Oleh :
Kelompok 4 S1-VI A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pelayanan Informasi Obat”. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibuk Septi Muharni, M.Farm, Apt selaku dosen mata kuliah Komunikasi
Informasi dan Edukasi yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
diharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya
maksud dan intinya sama. Salah satu definisinya, informasi obat adalah setiap
data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi
mencakup farmakologi, toksikologi dan farmakoterapi obat. Informasi obat
mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama kimia, struktur dan
sifat sifat, identifikasi, indikasi diagnostik atau indikasi terapi, mekanisme kerja,
waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang
direkomendasikan, absorpsi, metabolisme detoksifikasi, ekskresi, efek samping
dan reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga, keuntungan, tanda dan
gejala dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif, data klinik, data
penggunaan obat dan setiap informasi lainnya yang berguna dalam diagnosis dan
pengobatan pasien (Siregar, 2004).
Tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker, dokter gigi, tenaga kesehatan lain
merupakan sumber informasi obat
2. Pustaka
a. Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang
terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
ilmiah. Contoh pustaka primer : laporan hasil penelitian, laporan kasus,
studi evaluatif dan laporan deskriptif.
b. Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari
berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi yang terdapat dalam
sumber informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data
base. Contoh : medline yang berisi abstrak abstrak tentang terapi obat,
International Phamaceutical Abstract yang berisi abstrak penelitian
kefarmasian.
c. Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel dan pedoman praktis.
Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi informasi
umum, lengkap dan mudah dipahami. Menurut UU No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa standar profesi
adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi dengan baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan
dengan pasien seperti dokter dan perawat, dalam melaksanakan tugasnya
harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien adalah
hak informasi, hak untuk memberika persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua.
3. Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet dan perpustakaan
4. Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi
farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain lain)
5. Sumber informasi lainnya
Selain sumber informasi yang sudah disebutkan diatas, masih terdapat
beberapa sumber informasi obat lainnya. Diantaranya informasi obat dari
media massa, leaflet, brosur, etiket dan informasi yang berasal dari
seorang Medical Representative.
Pada umumnya, ada dua jenis metode utama untuk menjawab pertanyaan
informasi, yaitu komunikasi lisan dan tertulis. Apoteker, perlu memutuskan
kapan suatu jenis dari metode itu digunakan untuk menjawab lebih tepat
daripada yang lain. Dalam banyak situasi klinik, jawaban oral biasanya diikuti
dengan jawaban tertulis.
a. Jawaban tertulis
Jawaban tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang
diberikan kepada penanya dan menjadi suatu rekaman formal untuk
penanya dan responden. Keuntungan dari format tertulis adalah
memungkinkan penanya untuk membaca ulang informasi jawaban tersebut
dan secara pelan pelan menginterpretasikan jawaban tersebut. Komunikasi
tertulis juga memungkinkan apoteker untuk menerangkan sebanyak
mungkin informasi dalam keadaan yang diinginkan tanpa didesak
penanya. Jawaban tertulis dapat mengakomodasi tabel, grafik, dan peta
untuk memperlihatkan data secara visual (Siregar, 2004).
b. Jawaban lisan (oral)
Setelah ditetapkan bahwa jawaban lisan adalah tepat, apoteker perlu
memutuskan jenis metode jawaban lisan yang digunakan. Ada dua jenis
metode menjawab secara lisan, yaitu komunikasi tatap muka dan
komunikasi telepon. Komunikasi tatap muka lebih disukai, jika apoteker
mempunyai waktu dan kesempatan untuk mendiskusikan temuan
informasi obat dengan penanya (Siregar, 2004).
A. Tujuan PIO
B. Prioritas PIO
1. Dokter
Dalam proses penggunaan obat, pada tahap pemilihan obat serta regimennya
untuk seorang pasien tertentu, dokter memerlukan informasi dari apoteker
agar ia dapat membuat keputusan yang rasional. Informasi obat diberikan
langsung oleh apoteker, menjawab pertanyaan dokter melalui telepon atau
sewaktu apoteker menyertai tim medis dalam kunjungan ke ruang perawatan
pasien atau dalam konferensi staf medis (Siregar, 2004).
2. Perawat
Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga pasien pada umumnya adalah
informasi praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan professional kesehatan. Informasi obat untuk PRT diberikan
apoteker sewaktu menyertai kunjungan tim medis ke ruang perawatan,
sedangkan untuk pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan
obat. Informasi obat untuk pasien/keluarga pasien pada umumnya mencakup
cara penggunaan obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan pada
obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan resep obat dan sebagainya
(Siregar, 2004).
4. Apoteker
Setiap apoteker rumah sakit masing masing mempunyai tugas atau fungsi
tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan pada bidang tertentu.
