Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Islam merupakan agama yang sangat menganjurkan manusia untuk hidup sehat dan
saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur’an dan
Hadits yang berisi pesan-pesan seputar kesehatan. Rasulullah saw bersabda “ sebaik-baik
manusia adalah yang lebih banyak manfaatnya untuk orang lain”. Begitu juga seorang
Pelayan Kesehatan yang mana akan menjadi ladang pahala ketika menerapkan nilai-nilai
islam di dalam pelayanannya. Pelayan Informasi Obat yang diberikan seorang apoteker
akan sangat bermanfaat bagi pasien dengan memberikan informasi secara akurat dan jelas
kebenarannya, sehingga akan sangat berguna bagi pendengar terutama seorang pasien
dalam masa pengobatan. Kepatuhan pasien juga perlu diperhatikan dalam hal informasi
ataupun edukasi yang diberikan apoteker.

Pendahuluan

Islam merupakan agama yang sangat sempurna, sehingga berbagai macam


bimbingan kehidupan bisa kita dapatkan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Tentu
dari berbagai bidang aktifitas yang kita lakukan manakala berpegang pada ajaran islam,
maka akan beruntung dan selamat. Begitu juga seorang Pelayan Kesehatan yang mana akan
menjadi ladang pahala ketika menerapkan nilai-nilai islam di dalam pelayanannya.
Rasulullah bersabda : sebaik-baik manusia adalah yang lebih banyak manfaatnya buat
orang lain. Dalam hadits tersebut kalau dikaitkan dngan tugas pelayan kesehatan baik itu
dokter,perawat, maupun bidan, tentu mereka sudah mndapatkan nilai plus sebagai manusia
yang bermanfaat.

Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu meliputi


pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan


oleh apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien (Anonim, 2004). Definisi
pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian, pengevaluasian, pengindeksan,
pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan, pendistribusian, penyebaran serta
penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan metode kepada pengguna
nyata. (Siregar, 2004).

Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya maksud
dan intinya sama. Salah satu definisinya, informasi obat adalah setiap data atau
pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi,
toksikologi dan farmakoterapi obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada
pengetahuan seperti nama kimia, struktur dan sifat sifat, identifikasi, indikasi diagnostik
atau indikasi terapi, mekanisme kerja, waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal
pemberian, dosis yang direkomendasikan, absorpsi, metabolisme detoksifikasi, ekskresi,
efek samping dan reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda dan
gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data
penggunaan obat dan setiap informasi lainnya yang berguna dalam diagnosis dan
pengobatan pasien (Siregar, 2004).

Kemenkes no 1197 tahun 2004 BAB VI mendefinisikan PIO sebagai kegiatan


pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, terkini
baik kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan yang
dilakukan dalam PIO dapat berupa:

a. Pemberian informasi kepada konsumemn secara aktif maupun pasif melalui surat, telfon,
atau tatap muka,

b. Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster terkait informasi kesehatan,

c. Memberikan informasi pada panitia farmasi terapi dalam penyusunan formularium


rumah sakit,

d. Penyuluhan,

e. Penelitian.

Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan


pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, serta
terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan
(Anonim, 2006). Unit ini dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para
pengelola dan pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan lebih
mantap (Juliantini dan Widayanti, 1996). Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat
meliputi:

a. Mandiri (bebas dari segala bentuik keterikatan),

b. Objektif (sesuai dengan kebutuhan),

c. Seimbang,

d. Ilmiah,

e. Berorientasi kepada pasien dan pro aktif.

Metode

1. Metode Pelayanan Informasi Obat

Metode pelayanan informasi obat menurut Direktorat jendral pelayanan kefarmasian dan
alat kesehatan Departemen Kesehatan RI 2006 yaitu:
a. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on call disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit.

b. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang diluar iam kerja
dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang sedang tugas jaga.

c. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada pelayanan
informasi obat diluar jam kerja.

d. Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh semua apoteker
instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.

e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh semua apoteker
instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam kerja.

2. Metode Menjawab Pertanyaan Informasi

Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan informasi, yaitu
komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan kapan suatu jenis dari metode
itu digunakan untuk menjawab lebih tepat daripada yang lain. Dalam banyak situasi klinik,
jawaban oral biasanya diikuti dengan jawaban tertulis.

a. Jawaban tertulis

Jawaban tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang diberikan kepada


penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk penanya dan responden. Keuntungan
dari format tertulis adalah memungkinkan penanya untuk membaca ulang informasi
jawaban tersebut dan secara pelan-pelan mengintepretasikan jawaban tersebut. Komunikasi
tertulis juga memungkinkan apoteker untuk menerangkan sebanyak mungkin informasi
dalam keadaan yang diinginkan tanpa didesak penanya. Jawaban tertulis dapat
mengakomodasi tabel, grafik, dan peta untuk memperlihatkan data secara visual (Siregar,
2004).

b. Jawaban lisan (oral)

Setelah ditetapkan bahwa jawaban lisan adalah tepat, apoteker perlu memutuskan jenis
metode jawaban lisan yang digunakan. Ada dua jenis metode menjawab secara lisan, yaitu
komunikasi tatap muka dan komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai, jika
apoteker mempunyai waktu dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan informasiobat
dengan penanya (Siregar, 2004).

Hasil dan Pembahasan

Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus


kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif
(pharmaceutical care) meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pemberian konseling dan informasi kepada
pasien sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepatuhan dan mencegah kegagalan terapi
obat pasien (Monita, 2009).
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien
rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif
Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang
efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian
konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada
akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety) (Lutfiyati,
2016)

Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan
kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan
apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas
Kesehatan setempat. Peran apoteker dalam konseling diantarannya :

1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.

2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan
terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien, sebagai contoh ketika pasien tidak mampu
membeli obat yang ada dalam resep maka, Apoteker dapat berkonsultasi dengan dokter
atau pasien untuk pemilihan obat dengan zat aktif yang sama namun harga lebih
terjangkau..

3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak


ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan lainnya).

4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai seorang
pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam
pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi,
manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.

5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan,
pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan.
Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian
dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.

6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu pengetahuan,
senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu
mengembangkan kualitas diri.

7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya, harus
mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak hanya berperan
sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan
baik.
8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna
mengembangkan ilmu kefarmasiannya

Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting
tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan pada
pasien adalah :

• Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana menggunakan obat
dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama pengobatan, kapan harus kembali
ke dokter

• Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan

• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan
makanan harus dijelaskan kepada pasien

• Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang mengakibatkan
cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi
kemungkinan terjadinya ADR tersebut

• Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang sudah rusak
atau kadaluarsa. Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses
sebelumnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang pelayan kesehatan, antara lain:

1.Sambutan yang hangat disertai senyuman saat menemui pasien

Ketika sesorang memeriksakan penyakitnya tentu dia dalam keadaan “runtag” (


was-was) dan penasaran atas penyakit yang dideritanya. Dalam hal ini tugas seorang
pelayan kesehatan untuk memberi kesan pertama yang menenangkan pasien. Jawab ucapan
salam pasien yang masuk ke ruangan dokter/perawat/bidan dengan jawaban yang baik.
Lalu sambut pasien dengan senyuman karena dengan senyum membuat hatinya itu menjadi
tenang. Rasulullah..sesungguhnya dlam senyum itu ada sedekah

2.Beri Motivasi pasien untuk selalu ikhtiar dalam menghadapi penyakitnya

Kadangkala ada pasien yang sudah hampir putus asa dalam menghadapi
pnyakitnya dan merasa sudah tidak mungkin sembuh. Maka sebagai pelayan kesehatan
harus memberikan motivasinya. Sampaikan firman Allah Q.S. Ar Ra’du ayat 11

‫َّللاَ ال يُغَ ِي ُِّر َما ِبقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَ ِي ُِّروا َما ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َّ ‫ ِإ َّن‬:

(Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) kalau bisa hafalkan ayat dan maknanya untuk
selalu disampaikan. Tidak harus tugas seorang da’i untuk menyitir ayat2 Al Qur’an, namun
petugas kesehatan juga sangat bagus untuk memberikan motivasi dan bimbingan.

3.Ingatkan pasien untuk perbanyak ibadah dan bertaubat


Kullu banii Adam Khatta’un….setiap manusia pasti ada kesalahan,

wa khairu khattainna attawwabuun…dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah


mereka yang bertaubat. Kita menyadri bahwa setiap diri ini tidak luput dari dosa.
Sampaikan kepada pasien bahwa penyakit itu ujian, maka jadikan sakit sebagai instropeksi
diri untuk memperbaiki ibadahnya,muamalahnya dan yang lainnya. Jaga sehat sebelum
datang masa sakitmu !

4.Sampaikan kepada pasien agar sebelum minum obat mngucapkan bismillah

Mungkin ada yang branggapan hal ini maslah kecil, sehingga tidak perlu dijelaskan
kepada pasien. Padahal sejatinya dari hal yang kecil barangkali bisa mnjadi besar dan
bermanfaat. Ingatkan pasien saat menulis resep atau memberikan obat agar seblum
meminumnya baca bismillahirrohmanirrohiim dan selesai meminumnya mengucapkan
alhamdulillahirobbil alamiin. Rasulullah bersabda : “Setiap pekerjaan yang mempunyai
kebaikan namun tidak dimulai padanya meyebut nama bismillah. Maka pekerjaan itu akan
pincang” .(HR Ibnu Hibban). Hadist itu memperjelas betapa pentingnya basmallah untuk
memulai suatu pekerjaan sehari-hari yang bersifat positif. Selain penting Basmallah dapat
memberikan manfaat bagi diri kita sendiri.

Kesimpulan

Seorang apoteker harus mempunyai pengetahuan mengenai pasien, penyakit, obat,


dan identifikasi masalah pengobatan pasien. Apoteker harus mampu menggabungkan
pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman. Apabila terjadi kesalahan apoteker
mempunyai tanggung jawab atas kesalahan itu, berbeda hal dengan dispensing obat yang
bertanggung jawab adalah pembuat resep. Pelayanan apoteker dikatakan berhasil apabila
hasil terapi sesuai dengan yang diinginkan dan apoteker harus membuktikan akan perannya
dalam hal kebutuhan sosial, tanggung jawab, hubungan dengan pasien, dan pelayanan
kesehatan lainnya. Tanggung jawab terhadap profesinya dan eksistensinya sebagai tenaga
kesehatan professional. Dalam penyampaian informasi obat, seorang apoteker harus secara
akurat menyampaikan informasi yang tepat dan sebenar-benarnya. Informasi yang
diberikan oleh apoteker sangatlah berguna bagi pasien karena akan memberikan banyak
pengetahuan dan hal-hal positif lain yang dimungkinka pasien akan patuh terhadap ucapan
apoteker untuk kesembuahan pasien tersebut. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw
“Sebaik-baik manusia adalah yang lebih banyak manfaatnya buat orang lain”

Daftar Pustaka

Anonim, 2004.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1197/Menkes/SK/X/2004.Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.Jakarta :
Kemenkes RI.
Anonim. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
No.Hk.00.Dj.Ii.924 Tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas.

Anonim. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian Di Sarana Kesehatan.


Jakarta: Depkes RI.

Anonim. 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Dirjen Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI: Jakarta.

Hariyanto, dkk. EVALUASI PELAKSANAAN PROSEDUR PELAYANAN OBAT


PELENGKAP ORAL DI RUANG RAWAT IRNA B PERJAN RS DR. CIPTO
MANGUNKUSUMO JAKARTA . 2015 . Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II.
No.3

Lutfiyati Heni, Yuliastuti Fitriana , Dianita Puspita Septie . 2016. PELAKSANAAN


KONSELING OLEH APOTEKER DI APOTEK KECAMATAN
TEMANGGUNG. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. II. No. 1

Monita. 2009. Evaluasi implementasu Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota


Padang, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta

Siregar, Charles. JP,. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan. I.
Jakarta: Penerbit EGC

Juliantini, E. dan Widayanti, S. 1996. Pelayanan Informasi Obat Rumah Sakit Umum
Daerah Dr Soetomo. Jawa Tengah : Prosiding Kongres Ilmiah XI ISFI

Anda mungkin juga menyukai