DISCUSSION
“LAPAROTOMI ABDOMEN DENGAN GENERAL
ANESTESI LMA”
Pembimbing :
dr. Dewa Ayu Putu Diah Dharmayanti, M.Biomed Sp.An
Oleh :
Desak putu losika dewi (017.06.0027)
Ratna anggun srikandi (013.06.0051)
Anestesi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu anestesi umum,
anestesi lokal, dan anestesi regional. Anestesi umum adalah
tindakan yang menimbulkan keadaan tidak sadar selama prosedur
Anestesia medis dilakukan, sehingga pasien tidak merasakan atau
mengingat sesuatu yang terjadi.
Abdominal
burst
Pendahuluan
Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence merupakan
komplikasi dari tindakan post op meningkatkan morbiditas dan
mortalitas (Lotfy, 2009). Burst abdomen terbukanya tepi luka
sehingga menyebabkan evirasi/pengeluaran isi organ-organ dalam
seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari
penutupan luka di dalam perut.
5
Tinjauan Pustaka
Definisi
Anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible).
Hipnotik
Analgesia
Trias Anestesi 5
Jenis Anestesi
FM
Intravena LMA
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi.
5
Jenis Anestesi
Waktu
Evaluasi
Pemulihan Tatalaksana
Anestesi Anestesi Umum Evaluasi
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Batasan
Pilihan Persiapan
Anestesi Praoperatif
Premedikasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reanimasi
ksana
uasi
Mengetahui status fisik pasien preoperative.
Mempersiapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan pada waktu operasi dan obat apa
yang digunakan pada waktu kesulitan pada waktu operasi.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
ksana
uasi
Pada kasus bedah elektif, evaluasi pra anesthesia dilakukan beberapa hari sebelum
Waktu operasi anamnesis, pemeriksaan fisik dan menginformasikan pasien baik
Evaluasi Anestesi
buruknya pada waktu Anestesi
operasi Umum ulang (sehari menjelang op, sebelum
Regional
Anestesi Evaluasi
Lokal
apan masuk kamar op, dan di ruang persiapan IBS menentukan ASA
eratif
Pada kasus bedah darurat, evaluasi dilakukan pada saat itu juga diruangan persiapan
operasi Instalasi Rawat Darurat (IRD) waktu terbatas sering kali informasi
kurang akurat.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi
Anamnesis
Tatalaksana
Evaluasi Pemeriksaan fisik
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan Pemeriksaan atau pengukuran status presen pasien
erati
Pemeriksaan jalan napas
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi
L (Look externally)
Tatalaksana
Evaluasi E (Evaluate 3 – 3 - 2)
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan M (Mallampaty score)
erati
O (Obstruction)
N (Neck mobility
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi I : Terlihat tonsil, uvula, dan palatum mole
secara keseluruhan
Tatalaksana
Evaluasi II : Terlihat palatum mole dan durum,
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan bagian atas tonsil dan uvula
erati
III : Terlihat palatum mole dan durum, dan
dasar uvula
tu
asi
Test darah pasien : Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan.
Tatalaksana
Urin : pemeriksaan fisik, kimiawi dan sedimen urin.
Evaluasi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan Pemeriksaan radiologi : CT Scan, X-ray.
erati
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi
Tatalaksana
Evaluasi
American Society of Anesthesiologist (ASA)
pan
erati Anestesi Umum
ASA 1 : Pasien penyakit bedah tanpa memiliki Anestesi
Anestesi
penyakit Regional
Lokal
sistemik. ASA 4 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit
sistemik berat yang secara langsung mengancam
ASA 2 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
kehidupannya.
ringan sampai sedang.
ASA 5 : Pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit
ASA 3 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
sistemik berat yang sudah tidak mungkin ditolong lagi,
berat yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak
dioperasi ataupun tidak dalam 24 jam pasien akan meninggal.
mengancam nyawa.
ASA 6 : Pasien sudah mati batang otak, siap donorkan organ
yang masih berfungsi baik.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Persiapan psikis
ksan 1. memberikan edukasi terkait Tindakan yang akan dilakukan
uasi 2. memberikan obat sedative jika dibutuhkan
persiapan fisik
1. menghentikan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok minimal dua minggu sebelum anestesia atau minimal dimulai sejak
evaluasi pertama kali di poliklinik
2. melepas segala macam protesis dan asesoris seperti perhiasan
3. melakukan puasa
4. Lain –lain
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
evaluasi ulang status presen dan catatan medik pasien serta perlengkapan lainnya, konsultasi di
ksan tempat apabila diperlukan, memberi premedikasi dan memasang infus.
uasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
1. Persiapan lapangan kerja
ksan
2. Mempersiapkan mesin anestesi dan sistem aliran gasnya, alat pantau tekanan darah,
uasi
pulse oksimeter, EKG, tiang infus, defribilator dan obat-obat anestesia yang
diperlukan.
3. STATICS
4. Mempersiapkan obat-obat resusitasi, misalnya : adrenalin, atropin, aminofilin,
natrium bikarbonat dan lain-lainnya.
5. Catatan medis Anestesi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
Menciptakan amnesia
Waktu Lokasi
aluasi Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Posisi
Pilihan
Anestesi
Manipulasi
alaksan
valuasi Durasi operasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
ilihan
nestesi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Pemulihan
Anestesi
rsiapan
alaksan
operati
Evaluasi
f
Golongan Obat Anestesi
• Obat Antikolinergik : Atropine Sulfat injeksi 0,25 mg (IV). Konsentrasi 0,25 mg/ml
dalam 1 Ampul 1 ml. 0,005 mg/KgBB.
• Obat Sedative : Midazolam 5 mg (IV). Konsentrasi 1 mg/ml dalam 1 Ampul 5 ml.
0,05-0,1 mg/kgBB.
• Obat Anti Emetik : Ondansentron injeksi 4 mg (IV). Konsentrasi 4 mg/ml dalam 1
Ampul 2 ml. 0,05-0,1 mg/KgBB.
• Obat Analgetic (NSAID) : Ketorolak 30 mg. Konsentrasi 30 mg/ml dalam dalam 1
Ampul 1 ml. 0,5 mg/KgBB.
• Obat Analgetic (Opioid) : Morfin 1mg/jam via siringe pump. Morfin paling mudah
larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup
panjang (long acting)
5
Golongan Obat Anestesi
Obat Induksi
• Fentanyl 100 mcg IV. Konsetrasi 50 mcg/ml dalam 1 ampul 2 ml.1-2 mcg/KgBB.
• Propofol 200 mg. Konsentrasi 10 mg/ml dalam 1 Ampul 20 ml 2-2,5mg/KgBB.
• Muscle Relaxan : Atracurium 25mg iv. Konsentrasi 5mg/ml dalam 1 ampul 2.5ml. 0.5-
0.6mg/KgBB
Obat Inhalasi
• N2O
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi besar (lebih dari
65%) agar efektif. Paling sedikit 20% atau 30% oksigen harus diberikan sebagai
campuran, karena konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat menyebabkan
hipoksia.
• Isofluran : Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
3% bersama-sama dengan N2O.
• Sevoflursan : Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah
3,0-5,0% bersama-sama dengan N2O.
5
Intubasi Trakea (ETT)
5
Intubasi Trakea (ETT)
5
Intubasi Trakea (ETT)
Saat Intubasi
1) Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi
balon di laring.
2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan
lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring.
3) Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial
dan intra okuler, laringospasme.
1. Persiapan alat (STATICS)
Komplikasi
Pemasangan ETT 4) Kebocoran balon.
2. Pelaksanaan
Saat ETT di tempatkan
5) Malposisi (kesalahan letak)
6) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet
mukosa hidung.
7) Kelainan fungsi : Sumbatan ETT.
Setelah ekstubasi
8) Trauma jalan nafas & Laringospasme.
5
Vulnus
Gangguan atau kerusakan kontinuitas jaringan pada kulit yang semula normal menjadi
tidak normal sehingga dapat menimbulkan trauma dan gangguan aktifitas bagi penderita
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Vulnus Apertum
Luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot
Etiologi
Anestesi
Trauma Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Tersiram oleh zat kimia
kimiawi
Penyebab
trauma
Trauma termis Air panas, uap air, kena api atau listrik
Trauma
Petir, listrik,kimiawi,termis
elektrik
Jenis-jenis Vulnus
Vulnus Anestesi
Anestesi
Anestesi
Luka lecet yang diakibatkan
Umum
Regional
Lokal
Excoriasi gesekan dengan benda keras
Jenis-jenis
Vulnus
Luka akibat tusukan oleh
Vulnus Puctum benda tajam
Vulnus Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum Luka yang dalam akibat
Regional
Lokal
Schlopentorum peluru
Jenis-jenis
Vulnus
Luka akibat gigitan gigi baik
Vulnus Morsum manusia / hewan
Terjadi akibat sel mast Terjadi mulai akhir Fase ini berlangsung
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
dalam jaringan ikat fase inflamasi- akhir berubulan-bulan dan
menghasilkan serotonin & minggu ke 3 . Pada fase ini dinyatakan berakhir jika
histamin meningkatkan luka dipenuhi sel radang, semua tanda radang telah
permeabilitas kapiler fibtoblas & kolagen hilang
eksudasi cairan, jaringan granulasi.
penumpukan sel radang Proses ini baru berhenti
udem & pembengkakan setelah epithel saling
menyatu dan menutup
seluruh permukaan kulit
Faktor penyembuhan luka
USIA
• Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat
NUTRISI
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
• Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi sehingga
penyembuhan luka lebih lama
INFEKSI
• Infeksi luka menghambat penyembuhan luka
HEMATOMA
• Jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk di absorbs tubuh
menghambat proses penyembuhan
Faktor penyembuhan luka
BENDA ASING
• Benda asing seperti pasir menganndung mikroorganisme
ISKEMIA
• Dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
DIABETES
• Hambatan insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak masuk ke dalam
sel
KEADAAN LUKA
• Keadaan khusus luka mempengarugi kecepatan penyembuhan luka
OBAT
Penatalaksanaan
1. INFEKSI
2. PERDARAHAN
3. DEHISCENCE & Eviscerasi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
TINDAKAN
DEBRIDEMENT
Proses pengangkatan jaringan vital atau jaringan mati dari suatu luka. Dilakukan
untuk membuang jaringan yang mati serta membantu mempercepat penyembuhan
luka Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
47 tahun Umur
Debridement Tindakan
Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke IGD RSU Bangli pada tanggal 6/10/2022 pukul 12.45
wita dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan keluhan luka pada kepala kiri 10
menit SMRS. Pasien mengatakan keluhan ini bermula saat pasien sedang berjalan di tanjakan
rumahnya yang licin dan menyebabkan pasien terjatuh dan kepala pasien terkena batu. Setelah
kerjadian tersebut pasien langsung segera dilarikan kerumah sakit untuk mendapatkan
penanganan. Luka yang terlihat pada kepala pasien yaitu luka terbuka luka terbuka dengan
diameter ± 5 cm dengan dasar tulang dan kedalaman 2 ruas jari telunjuk. Keluhan yang
dialami pasien tidak membaik dengan istirahat. Keluhan lain : pinggsan (+), penurunan
kesadaran (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), cairan yang keluar dari telinga (-), nyeri kepala
(+), amnesia (-)
2
2 ANAMNESIS
LATAR BELAKANG
RPD
• Kencing manis (-) • Penyakit jantung (+) • Hipertiroid (+)
• Hipertensi (+) • Asma (-) • Penyakit ginjal (+)
3
2 ANAMNESIS
LATAR BELAKANG
R. Pengobatan IGD
• Ketorolak 3 x 30 mg
• Ceftriaxon 2 x 1
• Ondancentron 2 x 1 R. pembedahan
• Esomeprazol 3 x 1
• Tidak ada
R. sosial
• Merokok (+)
• Alkohol (+)
• Gigi palsu (-)
3
• Gigi goyang (-)
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
- Kesadaran : Komposmentis
- NRS : 4
- Nadi : 72 X / Menit
- Suhu : 36 C
4
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
B1 (Brain) : Compos mentis, E4 V5 M6, normocefali
B2 (Breath) :
I : Pergerakan dinding dada simetris
P: Nyeri tekan (-), fremitus vocal hantaran sama
P: Sonor seluruh lapang paru
A: Vesikuler (+/+) melemah, rh (-/-), wh (-/-)
B3 (Blood) :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: batas jantung melebar
A: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
B4 (Blader) : urine spontan
B5 (Bowel) :
I : Usus terurai keluar (+)
A: bising usus (+), massa (-)
P: timpani di seluruh lapang abdomen
P: nyeri tekan (-)
B6 (Bone) : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-) 6
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
LEMON Obstruksi
Look eksternal : • Obstruksi jalan nafas
• Trauma wajah (-) (-)
• Lidah lebar (-) Neck
• Obesitas (+) • Pergerakan leher bebas
• Leher pendek (-)
• Wajah obesitas (+)
• Gigi ompong (-)
Evaluated
• Jarak gigi seri atas dan
bawah 3 jari
• Jarak hyoid- mental 3 jari
• Jarak thyroid hyoid 2 jari
Mallampati
• tidak dapat di evaluasi 6
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
6
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
Nilai Keterangan
Hematologi Nilai Satuan Rujukan
WBC 10.77 109/l 3,5-10,0 Tinggi
RBC 5 1012/l 3.50-5.50 Normal
HGB 14.4 g/dl 11,5-16,5 Normal
HCT 42.9 % 35,0-55,0 Normal
PLT 172 109/l 150-400 Normal
PCT 0,153 % 0,01-9,99 Normal
BT 2’00” 1-4 Normal
CT 8’00” 3-15 Normal 13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
Interpretasi:
- Irama sinus, reguler
- HR : 88 x/menit
- Axis: normoaxis
- Gel. P: durasi 0,06 second (normal), amplitudo 0,4
MV (normal)
- Interval P-R: 0,16 second (4 kotak kecil)
- Kompleks QRS: normal
- Interval QRS: 0.04 s / 1 kotak kecil
- Segmen ST: isoelektrik
- Gelombang T: T normal ( lead 1 dan 2 )
Kesan : Sinus rhythm, Normoaxis, ST isoelektrik , T normal
13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
Hasil:
13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
Pemeriksaan foto scull AP ( 06 - 10 - 2022)
Hasil
Os Cranium kesan intak
Soft Tissue tidak tampak
swelling
Sella turcica dan dorsum sela
kesan baik
Kesan : Tidak tampak
kelainan pada foto Cranium
13
9
Persiapan psikis :
KESIMPULAN
19
9
Terapi Cairan
Berat badan : 120 kg
Lama puasa : 8 jam
19
9
Rencana perawatan : nusa indah
9 19
Pemantauan Selama Anestesi
Melakukan monitoring secara continue tentang keadaan pasien yaitu reaksi pasien terhadap
pemberian obat anestesi khususnya terhadap fungsi pernapasan dan jantung.
19
9
Pembahasan
Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke IGD RSU Bangli pada tanggal 06/10/22 pukul 12.54
dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan luka pada daerah kepala kiri. Dari anamnesis
didapatkan keluhan luka pada daerah kepala kiri akibat terjatuh dari tanjakan dirumahnnya dan kepala
pasien terkena batu. keluhan lain : pinggsan (-), penurunan kesaran (-), mual (-), muntah (-), sesak (-),
cairan yang keluar dari telinga (-)
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan; tekanan darah 169/70 mmHg, nadi 72x/menit; respirasi
20x/menit, suhu 36OC, Vas 4. Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan tanggal 06 oktober 2022
disapatkan hasil DL WBC mengalami peningkatan, kimia darah dalam batas normal pemeriksaan X-ray
didapatkan aterosklerosis aorte, pada pemeriksaan foto Skull AP didapatkan hasil Tidak tampak kelainan
pada foto Cranium, EKG irama sinus kesan dalam batas normal. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA 3 yaitu penyakit bedah disertai dengan
penyakit sistemik berat dengan keterbatasan fungsional
Pembahasan
Pemilihan teknik anestesi pada pasien adalah anestesi umum dengan pemasangan intubasi
endotracheal. Alasan pemilihan teknik anestesi ini berdasarkan indikasi sebagai berikut :
• Analgetik : ketorolac injeksi 30 mg (IV). Untuk mencegah nyeri selama dan pasca
oprasi. Merupakan obat golongan analgetik anti inflamasi non steroid, bekerja dengan
cara mengganggu sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenasi
(COX) dan dapat di anggap sebagai analgetik yang bekerja perifer
Pembahasan
Induksi
• Fentanyl 150 mcg IV. Konsetrasi 50 mcg/ml dalam 1 ampul 2 ml. Fentanyl merupakan derivat
agonis opioid sintetis fenil piperidine yang strukturnya berasal dari meperidin. Dosis tunggal
fentanyl yang diberikan secara intravena memiliki onset yang lebih cepat dan durasi aksi yang
pendek dibanding morfin.
• Dosis tinggi tunggal fentanyl memiliki keuntungan hemodinamik yang stabil karena (a)
rendahnya efek depresi miokard, (b) tidak adanya histamin release, (c) supressi stress respon
terhadap pembedahan.
• fentanyl, bahkan dalam dosis tinggi (50 µg/kg IV), tidak menimbulkan pelepasan histamin.
Bradikardi lebih sering pada fentanyl daripada morfin dan dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah dan kardiak output yang ocasional.
• Interaksi obat Konsentrasi analgesik fentanyl berpotensiasi sangat besar dengan efek
midazolam dan menurunkan kebutuhan dosis propofol.
Pembahasan
Induksi
• Propofol injeksi 300 mg (IV). Konsentrasi 5 mg/ml dalam 1 ampul berisi 20 ml. Propofol
dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA dengan
cara meningkatkan. Khasiat farmakologinya adalah hipnotik murni, tidak mempunyai efek
analgetik maupun relaksasi otot.
• Efek utama propofol pada sistim kardiovaskular adalah menurunkan tekanan darah dengan
cara menurunkan systemic vascular resistance (SVR) yaitu dengan menghambat aktivitas
vasokonstriktor oleh sistim simpatis, menurunkan kontraktilitas otot jantung, dan menurunkan
preload.
• Apnea bisa terjadi setelah pemberian dosis induksi propofol, kejadian dan lamanya apnea
bergantung pada dosis, kecepatan injeksi, dan premedikasi yang diberikan sebelumnya.
Pembahasan
Induksi
• Sebelum dilakukan intubasi, pasien diberikan obat pelumpuh otot. Pada kasus ini, atracurium
di berikan sebanyak 50 mg. Dosis atracurium berdasarkan berat badan adalah 0,5-0,6
mg/kgBB/iv.
• Atracurium besilat (Tracium) yang merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang
relative baru yang mempunyai struktur benzilisoquinolon yang berasal dari tanaman.
Kelebihan obat ini dari yang lain adalah tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian
berulang, tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular secara bermakna. Atracurium
aksinya memanjang pada penurunan fungsi ginjal.
Pembahasan
Kesimpulan Case Based Discussion
General anestesi adalah Tindakan yang menyebabkan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara
yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi. Pemilihan teknik
anestesi pada pasien ini adalah general anestesi dengan pemasangan Endotracheal Tube. Alasan pemilihan
teknik anestesi ini berdasarkan lokasi pembedahan, posisi pasien saat operasi, induksi dan pemeliharaan
anestesi, dan manipulasi. Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Tindakan pembedahan yang dilakukan pada pasien dengan vulnus appertum adalah debridemen yang
bertujuan untuk mengangkat dan menghilangkan jaringan mati (devaskularisasi) jaringan infeksi atau benda
asing dari dasar luka seehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi dengan baik.
Penanganan nyeri yang dapat digunakan untuk pasien- pasien yang menjalani prosedur pembedahan
debridemen adalah golongan NSAID. Pemberian parasetamol pada pasien ditujukan untuk terapi
multimodal / sebagai tambahan untuk memberikan efek analgesia maksimal
“ THANK FOR YOUR
NICE ATTENTION