DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Dra.Masniah,M,Kes,Apt
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
LATAR BELAKANG......................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................5
TUJUAN...........................................................................................................................................6
MANFAAT.......................................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................8
KESIMPULAN.................................................................................................................................13
SARAN.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga
konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien,
mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat sehingga mendukung agar
keberhasilan pengobatan dapat tercapai, dan melakukan monitoring hasil terapi pengobatan
yang telah dijalankan oleh pasien serta melakukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain
yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI, 2000). Hal tersebut
menegaskan peran apoteker untuk lebih berinteraksi dengan pasien, lebih berorientasi
terhadap pasien dan mengubah orientasi kerja apoteker yang semula hanya berorientasi
kepada obat dan berada di belakang layar menjadi profesi yang bersentuhan langsung dan
patient oriented. Perubahan paradigma ini dikenal dengan nama Pharmaceutical care atau
asuhan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2011). Pharmaceutical care atau asuhan
kefarmasian merupakan pola pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Pola
pelayanan ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional yaitu efektif,
aman, bermutu dan terjangkau bagi pasien (Depkes RI, 2008). Hal ini meningkatkan
tuntutan terhadap pelayanan farmasi yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan
terapi pasien, terkait dengan obat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan ini adalah “Apa
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pelayanan KIE
di apotek
1.4 Manfaat
Definisi dari apotek sendiri yaitu berdasarkan Permenkes RI No.73 tahun 2016
tentang apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian dan tempat dilakukannya praktik
kefarmasian oleh apoteker. Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 51 tahun
2009, tugas dan fungsi dari apotek sendiri salah satunya yaitu untuk tempat pengabdian
profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, sarana yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.Selain itu, apotek juga sebagai sarana
yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi, antara lain obat, bahan
baku, obat tradisional, kosmetika dan sarana pembuatan, serta pengendalian mutu sediaan
farmasi(Yuniar dalam Sukamto, 2017).
5. penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat dan mungkin emosinya tidak
stabil;
Tujuan dari KIE yang diberikan apoteker untuk pasien yaitu agar pasien dapat
mengkonsumsi obat secara teratur dan benar. Tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan
obat, sehingga efek yang diharapkan pasien dapat tercapai sesuai dengan harapan pasien
(Menkes RI,2014).
A.Komunikasi
1) Sumber.
Peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber dari infromasi. Dalam komunikasi antar
manusia, sumber bisa terdiri dari satu orangataupun lebih dari satu orang;
2) Pesan.
Sesuatu yang disampaikan oleh narasumber kepada mencari informasi;
3) Penerima.
Yaitu perbedaan antara narasumber dan mencari informasi sesudah menerima pesan;
5) Umpan balik.
A.Komunikasi
Komunikasi sendiri bagi seorang farmasi dalam melakukan tugasnya harus bisa
memberikan komunikasi yang baik terhadap pasiennya untuk dapat mengerti dalam
pemakaiannya obat dan memahami cara-cara pemakaian obat dengan baik dan benar.
B.Informasi
Proses komunikasi adalah informasi atau pesan yang disampaikan kepada seseorang.
Ketika sumber menyebarkan informasi kepada pencari berita atau penerima pesan, tentu ada
feedback yang kemudian menimbulkan efek dai informasi tersebut. Proses dari informasi
mempunyai penekanan untuk mempengaruhi seseorang, informasi akan didapatkan dapat
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain tersebut apabila komunikasi itu lancar.
Untuk itu diperlukan suatu kesamaan pemahaman terhadap suatu objek antara komunikator
dan komunikan (Ibrahim dalam Sukardi, 2018).
Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung yaitu dengan tatap muka atau melalui
media komunikasi. Makna dari informasi sendiri dalam sehari-hari yaitu informasi yang
diperoleh dari seseorang atau pengetahuan dari seseorang (Cangcara dalam Sukardi, 2018).
Sebagai seorang apoteker harus memberikan informasi yang tepat, akurat, dan mudah
dimengerti oleh pasien, serta cara pemakaian obat dan dalam penyimpanan obat tersebut.
Aspek-aspek yang perlu diinformasikan kepada pasien yaitu :
1. cara menggunakan :
C. Edukasi
1. kajian administrasi meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan,
nama dokter, nomor surat izin praktik, alamat, nomor telepon dan paraf dan tanggal
penulisan resep;
3. pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan cara dan
lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), kontra indikasi dan
interaksi.
2. Kondisi lingkungan
b) Beban kerja. Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
c) Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan
dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Dalam mendukung pelaksanaan KIE di Apotek maka pemberian KIE kepada pasien
perlu ditingkatkan sehingga pasien dapat mengerti cara penggunaan obat yang baik dan benar
dan dapat menambah kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat sehingga obat yang
diberikan dapat memberikan efek terapi sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA