Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI KONSEP CARING

DI KELUARGA DAN KLINIK ATAU RUMAH SAKIT

Pengertian caring menurut Watson merupakan bagian inti dalam praktik


keperawatan dan diyakini perilaku caring adalah salah satu esensi keperawatan.
Caring adalah fokus pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Caring
merupakan bagian dari professionalisme dalam keperawatan. Menurut Liu pada
tahun 2006 masyarakat mempersepsikan perawat sebagai tenaga kerja profesional
apabila perawat memiliki etik dan caring dalam pelayanan keperawatan. Caring
merupakan kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan.

Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979,
hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk
memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson
menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini.
Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi
teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan
“caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah
perkembangan teorinya (Watson, 2004).

Implementasi Caring di Keluarga


Sesunggguhya keperawatan lahir bersamaan dengan lahirnya manusia ke
bumi ini. Dikatakan bahwa semenjak dilahirkan manusia telah memiliki insting
untung saling menjaga agar tatap sehat, memberikan kenyamanan dan keamanan
bagi orang yang sakit. Perawatan yang paling mendasar yang dapat kita jumpai
dalam lingkup terkecil adalah perawatan yang diberikan di lingkup keluarga.
Tindakan keperawatan di dalam keluarga pada dasarnya dapat diberikan oleh siapa
saja, namun pada umumnya praktek keperawatan itu sendiri dominan dilakukan
oleh Ibu yang memiliki peran penting dalam keluarga.

Menurut teori Watson, caring adalah fokus pelayanan keperawatan yang


diberikan kepada klien. Dalam hal ini pengertian caring tidak sebatas pelayanan
yang diberikan perawat kepada pasiennya di rumah sakit, klinik, ataupun
puskesmas. Caring juga dapat diimplementasikan di lingkup yang lebih kecil yaitu
keluarga. Pemberian metode caring tidak hanya bisa dilakukan oleh perawat kepada
pasiennya semata, namun juga bisa diterapkan di keluarga contohnya caring dari
Ibu kepada anaknya.

Salah satu tindakan caring adalah membantu kliennya salam memenuhi


kebutuhan dasarnya baik kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis.
Dalam keluarga pada umumnya orang yang bertanggungjawab untuk menyiapkan
makanan adalah Ibu. Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menempati posisi paling tinggi dalam skala prioritas manusia. Dalam hal ini, Ibu
membantu anggota keluarga lainnya bai itu Ayah atau anak anak untuk memenuhi
kebuthan dasar manusia mereka, yaitu makan. Tindakan dan tanggung jawab
tersebut dapat dikategorikan sebagai caring dalam lingkup keluarga.

Caring tidak sebatas menjaga dan membantu penyembuhan klien saat sakit.
Caring juga berarti menjaga dan memberikan rasa nyaman pada klien. Hal ini tentu
saja telah diterapkan di lingkungan keluarga. Setiap anggota keluarga yang
memiliki masalah tentunya harus mengkomunikasikan permasalahan tersebut
kepada anggota keluarga lainnya. Disini yang dibutuhkan tidak hanya peran
pendengar yang baik, namun juga perlu peran aktif dari pendengar untuk membantu
menyelesaikan permasalahan dan memberikan anjuran-anjuran namun tidak
bersifat memaksa. Disamping itu dibutuhkan juga kepekaan terhadap perubahan
sikap pasien akibat permasalahan yang dihadapinya. Contohnya saja, seorang anak
merasa sedih karena nilainya turun. Sepanjang hari dia terlihat murung, kemudian
Ibu menanyakan apa yang terjadi pada anaknya. Sang Ibu mendengar segala
permasalahan yang diceritakan dengan seksama. Kemudia ia memberikan
pertimbangan pertimbangan untuk mengubah pola belajar anak agar sesuai dengan
kepribadannya. Sang Ibu juga melakukan kontak fisik dengan mengelus ngelus
punggung anaknya. Dalam hal ini Ibu sudah menerapkan teori caring yaitu dengan
menerima ekspresi klien dan memberikan support dan anjuran-anjuran mengenai
pemecahan masalah yang dialami klien. Disamping itu, Ibu juga memberikan rasa
aman dan nyaman kepada anak dengan melakukan kontak fisik yang juga
menyiratkan bentuk kepedulian terhadap sang anak.
Maka dari itu, caring merupakan tindakan yang fleksibel dan dapat
diaplikasikan dimana saja. Caring tidak berarti sempit dan mutlak harus dilakukan

Implementasi Caring Di Rumah Sakit Atau Klinik


Pasien di rumah sakit seringkali mengeluhkan sikap dan tindakan perawat
yang mengecewakan seperti galak, judes, kurang perhatian, kurang tanggap dan
sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Zees tentang perilaku caring perawat
pelaksana di ruang rawat inap RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pelaksana kurang yaitu (53,3 %),
perilaku caring baik (46,7%). Penelitian pada 228 perawat di Instalasi Rawat Inap
RSUD Tugurejo Semarang yang dilakukan oleh Andariyani menunjukkan tingkat
caring perawat untuk memberikan pelayanan pada klien mayoritas rendah yaitu
sebanyak 191 responden (83,3%) dan perawat dengan tingkat caring yang tinggi
dalam memberikan perawatan hanya sebesar 37 responden (16,2%).

Menurut Watson, perwujudan caring dalam praktik klinik ditunjukkan


melalui penerapan 10 faktor karatif. Faktor yang pertama adalah dengan
membentuk nilai kemanusiaan pada pasien. Penerapan factor ini dilakukan dalam
seluruh proses keperawatan dengan menghargai klien dan memberikan kepuasan
pada klien. Perawat berusaha menunjukkan nilai humanistik dengan memberikan
senyuman, menyapa dan bersikap sopan selama pengkajian dan implementasi.
Faktor karatif caring yang kedua faith-hope yang ditunjukkan dengan cara
memberikan dukungan pada pasien dan membangkitkan perasaan optimis, harapan,
dan rasa percaya akan kesembuhannya. Perawat memberikan support dan motivasi
kepada pasien agar pasien dapat menjalani pengobatannya dengan optimis sehingga
mendapatkan hasil pengobatan yang optimal.

Faktor karatif yang ketiga yaitu sensitivitas ditunjukkan dengan


memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan
mereka. Disini peran perawat sebagai seorang pendengar yang baik sangat
dibutuhkan. Perawat dapat menanyakan kondisi dan perasaan klien sehingga klien
mendapatkan waktu yang tepat untuk mengekpresikan apa yang ia rasakan dan
keluhkan. Penerapan faktor ke-empat (helping-trust) yaitu menunjukkan sikap
empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat. Penerapan dari faktor tersebut yaitu
perawat mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan berusaha menepati kontrak
yang dibuat bersama.
Penerapan factor kelima adalah menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif. Perawat selalu berusaha mendengarkan apa yang menjadi keluhan klien
dan menerima ungkapan perasaan pasien dengan baik. Penerapan faktor karatif ke-
enam adalah membantu pasien dalam memecahkan masalah secara ilmiah dan
mengambil keputusan.dalam hal ini perawat berusaha memberikan pertimbang-
pertimbangan terkait permasalahan yang dialami oleh klien tanpa ada unsur
pemaksaan. Klien bebas menentukan pilihannya, peran perawat hanya sebagai
pendukung pengambilan keputusan oleh klien. Faktor ke-tujuh yaitu meningkatkan
dan memfasilitasi proses belajar mengajar transpersonal dengan menyediakan
lingkungan yang mendukung dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
Perawat berperan untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan atau memberikan
informasi kepada klien maupun keluarganya mengenai segala informasi yang
dibuthkan pasian baik mengenai penyakitnya maupun pertimbangan prihal masalah
yang dihadapi pasien dalam masa perawatan.
Faktor ke delapan dalam faktor karatif adalah menyediakan lingkungan
yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki mental, sosiokultural, dan
spiritual. Perawat berperan untuk membantu klien untuk memenuhi segala
kebutuhan dasarnya termasuk kebutusan psikologi, sosio kultural, dan spiritual.
Contohnya, perawat membantu klien dengan kelumpuhan saat klien ingin
melakukan ibadah. Hal tersebut juga berkaitan dengan faktor kesepuluh yaitu
membantu eksistensial fenomonological pasien. Faktor ke-sembilan adalah
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perawat harus mengetahui skala prioritas
klien mengenai kebutuhan dasarnya. Perawat harus mendahulukan kebutuhan yang
paling mendasar. Contohnya, seorang pasien mengalami kecelakaan dan menderita
luka robek di sepanjang kakinya. Pasien merasakan nyeri dan khawatir karena dia
hanya hidup berdua dengan anaknya dan anak beliau masih di rumah. Dalam hal
ini perawat harus mendahulukan kebutuhan fisiologis klien dengan mengurangi
rasa nyerinya. Kemudian menghubungi pihak keluarga dan anak klien agar klien
merasa tenang dan tidak cemas.
oleh perawat kepada pasiennya di rumah sakit. Namun, caring juga dapat dilakukan
oleh orang lain dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Contoh penerapan caring
dalam ruang lingkup yang lebih kecil adalah tindakan caring yang dilakukan oleh
Ibu dalam suatu keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Alfiah.2015. Peran penerapan Asuhan Neonatus Terintegrasi Terhadap


Motivasi dan Kompetensi Mahasiswa serta Kepuasan Pasien di Praktik Klinik
Kebidanan. IJMC.2(5): 37-43

Sulisno, Madya Dan Halida, Isma. 2015. Interaksi Caring Mahasiswa Keperawatan
Tingkat I, II dan III. Jurnal Managemen Keperawatan. 3(1):36-41

Abi, M dan Ichsan, B. 2008. Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean Watson
Dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN. 1(3):147-150

Anda mungkin juga menyukai