Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH REVIEW JURNAL DRUG-RELATED PROBLEMS

INCREASE HEALTHCARE COSTS FOR PEOPLE LIVING


WITH DEMENTIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakoekonomi


Dosen Pengampu : Apt. Retna Parica Lanipi, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 2
Anggota :
Mustopa 144820120059
Nurhikmah Tunazilah 144820120095
Rohmi Masitoh 144820120051

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TERAPAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
danrahmat-Nya sehingga kami kelompok 2 sebagai penulis mampu menyelesaikan
makalah tugas mata kuliah Farmakoekonomi ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun judul makalah yang penulis buat yaitu “MAKALAH REVIEW JURNAL
DRUG-RELATED PROBLEMS INCREASE HEALTHCARE COSTS FOR
PEOPLE LIVING WITH DEMENTIA”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah


sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca.

Sorong, 11 Februari 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI Hal

COVER ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 6


A. Metode Penelitian ............................................................................................ 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 9


A. Hasil ................................................................................................................. 9

B. Pembahasan ..................................................................................................... 9

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 10


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 11

LAMPIRAN ................................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Saat ini, demensia merupakan sindrom yang tidak dapat disembuhkan yang
disertai dengan penurunan fungsi kognitif. Ada 47 juta orang dengan demensia
(PwD) di seluruh dunia pada tahun 2016. Prevalensi demensia diperkirakan akan
berlipat ganda setiap dua puluh tahun, mencapai 74,7 juta penyandang disabilitas
pada tahun 2030 dan akhirnya menjadi 131,5 juta pada tahun 2050. Mengingat
peningkatan Prevalensi dan fakta bahwa demensia sejalan dengan penurunan
fungsi dalam kehidupan sehari-hari, penyakit demensia juga merupakan beban
ekonomi yang sangat besar untuk pembayar layanan kesehatan publik dan
masyarakat. Total biaya di seluruh dunia senilai US$1 triliun pada tahun 2018.
Biaya perawatan kesehatan juga akan terus meningkat US$2 triliun diperkirakan
untuk tahun 2030. Di Jerman, D 15,1 miliar dihabiskan untuk demensia pada tahun
2015, mewakili 5% dari total biaya perawatan kesehatan di Jerman.

Demensia umum terjadi pada orang di atas usia 65 dan dengan demikian,
menjadi perhatian khusus orang tua. Pasien dapat memiliki beberapa penyakit
penyerta di samping penyakit demensia (multimorbiditas) dan biasanya mengambil
beberapa obat dari (polifarmasi). Untuk menilai hubungan antara DRP dan Variabel
sosio-demografis dan klinis Polifarmasi, pada gilirannya, dapat dikaitkan dengan
masalah terkait obat (DRP), yang didefinisikan sebagai peristiwa yang benar-benar
atau berpotensi mengganggu hasil kesehatan yang diinginkan. DRP dapat terkait
dengan pemilihan obat, pemilihan dosis, atau dapat terkait dengan pasien seperti
penyimpanan obat atau aplikasi yang tidak mencukupi. Berdasarkan data dari uji
klinis terkontrol acak yang mengeksplorasi efek intervensi apoteker pada pasien
berusia 65 tahun ke atas dengan demensia atau gangguan kognitif. Diperkirakan
bahwa dua pertiga penyandang disabilitas memiliki setidaknya satu DRP. Studi lain
menggarisbawahi bahwa DRP sangat lazim di PwD. Di antara DRP, obat yang
berpotensi tidak sesuai (PIM) dan penyimpanan obat yang tidak tepat adalah DRP

1
yang paling umum pada orang tua.

DRP dapat menyebabkan hasil yang merugikan, seperti penurunan kualitas


hidup dan peningkatan rawat inap. Oleh karena itu, DRP dapat dikaitkan dengan
biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi juga. Hanya sedikit penelitian yang
mengevaluasi dampak DRP terhadap biaya perawatan Kesehatan. diperkirakan
bahwa pengurangan DRP dikaitkan dengan pelembagaan yang lebih rendah dan
dengan demikian, biaya untuk panti jompo. Namun, sedikit yang diketahui tentang
asosiasi DRP dan dampaknya terhadap total biaya perawatan kesehatan, terutama
pada penyandang disabilitas yang tinggal di komunitas. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan DRP dan biaya perawatan kesehatan
pada penyandang disabilitas yang tinggal di komunitas dari perspektif pembayar
publik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jabarkan, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :

Bagaimana hubungan antara DRP dan biaya perawatan kesehatan pada penyandang
disabilitas?

C. Tujuan
Tujuan dari peneliti ini adalah mengetahui hubungan antara DRP dan biaya
perawatan kesehatan pada penyandang disabilitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tinjauan pustaka
1.1 Pengertian Drug Related Problem (DRP)
Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian yang tidak
diharapkan, berupa pengalaman pasien yang melibatkan atau diduga
melibatkan terapi obat dan pada kenyataannya atau potensial
mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan. Drug Related
Problem merupakan maslah yang terkait obat dapat mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas kualitas hidup pasien serta berdampak juga
terhadap ekonomi dan sosial pasien. Pharmaceuticaal care Network
Europe mendefinisikan masalah terkait obat (DPRs) adalah kejadian
suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial
mengganggu hasil klinik kesehatan yang diinginkan.
1.2 Komponen primer dari Drug Related Problems
a. Pasien mengalami keadaan yang tidak dikehendaki.
Pasien mengalami keluhan medis, gejala, diagnose penyakit
kerusakan, cacat atau sindrom dan dapat mengakibatkan gangguan
psikologis, fisiologis, sosial, bahkan kondisi ekonomi.
b. Ada hubungan antara keadaan yang tidak dikehendaki dengan terapi obat.
Sifat hubungan ini tergantung akan kekhususan Drug Related
Problems (DRPs). Hubungan yang biasanya terjadi antara keadaan yang
tidak dikehendaki dengan terapi obat adalah kejadiaan itu akibat dari
terapi obat atau kejadian itu membutuhkan terapi obat( Cipolle et al.,
1998)
1.3 Kategori umum Drug Related Problems (DRPs) :
a. Membutuhkan obat tambahan.
Penyebabnya yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya
untuk profil aksi atau pramedikasi, memiliki penyakit kronik yang
memerlukan pengobatan kontinu, memerlukan terapi kombinasi untuk
menghasilkan efek sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi

3
kesehatan baru yang memerlukan terapi obat.
b. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai atau tidak perlu obat.
Hal ini dapat terjadi sebagai berikut: menggunakan obat tanpa
indikasi yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat,
minum beberapa obat padahal hanya satu terapi obat yang diindikasikan
atau minum obat untuk mengobati efek samping.
c. Menerima obat yang salah.
Kasus yang mungkin terjadi adalah: obat tidak efektif,
ketidaktepatan pemilihan obat, alergi, adanya resiko kontraindikasi,
resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi obat yang tidak perlu
dan atau obat bukan yang paling aman.
d. Dosis terlalu besar.
Beberapa penyebabnya adalah dosis salah, frekuensi tidak tepat,
dan jangka waktu tidak tepat.
e. Dosis terlalu kecil.
Penyebabnya antara lain: dosis terlalu kecil untuk menghasilkan
respon yang diinginkan, jangka waktu terlalu pendek, pemilihan obat,
dosis, rute pemberian, dan sediaan yang tidak tepat.
f. Pasien mengalami adverse drug reactions.
Penyebab umum untuk kategori ini: pasien menerima obat yang
tidak aman, pemakaian obat tidak tepat, interaksi dengan oba tlain, dosis
dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat sehingga menyebabkan adverse
drug reaction dan atau pasien mengalami efek yang tak dikehendaki yang
tidak diprediksi.
g. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak
minum obat secara benar (non compliance).
Beberapa penyebabnya adalah: obat yang dibutuhkan tidak ada,
pasien tidak mampu membeli, pasien tidak memahami instruksi, pasien
memilih untuk tidak mau minum obat karena alas an pribadi dan atau
pasien lupa minum obat.
Identifikasi dan pemecahan masalah pada Drug Related Problems

4
(DRPs) tergantung pada beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya
semua data esensial dan farmasis bertugas menentukan data apa yang
dibutuhkan (Cipolle et al., 1998).
1.4 Data yang penting mengenai pasien dapat digolongkan dalam tiga kategori
a. Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien, meliputi: umur, seks,
etnis, ras, sejarah sosial, status kehamilan, status kekebalan, fungsi ginjal,
hati dan jantung, status nutrisi, serta harapan pasien.
b. Obat lain yang dikonsumsi pasien, berkaitan dengan terapi obat pada saat
ini dan masa lalu, alergi obat, profil toksisitas, adverse drug reaction, rute
dan cara pemberian obat, dan persepsi mengenai pengobatannya.
c. Penyakit, keluhan, gejala pasien meliputi masalah sakitnya pasien,
keseriusan, prognosa, kerusakan, cacat, persepsi pasien mengenai proses
penyakitnya.

Data dapat diperoleh dari beberapa sumber misalnya pasien sendiri,


orang yang merawat pasien, keluarga pasien, medical record, profil pasien
dari farmasis, data laboratorium, dokter, perawat dan profesi kesehatan
lainnya (Cipolle et al., 1998).
Secara umum perhatian farmasis terhadap Drug Related Problems
sebaiknya diprioritaskan pada pasien geriatri,pasien pediatri, ibu hamil dan
menyusui, serta pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi
sempit(Yunita et al., 2004).
Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi,
mencegah dan memecahkan Drug Related Problems (DRPs), walaupun hal
tersebut tidak selalu mudah dicapai. Faktor kepatuhan pasien ikut
bertanggung jawab atas kesembuhannya. Sebab itu farmasis juga harus dapat
melakukan konseling, edukasi dan informasi kepada pasien (Cipolle et al.,
1998).
1.5 Klasifikasi DRP (Drug Related Problem)
Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification
V5.01) mengelompokkan masalah terkait obat sebagai berikut
(Pharmaceutical Care Network Europe., 2006) :

5
1. Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug
Reaction/ADR)
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efek
samping atau toksisitas.
2. Masalah pemilihan obat (Drug choice problem)
Masalah pemilihan obat di sini berarti pasien memperoleh atau
akan memperoleh obat yang salah (atau tidak memperoleh obat) untuk
penyakit dan kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain: obat
diresepkan tapi indikasi tidak jelas, bentuk sediaan tidak sesuai,
kontraindikasi dengan obat yang digunakan, obat tidak diresepkan
untuk indikasi yang jelas.
3. Masalah pemberian dosis obat (Drug dosing problem)
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis
yang lebih besar atau lebih kecil dar ipada yang dibutuhkannya.
4. Masalah pemberian/penggunaan obat (Drug use/administration
problem)
Masalah pemberian/penggunaan obat berarti tidak memberikan/
tidak menggunakan obat sama sekali atau memberikan/menggunakan
yang tidak diresepkan.
5. Interak siobat (Interaction)
Interaksi berarti terdapat interaksi obat-obat atau obat-makanan
yang bermanifestasi atau potensial.
6. Masalah lainnya (Others)
Masalah lainnya misalnya: pasien tidak puas dengan terapi,
kesadaran yang kurang mengenai kesehatan dan penyakit, keluhan
yang tidak jelas(memerlukan klarifikasi lebih lanjut), kegagalan terapi
yang tidak diketahui penyebabnya, perlu pemeriksaan laboratorium.

6
BAB III
METODE PENELITIAN

Analisis didasarkan pada data cross-sectional dari klaster berbasis dokter


umum (GP) acak, percobaan intervensi DelpHi-MV (Bantuan yang berpusat pada
kehidupan dan orang di Mecklenburg-Western Pomerania, Jerman). Dalam
percobaan ini, 6.838 pasien diskrining untuk demensia di 125 praktik dokter umum
yang berpartisipasi di Mecklenburg-Western Pomerania, Jerman, menggunakan
prosedur DemTect. Pasien yang memenuhi syarat (berusia 70 tahun ke atas, tinggal
di komunitas, dan diskrining positif untuk demensia) diminta untuk berpartisipasi
dalam uji coba dan memberikan persetujuan tertulis. Dalam hal pasien tidak dapat
memberikan persetujuan, perwakilan hukumnya diminta untuk menandatangani
persetujuan atas namanya (sebagai disetujui oleh Komite Etik Kamar Dokter
Mecklenburg-Western Pomerania, nomor registrasi BB 20/11). Rancangan
penelitian telah dipublikasikan secara lebih rinci di tempat lain.
Setelah skrining, 1.166 pasien (17,1%) dari 94 dokter umum memenuhi
syarat dan 634 (54,4%) dari mereka setuju untuk berpartisipasi. 118 peserta putus
karena penarikan persetujuan (n = 85), kematian (n = 19), relokasi (n = 5), atau
alasan lain (n = 9) sebelum memulai penilaian awal. Sebanyak n = 516 peserta
memulai penilaian awal. Dari jumlah tersebut, n = 92 peserta dikeluarkan dari
analisis ini karena data yang hilang mengenai aktivitas hidup sehari-hari, gangguan
kognitif, gejala depresi, pemanfaatan sumber daya, dan DRP
Dengan demikian, analisis ini didasarkan pada sampel n = 424 PwD.
Penjelasan rinci tentang sampel penelitian diterbitkan di tempat lain. Pemanfaatan
sumber daya perawatan medis pasien dan layanan perawatan dinilai menggunakan
wawancara berbantuan komputer standar. Pemanfaatan perawatan dokter rawat
jalan, perawatan rawat inap, rehabilitasi, obat-obatan, bantuan medis, terapi
(misalnya, pekerjaan, fisik dan ucapan.

7
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

B. Pembahasan
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa DRP sangat umum di penyandang
disabilitas dan bahwa DRP dapat secara signifikan meningkatkan total biaya
perawatan kesehatan. Terutama biaya untuk rawat inap dan pengobatan meningkat
karena pemilihan obat atau PIM yang tidak tepat serta masalah dosis dan interaksi
obat. Berlawanan dengan ini, terjadinya efek samping obat dikaitkan dengan
penurunan biaya untuk layanan perawatan formal, yang bisa menjadi kausalitas
terbalik.

9
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menambahkan bukti penting pada kurangnya pengetahuan
saat ini tentang dampak DRP, menunjukkan bahwa DRP dapat secara signifikan
menyebabkan hasil yang merugikan bagi penyandang disabilitas dan pembayar
layanan kesehatan. Sebagian besar masalah tersebut dapat dicegah dengan
menggunakan pendekatan inovatif, seperti pengelolaan obat atau tinjauan obat dan
kerja sama yang lebih baik antara apoteker dan praktisi. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi apakah intervensi dan pendekatan
dapat secara efisien menghindari DRP dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi
laporan pasien

10
DAFTAR PUSTAKA
Anne Wohlgemuth, Bernhard Michalowsky, Diana Wucherer, Tilly Eichler, Jochen
Rene Thyrian, Ina Zwingmann, Anika Radke and Wolfgang Hoffmann
2019 “Drug-Related Problems Increase Healthcare Costs for People Living
with Dementia” University Medicine Greifswald, Greifswald, Germany.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai