyarakat. Sehingga tidak muncul ketegangan peran pemberi asuhan dan ketegangan di
lingkungan masyarakat. Apabila timbul ketegangan-ketegangan maka dapat menimbulkan
masalah ketidaknyamanan sosiokultural.
Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dari kelompoknya untuk sementara
waktu. Perpisahan dengan kelompoknya ini akan menimbulkan rasa isolasi pada diri remaja.
Isolasi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial pada diri anak. Remaja menjadi
lebih sedih berpisah dengan teman-temannya daripada berpisah dengan keluarganya. Keluarga
mengalami perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit. Ibu yang biasanya berperan
sebagai ibu rumah tangga harus meninggalkan rumah untuk menunggu anak yang sakit di
rumah sakit. Ayah yang mencari nafkah terganggu rutinitasnya karena anak dirumah sakit.
Perubahan sementasra pada remaja yang Menjalani perawatan di rumah sakit dapat
mengakibatkan adanya ketidaknyamanan secara sosiokultural.
24
E. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dapat dianalisa dari sruktur taksonomi kenyamanan. Analisa
dilakukan terhadap ketiga tingkat kenyamanan yang dikaitkan dengan pengalaman fisik,
pskikospiritual, sossiokulural dan lingkungan anak dan keluarga. Daa yang meniunjukkan
perubahan homeostatis dan respon fisiologi anak termasuk didalam diagnosis rasa tidak
nyaman fisik pada level relief karena nakan merasa pusing, mual, lemas, dan konjungtiva
anemis.
Pengalaman psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level ease karena
anak merasa sedih berpisah dengan teman – temannya. Rasa nyaman meningkat pada level
transcendence ketika teman – teman klien menengok ke rumah sakit. Klien merasa senang
ditengok oleh teman- temannya. Anak belum dapat berkumpul beraktifitas speri biasa bersama
kelompoknya tetapi nakan sudah merasa sengat sennag dengan ditengok temantemannya.
Pengalaman sosiokultural nakan mengalami masalah pada level transcendence karena
anak merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan bahwa hubungan anakd
dengan ayahnya tidak dekat. Ketidak eratan hubungan ini dapat disebabkan karena orang tua
belum siap menghadapi perubahan anaknya yang beranjak remaja. Kondisi ini beresiko
terhadap ketegangan pemberi asuhan. Anak dan keluraga mengalami rasa nyaman pada levcel
trancedence karena anak dan keluraga ingin segara pulang kerumah. Anak dfan kelurga sudah
mulai erbiasa dengan lingkungan kamar.
F. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman nakn dan keluarga.
Pengkajian keperawatan menggunakan taksonomi. Kenyamanan tidak memerlukan waktu yang
lama untuk merngkaji sehingga perawat mempunyai waktu yang lama untuk mengkaji sehingga
perawat mempunyai waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis intervensi yaitu intervensi standar, pendampingan atau pelatihan dan
tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing – masing pengalaman kenyamanan berbeda
focus intervensinya. Pengalaman fisik lebih banyak tindakan standardaripada kedua tindakan
lainnya salah satu contoh tindakan standar adalah mempertahankan hemeostatis. Pengalaman
sosiokultural lebih banyak tindakan pendampingan atau pelatihan daripada kedua tindakan
lainnya
25
G. Implementasi & Evaluasi
Intervensi keperawatan diimplementasikan kemudian dievaluasi. Evaluasi
menggunakan instrument yang berbeda – beda antara klien tergantung dan tingak
peekembangan anak. Kenyamanan klien yang tekah tercapai akan dibandingkan dengan tujuan
tindakan keperawatan. Kemudian perawat akan menyususn kembali rencana keperawaan untuk
meningkatkan maupun mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level
trancedence. Proses inilah yang disebut dengan intervensi yang intens. Dengan demikian
diharapkan kenyamanan klien dan keluarga akan selalu meningkat
26
J. Implikasi Aplikasi teori kenyamanan pada Asuhan Keperawatan Anak
Implikasi aplikasi teori kenyaman pada asuhan keperawatan anak terdiri atas
a. teori kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat menjadi panduan praktik
keperawatan yang holistic dan harus didokumetasikan dengan baik,
b. hasil yang diharapakandari tindakan keperawatan erkait klien dengan HSBs dan untuk
pencapaian institusi yang lebih baik,
c. kerangka konseptual teori kenyamanan tidak akan tercapai tanpa dukungan dan komitmen
institusi pelayanan kesehatan, dan
d. kerangka konseptual teori kenyamanan tidak hanya diaplikasikan pada area praktik tetapi
dapat juga diaplikasikan pada level staff dan pola interdisiplin untuk mencapai tujuan
kenyamanan secara khusus.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori kenyamanan termasuk dalam middle renge theory. Middle renge theory juga
memperhitungkan populasi usia dan lokasi ketika bekerja pada pengembangan sebuah
teori. Middle renge theory juga mencakup intervensi, usulan hasil, atau tindakan perawat.
Middle renge theory dikembangkan dengan menafsirkan dan mengamati pengalaman hidup
dengan hubungan kesehatan dan keperawatan. Dalam Theory of Comfort oleh Katharine
Kolcaba's, dia menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa hubungan dan hasil pasien
dalam kaitannya dengan kenyamanan.
2. Analisis konsep (Kolcaba & Kolcaba, 1991) terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief
(kelegaan), ease (ketentraman) dan transendence yang dihubungkan dengan empat konteks
kenyamanan berdasarkan asuhan yang diberikan berasal dari literatur keperawatan
(Kolcaba, 2003) yaitu, yang diberi nama fisik (physical), psikospiritual (psychospiritual),
sosial (sociocultural) dan lingkungan (environmental).
3. Teori kenyamanan Kolcaba juga dengan mudah dapat digeneralisasi pada berbagai setting
yang meliputi, riset, praktik dan pendidikan. Selain itu, karena berbagai setting yang
beragam teori ini pun dapat diberikan pada individual, keluarga hingga komunitas. Satu-
satunya hal yang mempengaruhi outcome dari penerapan teori ini adalah proses pemberian
asuhan keperawatan terkait teori kenyamanan kepada pasien, yang sangat mungkin
dipengaruhi juga oleh intervening factors yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
B. Saran
Mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkmbangan zaman, pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat
serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Dimana pelaksanaan asuhan
keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan
ilmiah melalui proses keperawatan yang berdasarkan teori-teori keperawatan tertentu.
Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat untuk memahami berbagai teori keperawatan
termasuk teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Katherine Kolcaba. Melalui teori ini,
perawat dapat memiliki pengetahuan mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan yang
disertai dengan pemberian kenyamanan
28
DAFTAR PUSTAKA
Kolcaba, K.(2003). Comfort theory and practice: A vision for holistic health care and Research.
New York : Springer Publishing Company, Inc.
Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes research. Nursing
Outlook, 49(2), 86-92.
Kolcaba, K., & Fox, C. (1999). The effects of guided imagery on comfort of women with early
stage breast cancer undergoing radiation therapy. Oncology Nursing Forum, 26(1), 67-72.
Kolcaba, K. Y. (1997). Comfort care: a framework for hospice nursing. American Journal of
Hospice & Palliative Care, 14(6), 271-276.
Kolcaba, K. Y., & Fisher, E. M. (1996). A holistic perspective on comfort care as an advance
directive. Critical Care Nursing Quarterly, 18(4), 66-76.
Kolcaba, K. Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of Advanced Nursing,
19(6), 1178-1184.
Kolcaba, K. Y., & Kolcaba, R. J. (1991). An analysis of the concept of comfort. Journal of
Advanced Nursing, 16(11), 1301-1310.
Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its application to pediatric
nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 – 94.
Peterson, Sandra. J., Bredow, Timothy S/ 2004. Midle ranger theories application to nursing
research. Philadelphia : Lippincott Williamas & Wilkins
Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar keperawatan pediatric vil
1. Jakarta. EGC
29