Anda di halaman 1dari 66

CASE BASED

DISCUSSION
“LAPAROTOMI ABDOMEN DENGAN GENERAL
ANESTESI LMA”

Pembimbing :
dr. Dewa Ayu Putu Diah Dharmayanti, M.Biomed Sp.An

Oleh :
Desak putu losika dewi (017.06.0027)
Ratna anggun srikandi (013.06.0051)
Anestesi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu anestesi umum,
anestesi lokal, dan anestesi regional. Anestesi umum adalah
tindakan yang menimbulkan keadaan tidak sadar selama prosedur
Anestesia medis dilakukan, sehingga pasien tidak merasakan atau
mengingat sesuatu yang terjadi.

Abdominal
burst
Pendahuluan
Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence merupakan
komplikasi dari tindakan post op  meningkatkan morbiditas dan
mortalitas (Lotfy, 2009). Burst abdomen  terbukanya tepi luka
sehingga menyebabkan evirasi/pengeluaran isi organ-organ dalam
seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari
penutupan luka di dalam perut.
5
Tinjauan Pustaka
Definisi

Anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible).

Hipnotik
Analgesia

Untuk mencapai ketiga komponen dapat


Relaksasi digunakan satu jenis obat, atau dengan
otot memberikan beberapa kombinasi obat
yang mempunyai efek khusus tersebut

Trias Anestesi 5
Jenis Anestesi
FM

Intravena LMA

Respirai spontan ETT


Inhalasi
Respirasi kendali
TIVA LMA
ETT
Imbang

Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi.

5
Jenis Anestesi

Anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal


pada lokasi serat saraf yang menginervasi region tertentu, yang Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat
temporal.

Anestesi yang dlakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal


pada daerah atau disekitrar lokasi pembedahan yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

Waktu
Evaluasi

Pemulihan Tatalaksana
Anestesi Anestesi Umum Evaluasi
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal

Batasan

Pilihan Persiapan
Anestesi Praoperatif

Premedikasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reanimasi

ksana
uasi
 Mengetahui status fisik pasien preoperative.

Batasan  Mengetahui dan menganalisis jenis operasi.


Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
 Memilih jenis/teknik anesthesia yang sesuai.
apan
eratif
 Mememberitahu pasien apa yang akan menjadi kendala yang akan mungkin terjadi
selama operasi dan atau pasca bedah.

 Mempersiapkan alat-alat apa saja yang dibutuhkan pada waktu operasi dan obat apa
yang digunakan pada waktu kesulitan pada waktu operasi.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

ksana
uasi
 Pada kasus bedah elektif, evaluasi pra anesthesia dilakukan beberapa hari sebelum
Waktu operasi  anamnesis, pemeriksaan fisik dan menginformasikan pasien baik
Evaluasi Anestesi
buruknya pada waktu Anestesi
operasi Umum ulang (sehari menjelang op, sebelum
Regional
Anestesi Evaluasi
Lokal
apan masuk kamar op, dan di ruang persiapan IBS  menentukan ASA
eratif
 Pada kasus bedah darurat, evaluasi dilakukan pada saat itu juga diruangan persiapan
operasi Instalasi Rawat Darurat (IRD)  waktu terbatas  sering kali informasi
kurang akurat.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi
 Anamnesis
Tatalaksana
Evaluasi  Pemeriksaan fisik
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan  Pemeriksaan atau pengukuran status presen pasien
erati
 Pemeriksaan jalan napas
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi
 L (Look externally)
Tatalaksana
Evaluasi  E (Evaluate 3 – 3 - 2)
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan  M (Mallampaty score)
erati
 O (Obstruction)

 N (Neck mobility
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi  I : Terlihat tonsil, uvula, dan palatum mole
secara keseluruhan
Tatalaksana
Evaluasi  II : Terlihat palatum mole dan durum,
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan bagian atas tonsil dan uvula
erati
 III : Terlihat palatum mole dan durum, dan
dasar uvula

 IV : Hanya terlihat palatum durum


Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi
 Test darah pasien : Hb, Ht, Eritrosit, Leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan.
Tatalaksana
 Urin : pemeriksaan fisik, kimiawi dan sedimen urin.
Evaluasi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
pan  Pemeriksaan radiologi : CT Scan, X-ray.
erati
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi
tu
asi

Tatalaksana
Evaluasi
American Society of Anesthesiologist (ASA)
pan
erati Anestesi Umum
 ASA 1 : Pasien penyakit bedah tanpa memiliki Anestesi
Anestesi
penyakit Regional
Lokal 
sistemik. ASA 4 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit
sistemik berat yang secara langsung mengancam
 ASA 2 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
kehidupannya.
ringan sampai sedang.
 ASA 5 : Pasien penyakit bedah yang disertai dengan penyakit
 ASA 3 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik
sistemik berat yang sudah tidak mungkin ditolong lagi,
berat yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak
dioperasi ataupun tidak dalam 24 jam pasien akan meninggal.
mengancam nyawa.
 ASA 6 : Pasien sudah mati batang otak, siap donorkan organ
yang masih berfungsi baik.
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Persiapan psikis
ksan 1. memberikan edukasi terkait Tindakan yang akan dilakukan
uasi 2. memberikan obat sedative jika dibutuhkan
persiapan fisik
1. menghentikan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok minimal dua minggu sebelum anestesia atau minimal dimulai sejak
evaluasi pertama kali di poliklinik
2. melepas segala macam protesis dan asesoris seperti perhiasan
3. melakukan puasa
4. Lain –lain
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
evaluasi ulang status presen dan catatan medik pasien serta perlengkapan lainnya, konsultasi di
ksan tempat apabila diperlukan, memberi premedikasi dan memasang infus.
uasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

tu
asi ruang
ruang IBS kamar oprasi
perawatan
Persiapan
Praoperatif Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
1. Persiapan lapangan kerja
ksan
2. Mempersiapkan mesin anestesi dan sistem aliran gasnya, alat pantau tekanan darah,
uasi
pulse oksimeter, EKG, tiang infus, defribilator dan obat-obat anestesia yang
diperlukan.
3. STATICS
4. Mempersiapkan obat-obat resusitasi, misalnya : adrenalin, atropin, aminofilin,
natrium bikarbonat dan lain-lainnya.
5. Catatan medis Anestesi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

Tindakan awal anestesia dengan memberikan obat-obat pendahuluan yang terdiri


antikolinergik, sedative/trankuilizer dan analgetic sebelum induksi anestesia dilakukan.

Menimbulkan rasa nyaman


ktu
uasi Mengurangi sekresi kelenjar
Anestesi Umum dan menekan reflek vagus.
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Memudahkan/melancarkan induksi.
Premedikasi
Mengurangi dosis obat anestesia.
aksan
aluasi Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah.

Menciptakan amnesia

Mengurangi isi cairan lambung


Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

Waktu Lokasi
aluasi Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Posisi
Pilihan
Anestesi
Manipulasi
alaksan
valuasi Durasi operasi
Evaluasi Pra Anestesi dan Reaminasi

ilihan
nestesi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Pemulihan
Anestesi
rsiapan
alaksan
operati
Evaluasi
f
Golongan Obat Anestesi

• Obat Antikolinergik : Atropine Sulfat injeksi 0,25 mg (IV). Konsentrasi 0,25 mg/ml
dalam 1 Ampul 1 ml. 0,005 mg/KgBB.
• Obat Sedative : Midazolam 5 mg (IV). Konsentrasi 1 mg/ml dalam 1 Ampul 5 ml.
0,05-0,1 mg/kgBB.
• Obat Anti Emetik : Ondansentron injeksi 4 mg (IV). Konsentrasi 4 mg/ml dalam 1
Ampul 2 ml. 0,05-0,1 mg/KgBB.
• Obat Analgetic (NSAID) : Ketorolak 30 mg. Konsentrasi 30 mg/ml dalam dalam 1
Ampul 1 ml. 0,5 mg/KgBB.
• Obat Analgetic (Opioid) : Morfin 1mg/jam via siringe pump. Morfin paling mudah
larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup
panjang (long acting)

5
Golongan Obat Anestesi

Obat Induksi
• Fentanyl 100 mcg IV. Konsetrasi 50 mcg/ml dalam 1 ampul 2 ml.1-2 mcg/KgBB.
• Propofol 200 mg. Konsentrasi 10 mg/ml dalam 1 Ampul 20 ml 2-2,5mg/KgBB.
• Muscle Relaxan : Atracurium 25mg iv. Konsentrasi 5mg/ml dalam 1 ampul 2.5ml. 0.5-
0.6mg/KgBB
Obat Inhalasi
• N2O
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi besar (lebih dari
65%) agar efektif. Paling sedikit 20% atau 30% oksigen harus diberikan sebagai
campuran, karena konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat menyebabkan
hipoksia.
• Isofluran : Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
3% bersama-sama dengan N2O.
• Sevoflursan : Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah
3,0-5,0% bersama-sama dengan N2O.
5
Intubasi Trakea (ETT)

Intubasi Trakhea  tindakan


Pipa pada orang dewasa biasa digunakan memasukkan pipa trakhea kedalam
dengan diameter internal untuk laki-laki trakhea melalui rima glotis, sehingga
berkisar 8,0 – 9,0 mm dan perempuan 7,5 Ukuran
Definisi ujung distalnya berada kira-kira
– 8,5 mm (Latief, 2007). dipertengahan trakhea antara pita
suara dan bifurkasio trakhea (Latief,
2007)

5
Intubasi Trakea (ETT)

1. Tumor : Higroma kistik, hemangioma, hematom


2. Infeksi : Abces mandibula, peritonsiler abces,
epiglotitis\
3. Kelainan kongenital : Piere Robin Syndrome,
Syndrom Collin teacher, atresi laring, Syndrom
Goldenhar, disostosis kraniofasial
1. Menjaga patensi jalan nafas oleh sebab apapun
4. Benda asing
2. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi Indikasi
Kontra 5. Trauma : Fraktur laring, fraktur maxila/
3. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi. mandibula, trauma tulang leher
6. Obesitas
7. Extensi leher yang tidask maksimal : Artritis
rematik, spondilosis arkilosing, halo traction
8. Variasi anatomi : Mikrognatia, prognatisme,
lidah besar, leher pendek, gigi moncong.

5
Intubasi Trakea (ETT)
Saat Intubasi
1) Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi
balon di laring.
2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan
lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring.
3) Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial
dan intra okuler, laringospasme.
1. Persiapan alat (STATICS)
Komplikasi
Pemasangan ETT 4) Kebocoran balon.
2. Pelaksanaan
Saat ETT di tempatkan
5) Malposisi (kesalahan letak)
6) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet
mukosa hidung.
7) Kelainan fungsi : Sumbatan ETT.
Setelah ekstubasi
8) Trauma jalan nafas & Laringospasme.
5
Vulnus

Gangguan atau kerusakan kontinuitas jaringan pada kulit yang semula normal menjadi
tidak normal sehingga dapat menimbulkan trauma dan gangguan aktifitas bagi penderita

Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal

Vulnus Apertum

Luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi kekerasan tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot
Etiologi

Benda tajam, benda tumpul ,kecelakaan, gigitan


Trauma fisik
binatang

Anestesi
Trauma Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
Tersiram oleh zat kimia
kimiawi
Penyebab
trauma
Trauma termis Air panas, uap air, kena api atau listrik

Trauma
Petir, listrik,kimiawi,termis
elektrik
Jenis-jenis Vulnus

Vulnus Luka yang mengakibatkan


Laceratum robek pada kulit

Vulnus Anestesi
Anestesi
Anestesi
Luka lecet yang diakibatkan
Umum
Regional
Lokal
Excoriasi gesekan dengan benda keras
Jenis-jenis
Vulnus
Luka akibat tusukan oleh
Vulnus Puctum benda tajam

Vulnus Luka akibat pecahannya


pembuluh darah dibawah
Contussum kulit
Jenis-jenis Vulnus

Luka kecil dan tipis yang


Vulnus Insivum disengaja dalam pembedahan

Vulnus Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum Luka yang dalam akibat
Regional
Lokal
Schlopentorum peluru
Jenis-jenis
Vulnus
Luka akibat gigitan gigi baik
Vulnus Morsum manusia / hewan

Luka tembus yang merobek


Vulnus dua sisi tubuh yang
Perforatum disebabkan oleh senjata
tajam
Jenis-jenis Vulnus

Luka yang diakibatkan


Vulnus
AmputatumAnestesi
Anestesi terputusnya salah satu bagian
Umum
AnestesiRegional
Lokal
tubuh
Jenis-jenis
Vulnus
Luka bakar yang di akibatkan
Vulnus
Combustion rusaknya jaringan kulit akibat
termis
Patofisiologi Luka

Benturan, tekanan, cedera, sayatan  luka  perdarahan  ;uka terbuka /


tertutup  jika perawatan luka tidak baik infeksi (+)  kuman masuk 
infeksi Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Jika perawatan luka baik  infeksi (-)  sembuh
Pase penyembuhan Luka

Fase inflamasi Fase proliferasi Fase


penyudahan

Terjadi akibat sel mast Terjadi mulai akhir Fase ini berlangsung
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
dalam jaringan ikat fase inflamasi- akhir berubulan-bulan dan
menghasilkan serotonin & minggu ke 3 . Pada fase ini dinyatakan berakhir jika
histamin  meningkatkan luka dipenuhi sel radang, semua tanda radang telah
permeabilitas kapiler fibtoblas & kolagen hilang
eksudasi cairan, jaringan granulasi.
penumpukan sel radang Proses ini baru berhenti
udem & pembengkakan setelah epithel saling
menyatu dan menutup
seluruh permukaan kulit
Faktor penyembuhan luka

USIA
• Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat

NUTRISI
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
• Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi sehingga
penyembuhan luka lebih lama

INFEKSI
• Infeksi luka menghambat penyembuhan luka

HEMATOMA
• Jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk di absorbs tubuh
 menghambat proses penyembuhan
Faktor penyembuhan luka

BENDA ASING
• Benda asing seperti pasir menganndung mikroorganisme

ISKEMIA
• Dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal

DIABETES
• Hambatan insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak masuk ke dalam
sel
KEADAAN LUKA
• Keadaan khusus luka mempengarugi kecepatan penyembuhan luka

OBAT
Penatalaksanaan

 DESINFEKTAN  melakukan pembebasan bakteri dari lapang oprasi


 IRIGASI
 DEBRIDEMENT  membuang jaringan yang mati serta merapikan luka
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
 PERAWATAN PERDARAHAN  tindalan untuk menghentikan proses
perdrahan
 PENJAHITAN LUKA
 BEBAT LUKA
KOMPLIKASI

1. INFEKSI
2. PERDARAHAN
3. DEHISCENCE & Eviscerasi
Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal
TINDAKAN
DEBRIDEMENT

Proses pengangkatan jaringan vital atau jaringan mati dari suatu luka. Dilakukan
untuk membuang jaringan yang mati serta membantu mempercepat penyembuhan
luka Anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Regional
Lokal

Tujuan: Jenis debridement

1. Menghilangkan jaringan yang 1. Debridement autolotik

terkontaminasi 2. Debridement enzymatic

2. Menghilangkan jaringan yang sudah mati 3. Debridement mekanik


4. Debridement surgikal
1 IDENTITAS PASIEN
LATAR BELAKANG
IINY Nama

Laki - laki Jenis kelamin

47 tahun Umur

120 kg Berat badan

170 cm Tinggi badan

CKR + Vulnus App Regio Parietal Sinistra Diagnosis

Debridement Tindakan

GA-OTT Rencana anestesi

Nusa Indah Ruang


1
2 ANAMNESIS

Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke IGD RSU Bangli pada tanggal 6/10/2022 pukul 12.45
wita dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan keluhan luka pada kepala kiri 10
menit SMRS. Pasien mengatakan keluhan ini bermula saat pasien sedang berjalan di tanjakan
rumahnya yang licin dan menyebabkan pasien terjatuh dan kepala pasien terkena batu. Setelah
kerjadian tersebut pasien langsung segera dilarikan kerumah sakit untuk mendapatkan
penanganan. Luka yang terlihat pada kepala pasien yaitu luka terbuka luka terbuka dengan
diameter ± 5 cm dengan dasar tulang dan kedalaman 2 ruas jari telunjuk. Keluhan yang
dialami pasien tidak membaik dengan istirahat. Keluhan lain : pinggsan (+), penurunan
kesadaran (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), cairan yang keluar dari telinga (-), nyeri kepala
(+), amnesia (-)
2
2 ANAMNESIS
LATAR BELAKANG

RPD
• Kencing manis (-) • Penyakit jantung (+) • Hipertiroid (+)
• Hipertensi (+) • Asma (-) • Penyakit ginjal (+)

• Kencing manis (disangkal) RPK


• Hipertensi (disangkal)
• Penyakit jantung (disangkal)
R pengobatan
• Stroke (disangkal)
• Kolestrol (disangkal )
• Aspilet (stop 1 bulan yll)
• Throzol (stop 2 bulan yll)
R Alergi • Tidak ada

3
2 ANAMNESIS
LATAR BELAKANG

R. Pengobatan IGD

• Ketorolak 3 x 30 mg
• Ceftriaxon 2 x 1
• Ondancentron 2 x 1 R. pembedahan
• Esomeprazol 3 x 1
• Tidak ada

R. sosial

• Merokok (+)
• Alkohol (+)
• Gigi palsu (-)
3
• Gigi goyang (-)
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG

- Keadaan Umum : Sakit sedang

- Kesadaran : Komposmentis

- NRS : 4

- Nadi : 72 X / Menit

- Suhu : 36 C

- Respirasi Rate : 20 X / Menit


- Tekanan Darah : 169/ 90 mmHg
- Saturasi Oksigen : 98 % udara ruang

4
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
B1 (Brain) : Compos mentis, E4 V5 M6, normocefali
B2 (Breath) :
I : Pergerakan dinding dada simetris
P: Nyeri tekan (-), fremitus vocal hantaran sama
P: Sonor seluruh lapang paru
A: Vesikuler (+/+) melemah, rh (-/-), wh (-/-)
B3 (Blood) :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis tidak teraba
P: batas jantung melebar
A: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
B4 (Blader) : urine spontan
B5 (Bowel) :
I : Usus terurai keluar (+)
A: bising usus (+), massa (-)
P: timpani di seluruh lapang abdomen
P: nyeri tekan (-)
B6 (Bone) : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-) 6
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG
LEMON Obstruksi
Look eksternal : • Obstruksi jalan nafas
• Trauma wajah (-) (-)
• Lidah lebar (-) Neck
• Obesitas (+) • Pergerakan leher bebas
• Leher pendek (-)
• Wajah obesitas (+)
• Gigi ompong (-)
Evaluated
• Jarak gigi seri atas dan
bawah 3 jari
• Jarak hyoid- mental 3 jari
• Jarak thyroid hyoid 2 jari
Mallampati
• tidak dapat di evaluasi 6
3 PEMERIKSAAN FISIK
LATAR BELAKANG

Status Lokalis (Regio Parietal Sinistra)

 Look : Luka terbuka dengan diameter ± 5 cm


dengan dasar tulang dan kedalaman 2 ruas
jari telunjuk , pendarahan (+).

 Feel : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)

6
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG

Pemeriksaan Darah Lengkap ( 06 - 10 - 2022) pre op

Nilai Keterangan
Hematologi Nilai Satuan Rujukan
WBC 10.77 109/l 3,5-10,0 Tinggi
RBC 5 1012/l 3.50-5.50 Normal
HGB 14.4 g/dl 11,5-16,5 Normal
HCT 42.9 % 35,0-55,0 Normal
PLT 172 109/l 150-400 Normal
PCT 0,153 % 0,01-9,99 Normal
 
BT 2’00” 1-4 Normal
 
CT 8’00” 3-15 Normal 13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG

Pemeriksaan rapid antigen ( 06 - 10 - 2022) pre op


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Antigen SARS CoV Negatif Negatif Non Reaktif
2 (COVID-19)

Pemeriksaan elektrolit ( 06 - 10 - 2022) pre op

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


Kalium (K) 4.17 3.5-5.5 mmol/L Normal
Natrium (Na) 142.1 136-145 mmol/L Normal
Chlorida (Cl) 101.4 96-108 mmol/L Normal
Normalized ionized      
Calcium (nCa) 1.15 1.05-1.35 mmol/L Normal
13
9
Total Calcium (TCa) 2.29 2.10-2.70 mmol/L Normal
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG

Pemeriksaan faal ginjal ( 06 - 10 - 2022) pre op

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


Creatinine 0.76 0.7 – 1.2 Normal
Urea UV 16 15 – 40 Normal
Glukosa Sewaktu 114 70-140 Normal
Cholesterol 198 <200 Normal
Ch
ol HDL Direct 46.3 >60 Low
Chol LDL Direct 134.9 <150 Normal
Triglicerides 84 50-150 Normal

13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG

Interpretasi:
 
- Irama sinus, reguler
- HR : 88 x/menit
- Axis: normoaxis
- Gel. P: durasi 0,06 second (normal), amplitudo 0,4
MV (normal)
- Interval P-R: 0,16 second (4 kotak kecil)
- Kompleks QRS: normal
- Interval QRS: 0.04 s / 1 kotak kecil
- Segmen ST: isoelektrik
- Gelombang T: T normal ( lead 1 dan 2 )
Kesan : Sinus rhythm, Normoaxis, ST isoelektrik , T normal

13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG

Hasil:

• Corakan bronkovaskular kesan normal


• Cor ratio kesan melebar ke kiri
• Aorta tidak dilatasi, kalsifikasi pada knob
• Kedua sinus lancip dan diafragma kesan baik
• Tulang kesan intak
Kesan: Cardiomegaly LVH
aterosklerosis aortae

13
9
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LATAR BELAKANG
Pemeriksaan foto scull AP ( 06 - 10 - 2022)

Hasil
 Os Cranium kesan intak
 Soft Tissue tidak tampak
swelling
 Sella turcica dan dorsum sela
kesan baik
 Kesan : Tidak tampak
kelainan pada foto Cranium

13
9
Persiapan psikis :

• KIE sesuai Surat Izin Operasi (SIO)


• Berdoa

KESIMPULAN

- Diagnosis pre operatif : CKR + Vulnus App Regio Parietal Sinistra

- Status operatif : ASA 3

- Jenis operasi : Debridement

- Jenis anestesi : General Anestesi


18
9
Rencana Anestesi
Pramedikasi
Analgesik : Ketorolac 0,5 mg/kkBB 30 mg IV
Antiemetik : Ondancentron 0,05-0,1 mg/kKBB  4 mg IV
Kortikosteroid : Dexametason 5-10 mg /kgBB  10 mg (IV)
Induksi
Fentanil 1-2mcg/kbBB  150 mcg (IV)
Propofol 2-2,5mg/kgBB  250 mg (IV)
Atracurium 0,5 – 0,6mg/kgBB  50 mg (IV)
Antikolineterase
Neostigmin metilsulfat 0.03-0.05 mg/kgBB  0.5 mg (IV)
OTT : ukuran 7.5
Maintenance
O2 : N20 : Sevofluran  50 : 50 : 2%

19
9
Terapi Cairan
Berat badan : 120 kg
Lama puasa : 8 jam

Maintenance (M) = BB x kebutuhan cairan per jam


= 120 x 1cc/kgBB/jam
= 120 cc/jam
Stress operasi (O) = BB x jenis operasi (besar)
= 120kg x 2 cc/kg
= 240cc
Total kebutuhan cairan durante operasi :
Jam pertama = M + 50% P + O
= 120 cc + 0 cc + 240 cc
= 360 cc (120 tpm)
19
9
Post Operasi
a. Bila kesakitan : ketorolac 3 x 30 mg (IV), PCT 3 x 1 gr (IV)
b. Bila mual muntah : ondancentron 4 mg k/p
c. Antibiotik : sesuai TS bedah
d. Infus : RL 20 tpm
e. Rencana perawatan : ruang nusa indah

19
9
Rencana perawatan : nusa indah

9 19
Pemantauan Selama Anestesi

Melakukan monitoring secara continue tentang keadaan pasien yaitu reaksi pasien terhadap
pemberian obat anestesi khususnya terhadap fungsi pernapasan dan jantung.

Kardiovaskular : Nadi dan tekanan darah setiap 5 menit.

Respirasi : Inspeksi pernapasan spontan pada pasien & saturasi oksigen.

Cairan : Monitoring input cairan

19
9
Pembahasan

Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke IGD RSU Bangli pada tanggal 06/10/22 pukul 12.54
dalam keadaan sadar diantar oleh keluarganya dengan luka pada daerah kepala kiri. Dari anamnesis
didapatkan keluhan luka pada daerah kepala kiri akibat terjatuh dari tanjakan dirumahnnya dan kepala
pasien terkena batu. keluhan lain : pinggsan (-), penurunan kesaran (-), mual (-), muntah (-), sesak (-),
cairan yang keluar dari telinga (-)

Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan; tekanan darah 169/70 mmHg, nadi 72x/menit; respirasi
20x/menit, suhu 36OC, Vas 4. Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan tanggal 06 oktober 2022
disapatkan hasil DL WBC mengalami peningkatan, kimia darah dalam batas normal pemeriksaan X-ray
didapatkan aterosklerosis aorte, pada pemeriksaan foto Skull AP didapatkan hasil Tidak tampak kelainan
pada foto Cranium, EKG irama sinus kesan dalam batas normal. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA 3 yaitu penyakit bedah disertai dengan
penyakit sistemik berat dengan keterbatasan fungsional
Pembahasan

Pemilihan teknik anestesi pada pasien adalah anestesi umum dengan pemasangan intubasi
endotracheal. Alasan pemilihan teknik anestesi ini berdasarkan indikasi sebagai berikut :

- Lokasi pembedahan di atas yaitu daerah regio parietal


- Posisi pasien saat operasi adalah terlentang
- Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi (memungkinkan penggunaan
- relaksan dengan efisien)
- Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Pembahasan
Premedikasi

• antiemetik : Ondancentron injeksi 4 mg (IV). Konsentrasi 4 mg/ml dalam 1 Ampul 2


ml. Diberikan secara intravena. Untuk mencegah mual dan muntah. Ondansetron
adalah derivat carbazalone yang secara struktural berhubungan dengan serotonin dan
bekerja spesifik sebagai antagonis reseptor subtype 5-HT3, tanpa mempengaruhi
reseptor dopamin, histamin, adrenergik ataupun kolinergik sehingga ondansetron tidak
memiliki efek neurologis.

• Analgetik : ketorolac injeksi 30 mg (IV). Untuk mencegah nyeri selama dan pasca
oprasi. Merupakan obat golongan analgetik anti inflamasi non steroid, bekerja dengan
cara mengganggu sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenasi
(COX) dan dapat di anggap sebagai analgetik yang bekerja perifer
Pembahasan
Induksi
• Fentanyl 150 mcg IV. Konsetrasi 50 mcg/ml dalam 1 ampul 2 ml. Fentanyl merupakan derivat
agonis opioid sintetis fenil piperidine yang strukturnya berasal dari meperidin. Dosis tunggal
fentanyl yang diberikan secara intravena memiliki onset yang lebih cepat dan durasi aksi yang
pendek dibanding morfin.

• Dosis tinggi tunggal fentanyl memiliki keuntungan hemodinamik yang stabil karena (a)
rendahnya efek depresi miokard, (b) tidak adanya histamin release, (c) supressi stress respon
terhadap pembedahan.

• fentanyl, bahkan dalam dosis tinggi (50 µg/kg IV), tidak menimbulkan pelepasan histamin.
Bradikardi lebih sering pada fentanyl daripada morfin dan dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah dan kardiak output yang ocasional.

• Interaksi obat Konsentrasi analgesik fentanyl berpotensiasi sangat besar dengan efek
midazolam dan menurunkan kebutuhan dosis propofol.
Pembahasan

Induksi
• Propofol injeksi 300 mg (IV). Konsentrasi 5 mg/ml dalam 1 ampul berisi 20 ml. Propofol
dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA dengan
cara meningkatkan. Khasiat farmakologinya adalah hipnotik murni, tidak mempunyai efek
analgetik maupun relaksasi otot.

• Efek utama propofol pada sistim kardiovaskular adalah menurunkan tekanan darah dengan
cara menurunkan systemic vascular resistance (SVR) yaitu dengan menghambat aktivitas
vasokonstriktor oleh sistim simpatis, menurunkan kontraktilitas otot jantung, dan menurunkan
preload.

• Apnea bisa terjadi setelah pemberian dosis induksi propofol, kejadian dan lamanya apnea
bergantung pada dosis, kecepatan injeksi, dan premedikasi yang diberikan sebelumnya.
Pembahasan

Induksi
• Sebelum dilakukan intubasi, pasien diberikan obat pelumpuh otot. Pada kasus ini, atracurium
di berikan sebanyak 50 mg. Dosis atracurium berdasarkan berat badan adalah 0,5-0,6
mg/kgBB/iv.

• Atracurium besilat (Tracium) yang merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang
relative baru yang mempunyai struktur benzilisoquinolon yang berasal dari tanaman.
Kelebihan obat ini dari yang lain adalah tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian
berulang, tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular secara bermakna. Atracurium
aksinya memanjang pada penurunan fungsi ginjal.
Pembahasan
Kesimpulan Case Based Discussion

General anestesi adalah Tindakan yang menyebabkan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara
yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi. Pemilihan teknik
anestesi pada pasien ini adalah general anestesi dengan pemasangan Endotracheal Tube. Alasan pemilihan
teknik anestesi ini berdasarkan lokasi pembedahan, posisi pasien saat operasi, induksi dan pemeliharaan
anestesi, dan manipulasi. Anestesi Umum
Anestesi
AnestesiRegional
Lokal
Tindakan pembedahan yang dilakukan pada pasien dengan vulnus appertum adalah debridemen yang
bertujuan untuk mengangkat dan menghilangkan jaringan mati (devaskularisasi) jaringan infeksi atau benda
asing dari dasar luka seehingga dapat ditemukan dasar luka dengan vaskularisasi dengan baik.

Penanganan nyeri yang dapat digunakan untuk pasien- pasien yang menjalani prosedur pembedahan
debridemen adalah golongan NSAID. Pemberian parasetamol pada pasien ditujukan untuk terapi
multimodal / sebagai tambahan untuk memberikan efek analgesia maksimal
“ THANK FOR YOUR
NICE ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai