Disusun Oleh
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang "Penyakit Gagal Ginjal".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan alat medis habis pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien
(Permenkes RI Nomor 73, 2016). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dibidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian
bukan hanya sebagai pengelola obat tetapi memberi informasi kepada pasien tentang
penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui
tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan.
Pada dasarnya prekursor digunakan secara resmi di industri farmasi sebagai bahan baku
obat, bahan untuk pembuatan bahan baku obat dan bahan dasar dalam pembuatan psikotropika
dan narkotika. Obat yang mengandung prekursor banyak digunakan untuk pengobatan saluran
pernafasan seperti influenza dan batuk. Prekursor merupakan bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong pembuatan narkotika atau psikotropika.
Penyalahgunaan obat yang mengandung prekursor juga terjadi pada masyarakat di salah
satu perumahan yang terletak di Kalideres. Pada tahun 2019 sejumlah bahan baku prekursor
yang dijual secara daring, bahan baku yang ditemukan yaitu ephedrine, iodin, fosfor, iodin,
aceton, toulen, soda api dan alkohol. Pada observasi banyaknya pasien yang sering datang
untuk membeli atau mendapatkan salah satu jenis obat yang mengandung prekursor tanpa
resep dokter dan termasuk kedalam golongan daftar G atau keras. Karena rata – rata obat yang
mengandung prekursor di gunakan untuk pengobatan saluran pernafasan seperti influenza dan
batuk.
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini akan menguraikan lebih lanjut mengenai
peran pelayan informasi obat golongan obat prekursor dan manfaat yang dapat
diperoleholehpasien dan masyarakat secara keseluruhan. Penjelasan pelayanan informasi obat
golongan prekursor merupakan langkah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang
penggunaan obat prekursor di Apotek.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan
bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi kepada pasien,
tenaga kesehatan dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak
lain.
5
PIO bagi profesional kesehatan akan meningkatkan peran apoteker dalam perawatan
kesehatan, antara lain:
a. Pengetahuan apoteker tentang obat terpakai.
b. Apoteker menjadi lebih aktif dalam pelayanan kesehatan.
e. Peran apoteker dapat membuka fungsi klinis lain, misal kunjungan pasien.
d. Peningkatan terapi rasional dapat tercapai.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam informasi obat, yaitu metode tertulis dan
metode tidak tertulis. Informasi tertulis yang sudah biasa diberikan adalah penulisan etiket
pada kemasan obat. Informasi ini biasanya diikuti dengan informasi lisan yang disampaikan
pada saat penyerahan obat kepada pasien.
Berdasarkan Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan
herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat meliputi :
• Mandiri (bebas dari segala bentuik keterikatan)
• Objektif (sesuai dengan kebutuhan)
• Seimbang.
• Ilmiah
• Berorientasi kepada pasien dan pro aktif
Adapun tujuan pelayanan informasi obat yaitu:
6
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
• Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
• Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan)
• Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
• Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang
sedang praktik profesi
• Melakukan penelitian penggunaan Obat
• Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
• Melakukan program jaminan mutu.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam informasi obat, yaitu metode tertulis dan
metode tidak tertulis. Informasi tertulis yang sudah biasa diberikan adalah penulisan etiket
pada kemasan obat. Informasi ini biasanya diikuti dengan informasi lisan yang
disampaikan pada saat penyerahan obat kepada pasien
2.2 Prekursor
a. Definisi Prekursor
Menurut Permekes No.3 tahun 2015 prekursor adalah zat atau bahan pemula
yang dapat digunakan untuk pembuatan narkotika dan psikotropika, prekursor
tersebut berguna untuk industri farmasi, pendidikan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan pelayan kesehatan.
Menurut peraturan Kepala Badan POM No. 40 tahun 2013 tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi,
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku atau penolong untuk keperluan proses produksi
Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang
mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin atau fenilpropanolamin,
ergotamin, ergometrin, atau potassium permanganat.
Jadi prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimiayang
dapat digunakan sebagi bahan baku atau penolong untuk keperluan proses
produksi industri dan apabila disimpangkan dapat digunakan dalam memproses
pembuatan narkotika dan psikotropika.
7
tabel 1 dan tabel 2. Berikut adalah golongan dan jenis prekursor yang diawasi oleh
No Tabel I Tabel II
1 Pottasium permanganate Hydrochloric acid
2 1-Phenyl 2-propanone Sulphuric acid
3 Acetate anhydride Toluene
Ethyl ether (Diethyl
4 N-acetylanthranilic acid ether)
5 Isosafrole Acetone
6 3,4-methylenedioxyphenyl-2-propanone Methyl ethyl ketone
7 Piperonal Phenylacetic acid
8 Safrole Anthranillic acid
9 Ephedrine Piperidin
10 Pseudoephedrine
11 Norephedine(Phenylpropanolamin/PPA)HCL
12 Ergometrin
13 Ergotamine
14 Lysergic acid
Berdasarkan golongan dan jenis prekursor pada tabel di atas, yang sering
efedrin, sedangkan yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin.
efedrin dan pseudoefedrin berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten,
7
Efedrin dan pseudoefedrin keduanya masih banyak dijumpai dalam komponen obat
selesma/obat flu yang ada di pasaran. Dari struktur kimianya, efedrin merupakan
suatu senyawa amina yang memiliki struktur kimia mirip dengan turunan
halusinasi dan psikosis, ganguan mood, ganguan aktifitas motorik, stroke dan
suatu tujuan tertentu yang di lakukan secara efektif dan efesien. Tujuan utama
pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam
jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat
8
Menurut peraturan kepala BPOM No. 40 tahun 2013 tentang Pedoman
pelaporan.
• Pengadaan
apotek yaitu :
➢ Surat Pemesanan
email maka surat pesanan asli harus diberikan pada saat serah
Farmasi/PBF.
➢ Penerimaan Obat
• Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menata dan memelihara obat yang
dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik obat yang dapat merusak
mutu obat. Dalam sistem penyimpanan obat terutama obat yang
mengandung prekursor harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
• Penyerahan
Penyerahan merupakan kegiatan memberikan obat antar fasilitas
pelayanan kefarmasian maupun kepada pasien dalam rangka pelayanan
kefarmasian. Untuk mencegah penyalahgunaan obat terutama obat mengandung
prekursor, petugas apotek (Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian) perlu
memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyerahan obat
kepada pasien. Aspek tersebut terdiri atas:
1. Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
memperhatikan kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai
kebutuhan terapi.
2. Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi diluar kewajaran
harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Apoteker Pendamping setelah dilakukan screening
terhadap permintaan obat.
3. Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian obat
mengandung Prekursor Farmasi yaitu pembelian dalam jumlah
besar misalnya oleh Medical Representative/Sales dari Industri
11
Farmasi atau PBF, pembelian secara berulang-ulang dengan
frekuensi yang tidak wajar.
• Pemusnahan
Pemusnahan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan untuk
memusnakan obat yang tidak memenuhi persyaratan atau karena sebab lain
dengan disaksikan oleh Balai Besar atau Balai POM setempat dan dicatatat dalam
berita acara pemusnahan. Berikut ini peraturan dan hal – hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan pemusnahan obat yang mengandung prekursor :
1. Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat mengandung Prekursor
Farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
2. Harus tersedia daftar inventaris Obat Mengandung Prekursor
Farmasi yang akan dimusnahkan mencakup nama produsen, bentuk
dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah, nomor bets,
dan tanggal daluwarsa.
3. Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan
pencegahan diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan
pemusnahan ini dilakukan oleh penanggung jawab apotek dan
disaksikan oleh petugas Balai Besar/Balai POM dan/atau Dinas
Kesehatan Kab/Kota setempat. Kegiatan ini didokumentasikan
dalam Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku
dan saksi.
4. Berita Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus
ditandatangani juga oleh saksi dari pihak ketiga.
Kerangka Konsep
Obat Mengandung
Prekursor
Pengelolaan:
1. Pengadaan
2. Penyimpanan
3. Penyerahan
Keterangan gambar :
------------------------- : tidak diteliti
: diteliti
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
13
Uraian Kerangka Konsep
menjamin ketersedian obat yang aman, berkhasiat dan bermutu serta mencegah
kebocoran dan penyimpangan dari jalur legal ke jalur ilegal atau sebaliknya dan
masyarakat.
prekursor yang baik dan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat
Dan Makanan Republik Indonesia No. 40 Tahun 2013. Adapun pengelolaan obat
yang prekursor yang sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan
Makanan Republik Indonesia No. 40 Tahun 2013 terdiri atas beberapa indikator
menyimpan obat yang mengandung prekursor harus dengan baik dan aman sesuai
analisis resiko. Untuk yang terakhir yaitu sisi penyerahan, sebelum menyerahkan
obat ke pasien perlu melakukan pemberitahuan informasi seputar obat yang dibeli
oleh pasien terutama bagi pasien yang masih awal mengkonsumsi obat tersebut agar
14
BAB III
PEMBAHASAN
Pelayanan Obat Golongan Prekursor
1. Diclofenac potassium
Kemasan:
Nyeri inflamasi pasca trauma, nyeri & inflamasi pasca op, sebagai terapi
Dosis
Penyajian:
Perhatian:
Lanjut usia. Pengemudi & operator mesin. Pasien dengan deplesi vol
ekstraselular. Hamil & laktasi. Penggunaan jangka lama: monitor fungsi hati &
Kadang-kadang: Gangguan GI, sakit kepala, pusing, vertigo, ruam. Jarang: tukak
peptik, fungsi ginjal abnormal, perdarahan GI, hepatitis. Kasus jarang: eritema
2. Asmadex
Asmadex adalah obat dengan kandungan Theophylline dan ephedrine HCl yang
berfungsi untuk mengatasi Asma bronkhial dan bronkitis karena influenza dan
Kegunaan:
Cara Penyimpanan:
Efek Samping:
Efek samping yang mungkin terjadi adalah mengantuk, pusing, mulut kering,
16
Kontraindikasi:
Memiliki riwayat hipersensitif atau reaksi alergi terhadap obat asmadex atau
salah satu dari komponennya, orang yang sedang diterapi dengan MAOI.
Interaksi Obat
3. Ericaf
Ericaf merupakan obat yang mengandung Ergotamine dan Caffeine. Obat ini
digunakan untuk mengatasi serangan migraine akut. Dalam penggunaan obat ini
Dosis:
DOKTER. Dimulai 2 tablet saat serangan, kemudian 1 tablet setiap 30 menit jika
Aturan Pakai:
Perhatian:
HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Tidak boleh digunakan pada ibu hamil
dan menyusui. Pasien dengan risiko atau predisposisi efek vaskular. Kategori
terhadap janin. Obat ini dikontraindikasikan untuk wanita hamil dan yang
Kontra Indikasi:
17
Hipersensitivitas. Kehamilan dan laktasi. Gangguan ginjal dan hati yang berat.
Efek Samping:
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih dan berbahaya,
harap konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi
dalam penggunaan obat adalah: Mual, muntah, sakit kepala, rasa lemas, diare,
gatal, kemerahan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelayanan informasi obat mencakup informasi obat tentang cara penggunaan, efek
samping, indikasi, dan kontra indikasi obat. Sehingga membuat pelayanan informasi obat
perlu diberikan kepada pasien. Namun tidak semua informasi tersebut diberikan kepada
pasien, yaitu tergantung dari jenis obat yang dibeli atau diambil. Pelayanan informasi obat
yang sering diberikan adalah tentang cara penggunaan dan indikasinya sedangkan untuk
efek samping dan kontraindikasi akan disampaikan informasinya apabila jenis obat yang
dibelinya mempunyai efek samping dan kontra indikasi yang kurang diketahui pasien.
4.2 Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi para pembaca dalam
makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
19
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Romi. 2008. Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi di Rumah Sakit Umum
Information Service in Public and Private Sector Tertiary Care Hospitals in the
Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
Menkes RI. 2019. Petunjuk Teknik Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Menkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23 Tahun 2020 Tentang
Menkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Nugraheni, Susanti. 2019. Jurnal Analisa Kategori Obat Fast Moving dan Slow Moving
Studi Kasus Arsip Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun
20