Apoteker yang langsung berinteraksi dengan professional kesehatan dan
pasien, sering menerima pertanyaan mengenai informasi obat dan pertanyaan
yang tidak dapat dijawabnya dengan segera, diajukan kepada sejawat apoteker
yang lebih mendalami pengetahuan informasi obat. Apoteker di apotek dapat
meminta bantuan informasi obat kepada sejawat di rumah sakit (Siregar,
2004).
KATEGORI
NO CONTOH PERTANYAAN
PERTANYAAN
Dapatkah ranitidin menyebabkan keracunan hati?
1 Reaksi merugikan
Apa saja efek samping rifampisin?
Bagaimana dosis fenitoin untuk status epilepsi?
Bagaimana dosis gentamisin untuk penderita
2 Dosis
gangguan ginjal?
Bagaimana dosis PCT untuk bayi 6 bulan?
Dapatkah karbamazepin diberikan secara rektal?
3 Pemberian obat Seberapa cepat simetidin dapat diberikan secara IV?
Bolehkah penisiliin diberikan peroral?
Apa nama obat baru untuk tukak peptik produksi
industri farmasi “X”?
Apa saja nama dagang obat generik ampisilin yang
4 Identifikasi obat
tersedia secara komersial?
Apa nama obat baru yang disetujui untuk
endometriosis?
Amankah asetosal dan warfarin diberikan
bersamaan?
Dapatkah tetrasiklin diberikan bersamaan dengan
5 Interaksi obat
susu?
Apakah sefaleksin mempengaruhi penetapan glukosa
serum?
6 Indikasi Seberapa efektif mesalamin untuk pengobatan
ulseratif kolitis?
Untuk apa digunakan vibramisin?
Dapatkah heparin dan nitroprusid ditambahkan
Kompatibilitas
kedalam botol atau kantong IV yang sama?
7 intavaskular atau
Dapatkah morfin dan difenhidramin ditarik kedalam
intramuskular
spuit yang sama?
Berapa waktu paruh streptokinase?
8 Farmakokinetik Berapa banyak fenitoin harus diberikan kepada
penderita dengan konsentrasi “steady state” 5mg/ml?
Apa resiko terhadap janin seorang ibu jika ia
mengonsumsi asetosal 650 mg 2 x sehari untuk 2
minggu selama trimester pertamanya?
9 Teratogenitas
Antibiotik apa yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi saluran urin pada seorang ibu
yang memasuki trimester ketiganya?
Toksisitas dan Apa gejala pada seorang penderita yang
10
keracunan mengonsumsi tablet luminal secara berlebihan?
Apa obat pilihan untuk penyakit Parkinson?
Bagaimana mekanisme kerja antibiotik
Terapi dan
11 aminoglikosida?
farmakologi
Apa kelebihan nifedipin dalam pengobatan
hipertensi?
Bagaimana menghitung dosis obat pediatri
berdasarkan luas permukaan tubuh?
Perhitungan
12 Kecepatan suatu IV adalah 199 ml/jam. Berapa
farmasetik
seharusnya kecepatan sediaan IV tersebut dalam
tetes atau menit?
2.8 Evaluasi kegiatan
2. Apotek
Menurut Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan
Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Pasal 1 ayat (a) : “Apotek adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.” (Hartini dan Sulasmono,
2006).
a. Kegiatan apotek
1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi :
Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya
yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya
maupun kepada masyarakat.
Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan
informasi wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat (Anonim,
1993).
b. Peran apoteker dalam proses pelayanan kesehatan
Menurut Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 Apoteker adalah
Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker (Hartini
dan Sulasmono, 2006).
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) :
a) Fungsi dan tugas :
Membuat visi, misi
Membuat strategi, tujuan, sasaran, dan program kerja.
Membuat dan menetapkan peraturan atau SPO (Standar Prosedur
Operasional) pada setiap fungsi kegiatan di apotek
Membuat dan menentukan indicator form record pada setiap
fungsi kegiatan di apotek.
Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO dan program
kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
b) Wewenang dan tanggung jawab
Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.
Menentukan sistim atau peraturan yang akan digunakan.
Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja.
Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh (Umar, 2003).
2) Pelayanan apoteker di apotek:
a) Apotek wajib dibuka untuk melayani masyarakat dari pukul 08.00-22.00.
b) Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek.
c) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker tidak
diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan
obat paten. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam
resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
d) Apoteker wajib memberi informasi :
Yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan pada
pasien.
Penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan
masyarakat.
Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan
atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan
kepada dokter penulis resep. Bila dokter penulis resep tetap pada
pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan yang lazim
diatas resep atau menyatakan secara tertulis.
Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
Resep harus dirahasiakan dan disimpan baik dalam waktu tiga
tahun. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada
dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Anief, 2000).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Hartini, Y.S, dan Sulasmono. 2006. Apotek : Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan Terkait Apotek. Yogyakarta : Penerbit Universitas
Sanata Dharma
.
Siregar, Charles. 2006. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC
Wahyu, Dadang. 2010. Pelayanan Informasi Obat dan Praktek. Yogyakarta : Graha
Ilmu
PELAYANAN INFORMASI
OBAT
Kelompok 111.2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan apoteker dalam pelayanan informasi obat bukanlah hal yang baru.
Apoteker, secara tradisional adalah sumber utama informasi obat bagi dokter,
perawat, pasien, dan professional kesehatan lainnya. Ketika jumlah jenis obat
dan produknya masih sedikit dan pada umumnya mempunyai potensi yang
relatif rendah, jumlah yang menanyakan keterangan juga kecil dan biasanya
dapat dijawab dengan mengacu pada farmakope, formularium, dan pustaka
sederhana lainnya.
Dewasa ini, terjadi dua hal yang menimbulkan kebutuhan mengubah pola
tradisional ini. Pertama, jumlah jenis obat dan sediaannya telah sangat besar.
Obat yang lebih baru pada umumnya lebih berkhasiat keras, selektif, dan
formulasinya juga semakin rumit. Kedua, pustaka berkaitan obat telah begitu
banyak, dan sumber pustaka ini sangat beragam, termasuk farmasi kedokteran,
farmakologi, dan biokimia. Berbagai pustaka tersebut mencakup informasi
yang banyak tentang obat baru, kerjanya, penggunaan klinik, efek yang tidak
dikehendaki, interaksi dengan obat-obat, dan kemanjuran komparatif. Semua
informasi ini harus dievaluasi untuk memastikan penggunaan obat yang aman
dan efektif dan hal ini telah memberi suatu beban berat bagi dokter penulis
resep dan dokter berpaling kepada apoteker untuk meminta informasi obat.
Dalam banyak hal, pustaka sederhana, seperti farmakope dan buku teks, yang
penyediaannya kurang mendalam, tidak mencukupi untuk melayani jawaban
yang memadai. Oleh karena itu, Rumah Sakit cenderung mengadakan suatu
unit baru dalam IFRS sebagai sumber informasi obat yang direncanakan,
diadakan, dan diorganisasikan dengan baik dilengkapi dengan staf apoteker
spesialis informasi obat, komputer dan peralatan, yang dapat memberi
jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan obat, dengan menggunakan
pustaka mutakhir yang tersedia sebagai acuan.
B. Definisi
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan
secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan
penggunaan terapi dari obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas
pada pengetahuan, seperti nama kimia, struktur dan sifat-sifat, identfikasi,
indikasi diagnostic, atau indikasi terapi, ketersediaan hayati, bioekivalen,
toksisitas, mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis dan
jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan.
C. Tujuan
Tujuan dari pemberian informasi obat:
1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi
kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain.
3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT (Panitia Farmasi dan
Terapi/Komite Farmasi dan Terapi).
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotic harus
dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan
obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat
tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, tetes telinga, suppositoria dank rim atau
salep rectal dan tablet vagina.
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Kesembuhan penyakit
Peniadaan atau pengurangan gejala pasien
Menghentikan atau memperlambat proses penyakit
Pencegahan penyakit atau gejala.
2. Tujuan :
a. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi
kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.
b. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga
kesehatan, dan pihak lain.
c. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat terutama bagi PFT(Panitia Farmasi dan
Terapi)/ KFT(Komite Farmasi dan Terapi).
3. Persyaratan SDM
a. Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang
berkelanjutan.
b. Menunjukkan kompetensi profesional dalam penelusuran,
penyeleksian dan evaluasi sumber informasi,
c. Mengetahui tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar RS,
metodelogi penggunaan data elektronik.
d. Memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat.
e. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
4. Metode PIO
a. PIO dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on call disesuaikan
dengan kondisi RS.
b. PIO dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang di luar jam kerja
dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang sedang tugas jaga.
c. PIO dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada PIO diluar
jam kerja.
d. Tidak ada petugas khusus, PIO dilayani oleh semua apoteker instalasi
farmasi, baik pada jam kerja maupun di luar jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, PIO dilayani oleh semua apoteker instalasi
farmasi di jam kerja dan tidak ada PIO di luar jam kerja.
1. Ruang kantor
2. Ruang rapat
3. Perpustakaan
4. Komputer
5. Telepon dan faksimili
6. Jaringan internet, dll
7. In house data base
No. Formulir :
Tanggal Masuk :
NAMA :
______________________________________________
_____
ALAMAT :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
NO TELEPON :
______________________________________________
_____
JENIS IDENTITAS* :
(KTP/SIM/PASSPORT)__________________________
______
NO. IDENTITAS :
______________________________________________
_____
JENIS KELAMIN :
______________________________________________
_____
PENDIDIKAN TERAKHIR :
______________________________________________
_____
PEKERJAAN :
______________________________________________
_____
ALAMAT PEKERJAAN :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
ALAMAT E-MAIL :
______________________________________________
_____
PERTANYAAN :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
INTI PERTANYAAN :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
ALASAN :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
JAWABAN PERTANYAAN :
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
______________________________________________
_____
TANGGAL KELUAR :
______________________________________________
_____
Jakarta,.....................................
Pemohon,
(......................................)