Oleh :
Andri Arfaldi ( 1301005 )
Kelompok 4 S1-VI A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Pelayanan Informasi Obat. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibuk Septi Muharni, M.Farm, Apt selaku dosen mata kuliah Komunikasi
Informasi dan Edukasi yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
16
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan
cara pelayanan yang baru yang akan merubah format lama menjadi lebih
disempurnakan khususnya peranan apoteker kepada pelayanan pasien, yang
merupakan cerminan dari praktek kefarmasian yang baik Good Phamacy Practice
(GPP).
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang bermutu dan selalu baru up to
date mengikuti perkembangan pelayanan kesehatan, termasuk adanya spesialisasi
dalam pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit pada
dasarnya adalah untuk menjamin dan memastikan penyediaan dan penggunaan
obat yang rasional yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman, nyaman bagi pasien.
Pelayanan kefarmasian tersebut memerlukan informasi obat yang lengkap,
objektif, berkelanjutan, dan selalu baru up to date pula. Untuk itu diperlukan
upaya penyediaan dan pemberian informasi yang (1) lengkap, yang dapat
memenuhi kebutuhan semua pihak yang sesuai dengan lingkungan masing masing
rumah sakit, (2) memiliki data cost effective obat, informasi yang diberikan terkaji
dan tidak bias komersial (3) disediakan secara berkelanjutan oleh institusi yang
melembaga dan (4) disajikan selalu baru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kefarmasian dan kesehatan.
2
RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian dari PIO?
Apa saja sumber sumber dari informasi dan metode PIO?
Apa tujuan dan prioritas dari PIO?
pasien
Mahasiswa mampu melakukan pelayanan informasi obat kepada pasien
Dapat menambah wawasan kepada pembaca tentang PIO
BAB II
PEMBAHASAN
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien
(Anonim, 2004).
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya
maksud dan intinya sama. Salah satu definisinya, informasi obat adalah setiap data
atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup
farmakologi, toksikologi dan farmakoterapi obat. Informasi obat mencakup, tetapi
tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama kimia, struktur dan sifat sifat,
identifikasi, indikasi diagnostik atau indikasi terapi, mekanisme kerja, waktu
mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang
direkomendasikan, absorpsi, metabolisme detoksifikasi, ekskresi, efek samping
dan reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda dan
gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data
penggunaan obat dan setiap informasi lainnya yang berguna dalam diagnosis dan
pengobatan pasien (Siregar, 2004).
Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian,
pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan,
pendistribusian, penyebaran serta penyampaian informasi tentang obat dalam
berbagai bentuk dan metode kepada pengguna nyata yang mungkin (Siregar,
2004).
2
Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker, dokter gigi, tenaga kesehatan lain
merupakan sumber informasi obat
Pustaka
Pustaka sebagai sumber informasi obat digolongkan menjadi 3 kategori :
a
Pustaka primer
kefarmasian.
Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel dan pedoman praktis.
Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi informasi
umum, lengkap dan mudah dipahami. Menurut UU No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa standar profesi
adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi dengan baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan
dengan pasien seperti dokter dan perawat, dalam melaksanakan tugasnya
harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien adalah
hak informasi, hak untuk memberika persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua.
3
4
Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet dan perpustakaan
Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi
farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain lain)
Sumber informasi lainnya
Selain sumber informasi yang sudah disebutkan diatas, masih terdapat
beberapa sumber informasi obat lainnya. Diantaranya informasi obat dari
media massa, leaflet, brosur, etiket dan informasi yang berasal dari
seorang Medical Representative.
Metode PIO
Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan
informasi, yaitu komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan
kapan suatu jenis dari metode itu digunakan untuk menjawab lebih tepat
daripada yang lain. Dalam banyak situasi klinik, jawaban oral biasanya diikuti
dengan jawaban tertulis.
a
Jawaban tertulis
Jawaban tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang
diberikan kepada penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk
penanya dan responden. Keuntungan dari format tertulis adalah
memungkinkan penanya untuk membaca ulang informasi jawaban tersebut
dan secara pelan pelan menginterpretasikan jawaban tersebut. Komunikasi
tertulis juga memungkinkan apoteker untuk menerangkan sebanyak
mungkin informasi dalam keadaan yang diinginkan tanpa didesak
penanya. Jawaban tertulis dapat mengakomodasi tabel, grafik, dan peta
B Prioritas PIO
Sasaran utama pelayanan informasi obat adalah penyempurnaan perawatan
pasien melalui terapi obat yang rasional. Oleh karena itu, prioritas harus
diberikan kepada permintaan informasi obat yang paling mempengaruhi
secara langsung pada perawatan pasien. Proritas untuk permintaan informasi
obat diurutkan sebagai berikut :
a
b
c
d
jawab mereka
e Keperluan dari berbagai fungsi PFT
f Berbagai proyek penelitian yang melibatkan penggunaan obat
Fungsi fungsi PIO
1
3
4
5
Dokter
Dalam proses penggunaan obat, pada tahap pemilihan obat serta regimennya
untuk seorang pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari apoteker
agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat diberikan
langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telepon atau
sewaktu apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan ke ruang perawatan
pasien atau dalam konferensi staf medis (Siregar, 2004).
Perawat
obat,
efek
samping
yang
mungkin,
penyimpanan
obat,
Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga pasien pada umumnya adalah
informasi praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan professional kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan
apoteker sewaktu menyertai kunjungan tim medis ke ruang perawatan,
sedangkan untuk pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan
obat. Informasi obat untuk pasien/keluarga pasien pada umumnya mencakup
cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada
obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan resep obat dan sebagainya
(Siregar, 2004).
4
Apoteker
Setiap apoteker rumah sakit masing masing mempunyai tugas atau fungsi
tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan professional kesehatan dan
pasien, sering menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan
yang tidak dapat dijawabnya dengan segera, diajukan kepada sejawat apoteker
yang lebih mendalami pengetahuan informasi obat. Apoteker di apotek dapat
NO
KATEGORI
CONTOH PERTANYAAN
PERTANYAAN
Reaksi merugikan
Dosis
dosis
gentamisin
untuk
penderita
gangguan ginjal?
Bagaimana dosis PCT untuk bayi 6 bulan?
Dapatkah karbamazepin diberikan secara rektal?
Pemberian obat
Identifikasi obat
nama
obat
baru
yang
disetujui
untuk
endometriosis?
Amankah asetosal
dan
warfarin
diberikan
bersamaan?
5
Interaksi obat
Indikasi
Kompatibilitas
7
intavaskular atau
intramuskular
Farmakokinetik
ulseratif kolitis?
Untuk apa digunakan vibramisin?
Dapatkah heparin dan nitroprusid ditambahkan
kedalam botol atau kantong IV yang sama?
Dapatkah morfin dan difenhidramin ditarik kedalam
spuit yang sama?
Berapa waktu paruh streptokinase?
Berapa banyak fenitoin harus diberikan kepada
penderita dengan konsentrasi steady state 5mg/ml?
Apa resiko terhadap janin seorang ibu jika ia
mengonsumsi asetosal 650 mg 2 x sehari untuk 2
Teratogenitas
apa
yang
dapat
digunakan
untuk
10
11
12
Toksisitas dan
keracunan
Terapi dan
farmakologi
Perhitungan
farmasetik
yang
mekanisme
kerja
antibiotik
dalam
pengobatan
aminoglikosida?
Apa
kelebihan
hipertensi?
Bagaimana
nifedipin
menghitung
dosis
obat
pediatri
Evaluasi kegiatan
Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan
kegiatan di apotek.
Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO dan program
kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan pelayanan informasi obat adala untuk menunjang ketersediaan dan
penggunaan obat yang rasional, berorientasi pada pasien, tenaga kesehatan, dan
pihak lain; menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain; menyediakan informasi untuk membuat kebijakankebijakan
yang
berhubungan
dengan
obat
terutama
bagi
PFT/KFT
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Anonim,
2004.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Hartini, Y.S, dan Sulasmono. 2006. Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek. Yogyakarta : Penerbit Universitas
Sanata Dharma
.
Siregar, Charles. 2006. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC
Wahyu, Dadang. 2010. Pelayanan Informasi Obat dan Praktek. Yogyakarta : Graha
Ilmu