DISUSUN OLEH :
013.06.0051
Tutor:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hida
yah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Jurnal Reading ini dengan judul
“Terapi farmakologi untuk gangguan skizoafektif;Pebandingan dengan sizofrenia dan
gangguan bipolar.” Dimana dalam penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di bagian SMF Jiwa RSJ Bangli.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang menjadi tutor at
au fasilitator yang membimbing kami selama melaksanakan tugas ini, dan juga semua pihak y
ang telah membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikannya d
engan hasil yang memuaskan bagi kami.
Dalam penyusunan jurnal ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehin
gga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Judul................................................................................................................................1
1.2 Abstrak............................................................................................................................1
1.3 Pendahuluan...................................................................................................................2
1.4 Pembahasan....................................................................................................................4
1.4.1 Metode.......................................................................................................................4
1.4.2 Hasil...........................................................................................................................5
1.4.3 Diskusi.....................................................................................................................12
1.4.4 Keterbatasan.............................................................................................................14
2.2 PICO..............................................................................................................................17
2.3 VIA.................................................................................................................................17
2.3.1 Validity....................................................................................................................17
2.3.2 Importance...............................................................................................................19
2.3.3 Applicable................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Judul
Terapi farmakologi untuk gangguan skizoafektif;Pebandingan dengan
sizofrenia dan gangguan bipolar.
I.2 Abstrak
Latar belakang.
Metode.
Dalam studi retrospektif dan eksploratif ,jurnal ini menganalisis obat yang
diresepkan dari 300 pasien dengan gangguan bipolar, skizofrenia, atau skizoafekti
f dari data yang diperoleh di sepuluh klinik psikiatri dewasa Jerman dari jaringan
psikiatri LWL (“Landschaftsverband Westfalen-Lippe”)
Hasil.
Hanya 21,8% pasien yang dianalisis secara konsisten yang patuh dalam mi
num obat sebelum dirawat di rumah sakit. Polifarmasi diterapkan pada 75,6% kas
us, di mana 2,27 agen psikofarmakologis diresepkan saat pulang. Secara singkat, j
urnal ini mengamati kesamaan yang lebih besar antara pola resep yang terkait den
gan gangguan bipolar dan skizoafektif dibandingkan dengan pola resep skizofreni
a.
1
Kesimpulan.
Kata kunci
I.3 Pendahuluan
Meskipun tren ini sudah dikonfirmasi dengan beberapa penelitian dan data
percobaan yang menunjukan kemanjuran cukup besar terhadap terapi kombinasi.
Baru-baru ini terdapat tinjauan sistematik dan meta analisis yang dilakukan oleh
galling et al. Melaporkan bahwa bukti yang berkualitas tinggi kurang untuk
kemanjuran terapi kombinasi terdiri dari dua antipsikotik. Selain itu, Hingga saat
ini tidak terdapat studi berkualitas tinggi yang membahas multifarmasi terapi
kombinasi (strategi augmentasi)
2
Penanganan gangguan bipolar dalam fase akut, Pada saat ini terdapat
pedoman nasional dan internasional yang merekomendasikan pemberian mood
stabilizer/ penstabil mood (seperti lithium, valproate) atau antipsikotik (seperti
olanzapine, risperidone,quetiapine) dalam terapi mono/tunggal atau kombinasi,
sementara itu rekomendasi yang jelas untuk pengobatan depresi bipolar masih
kurang, karena (a) pemberian antidepresan untuk depresi bipolar bersifat
kontroversial, meskipun kecenderungannya adalah untuk merekomendasikan
inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). (b) penggunaan penstabil mood
sebagai monoterapi akut telah menghasilkan temuan yang tidak konsisten (c)
pengobatan multi-farmasi depresi bipolar sejauh ini belum diselidiki secara
memadai. Penggunaan antipsikotik dalam monoterapi untuk mengobati depresi
bipolar juga memiliki efek yang beragam. Penstabil mood seperti carbamazepine,
lamotrigin (hanya untuk episode depresi),dan lithium disetujui untuk pencegahan
episode bipolar. Untuk lebih lanjut, antipsikotik seperti aripiprazole, olanzapine,
dan risperidone telah terbukti efektif dalam pengobatan profilaksis dari episode
manik dan oleh karena itu lebih sering digunakan terapi ini. Strategi yang tersebar
luas dalam praktik klinis untuk mencegah episode depresif dan manik yang
merupakan karakteristik dari gangguan bipolar adalah terapi kombinasi, meskipun
faktanya hanya sedikit studi terkontrol telah membuktikan kemanjurannya. Ada
bukti substansial bahwa selain penstabil mood, antipsikotik atipikal memiliki efek
yang positif. Menurut Pedoman S3 DGPPN (“Deutsche Gesellschaft für
Psychiatrie, Psychotherapie, Psychosomatik Und Nervenheilkunde”) tentang
gangguan bipolar, mengatakan terapi kombinasi farmakologis yang diresepkan
dalam rutinitas klinis karena tingginya angka pasien yang tidak cukup merespons
monoterapi, rekomendasi tersebut yang masih dipertanyakan mengingat
kurangnya data yang meyakinkan dari studi terkontrol strategi polifarmasi.
3
ini. Badge dkk menyarankan untuk mengobati gejala afektif terutama dengan obat
litium dan menggunakan obat karbamazepin untuk mencegah kejadian
kekambuhan, peneliti tersebut merekomendasikan untuk mengobati gejala
psikotik terutama dengan clozapine. Karena (a) data tentang terapi gangguan
bipolar sangat tidak konsisten, dan (b) satu-satunya obat yang disertifikasi untuk
pengobatan SAD adalah paliperidone (yang juga mencakup terapi untuk episode
manik), pertanyaannya tetap pada tingkat bukti mana yang dapat diperoleh oleh
psikiater yang mendasarkan keputusan pemberian terapeutik ketika mencoba
untuk membantu pasien dengan gangguan ini.
Dalam penelitian ini jurnal ini membandingkan pola resep dalam kasus
yang didiagnosis SAD/ gangguan skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan bipolar
untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam pengobatan farmakologis
dari gangguan ini.
I.4 Pembahasan
I.4.1 Metode
Penelitian ini telah disetujui oleh komite etika lokal. Untuk penelitian
dengan metode retrospektif dan eksploratif ini, peneliti jurnal memperoleh akses
ke file rekam medik 300 pasien dari sepuluh klinik psikiatri dewasa Jerman di
"Landschafts Verband Westfalen Lippe" (Jaringan Psikiatri LWL), sehingga
mencakup wilayah sekitar 8,3 juta penduduk. Pasien yang termasuk dalam
penelitian ini telah didiagnosis dengan skizofrenia (F20), gangguan bipolar (F31),
atau SAD (F25) dari tahun 2004 hingga 2011, diklasifikasikan menurut ICD-10
(Klasifikasi Penyakit Internasional, versi ke-10). Kriteria eksklusi adalah
(a) presentasi bersamaan dari lebih dari satu gangguan yang disebutkan di
atas,
(c) epilepsi.
4
Setelah menerapkan kriteria eksklusi ini, catatan dari 287 pasien dianalisis.
Kumpulan data kami terdiri dari 99 pasien dengan skizofrenia, 101 dengan SAD,
dan 87 dengan diagnosis gangguan bipolar. Setelah perawatan rawat inap,
diagnosis dan pengobatan pada titik waktu pemulangan dianalisis.
I.4.2 Hasil
I.4.2.1 Data sosiodemografi
5
pasien dengan SAD (M= 46,7 tahun, SD= 10,807, p< 0.0001) dan gangguan
bipolar (M = 49.6 years, SD = 12.044, p< 0.0001).
6
Gambar 1. Kepatuhan pasien. Presentase pasien dengan tanpa penggunaan
terapi, dengan kepatuhan pengobatan tinggi , dengan kepatuhan
pengobatan rendah atau kepatuhan non medikasi dan kasus dinama tidak
ada dta yang realibel yang dapat tersedia pada saat rawat inap terakhir
Hanya 24,4% pasien yang termasuk dalam penelitian ini yang diberikan
monoterapi/ terapi tunggal, sementara sekitar tiga perempat diberikan terapi
kombinasi dua atau lebih obat psikofarmakologis (Gambar. 2) Data ini
mengungkapkan rata-rata 2,27 obat per pasien. Proporsi pasien monoterapi
terbesar pada kelompok skizofrenia (44,4%), diikuti gangguan bipolar (16,1%)
dan SAD (11,9%;. Gambar 2). Analisis statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok: H(2)= 36,19,P<
0,0001. Setelah tes post hoc mengidentifikasi jumlah yang lebih kecil dari agen
psikofarmakologis yang diresepkan pada skizofrenia (M = 1,81) dibandingkan
pada gangguan bipolar (M = 2,43, P< 0,0001) dan kelompok SAD (M= 2,53, P<
0,0001). Obat yang diresepkan adalah antipsikotik, penstabil mood, dan
antidepresan(Gambar 3). Semua pasien dalam kelompok skizofrenia menerima
terapi antipsikotik: di 44,4%, mereka diberikan terapi monoterapi, di 35,4%
diberikan terapi kombinasi dengan berbagai antipsikotik, dan pada 20,2%
7
ditambah terapinya dengan penstabil mood (50%) atau antidepresan (50%). Pada
kelompok pasien dengan SAD dan gangguan bipolar, antipsikotik merupakan
bagian dari pengobatan masing-masing pada 97% dan 88,5% kasus.
8
Gambar 2. jumlah obat antipsikotik yang diresepkan. Proporsi pasien yang
menerima obat angguk, satu obat, dua obat, tiga obat, empat obat, dan lima
obat ditunjukkan dalam persen berdasarkan jumlah pasien yang dimasukka
n atau jumlah pasien skizofrenia (F20), gangguan skizoafektif (F25), dan gan
gguan bipolar (F31) diklasifikasikan menggunakan sistem klasifikasi ICD-10
(International Statistical Classification of Diseases and Related Health Proble
ms) .
9
Gambar 3. Pola resep dari kelompok zat farmasi yang berbeda. Persentase p
asien dalam kelompok diagnosis yang berbeda yang menerima: antipsikotik s
ebagai monoterapi; terapi kombinasi antipsikotik; antipsikotik dan penstabil
suasana hati; antipsikotik dan antidepresan; atau antipsikotik, antidepresan,
dan penstabil suasana hati, antidepresan, AP antipsikotik, NONApenstabil s
uasana hati. F20 skizofrenia, F25 gangguan skizoafektif, F31 gangguan bipol
ar
10
a tidak ditampilkan). Tidak ada perbedaan yang diamati dalam dosis. Antidepresa
n diberikan kepada 9,6% dari pasien penelitian jurnal ini (Gambar 4A). Urutan fre
kuensi antidepresan yang diresepkan adalah sebagai berikut: escitalopram > venla
faxine > citalopram > agomelatin >mirtazapin > sertraline > trimipramine > amitri
ptyline > bupropion > doxepin > duloxetine > fluoxetine > fluvoxamine >maprotil
ine > paroxetine (Gambar 4e). Tiga obat pertama yang tercantum di sini terdiri dar
i 45,1% dari antidepresan yang diresepkan.
11
I.4.3 Diskusi
12
penelitian ini lebih muda dari pasien dengan SAD dan gangguan bipolar dan
kurang patuh, dalam banyak penelitian usia muda diidentifikasi sebagai prediktor
kepatuhan yang buruk pada pasien dengan skizofrenia dan gangguan bipolar.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya, pasien dari ketiga entitas diagnostik diobati
dengan antipsikotik, agen psikofarmakologis yang paling sering diresepkan.
Persetujuan antipsikotik untuk mengobati depresi akut atau gejala manik (serta
untuk pencegahan kambuh) memperluas spektrum kemanjuran, mungkin alasan
untuk aplikasi yang luas dan resep yang sering. Ini juga dapat menjelaskan jumlah
yang lebih tinggi dari antipsikotik yang diresepkan pada gangguan bipolar yang
dilaporkan dalam penelitian ini. Perlu dicatat bahwa mayoritas pasien dengan
skizofrenia dalam penelitian kami menerima monoterapi antipsikotik berbeda
dengan mayoritas pasien dengan gangguan bipolar yang diberi antipsikotik
ditambah dengan penstabil mood. LAI adalah obat pilihan utama untuk pasien
yang tidak patuh. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa 21,2% pasien
dengan skizofrenia menerima pengobatan LAI, seperti halnya 26,2% dari mereka
dengan gangguan skizoafektif. Sejalan dengan kepatuhan yang lebih baik yang
jurnal ini amati di antara pasien penelitian dengan gangguan bipolar, hanya 7,7%
dari pasien gangguan bipolar yang menerima depot neuroleptik.
13
pasien dengan SAD, skizofrenia, dan gangguan bipolar menunjukkan bahwa SAD
bukan merupakan komorbiditas skizofrenia atau gangguan bipolar atau gangguan
independen Sebaliknya hal tersebut diberi peringkat di suatu tempat antara skizof
renia dan gangguan bipolar, yang dibentuk oleh pasien dengan karakteristik skizof
renia dan gangguan bipolar. Perilaku pengobatan dokter yang diamati dalam penel
itian jurnal ini tampaknya mendukung asumsi ini
I.4.4 Keterbatasan
Semua prosedur yang dilakukan dalam studi yang melibatkan peserta manusia
tidak sesuai dengan standar etika dari komite penelitian institusional dan/atau
nasional dan dengan deklarasi Helsinki 1964 dan amandemennya atau standar
etika yang sebanding. Informed consent diperoleh dari semua peserta individu
yang termasuk dalam penelitian.
14
BAB II
TELAAH DAN KRITIS JURNAL
Abstrak jurn Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam sat
al u paragraf. Abstrak dalam jurnal ini sudah mencakup kompenen I
MRAD karena diawali dengan introduction kemudian disebutkan t
ujuan penelitian, material and metode, result, di akhiri dengan con
clusion dan tidak terdapat discussion serta keyword dalam jurna
l. Abstrak dalam jurnal ini sudah informative dan memenuhi syar
at abstrak jurnal yaitu 200-250 kata
15
Pendahuluan
Pendahuluan dalam jurnal ini menjelaskan latar belakang
jurnal
penelitian dengan baik dan sudah menjelaskan maksud dari
penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data studi pendahuluan
yang semakin menguatkan bahwa penelitian ini harus dilakukan
dikarenakan kondisi saat ini belum ada studi berkualitas tinggi
yang membahas multifarmasi terapi kombinasi (strategi
augmentasi) untuk gangguan skizoafektif, gangguan skizofrenia
dan gangguan bipolar.
Isi Jurnal
Pada bagian isi jurnal dijelaskan secara rinci mengai
permasalahan dalam jurnal dan dikaji secara. Terutama dalam
penelitian ini jurnal ini membandingkan pola resep dalam kasus
yang didiagnosis SAD/ gangguan skizoafektif, skizofrenia, dan
gangguan bipolar untuk mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan dalam pengobatan farmakologis dari gangguan ini.
Kesimpulan Pada jurnal ini kesimpulan nya telah menjawab tujuan peneliti
jurnal yaitu
16
Daftar pusta Daftar pustaka dari jurnal dapat dicantumkan dengan metode
ka jurnal Vancover dan terdapat 35refrensi
Level evidan Level III
ce
II.2 PICO
P (Patient) pasien yang telah di diagnosis gangguan
skizoafektif gangguan bipolar, skizofrenia, atau ski
zoafektif dari data yang diperoleh di sepuluh klinik
psikiatri dewasa Jerman
II.3 VIA
II.3.1 Validity
1. Apakah pertanyaan penelitian pada jurnal?
17
Sudah sesuai karena metode penelitian ini menggunakan studi
retrospektif dan ekploratif untuk menjawabatujuan jurnal dengan mencari
kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara gangguan skizoafektif
dengan gangguan bipolar dan skizofrenia yang ditinjau pengambilan
datanya dari riwayat pengobatan mereka selama 7 tahun.
18
Analisis statistik digunakan menggunakan spss ,untuk uji Homogenitas
distribusimengunakan uji Levene, untuk uji data demografi dengan uji chi-
kuadrat, dan untuk menguji perbedaan kelompok dengan uji Kruskal-Wallis
(dalam kasus tidak ada distribusi normal) atau ANOVA satu arah (analisis varians
dalam kasus distribusi normal).
II.3.2Importance
9. Apakah jurnal penting untuk dilakukan?
Ya, penelitian ini perlu dilakukan karna kondisi di praktek klinis Ada bany
ak kontroversi mengenai cara membedakan skizofrenia dari gangguan skizoafektif
atau bipolar karena banyak kesamaan dalam psikopatologi, perkembangan, dan fa
ktor biologis serta terdapat kontraversi dalam terapi tungal atau kombinasi dalam
gangguan tersebut.
II.3.3Applicable
10. Apakah jurnal dapat digunakan atau tidak?
Ya, jurnal ini dapat digunakan sebagai acuan atau refrensi bagi
praktisi klinis dan membrikan strategi pengobatan yang tepat untuk
penderita gangguan skizoafektif , gangguan bipolar dan skizofrenia.
II.4 Kelebihan tulisan
Penelitian jurnal ini juga menjelskan strategi resep pengobatan pasien
skizofrenia skizoafektif , gangguan bipolar.
19
Peneliti mencantumkan dan membandingkan dari berbagai refrensi
penelitian sebelumnya.
Kekurangan menggunakan desain dalam jurnal yang terdiri dari hanya pas
ien rawat inap pada titik waktu kemungkinan akan kambuh dan masuk ke
mbali sehingga data yang dihasilkan belum cukup baik
20
3. Hasan A, Falkai P, Wobrock T et al (2012) World Federation of Societies of
Biological Psychiatry (WFSBP) guidelines for biological treatment of
schizophrenia, part 1: update 2012 on the acute treatment of schizophrenia and the
management of treatment resistance. World J Biol Psychiatry 13:318–378
4. Hasan A, Falkai P, Wobrock T et al (2013) World Federation of Societies of
Biological Psychiatry (WFSBP) guidelines for biological treatment of
schizophrenia, part 2: update 2012 on the
longtermtreatmentofschizophreniaandmanagement of antipsychotic-induced side
effffects. World J Biol Psychiatry14:2–44
JURNAL ASLI
21
22
23
24
25
26
27
28
29