Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PASIEN NON ADHERENT DENGAN TREATMENT OBAT


FARMAKOLOGI
Dosen Pengampu : Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 7

I KOMANG YUSTIKANTARA (23089014011)


AYU KADEK DEVI ARISKA PUTRI (23089014017)
NI KADEK DIAH AYU OKTARINA (23089901422)
NI PUTU MARIANI (23089014016)
NI KADEK SARI WATI (23089014050)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang merupakan
tugas dari mata kuliah Farmakologi dalam pembuatan makalah dengan judul
“Pasien Non Adherent Dengan Treatment Obat”. Kami sampaikan terimakasih
kepada Bapak Ns. Gede Budi Widiarta,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pengampu mata
kuliah dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para


pembaca dan khususnya bagi penyusun sendiri.

Bungkulan, 16 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pasien Non Adherent dengan Tritment Obat ............................................. 3
2.1.1 Pengertian ........................................................................................ 3
2.2 Penyebab Ketidakpatutan Terhadap Regiment Pengobatan . .................... 3
2.3 Dampak Ketidakpatuhan Pasien Dalam Proses Terapi . ............................ 4
2.4 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan . ............................................................ 5
2.5 Cara Yang Dapat Diupayakan Untuk Meningkatkan Kepatuhan . ............ 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 8
3.2 Saran........................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi dengan dokter kepada
pasien. Pemberian obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun
perawat memiliki tugas untuk mendelegasikan obat kepada pasien secara aman
dengan menerapkan prinsip-prinsip enam benar dalam pemberian obat (Hura,
2014). Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman
dan mengawasi efek dari pemberian obat tersebut kepada pasien. Agar dapat
memberikan obat secara rasional dan aman, perawat tidak hanya perlu
memahami tentang penggolongan obat saja, akan tetapi mereka juga perlu
mengetahui efek samping, serta bahaya penggunaan obat-obatan.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa di negara mana pun, pelayanan
kesehatan biasanya dilakukan oleh dua jenis kelompok praktik pengobatan.
Keduanya yakni praktik pengobatan dengan mengamalkan asas-asas ilmu
kedokteran modern dan praktik pengobatan berdasarkan cara-cara tradisional
atau budaya setempat.
Kemampuan masyarakat untuk mengobati diri sendiri, mengenal gejala
penyakit, dan upaya memelihara kesehatan menjadi pertanda berjalannya
budaya pengobatan tradisional. Bahkan di zaman modern seperti saat ini,
budaya pengobatan tradisional dan obat tradisional masih terus ada.
Penggunanya pun tidak hanya masyarakat pedesaaan, tetapi juga masyarakat
di kota-kota besar. Ini menandakan pengobatan tradisional telah menyatu
dengan masyarakat, dan digunakan untuk mengatasi berbagai masalah
kesehatan. Melihat kenyataan tersebut, pelayanan kesehatan tradisional
terbukti berpotensi besar untuk dikembangkan terus-menerus. Selain sudah
familier di masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional lebih mudah diperoleh
dan relatif lebih murah dibandingkan obat modern (Putri & Rachmawati,
2018).

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Pasien Non Adherent dan Treatment Obat?
2. ⁠ Apa saja penyebab ketidakpatuhan terdahap rigimen pengobatan dalam
buku standar diagnosa?
3. ⁠Bagaimana dampak ketidakpatuhan pasien dalam proses terapi?
4. ⁠Apa saja faktor penyebab ketidakpatuhan?
5. ⁠Bagaimana cara untuk meningkatkan kepatuhan?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, terdapat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Pasien Non Adherent dan Treatment
Obat
2. ⁠Untuk mengetahui penyebab ketidakpatuhan terdahap rigimen pengobatan
dalam buku standar diagnosa
3. Untuk mengetahui dampak ketidakpatuhan pasien dalam proses terapi
4. Untuk mengetahui faktor penyebab ketidakpatuhan
5. Untuk mengetahui cara untuk meningkatkan kepatuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pasien Non Adherent dengan Treatment Obat


2.1.1 Pengertian
Menurut Pantirapih (2021) Ketidakpatuhan adalah perilaku
individu dan pemberi asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi
kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu (dan atau
keluarga dan atau komunitas) serta profesional pelayanan kesehatan..
Perilaku pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketetapan,
rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan dan
sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak efektif secara klinis
atau sebagian tidak efektif.
Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu dan atau pemberi
asuhan tidak mengikuti rencana perawatan atau pengobatan yang
disepakati dengan tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil
perawatan atau pengobatan tidak efektif (PPNI, 2016).
Wilkinson & Ahern (2015) dalam Pantirapih (2021)
menyatakan ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi
asuhan yang gagal untuk menepati rencana kesehatan atau atau rencana
terapeutik yang telah disepakati oleh individu (atau keluarga, komunita)
dan tenaga kesehatan profesional. Dengan adanya rencana promosi
kesehatan atau rencana terapeutik yang disepakati, perilaku individu
atau pemberi asuhan sepenuhnya atau sebagian tidak patuh dan dapat
mengakibatkan hasil yang secara klinis tidak efektif atau hasil sebagian
tidak efektif. Ketidakpatuhan yaitu ketidakmampuan mempraktikkan
perilaku berhubungan dengan kesehatan yang dianjurkan sebagai akibat
dari kurangnya sumber (Taylor & Ralph, 2013 dalam Pantirapih, 2021).

2.2 Penyebab Ketidakpatutan Terhadap Regimen Pengobatan


a. Disabilitas (misalnya, penurunan daya ingat dan gangguan
sensorik/motoric)
b. Efek samping program pengobatan dan perawatan
c. Beban pembiayaan program pengobatan/perawatan
d. Program terapi kompleks dan/atau lama
e. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (misalnya gangguan
mobilisasi, masalah transportasi, ketiadaan orang yang merawat anak
di rumah, cuaca tidak menentu)

3
f. Program terapi tidak ditanggung asuransi
g. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif,
kecemasan, angguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang

2.3 Dampak Ketidakpatuhan Pasien dalam Proses Terapi

Ketidakpatuhan pasien menjadi permasalahan tidak hanya di negara


maju namun juga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Angka
kepatuhan yang rendah terbukti menimbulkan masalah seperti peningkatan
angka penyakit kronis beserta komplikasinya, penurunan kualitas hidup
pasien, biaya pengobatan yang membengkak dan tidak efisien, bahkan
peningkatan angka mortalitas (kematian). Beberapa hal yang dapat
dikategorikan sebagai ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat
antara lain:

1. Tidak menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter


2. Dosis yang tidak sesuai (under dose ataupun over dose)
3. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya
4. Mengonsumsi obat pada waktu yang tidak tepat
5. Mengonsumsi obat yang diresepkan untuk orang lain
6. Mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan, minuman, cairan
ataupun obat lain yang berinteraksi
7. Mengonsumsi obat yang sudah melewati masa kadaluwarsa
8. Mengonsumsi obat yang sudah rusak
9. Menyimpan penyimpanannya obat-obatan tidak sesuai dengan aturan
10. Menggunakan obat yang tidak sesuai dengan cara penggunaannya
(misalnya: tablet antibiotik digerus kemudian ditaburkan pada luka).

Berbagai bentuk ketidakpatuhan tersebut dapat menimbulkan


kerugian bagi pasien sendiri, maupun bagi tenaga/sarana kesehatan. Bagi
pasien, ketidakpatuhan minum obat dapat berakibat penyakit yang diderita
tidak kunjung sembuh, semakin parah, maupun mengalami efek samping
seperti halnya apabila pasien mengonsumsi obat bersamaan dengan
makanan atau minuman atau obat lain yang tidak diperbolehkan, dan biaya
terapi yang menjadi tidak efisien. Sementara itu, bagi tenaga/sarana
kesehatan, ketidakpatuhan pasien bisa saja menghilangkan atau mengurangi
kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan karena dianggap kurang
tepat dalam memberikan obat schingga kondisi pasien tidak membaik,
padahal sebenarnya hal tersebut. terjadi akibat ketidakpatuhan dalam
menggunakan obat yang diberikan.

4
2.4 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan

Menurut Tambayong (2014) Faktor yang mempengaruhi


ketidakpatuhan terhadap pengobatan yaitu:

1. Kurang pemahaman pasien tentang tujuan pengobatan


2. Kurang pemahaman pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang diprogramkan sehubungan dengan prognosis.
penyakit yang dialami
3. Kesulitan memperoleh obat tertentu diluar rumah sakit
4. Harga obat yang mahal
5. Kurang perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung
jawab atas pembelian atau pemberian obat tersebut kepada pasien.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan


pasien dalam menggunakan obat, antara lain: faktor penyakit, faktor pasien,
faktor tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan serta pemerintah.

Penyakit, terutama penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, dsb)


harus mengkonsumsi obat dalam jangka panjang atau mungkin seumur
hidupnya, sehingga tingkat kepatuhannya lebih rendah dibandingkan
penderita penyakit atau gangguan kesehatan akut. Jumlah dan macam obat
yang diterima pasien terkait dengan kondisinya juga berpengaruh terhadap
kepatuhan, terlebih apabila obat-obat tersebut memiliki jadwal pemakaian
yang berbeda-beda ataupun perlu digunakan dengan cara yang rumit
(terutama terjadi pada pasien lanjut usia).

Sementara dari sisi pasien, ada cukup banyak faktor yang bisa
berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien dalam menggunaan obat.
misalnya:

1. Persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya


2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang penyakit dan kesehatan
3. Kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas pengobatan modern
4. Pengalaman atau ketakutan akan efek samping obat, seperti misalnya
pada penggunaan obat-obatan diuretik untuk menurunkan tekanan
darah tinggi, pasien merasa terganggu dengan efek samping obat yang
menyebabkan pasien sering buang air kecil
5. Faktor lupa
6. Kondisi sosial ekonomi pasien sehingga pasien tidak memperoleh
obat yang diperlukannya karena harga obat yang tidak terjangkau

5
7. Kondisi cacat fisik
8. Faktor lain seperti takut mengalami ketergantungan pada obat
9. Kurangnya kesadaran untuk melakukan modifikasi gaya hidup untuk
menunjang keberhasilan terapi.

Tenaga kesehatan sepeti dokter, bidan, apoteker, perawat, dan ahli


gizi, memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien agar terapi yang
dilakukan berhasil. Faktor yang berasal dari tenaga kesehatan yang dapat
mengurangi tingkat kepatuhan pasien antara lain:

1. Kurangnya komunikasi dua arah yang antara pasien dengan tenaga


kesehatan terkait penyakit, obat (mencakup jenis, jumlah, kegunaan,
dosis, cara pakai obat), diet dan perubahan gaya hidup yang diperlukan
pasien, maupun mengetahui hambatan yang dihadapi pasien dalam
menjalankan terapi.
2. Kurangnya kolaborasi interprofesi antara satu tenaga kesehatan dengan
tenaga kesehatan yang lain untuk mewujudkan praktek pengobatan yang
ideal dan mendukung kesembuhan pasien.

2.5 Beberapa Cara yang Dapat Diupayakan untuk Meningkatkan


Kepatuhan
1. Pasien
Faktor yang terpenting adalah bagaimana pasien dapat menerima
kondisi klinis tertentu yang mengharuskan pasien menjalani terapi. Dengan
demikian pasien termotivasi untuk sembuh dengan cara menggunakan obat-
obatan yang diterimanya secara patuh serta melakukan perubahan gaya
hidup untuk mendukung kesembuhan. Faktor psikologis lain seperti
ketakutan akan peralatan medis atau takut mengalami ketergantungan obat
dapat diatasi dengan pemberian informasi yang cukup dan pendampingan
dari keluarga dan tenaga kesehatan. Pendamping Minum Obat (PMO)
memegang peranan penting bagi peningkatan kepatuhan pasien terutama
pasien-pasien lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes
mellitus, hipertensi, TBC, dan lain sebagainya. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk factor lupa, misalnya:
a. Menggunakan kotak pengingat minum obat, terutama untuk obat-obatan
yang diminum dalam jangka panjang dan kontinum
b. Memasang jam alarm atau pengingat (reminder) pada telepon genggam
c. Membuat poster kecil yang diletakkan di tempat yang selalu didatangi
pasien setiap hari, contoh: kaca wastafel, di sudut tempat tidur, atau di
meja kantor

6
2. Tenaga kesehatan
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat, seluruh
tenaga kesehatan harus berkolaborasi sesuai dengan keahlian masing-
masing. Praktek kolaborasi ini terbukti dapat meningkatkan keberhasilan
terapi dan kualitas kesehatan secara komprehensif, karena pasien
mendapatkan pemeriksaan, menerima obat, mendapatkan perawatan dan
pendampingan dari tenaga yang kompeten.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa
klasifikasi dari medication error yaitu prescribing (keslaahan dalam
penulisan resep), transcribing (kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep
untuk proses dispensing, antara lain salah membaca resep karena tulisan
yang tidak jelas), dispensing (terjadi pada saat penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya
error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena
kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena
berdekatan letaknya.), dan administering (kesalahan yang terjadi pada
proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas apotek dan
pasien atau keluarganya.).
Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan pemberi asuhan yang
tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang
ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta
profesional pelayanan kesehatan. Perilaku pemberi asuhan atau individu
yang tidak mematuhi ketetapan, rencana promosi kesehatan atau terapeutik
secara keseluruhan dan sebagian dapat menyebabkan hasil akhir yang tidak
efektif secara klinis atau sebagian tidak efektif.
3.2 Saran
Dengan adanya teori yang menjelaskan tentang pemeriksaan yang
digunakan untuk mencegah medication error serta mengevaluasi alasan-
alasan pasien non adherent degan treatment obat dapat digunakan sebagai
informasi dan masukan tentang teori keperawatan bagi mahasiswa dalam
proses pembelajaran.

8
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong, Jan. 2014. Farmakologi Keperawatan, Ed. 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Kusharwanti, Wara. 2021. Patuh Minum Obat, Untuk Kualitas Hidup Yang Lebih
Baik. Yogyakarta: Salemba Medika.

Farida B. (2019). Gambaran Kejadian Medication Error Di Rumah Sakit


DrTadjuddin Chalid Makassar. Universitas
Hasanuddin Makassar Repository.

Susanti, Ika. (2013). Identifikasi Medication Error Pada Fase


Prescribingranscribing. Dan Dispensing Di Depo
Farmasi Rawat Inap Penyakit Dalam Gedung
TerataiInstalasi Farmasi Rsup Fatmawati. Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Repository.

MaalangenTiansi Veren, Citraningtyas, Gayatri, WiyonoWeny I(2019) Pharmacon.


Identifikasi Medication Error Pada Resep Pasien
Poli Interna Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Bhayangkara Tk. Iii Manado, 8 (2), 434-441

Khairurrijal, M. A. W, Putriana, Norisca Aliza. (2017). Majalah Farmasetika.


Medication Erorr Pada Tahap Prescribing,
Transcribing. Dispensing, dan Administration, 2 (4),
8-13.

Anda mungkin juga menyukai