DISUSUN OLEH :
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan berkat dan rahmatnya sehingga Makalah dengan judul
”Aspek Legal Pengelolaan Obat Oleh Perawat” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada Bapak Ns. Gede Budi Widiarta,S.Kep.,M.Kep selaku
dosen pengampu mata kuliah dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................1
C. TUJUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................…………..2
1. KUTIPAN......................................................................................2
1.1 Pengertian Kutipan........................................................................2
1.2 Fungsi Kutipan................................................................................3
1.3 Prinsip-Prinsip Pengutip ................................................................3
1.4 Jenis Kutipan..................................................................................4
1.5 Cara Membuat Kutipan...................................................................4
2. SISTEM RUJUKAN.......................................................................5
2.1 Pengertian Sistem Rujukan.............................................................5
3. FORMAT MAKALAH ILMIAH..................................................6
3.1 Bahan dan ukuran kertas.................................................................6
3.2 Pengetikan ......................................................................................6
3.3 Batasa tepi (margin)........................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah keamanan obat, dewasa ini menjadi perhatian penting bagi
banyak orang yang terlibat dalam pelayanan dan perawatan pasien di rumah sakit
yaitu mencakup pimpinan rumah sakit, dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain.
Keberagaman obat-obatan, meningkatkanya jumlah dan jenis obat yang ditulis
perpasien, meningkatnya jumlah pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang
diobati serta berubahnya konsep pelayanan medik, mengakibatkan keharusan agar
suatu sistem praktik pengobatan yang aman dikembangkan dan dipelihara untuk
memastikan bahwa pasien menerima pelayanan dan proteksi yang sebaik
mungkin. Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan isu global dan nasional
bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar
dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor129/ Menkes/ SK/
II/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, tidak adanya kejadian kesalahan
pemberian obat sebesar 100%, hal itu berarti bahwa seharusnya kejadian
kesalahan pemberian obat atau medication error tidak boleh terjadi satupun dalam
pelayanan kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/
MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa kesalahan pemberian obat
(medicationerror) adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat.
Kesalahan pemberian obat merupakan kejadian yang dapat merugikan atau
membahyakan pasien yang dilakukan oleh petugas kesehatan, khususnya dalam
hal pengobatan pasien. Kejadian medication error dibagi dalam empat fase, yaitu
fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep), fase transcribing (error terjadi
pada saat pembacaan resep), fase dispensing (error terjadi pada saat penyiapan
hingga penyerahan obat) dan fase administration (error yang terjadi pada proses
penggunaan obat).
3
3. Bagaimana pemberian obat kepada pasien?
4. Bagiamana peran perawat dalam pemberian obat?
5. Apa akibat dari kesalahan dalam pemberian obat?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan aspek legal pengelolaan obat oleh
perawat?
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan obat?
3. Untuk mengetahui pemberian obat kepada pasien?
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat?
5. Untuk mengetahui akibat dari kesalahan dalam pemberian obat?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi pada
organ tubuh manusia (Batubara, 2008). Definisi lain menjelaskan obat merupakan
sejenis subtansi yang digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan,
penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan
tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan
proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry, 2009).
1. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat. Hak ini adalah prinsip dari
memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed
concent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat suatu keputusan.
5
a. Tingkat pengetahuan perawat. Perawat dengan tingkat pengetahuan yang
tinggi cenderung untuk mampu melaksanakan prinsip benar dalam
pemberian obat dengan tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan
yang kurang baik seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik
akan memiliki adab yang baik dan mengamalkan ilmu tersebut. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi
oleh pasien. Pengetahuan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang pengambilan tindakan yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengetahuan dapat mempengaruhi
seseorang dalam pengambilan keputusan sehingga nantinya akan
memotivasi perawat untuk bersikap dan berperan serta dalam
peningkatan kesehatan pasien dalam hal ini pemberian tindakan
pemberian obat dengan tepat.
Oleh sebab itu ketika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap pasien maka tentunya perawat akan berusaha semaksimal mungkin untuk
melakukan tindakan yang cepat, tepat dan terarah untuk mengatasi masalah pasien
termasuk ketepatan dalam pemberian obat. Sedangkan aspek internal perawat
berasal dari lingkup rumah sakit. Rumah sakit akan memberikan rangsangan
tersebut baik dalam bentuk penghargaan yang diterima, insentif kerja serta pujian.
6
Hal inilah yang bisa menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat yang lebih
baik.
1. Peran Perawat
Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek
teraupetik obat, perawat harus mampu mengobservasi untuk mengevaluasi efek
obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektivitasan obat.
Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai pengganti perawat, karena upaya
7
kesehatan tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Obat harus
dikaitkan dengan tindakan keperawatan. Ada berbagai pendekatan yang dapat
dipakai dalam mengevaluasi keefektifitasan obat yang diberikan pada pasien.
Namun laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada
berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung kepada
pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.
8
Dalam menjalankan tugas UU No. 38 Tahun 2014 Pasal 30 sebagai pemberi
Askep dibidang upaya kesehatan perorangan, perawat berwenang dalam
melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien, sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
B. UU No36 tahun2009
9
obat dengan cara membandingkan resep yang didapatkan terhadap label obat.
Adapun prinsip 7 benar berdasarkan standar yang berlaku di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah surabaya yang direkomendasikan antara lain:
1. Benar pasien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien dan
meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Sebelum obat diberikan,
identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat
dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara identifikasiyang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.Jadi
terkait dengan klien yang benar, memiliki implikasi keperawatan
diantaranya mencakup memastikan klien dengan memeriksa gelang
identifikasi dan membedakan dua klien dengan nama yang sama.
3. Benar dosis
5. Benar waktu
10
Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari,
seperti b.i.d (dua kali sehari), t.i.d (tiga kali sehari), q.i.d (empat kali
sehari), atau q6h (setiap 6 jam), sehingga kadar obat dalam plasma dapat
dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (t .) yang panjang, maka
obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa
obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat
makan atau bersama makanan (Kee and Hayes, 1996).
6. Benar dokumentasi
Adverse drug event adalah suatu insiden dalam pengobatan yang dapat
menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event meliputi kerugian
yang bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh:
11
2. Adverse drug reaction
1. Hipersensitivitas
Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat karena
tubuh menerima dosis obat yang berlebihan. hipersensitivitas obat
biasanya terjadi sekitar 3 minggu hingga 3 bulan setelah pemberian
obat, yang ditandai oleh demam dan munculnya lesi pada kulit.
2. Alergi
3. Toksisitas
Error merupakan suatu kegagalan atau hasil yang tidak diharapkan dari
sesuatu yang telah direncanakan untuk diselesaikan sesuai dengan tujuan
(kesalahan pada pelaksanaan) atau kesalahan atau kegagalan pada saat
perencanaan untuk mencapai tujuan atau keinginan (kesalahan pada perencanaan)
kesalahan pengobatan (medication error) merupakan semua keadaan atau kejadian
yang dapat menyebabkan penyaluran pengobatan tidak sesuai dengan yang
diharapkan dimana dapat mencelakakan pasien.
12
Medication error merupakan kesalahan yang terjadi dalam pemberian
pelayanan pengobatan terhadap pasien yang menyebabkan tejadinya kegagalan
dalam pengobatan sehingga dapat memiliki potensi membahayan keselamatan
pasien dalam perawatan. Kesalahan pengobatan (medication error) adalah
kejadian yang dapat merugikan keselamatan pasien akibat pemakaian obat selama
dalam pengawasan pengobatan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Berdasarkan hal hal tersebut diatas, jelaslah bahwa pemberian obat pada
klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik
dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat
obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan
prinsip-prinsip dalam pemberian obat.
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15