Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASPEK LEGAL PEMBERIAN OBAT

Disusun oleh :
Siti Sulistiyowati
Dewi Hapsari
Yumrotun D. U.
Sri Sularsih E. H.

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah
iniyang berjudul “aspek legal pemberian obat” dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Purwodadi, 11 Januari 2022

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
TUJUAN......................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
PEMILIHAN OBAT DIRUMAH SAKIT / KLINIK..................................................................6
PERENCANAAN OBAT............................................................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................20
KESIMPULAN..........................................................................................................................20
SARAN......................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keafirmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan maslah terkait obat. Peraturan Menteri
Kesehatan ( PMK ) nomor 58 Tahun 2014tentang standar pelayanan keafirmasian di
rumah sakit menelaskan bahwa pelayanan keafirmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Bidan juga
berperan dalam pemberian obat sesuai dengan kewenangan. Demi menghindari adanya
kesalahan yang mungkin terjadi karenapemberian obat yang salah oeh bidan pada ibu
hamil, maka kementrian kesehatan membuat keputusan tentang kewenangan bidan dalam
pemberian obat. Kewenangan ini di tuliskan pada KEPMENKES 900 dan KEPMENKES
396 mengenai pemberian obat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memilih obat di rumah sakit / klinik
2. Bagaimana cara merencanakan daftar kebutuhan obat di rumah sakit / klinik
3. Bagaimana cara pengadaan obat di rumah sakit / klinik
4. Bagaimana cara penerimaan obat yang sesuai dengan SOP rumah sakit / klinik
5. Apa isi peraturan KEMENKES Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin penyelenggaraan
praktik bidan
6. Apa kewenangan biddan dalam pemberian obat dan aspek legalnya
7. Bagaimana ruang lingkup hubungan bidan dan obat
8. Bagaimana pemberian obat oleh bidan
9. Bagaimana penggunaan obat pda masa kehamilan
10. Bagaimana penggunaan obat pada pama persalinan

4
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memilih obat di rumah sakit / klinik
2. Untuk mengetahui bagaimana cara merencanakan daftar kebutuhan obat di rumah
sakit / klinik
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengadaan obat di rumah sakit / klinik
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penerimaan obat yang sesui dengan SOP di rumah
sakit / klinik
5. Untuk mengetahui isi peraturan KEMENKES nomor 28 Tahun 2017 tentang izin
penyelenggaraan praktik bidan
6. Untuk mengetahui kewenangan dlam pemberian obat dan aspek legalnya
7. Untuk mengetahui ruang lingkuphubungan bidan dan obat
8. Untuk mengetahui pemberian obat oleh bidan
9. Untuk mengetahui penggunaan obat pada masa kehamilan
10. Untuk mengetahui penggunaan obat pada masa persalinan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMILIHAN OBAT DIRUMAH SAKIT / KLINIK


Tersedianya berbagai macam obat di pasaran, membuat para pengguna
obat mungkin membandingkan berbagai macam obat tersebut. Produk obat yang
sangat bervariasi juga menyebabkan tidak konsistennya pola peresapan dalam
suatu sarana pelayanan kesehatan. Hal ini akan menyulitkan dalam proses
pengadaan obat.
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari
meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan
terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbarui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif Panitia Farmasi dan Terapi ( PFT ).
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan
yang terjadi dirumah sakit. Penentuan pemilihan obat merupakan peran aktif
tenaga farmasi yang berada dalam organisasi panitia farmasi dan terapi untuk
menetapkan kualitas dan efektivita, serta jaminan purna transaksi pembelian.
Pemilihan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan pemilihan berdasarkan :
1. Formularium dan standar pengobatan / pedoman diagnose dan terapi
2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan mesis habis pakaiyang telah
ditetapkan
3. Pola penyakit
4. Pengobatan berbasis bukti
5. Efektivitas keamanan
6. Mutu
7. Harga
8. Ketersediaan di pasaran
Formularium rumah sakit disusun mengacu kepada formularium nasional.

6
Formularium rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi
obat,dan penyedia obat di rumah sakt. Evaluasi terhadap formularium rumah sakit
harus secara rutindan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah
sakit.
Penyususnan dan revisi rumah sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan
terapetik dari pengguna obat agar dihasilkanformularium yang mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
1. Tahapan proses penyususnan formularium:
a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing staf medic
fungsional berdasarkan terapi atau standar pelayanan medic
b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat panitia farmasi dan terapi, jika di
perlukan dapan meminta masukan dari pakar
d. Mengembalikan rancangan hasil umpan balik dari masing-masing SMF
untuk mendapatkan umpan balik
e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
f. Menetapkan daftar obat yang masuk kedalam formularium
g. Menyusun kebijakan untuk implementasi
h. Melakaukan edukasi mengenai formlarium rumah sakit kepada staf dan
melakukan monitoring
2. Kriteria pemilihan obat untuk masuk folarium:
a. Mengutamakan penggunan generic
b. Memiliki rasio manfaat resiko ( benefit-risk ratio ) yang paling
meguntungkan penderita
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
g. Memilikirasio manfaat biaya ( bnefit-cost ratio ) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung

7
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman ( evidence
based medicines )

B. PERENCANAAN OBAT
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaansediaan farmasi, alatkesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan hasil pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteriatepat
jenis, tepat jmlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi di sesuaikan engan anggaran yang tersedia
Pedoman perencanaanharus mempertimbangkan :
1. Anggaran tersedia
2. Penetapan prioritas
3. Sisa persediaan
4. Data pemakaian periode yang lalu.
5. Waktu tunggu pemesanan
6. Rencana pengembangan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang di lakukan dalam rangka menyusun
dafta kebutuhan perbekalan farmasi yang di berikan dengan suatu pedoman atas
dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Roses perencanaan terdiri dari
perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tangung
jawab dan sumber yang dibutuhkan untukmencapai tujuan.perencanaan dilakukan
optimal sehinga sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat diguankan secara
efektifdan efisien.
Tujan perencanaan adalah menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai
kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan serta meningkatkan penggunaan secara efektif
dan efisien.

8
1. Tujuan perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan
tersebut yaitu:
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satu merk san untuk jenis obat narkotikaharus mengikuti peraturan yang
berlaku
c. Kecpatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas
Prinsip perencanaan ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan
yaitu berdasarkan:
a. Data statistic kebutuhan dan penggunaan perbekalan farmasi, dari data
statistic berbagai kasus pasien dengan dasar formularium rumah sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut
b. Data kebutuhan disusun berdasarkan data pengelolaan system administrasi
atau akuntasi instalansi farmasi rumah sakit
Data kebutuhan tersebut kemdian digunakan dalam rencana poperasional yang
digunakan dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan
terapi

2. Taham perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


meliputi:
a. Tahap persiapan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam
rangka menetapkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan sesuai dengan pola penyakitserta kebutuhan pelayanan
kesehatan,hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim perencanaan
pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bertujuan
meninggkatkan efisiesidan efektivitas penggunaan dana obat melalui kerja
sama antanr instansiyang terkait dengan masalah perbekalan farmasi.

9
b. Tahap perencanaan
1) Tahap pemilihan
Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sangat diperlukan
sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang aka digunakan atau di
beli.
2) Tahap perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
Tahap ini untuk menghindari maalah kekosongan obat atau
kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan
pengadaan sediaan farmasi da perbekalan kesehatan di harapkan dapat
tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Metode dalam perhitungan
kebutuhan obat yaitu:
a) Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam
memproyeksikan kebutuhan yang akan dating berdasarkan analisa
data konsumsi obat tahun sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan
sebelum merencanakan metode konsumsi yaitu :
(1) Lakukan evaluasi
(a) Evaluasi rasionalitas pola pengobatan periode lalu
(b) Evaluasi suplai perbekalan farmasiperiode lalu
(c) Evaluasi data stock, distribusidan penggunaan perbekalan
farmasi periode lalu
(d) Pengamatan kecelakaan dan kehilangan perbekalan farmasi
(2) Estimasi jumlah kebuthan perbekalan farmasi periode
mendatang dengan memperhatikan :
(a) Perubahan populasi cakupan pelayanan
(b) Perubahan pola morbiditas
(c) Perubahan fasilitas pelayanan
(3) Penerapan perhitungan
(a) Penetapan periode konsumsi

10
(b) Perhitunagn penggunaan tiap jenis sediaan farmasi da
perbekalan kesehatan periode lalu
(c) Lakukan koreksi tahap kecelakaan dan kehilangan
(d) Lakukan koreksi tahap stock – out
(e) Hitung lead time untuk melakukan safety stock
b) Metode ABC ( Always Batter Control )
Untuk menentukan jumlah item obat dari yang akan
direncanakan pengadaannya berdasarkan prioritas. Metode tersebut
sangat erat kaitannya denganbiaya dan pemakaian perbekalan
farmasi dalam setahun, sehingga di perlukan tingkatan prioritas
dengan asumsi berapa jumlah pesanan dan kapan dipesan. Analisis
ABC mengelmpokkan item barang dalam 3 jenis klasifikasi
bedasarkan volume tahunan jumlah persediaan uang.untuk
menentukan nilai dari suatu volume, maka analisis ABC dilakukan
dengan mengukur permintan ( deman ) dari setiap butir persediaan
dilakukan dengan biaya perunit.
Cara engelompokannya :
1) Kelompok A
Persediaan jumlahunit uang pertahunnya tinggi (60 – 90%),
tetapi biasanya volumenya (5 -10% )
2) Kelompok B
Persediaan jumlah nilai uang pertahunnya sedang ( 20 – 30%),
tetapi biasanya volumenya ( 20 – 30%)
3) Kelompok C
Persediaan jumlah nilai uang pertahunnya rendah ( 10 – 20% ),
tetapi biasanya volumenya (60 – 70% )
c) Metode VEN ( Vital Esensial Non Esensial )
Analisis perencanaan menggunakan semua jenis perbekalan
farmasi yang tercantum dalam daftar yang dikelompokkan dalam 3
bagian yaitu :

11
1) Kelompok Vital adalah kelompok obat yang sangat utama
antara lain : obat penyelamat jiwa, obat untuk pelayanan
kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit penyebab
kematian terbesar, dibutuhkan sangat cepat, tidak dapat
digantikan obat lain.
2) Kelompok Esensial adalah kelompok obat yang bekerja kausal
yaituobat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit, tidak
untuk mencegah kematian secara langsung / kecacatan.
3) Kelompok Non Esensial adalah merupakan penunjang obat
yang kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk menimbulkan
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.

3. Pengadaan Obat Di Rumah Sakit / Klinik


Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaa,
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang kesinambungan dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemiliahan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yaitu :
a. Bahan baku obatharus disertai sertifikat analisa
b. Bahan berbahaya harus menyertakan material safety data sheet ( MSDS )
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai nomor izin edar.
d. Expired date minimal 2 tahun kembali sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai tertentu ( vaksin, reagenesia, dll )

Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stock


obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat
instalansi farmasi tutup.

12
Pengadaan dapat dilakukan :
a. Pembelian
Untuk rumah sakit pemerintah pembelian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.
b. Produksi sediaan farmasi
Instalasi rumah sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila :
1) Sediaan farmasi tidak ada di pasaran
2) Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
3) Sediaan farmasi dengan formula khusus
4) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil / respacking
5) Sediaan farmasi untuk penilaian
6) Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan
c. Sumbangan / dropping / hibah
Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan
terhadap penerimaan dn penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan habis pakai. Dan di sertai dokumen administrasi yang lengkap dan
jelas agar dapat membantu pelayanan kesehatan, maka harus sesuai
dengan kebutuhan pasien di rumah sakit.

4. Penerimaan Obat
Peneriman obat merupakan kegiatan menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalaam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang di terima. Semua
dukumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Penerimaan
obat sebaiknya dilakukan dengan teliti karena pengantaran obat dapat
mengakibatkan kerusakan pada sedian farmasi dan perbekalan kesehatan.
Standar operasional prosedur enerimaan obat yaitu :
a. Perisa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat pedagang besar farmasi
( PBF ) serta tanda tangan penanggung jawabdan stempel PBF

13
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating meliputi jenis dan jumlah
serta nomor batch sediaan
c. Memriksa kondisi fisik obat meliputi wadah dan sediaan serta tanggal
kadaluwarsa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta di ganti.
d. Setelah selesai di periksa, faktur di tandatangani dan di beri stempel.
Faktur asli diserahkan kepada sales sedangkan salinan di simpan sebagai
arsip.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 28 Tahun 2017


Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Pasal 36
a. Persyaraan obat dan bahan habis pakai praktik mandiri bidan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan
habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal, persalian normal,
penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, kelarga berencana,dan penanganan
awal kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir
b. Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pda ayat (1) haya
diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan
habis pakai.
c. Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan
pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat
yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakanbagian
tidakterpisahkan dari peraturan menteri.

6. Kewnangan Bidan Dalam Pemberian Obatd Aspek Legalnya


Demi menghindari adanya kesalahanyang mugkin terjadi karena
pemberian obat yang salah oleh bidan pada ibu hamil, maka kementrian
kesehatan membuat keputusan tentangkewenangan bidan dalam pemberian

14
obat. Kewenangan inidituliskan pada KEMENKES 900 DAN KEPMENKES
396 mengenai obat.
a. Pasal1 ayat 6-7
1) Obat bebas adalah yang berlogo bulatan hijau. Yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter
2) Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo balutan berwarna biru
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter
b. Pasal 11
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebgaimana dimaksudkan
dalam pasal 8 huruf a berwenang untuk :
1) Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas pemerintah
2) Bimbngan senam hamil
3) Episiotomy
4) Penjahitan luka episiotomy
5) Kompresi bimanual dalam rangka kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
6) Pencegahan anemia
7) Inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu lebih efektif
8) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
9) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
10) Pemberian minum dengan sonde / pipet
11) Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan managemen
aktif kala III
12) Pemberian surat keterangan melahirkan
13) Pemberian surat keterangan hamil untuk keperluan cuti melahirkan
c. Pasal 13
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang
untuk :
1) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu
dan bayi
2) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

15
3) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
infeksi menular seksual (IMS), penyalahgunaan Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya
Dari keputusan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kewenangan bidan
sangat terbatas dalam pemberian obat.

7. Ruang Lingkup Bidan Dan Obat


Bidan meurut international confederation of midwife (ICM) yang dianut
dan diadopsi oeh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan foundation of international gynecology obtetrition (FIGO). Definisi
tersebut secara berkala direview dalam pertemuan international atau kngres
ICM. Pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai
berikut :
Biadan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidian bidan
yang diakui dinegaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang salah atau
lisensi untuk melakukan praktik bidan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bidan adalah seorang
mitra tenaga kesehatan yang hampir sama tugasnya dengan dokter dan
perawat namun memiliki tingkat dan tugas masing-masing berbeda, oleh
karena itu untuk menunjang tugasnya seorang bidan memerlukan alat dan obat
untuk menjalankan tuganya.
Obat merupakan substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang
sebagi perawatan, pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan
yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaan bidan bertanggung jawab
terhadap keamanan obat dan pemberian langsug pada ibu hamil.

8. Pemberian Obat Oleh Bidan


Bidan bertugas dalam menghadapi ibu hamil dan melahirkan
menggunakan berbagai macam obat. Pemberian obat pada ibu hamil dan pada
saat persalinan tentunya harus memikirkan banyak factor, yaitu masalah

16
efeksamping yang ditimbulkan oleh obat. Keberadaan obat pada ibu hamil
ditinjau dari kompartement yaitu kompartemen ibu, kompartemen janin dan
kompartemen plasenta. Begitu banyaknya yang perlu diperhatikan maka
seorang bidan harusnya berhati-hati dalam pemberian obat pada pasien.
Selain dari ibu hamil dan yang akan melakukan persalinan, tentunya bidan
berperan dalam pemberian obat kepada ibu yang tidak ingin hamil, dalam hal
pemberian alat kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal seperti pil,
implant, dan suntikan hormone.
Bidan juga berperan penting dalam imunisasi toxoplasma dan toxoid pada
ibu hamil. Dan imunisasi pranikah, serta imunisasi pada bayi dan balita meski
tidak sepenuhnya dilakukan oleh bidan

9. Penggunaan Obat Dalam Masa Kehamilan


Pada ibu hamil ada banyak hal yang harus diperhatikan saat memberi obat
yaituefek obat tersebut terhadap ibu, janin dan plasentanya. Pada ibu hamil
akan tumbuh unit fetoplasenta dalam uterus yaitu janin yang sedang
berkembang dan plasenta yang berfungsi memberi makan pada januntersebut.
a. Efek Pada Ibu
Pada ibu hamil, hormone plasenta akan memngaruhi fungsi
traktusdigestifus dan motilitas usus, sehingga obat akan lebih lama di
traktus digestifus. pH pada lambung akan meningkat menyebabkan buffer
asm basa terganggu reabsorbsi makanan obat menurun sehingga efek
terapiotik obat menurun.
Pada ibu hamil fungsi hati tergnggu adanya hormone plasenta,
maka pembentukan protein terutama albumin akan menurun. Beberapa
obat akan menurunkan fungsi hepar akibat adanya hormone placenta
terutama progesterone dan estrogen.
b. Efek Pada Plasenta
Plasenta merupakan unit yang menalurkan nutrient dari ibu ke
janin bila dalam plasma darah ibu terdapat obat, maka obat ini kan
melewati transfer plasenta atau (sawarplasenta), yaitu membrane bioaktif

17
sitoplasmik, lipoprotein sel trofoblast, endotel kalipler fili chorialis, dan
jaringan pengikat internalvili. Obat akan melalui sawarplasenta dengan
cara difusi aktif dan pasif, transfortasi dan fasilitatif, dengan kemampuan
tersebut maka kadar obat yang melewati plasenta akan berkurang.
c. Efek Pada Janin
Periode pembuahan janin dapat beresiko dalam pemberian obat
padapembuahan yaitu :
1) Periode embrio adalah dua minggu pertama sejak konsepsi. Pada
periode ini embrio belu terpengaruholeh efek obat penyebab
teratogenik
2) Periode organogenesis adalah sejak 17 hari sampai lebih kurang 70
hari pasca konsepsi, sangat rentan terhadap efek obat, terutama obat
yang memberi efek negative atau cacat bawaan pada pertumbuhan
janin.
3) Setelah 17 hari setelah onsepsi, dimana organogenesis masih
berlangsung walau belu sempurna, obat yang berpengaruh jenis
obatnya tidak terlalu banyak, bahkan ada yang mengatakan tidak
berpengaruh.

10. Enggunan Obat Pada Masa Persalinan


Persalinan adalah pengeluaran bayi pada akhir kehamilan dimana proses
terjadinya adanya kontraksi otot polos uterus sehingga servik melunak dan
terbuka untuk memungkinkan pengeluaran bayi. Hormone oksitosin yang
semakin meningkat produksinya menjelang akhir kehamilan disertai makin
banyaknya reseptor hormone di uterus pada saat yang tepat hormone
berinteraksi sehingga memicu kontraksi
a. Oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untung merangsang
kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan pencegahan
perdarahan pasca persalinan serta penguatan persalinan.
b. Prostaglandin merupakan senyawa yang di buat dari fosfolipid pada
membran sel dalam jaringan tubuh senyawa tersebut merupakan substansi

18
yang penting sebagai hormone local prostaglandin di dalam tubuh sangat
penting dalam membantu proses melahirkan pematangan servik kontraksi
uterus oksitosin + prostaglandin. Pembentukan prostaglandin oleh amnion
akan meningkat padasaat menjelang akhir kehamilan sehingga menaikkan
kadar prostaglandin sensitifitas uterus. Prostaglandin akan meningkat
secara progesif sepanjang kehamilan.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
maslah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifiasi pemilihan terpi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi
sampai menjaga dan memperbarui standar obat. Selain pemilihan obat terdapat juga
perencanaan obat, pengadan obat, metode pelaksanaan pengadaan obat, penerima obat,
dan aspek legal kelengkapan resep. Perecanaan obat dilakukan untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epdemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pengadaan obat merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Penerimaan obat merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuian
jenis, spesifikasi, jumlah, mut, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan kondisi fisik yang diterima. Semua hal yang merupakan salah satu
bukti pemerintah untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan dalam msyarakat

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa kebidanan atau
bidan agar mampu mengetahuitentang aspek legal pemberian obat dan menerapkan di
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk
memberikan pelayanan kesehatan

20
DAFTAR PUSTAKA

Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta ; Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Kementrian
Kesehatan RI.

21

Anda mungkin juga menyukai