Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PELAKSANAAN KIE DI APOTEK

DISUSUN OLEH :

Nama : SRI DEWI RAMA DANI LUBIS


Nim : P075390210036
Kelas : 1A SEMESTER II

DOSEN PENGAMPU :
Dra.Masniah,M,Kes,Apt

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya la
sehingga makalah ini dapat disusun hingga selesai dengan lancar.Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Peranan kegiatan kesmas di masyakarakat
indonesia”, yang saya sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
pembaca umumnya, khususnya saya sendiri untuk kedepannya dapat memperbaiki susunan
dan isi makalah menjadi lebih baik.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya , saya tahu masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca kepada saya.

Medan, 21 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

LATAR BELAKANG......................................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................5

TUJUAN...........................................................................................................................................6

MANFAAT.......................................................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................8

DEFINISI APOTEK DAN KIE........................................................................................................9

PERANAN PELAYANAN KIE DI APOTEK.................................................................................10

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYAN KIE DI APOTEK............................11

BAB III PENUTUPAN...................................................................................................................12

KESIMPULAN.................................................................................................................................13

SARAN.............................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran

yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien. Apoteker berperan dalam memberikan

konsultasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien,

mengarahkan pasien untuk melakukan pola hidup sehat sehingga mendukung agar

keberhasilan pengobatan dapat tercapai, dan melakukan monitoring hasil terapi pengobatan

yang telah dijalankan oleh pasien serta melakukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain

yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI, 2000). Hal tersebut

menegaskan peran apoteker untuk lebih berinteraksi dengan pasien, lebih berorientasi

terhadap pasien dan mengubah orientasi kerja apoteker yang semula hanya berorientasi

kepada obat dan berada di belakang layar menjadi profesi yang bersentuhan langsung dan

bertanggungjawab terhadap pasien.

Pelayanan kefarmasian mulai berubah orientasinya dari drug oriented menjadi

patient oriented. Perubahan paradigma ini dikenal dengan nama Pharmaceutical care atau

asuhan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2011). Pharmaceutical care atau asuhan

kefarmasian merupakan pola pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Pola

pelayanan ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional yaitu efektif,

aman, bermutu dan terjangkau bagi pasien (Depkes RI, 2008). Hal ini meningkatkan

tuntutan terhadap pelayanan farmasi yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan

pasien.Asuhan kefarmasian,merupakan komponen dari praktek kefarmasian yang

memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien untuk menyelesaikan masalah

terapi pasien, terkait dengan obat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien (Kemenkes RI, 2011).


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan ini adalah “Apa

sajakah faktor faktor yang mempengaruhi pelayanan KIE di apotek?”

1.3 Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa definisi dari Apotek dan KIE,dan

2. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi pelayanan KIE
di apotek

1.4 Manfaat

1. Agar pembaca mengetahui apa itu Apotek dan KIE

2. Agar pembaca mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi


pelayanan KIE di apotek
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Apotek Dan KIE

Definisi dari apotek sendiri yaitu berdasarkan Permenkes RI No.73 tahun 2016
tentang apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian dan tempat dilakukannya praktik
kefarmasian oleh apoteker. Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 51 tahun
2009, tugas dan fungsi dari apotek sendiri salah satunya yaitu untuk tempat pengabdian
profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, sarana yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.Selain itu, apotek juga sebagai sarana
yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi, antara lain obat, bahan
baku, obat tradisional, kosmetika dan sarana pembuatan, serta pengendalian mutu sediaan
farmasi(Yuniar dalam Sukamto, 2017).

KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi) Pelayanan KIE merupakan suatu pelayanan


yang diberikan kepada pasien saat penyerahan obat. Menurut Rahajeng, dkk. (2017)

hal – hal yang harus dilakukan saat penyerahan obat adalah :

1. pemerikasaan kembali (ketidaksesuaian antara penulisan etiket dengan resep) ;

2. memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

3. memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;

4. menyeragkan obat yang disertai pemberian informasi obat (cara pennggunaan


obat, manfaat obat, makanan dan minuman yang harus 17 dihindari, kemungkinan
efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain – lain);

5. penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat dan mungkin emosinya tidak
stabil;

6. memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

Tujuan dari KIE yang diberikan apoteker untuk pasien yaitu agar pasien dapat
mengkonsumsi obat secara teratur dan benar. Tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan
obat, sehingga efek yang diharapkan pasien dapat tercapai sesuai dengan harapan pasien
(Menkes RI,2014).

Isi dari pelayanan KIE yaitu sebagai berikut :

A.Komunikasi

Unsur-unsur dari komunikasi yaitu menjadi pendukung keberlangsungan yang berpengaruh


terhadap komunikasi. (Cangcara dalam Sukardi, 2018) mengemukaan unsur yang terkait
dalam komunikasi yaitu :

1) Sumber.

Peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber dari infromasi. Dalam komunikasi antar
manusia, sumber bisa terdiri dari satu orangataupun lebih dari satu orang;

2) Pesan.
Sesuatu yang disampaikan oleh narasumber kepada mencari informasi;

3) Penerima.

Pihak yang menjadi sasaran oleh narasumber;

4) Pengaruh atau efek.

Yaitu perbedaan antara narasumber dan mencari informasi sesudah menerima pesan;

5) Umpan balik.

Tanggapan negatif atau positif dari mencari informasi;

6) Lingkungan atau situasi.


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya KIE

A.Komunikasi

Komunikasi sendiri bagi seorang farmasi dalam melakukan tugasnya harus bisa
memberikan komunikasi yang baik terhadap pasiennya untuk dapat mengerti dalam
pemakaiannya obat dan memahami cara-cara pemakaian obat dengan baik dan benar.

B.Informasi

Proses komunikasi adalah informasi atau pesan yang disampaikan kepada seseorang.
Ketika sumber menyebarkan informasi kepada pencari berita atau penerima pesan, tentu ada
feedback yang kemudian menimbulkan efek dai informasi tersebut. Proses dari informasi
mempunyai penekanan untuk mempengaruhi seseorang, informasi akan didapatkan dapat
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain tersebut apabila komunikasi itu lancar.
Untuk itu diperlukan suatu kesamaan pemahaman terhadap suatu objek antara komunikator
dan komunikan (Ibrahim dalam Sukardi, 2018).

Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung yaitu dengan tatap muka atau melalui
media komunikasi. Makna dari informasi sendiri dalam sehari-hari yaitu informasi yang
diperoleh dari seseorang atau pengetahuan dari seseorang (Cangcara dalam Sukardi, 2018).

Sebagai seorang apoteker harus memberikan informasi yang tepat, akurat, dan mudah
dimengerti oleh pasien, serta cara pemakaian obat dan dalam penyimpanan obat tersebut.
Aspek-aspek yang perlu diinformasikan kepada pasien yaitu :

1. cara menggunakan :

a. sediaan berbentuk sirup/suspense harus dikocok terlebih dahulu;

b. antasida harus dikunyah dahulu sebelum ditelan;

c. tablet sublingual diletakkan dibawah lidah;

d. teknik khusus dalam menggunakan inhaler;

e. sediaan dengan formulasi khusus tablet;

2. cara penyimpanan obat;

3. berapa lama obat harus dipergunakan;

4. apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat tersebut;

5. kemungkinan terjadi efek samping.

C. Edukasi

Edukasi adalah pemberdayaan masyarakat memberikan tentang pengertian obat.


Pentingnya memberikan edukasi kepada pasien yaitu untuk memberitahukan tentang terapi
yang dijalaninya selama pengobatan, terlebih jika pasien menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama (ISFI dalam Sukardi, 2018).
2.2 Peranan pelayanan KIE di apotek

Pelayanan KIE di Apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang


langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Menurut Sukamto (2017) pelayanan farmasi klinik
meliputi :

1. kajian administrasi meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan,
nama dokter, nomor surat izin praktik, alamat, nomor telepon dan paraf dan tanggal
penulisan resep;

2. kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas


dan kompatibiltas (ketercampuran obat);

3. pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan cara dan
lama penggunaan obat, duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), kontra indikasi dan
interaksi.

2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelayan KIE di Apotek

Menurut Urbonas, Kubiliene, dan Urboniene (2015), penanggung jawab


permasalahan terkait pengobatan, keamanan pembacaan resep serta penyiapan dan
pemberian obat di apotek adalah apoteker. Menurut Permenkes Nomor 35 tahun 2014,
apoteker merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah apoteker.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan


pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian. Untuk itu apoteker harus
berupaya mencegah dan meminimalkan masalah terkait obat (drug related problems) dengan
membuat keputusan profesional untuk tercapainya pengobatan yang rasional (Ditjen Binfar
dan Alkes Depkes, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014, standar pelayanan


kefarmasian merupakan tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi apoteker dalam
melakukan pelayanan kefarmasian di apotek. Tujuan standar pelayanan kefarmasian menurut
Permenkes Nomor 35 tahun 2014 adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian serta melindungi pasien dan masyarakat
dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat


kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Penyelenggaraan standar
pelayanan kefarmasian di apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian
yang berorientasi kepada keselamatan pasien. Sumber daya kefarmasian meliputi sumber
daya manusia serta sarana dan prasarana.

Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak apotek yang belum menerapkan


standar tersebut.Penerapan standar pelayanan kefarmasian masih rendah dikarenakan
apoteker tidak hadir di apotek sehingga menyebabkan pasien tidak dapat bertemu langsung
dengan apoteker.
Faktor lain yang mempengaruhi pelayanan KIE di apotek antara lain :

1. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi )

Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber utama terjadinya kesalahan.


Institusi pelayanan kesehatan harus menghilangkan hambatan komunikasi antar petugas
kesehatan dan membuat SOP bagaimana resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya
dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas kesehatan lainnya
perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau ketidak lengkapan
informasi dengan berbicara perlahan dan jelas. Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan
dosis yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.

2. Kondisi lingkungan

Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, area


dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan
kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang nyaman. Selain itu area
kerja harus bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien
perlu disiapkan dalam nampan terpisah.

a) Gangguan/interupsi pada saat bekerja. Gangguan/interupsi harus seminimum


mungkin dengan mengurangi interupsi baik langsung maupun melalui telepon.

b) Beban kerja. Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk
mengurangi stres dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.

c) Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan
dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dalam bidang farmasi khususnya di


apotek berdasarkan apa yang sudah saya uraikan dan pembahasan yang sudah saya ringkas
dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian KIE dalam bidang ke farmasian khusunya di apotek sangatlah penting


salah satu tujuannya adalah agar Mengurangi kesalahan dalam menggunakan obat-
obatan.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan KIE di apotek diantaranya: adalah


sumber komunikasi, pesan yang disampaikan kepada pasien, lingkungan atau situasi
yang mempengaruhi jalannya komunikasi, informasi yang jelas dan akurat, serta
penyampaian edukasi yang mudah dipahami pasien.

3.2 SARAN
Dalam mendukung pelaksanaan KIE di Apotek maka pemberian KIE kepada pasien
perlu ditingkatkan sehingga pasien dapat mengerti cara penggunaan obat yang baik dan benar
dan dapat menambah kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat sehingga obat yang
diberikan dapat memberikan efek terapi sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

farmasi FMIPA-UIEffendy, N (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan


Masyarakat.Edisi 2, Jakarta: EGCPuslitbang Farmasi Badan Litbangkes Depkes
http://repository.wima.ac.id/id/eprint/10027/6/BAB%20V.pdf
http://eprints.umg.ac.id/3244/4/5.%20BAB%20%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai