Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMASI KLINIK

“DRUG RELATED PROBLEM”

Disusun Oleh :

1. Alvi Laila Hidayati (1604003)


2. Aprilia Kusuma Wardani (1604009)
3. Eka Apriyani (1604014)
4. Fajar Ayu K. H. (1604019)
5. Ines Damarjati (1604024)
6. Mega Astuti (1604029)
7. Oktavia Setyaningtyas (1604034)
8. Rora Mega Oktavia (1604039)
9. Tias Astutik (1604044)
10.Venik Dita Prastika (1604047)

PROGRAM STUDI D III FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Drug Related
Problem. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Farmasi
Klinik.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya


kepada :

1. Ibu Rahmi Nurhaini, M.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
 
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen pembimbing mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca
yang budiman.

Klaten, 21 Januari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
MATERI DISKUSI.......................................................................................... 1
A. Definisi DRP (Drug Related Problem)................................................. 1
B. Komponen – Komponen DRP.............................................................. 2
C. Tanggungjawab Farmasi & Kebutuhan Pasien..................................... 2
D. Identifikasi Drug Related Problem....................................................... 2
E. Kategori Umum DRP............................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 7
TANYA JAWAB DISKUSI............................................................................. 8

iii
MATERI DISKUSI

A. Definisi DRP (Drug Related Problem)


DRP adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait
terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome
yang diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat disebut DRP apabila terdapat
dua kondisi, yaitu: (a) adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami
pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnose
penyakit, ketidak mampuan (disability) yang merupakan efek dari kondisi
psikologis, fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan (b) adanya hubungan
antara kejadian tersebut dengan terapi obat (Strand, et al., 1990).
Society Consultant American Pharmacist menyebutkan bahwa
tujuan dari terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien melalui
pengobatan atau pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya gejala, atau
memperlambat proses penyakit. Kebutuhan pasien berkaitan dengan terapi
obat atau drug related needs meliputi ketepatan indikasi, keefektifan,
keamanan terapi, kepatuhan pasien, dan indikasi yang belum tertangani.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau outcome pasien tidak
tercapai maka hal ini dapat dikategorikan sebagai DRP (Cipolle et al.,
1998).
Drug Related Problems merupakan suatu kejadian yang tidak
diharapkan dan pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat
sehingga kenyataannya/potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan
yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998).
DRP aktual adalah DRP yang sudah terjadi sehingga harus diatasi
dan dipecahkan.Dalam hal ini pasien sudah mengalami DRP misalnya
dosis terlalu besar sehingga dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
DRP potensial adalah DRP yang kemungkinan besar dapat terjadi dan
akan dialami oleh pasien apabila tidak dilakukan pencegahan, misalnya
pasien apabila diberikan suatu obat akan mengalami kontraindikasi
sehingga harus diganti dengan obat lain (Rovers et al, 2003).

1
B. Komponen – Komponen DRP
Ada dua komponen penting dalam DRP yaitu:
1. Kejadian atau resiko yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien.
Kejadian ini dapat diakibatkan oleh kondisi ekonomi, psikologi,
fisiologis, atau sosiokultural pasien.
2. Ada hubungan atau diduga ada hubungan antara kejadian yang tidak
diharapkan yang dialami oleh pasien dengan terapi obat. Hubungan ini
meliputi konsekwensi dari terapi obat sehingga penyebab/diduga
sebagai penyebab kejadian tersebut,atau dibutuhkannya terapi obat
untuk mencegah kejadian tersebut.

C. Tanggungjawab Farmasi & Kebutuhan Pasien


1. Tanggungjawab
a. Mengidentifikasi problem aktual dan potensial yang berkaitan
dengan obat.
b. Menyelesaikan problem aktual yang berkaitan dengan obat
c. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya problem potensial
yang berkaitan dengan obat
2. Kebutuhan pasien :
a. Indikasi
b. Efektivitas
c. Keamanan
d. kepatuhan

D. Identifikasi Drug Related Problem


1. Modul 1 :Pharmacist’s Patient Data Base
adalah untuk memperoleh data pasien yang obyektif maupun subyektif
sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
terapi

2
2. Modul 2: Drug Therapy Assesment Worksheet (DTAW)
adalah form yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mereview DRPs
3. Modul 3: Drug Therapy Problem List (DTPL)
Pada lembar ini ditulis jenis DRPs yang ditemukan sesuai yang ada,di
DTAW dan rekomendasi yang diberikan kepada dokter atau perawat
untuk tercapainya keberhasilan terapi
4. Modul 4: Pharmacist Care Plan (PCP)
PCP berisi ulasan lebih rinci tentang rencana yang akan dilakukan oleh
farmasis untuk mewujudkan kerasionalan penggunaan obat
5. Modul 5:Pharmacist Care Plan Monitoring Worksheet (PCPMW)
PCPMW berfungsi untuk mengarahkan farmasis dalam melakukan
monitoring secara efektif dalam pelaksanaan Pharmacist Care Plan
(PCP).

E. Kategori Umum DRP


Menurut Cipolle et al,1998 kategori DRP adalah:
1. Pasien memerlukan obat tambahan
Keadaan yang ditemukan pada DRP adalah suatu keadaan ketika
pasien menderita penyakit sekunder yang mengakibatkan keadaan
yang lebih buruk daripada sebelumnya, sehingga memerlukan terapi
tambahan. Penyebab utama perlunya terapi tambahan antara lain ialah
untuk mengatasi kondisi sakit pasien yang tidak mendapatkan
pengobatan, untuk menambahkan efek terapi yang sinergis, dan terapi
untuk tujuan preventif atau profilaktif. Misalnya, penggunaan obat
AINS biasanya dikombinasikan dengan obat antihistamin 2 dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya iritasi lambung.
2. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai
Menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat, dapat membaik
kondisinya dengan terapi non obat,minum beberapa obat padahal

3
hanya satu terapiobat yang diindikasikan dan atau minum obat untuk
mengobati efeksamping.
3. Menerima obat salah
Kasus yang mungkin terjadi: obat tidak efektif, alergi, adanya resiko
kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi obat
yang tidak perlu dan bukan yang paling aman.
4. Pasien menerima obat yang benar tetapi dosisnya terlalu rendah
Pasien menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis
terapinya.Hal ini dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak
efektifnya terapi sehingga pasien tidak sembuh, atau bahkan dapat
memperburuk kondisi kesehatannya. Hal-hal yang menyebabkan
pasien menerima obat dalam jumlah yang terlalu sedikit antara lain
ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi dan durasi obat
yang tidak tepat dapat menyebabkan jumlah obat yang diterima lebih
sedikit dari yang seharusnya, penyimpanan juga berpengaruh terhadap
beberapa jenis sediaan obat, selain itu cara pemberian yang tidak benar
juga dapat mengurangi jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh
pasien.
Ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan kejadian
tersebut yaitu antara lain obat diresepkan dengan metode fixed model
(hanya merujuk pada dosis lazim) tanpa mempertimbangkan lebih
lanjut usia, berat badan, jenis kelamin dan kondisi penyakit pasien
sehingga terjadi kesalahan dosis pada peresepan. Adanya asumsi dari
tenaga kesehatan yang lebih menekankan keamanan obat dan
meminimalisir efek toksik terkadang sampai mengorbankan sisi
efektivitas terapi. Ketidakpatuhan pasien yang menyebabkan konsumsi
obat tidak tepat jumlah, antara lain disebabkan karena faktor ekonomi
pasien tidak mampu menebus semua obat yang diresepkan, dan pasien
tidak paham cara menggunakan obat yang tepat. Misalnya pemberian
antibiotik selama tiga hari pada penyakit ISFA Pneumonia.
5. Pasien menerima obat dalam dosis terlalu tinggi

4
Pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu tinggi dibandingkan
dosis terapinya. Hal ini tentu berbahaya karena dapat terjadi
peningkatan resiko efek toksik dan bisa jadi membahayakan Hal-hal
yang menyebabkan pasien menerima obat dalam jumlah dosis terlalu
tinggi antara lain ialah kesalahan dosis pada peresepan obat, frekuensi
dan durasi minum obat yang tidak tepat. Misalnya, penggunaan
fenitoin dengan kloramfenikol secara bersamaan, menyebabkan
interaksi farmakokinetik yaitu inhibisi metabolisme fenitoin oleh
kloramfenikol sehingga kadar fenitoin dalam darah meningkat.
6. Pasien mengalami efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug
Reaction)
Dalam terapinya pasien mungkin menderita ADR yang dapat
disebabkan karena obat tidak sesuai dengan kondisi pasien, cara
pemberian obat yang tidak benar baik dari frekuensi pemberian
maupun durasi terapi, adanya interaksi obat, dan perubahan dosis yang
terlalu cepat pada pemberian obat-obat tertentu.
ADR merupakan respon terhadap suatu obat yang berbahaya dan
tidak diharapkan serta terjadi pada dosis lazim yang dipakai oleh
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis maupun terapi.
Pada umumnya ADR dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Reaksi tipe A
Reaksi tipe A mencakup kerja farmakologis primer atau sekunder
yang berlebihan atau perluasan yang tidak diharapkan dari kerja
obat seperti diuretik mengimbas hipokalemia atau propanolol
mengimbas pemblok jantung. Reaksi ini seringkali bergantung
dosis dan mungkin disebabkan oleh suatu penyakit bersamaan,
interaksi obat-obat atau obat-makanan. Reaksi tipe A dapat terjadi
pada setiap orang.
b. Reaksi tipe B
Merupakan reaksi yang tidak dapat diperkirakan, jarag terjadi dan
biasanya tidak berhubungan dengan aksi farmakologis obat. Reaksi

5
termediasi sistem imun atau alergi termasuk tipe B, imbulnya
jarang hanya 6-10% dari keseluruhan tipe ADR.
Penyebabnya: pasien dengan factor resiko yang berbahaya bila
obatdigunakan, efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan
pasien,interaksi dengan obat lain, dosis dinaikkan atau diturunkan
terlalu cepatsehingga menyebabkan ADR dan mengalami efek yang
tidak dikehendakiyang tidak diprediksi.
7. Kepatuhan
Penyebab: pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat,
pasien tidak menuruti rekomendasi yang diberikan untuk pengobatan,
pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal,
pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan secara
konsisten karena merasa sudah sehat (Cipolle et al, 1998).

6
DAFTAR PUSTAKA

Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care, McGraw-
Hill, New York.
Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1992, Pharmaceutical Care An
Introduction Current Concept, McGraw-Hill, New York.
Rovers, J.P., Currie, J.D., Hagel, H.P., McDonough, R.P., Sobotka, J.L. Eds.,
2003, A Practical Guide to Pharmaceutical Care,2nd Ed., American
Pharmaceutical Association, Washington, D.C.
Strand, MD, Morley, PC, Cipolle, RJ, Ramsey, R, Lamsam, GD 1990, ‘Drug-
Related Problems: Their Structure and function’, DICP the Annals of
Pharmacotherapy, vol. 24, pp. 1094-1096.

7
TANYA JAWAB DISKUSI

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan terapi obat yang tidak perlu ? (Dari
Nanik Widyastuti).
Jawab : (dijawab oleh Mega Astuti)
Terapi obat yang tidak perlu yaitu :
a. Pasien yang mendapatkan obat yang tidak tepat indikasi
b. Pasien yang mengalami toksisitas karena obat atau hasil pengobatan
c. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat,alkohol dan rokok
d. Pasien dalam kondisi pengobatan yang lebih baik di obati tanpa terapi
obat
e. Pasien dengan multiple drugs untuk kondisi dimana hanya sigle drug
therapy dapat di gunakan
2. Apa solusi dosis terlalu rendah dan dosis terlalu tinggi ? (Dari Adam
Wibowo).
Jawab : (dijawab oleh Rora Mega Oktavia)
a. Obat diresepkan dengan mempertimbangkan usia, berat badan, jenis
kelamin dan kondisi pasien sehingga tidak terjadi kesalahan peresepan
pada pasien.
b. Tenaga kesehatan lebih menekankan keamanan obat dan
meminimalisir efek toksik.
c. Memberikan informasi cara penggunaan obat yang tepat.
3. Bagaimana penjelasan pasien yang mengalami DRP ? (Dari Fany
Munasari)
Jawab : (dijawab oleh Tias Astutik)
Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua kondisi, yaitu:
adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien, kejadian ini dapat
berupa keluhan medis, gejala, diagnose penyakit, ketidak mampuan
(disability) yang merupakan efek dari kondisi psikologis, fisiologis,
sosiokultur atau ekonomi; dan adanya hubungan antara kejadian tersebut
dengan terapi obat.

8
4. Apa yang dilakukan farmasis ketika menemukan resep yang menimbulkan
DRP aktual ? (Dari Bu Rahmi)
Jawab : (dijawab oleh Mega Astuti)
Menghubungi dokter yang menuliskan resep sehingga dosis dapat
disesuaikan menurut kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai