Anda di halaman 1dari 28

JOURNAL READING

“PANDEMI GLOBAL COVID-19: IMPLIKASINYA TERHADAP PENDERITA SKIZOFRE


NIA DAN GANGGUAN YANG TERKAIT”

DISUSUN OLEH :

Helmi Yuliana

Tutor:

Dr Bagus Surya Kusumadewa Sp. KJ

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINK MADYA DI BAGIAN


STASE SMF JIWA RSJ BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZAHAR MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hida
yah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Jurnal Reading ini dengan judul “P
andemi global covid-19: implikasinya terhadap penderita skizofrenia dan gangguan yang terkai
t” Dimana dalam penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti kepanit
eraan klinik di bagian SMF Jiwa RSJ Bangli.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang menjadi tutor at
au fasilitator yang membimbing kami selama melaksanakan tugas ini, dan juga semua pihak y
ang telah membantu dalam penyusunan laporan ini sehingga kami dapat menyelesaikannya d
engan hasil yang memuaskan bagi kami.
Dalam penyusunan jurnal ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehin
gga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan.

Bali, 14 Oktober 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
i
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Judul................................................................................................................................1
1.2 Abstrak............................................................................................................................1
1.3 Pendahuluan...................................................................................................................2
1.4 Pembahasan....................................................................................................................3
1.4.1 Hubungan dua arah antara gangguan tidur dan depresi.............................................3
1.4.2 Mekanisme potensial antara gangguan tidur dan depresi..........................................4
1.5 Pengobatan gangguan insomnia tanpa depresi...........................................................8
1.6 Pengobatan Gangguan Insomnia dengan Kormobid Depresi.................................11
1.6.2 Kesimpulan dan prespektif......................................................................................15
BAB II TELAAH DAN KRITIS JURNAL..........................................................................17
2.1 Gambaran umum.........................................................................................................17
2.2 PICO..............................................................................................................................19
2.3 VIA.................................................................................................................................19
2.3.1 Validity....................................................................................................................19
2.3.2 Importance...............................................................................................................20
2.3.3 Applicable................................................................................................................20
2.4 Alasan penulisan jurnal artikel riview............................................................................21
2.5 Kelebihan tulisan...........................................................................................................21
2.6 Kekurangan tulisan.........................................................................................................21
2.7 Menilai kohernan tulisan................................................................................................22
2.8 Menyimpulkan apakah jurnal dapat digunakan atau tidak.............................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
JURNAL ASLI.........................................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Judul
Pandemi global COVID-19: implikasinya terhadap penderita skizofrenia d
an gangguan yang terkait

I.2 Abstrak
Pandemi global coronavirus-19 (COVID-19) telah memiliki dampak yang
belum pernah terjadi sebelumnya pada populasi di seluruh dunia, dan diperkir
akan akan memiliki permasalah yang tidak proporsional terhadap penderita sk
izofrenia dan gangguan terkait. Jurnal ini membahas implikasi dari pandemi g
lobal COVID-19 sehubungan dengan:

(1) peningkatan risiko infeksi dan prognosis yang buruk terhadap penderita sk
izofrenia,
(2) mengantisipasi konsekuensi kesehatan mental yang merugikan bagi
penderita skizofrenia,
(3) pertimbangan untuk pemberian layanan kesehatan mental dalam pengatura
n rawat inap dan rawat jalan, dan
(4) dampak potensial pada penelitian klinis khususnya pada skizofrenia.
Rekomendasi saat ini menekankan terhadap penerapan langkah-langkah yang
cepat untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 dan menjaga kesinambun
gan perawatan klinis dan ilmu untuk menjaga keselamatan penderita skizofren
ia dan masyarakat.

Kata kunci: COVID-19/virus corona/skizofrenia/kesehatan masyarakat

I.3 Pendahuluan
Mulai Januari 2020, coronavirus-19 (COVID19) telah berkembang pesat dan me
njadi pandemi global dengan jumlah kematian yang terus meningkat di seluruh dunia. Wo
rld Health Organization (WHO) dan berbagai pemerintah telah mengumumkan pembatas
an jarak sosial/ social distancing dan isolasi mandiri untuk memperlambat penyebaran vir

1
us (dengan tujuan "meratakan kurva"). Upaya kesehatan masyarakat ini targetnya adalah
seluruh penduduk. Namun, strategi ini ke

mungkin tidak efektif untuk kelompok tertentu, terutama pada penderita skizofre
nia dan gangguan terkait (disebut sebagai skizofrenia di lampiran). Ciri-ciri gangguan ini
yaitu seperti delusi, halusinasi, perilaku tidak teratur, gangguan kognitif, dan wawasan ya
ng buruk, dan karakteristik sosiodemografi, termasuk tinggal di perumahan umum dan tu
nawisma, hal tersebut dapat menempatkan populasi ini lebih berisko tinggi untuk terinfek
si COVID-19. Selain itu, orang yang hidup dengan skizofrenia beresiko lebih besar untuk
terjangkit dan memiliki prognosis yang lebih buruk hingga bisa beresiko kematian jika d
ibandingkan dengan populasi umum, hal ini dikarenakan penderita skizofrenia biasanya
memiliki kesehatan fisik yang lebih buruk,kerugian sosial ekonomi juga lebih besar,lebih
terputus secara sosial,dan mengalami stigma dan diskriminasi yang meluas. Jurnal ini me
mbahas

(1) mengapa orang dengan skizofrenia memiliki peningkatan risiko infeksi COVID-19 da
n prognosis yang buruk
(2) kemungkinan konsekuensi kesehatan mental dari infeksi COVID-19 pada orang den
gan skizofrenia;
(3) kemungkinan konsekuensi bagi tenaga kesehatan dan institusi yang melayani pasien s
kizofrenia; dan
(4) Berpotensi memiliki dampak yang merugikan pada studi klinis yang berkaitan denga
n skizofrenia.
I.4 Pembahasan
I.4.1 Faktor – faktor yang terlibat dengan penderita skizofrenia pada resiko
tinggi terjangkit COVID-19 dan mengalami prognosis yang buruk
Penderita skizofrenia kemungkinan lebih rentan untuk terjangkit pe
nularan COVID-19 karena sejumlah faktor seperti gangguan kognitif, kesad
aran risiko yang lebih rendah, dan hambatan untuk pengendalian infeksi ya
ng kurang memadai termasuk kehidupan mereka yang hidup bersama. Skiz
ofrenia ditandai dengan gangguan dalam wawasan dan kapasitas pengambil
an keputusan yang rendah,kemungkinan lebih sulit bagi orang dengan skizo
frenia untuk menerapkan dan mematuhi langkah-langkah perlindungan dari

2
COVID 19 yang direkomendasikan untuk mencegah infeksi (misalnya, men
cuci tangan, menjaga jarak atau isolasi sosial, kurungan).

Gangguan penggunaan zat komorbid, sangat lazim pada penderita s


kizofrenia, hal ini dapat memperparah gangguan dalam penilaian dan penga
mbilan keputusan. Selain itu, orang dengan skizofrenia mewakili dalam pop
ulasi yang rentan berisiko lebih tinggi untuk terjangkit wabah COVID-19, t
ermasuk narapidana dan individu yang mengalami tunawisma. Untuk kelo
mpok-kelompok ini, serta orang-orang yang tinggal di perumahan umum se
perti rumah kos dan perumahan yang mendukung kesehatan mental, jarak s
osial hampir tidak mungkin dapat dihindari. Berbagai faktor meningkatkan
risiko prognosis yang buruk dari COVID-19 kepada penderita skizofrenia.
Orang Merokok, lebih dari 60% orang menderita skizofrenia, dan hal inida
pat meningkatkan risiko perkembangan penyakit dan komplikasi yang cuku
p parah dari terjangkit COVID-19 dan bisa menimbulkan kematian, melalui
efeknya pada kesehatan paru-paru dan daya tahan tubuh.

Data awal menunjukkan bahwa kematian akibat COVID-19 mening


kat terutama pada orang dengan kondisi komorbiditas, khususnya penyakit
kardiovaskular, diabetes, dan penyakit pernapasan kronis, yang semuanya l
ebih sering terjadi pada penderita skizofrenia jika dibandingkan dengan po
pulasi umum. Obat antipsikotik yang biasa diresepkan pada skizofrenia,yait
u clozapine, tampaknya dapat menimbulkan risiko kematian akibat pneumo
nia yang disertai dengan gangguan menelan, sedasi, dan hipersalivasi, yang
memburuk selama respon imun karena siklus umpan balik yang meningkat
kan konsentrasi clozapine. sementara penulis jurnal tidak mengetahui bukti
yang secara khusus yang menghubungkan clozapine dengan kematian akiba
t terjangkit virus corona, setidaknya terdapat hipotesis mengenai resiko ters
ebut.

Beberapa faktor lain yang menempatkan penderita skizofrenia,meng


alami perbedaan substansial dalam akses ke perawatan kesehatan, sebagian
terkait dengan efek stigma pada pengobatan serta terjadi diskriminasi ketik

3
a mereka mengakses perawatan: mereka lebih mungkin untuk mengalami u
nderdiagnosis penyakit fisik komorbiditas, lebih kecil kemungkinannya unt
uk menerima skrining dan intervensi definitif, dan umumnya menerima per
awatan dengan kualitas yang lebih buruk.

WHO merekomendasikan bahwa “mengisolasi, menguji dan meraw


at setiap kasus yang dicurigai, dan melacak setiap kontak” adalah cara terba
ik untuk mencegah penularan yang lebih meluas. Hambatan untuk mengam
bil langkah-langkah perawatan dan penggunaan layanan kesehatan yang tep
at kepada penderita skizofrenia dapat memiliki implikasi mendalam untuk p
engendalian pandemii ni. Selain itu, kesenjangan kesehatan yang sudah ada
sebelumnya dapat diperburuk dalam konteks sumber daya yang terbatas.

Kegagalan untuk mempromosikan alokasi sumber daya yang adil d


an merata dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih parah bagi penderita
skizofrenia, termasuk kematian. Mekanisme dan pedoman untuk menegakk
an hak atas kesehatan bagi orang dengan skizofrenia dan mempromosikan h
asil yang adil sangat dibutuhkan pada saat ini

I.4.2 Dampak kesehatan mental akibat COVID-19 terhada penderita


skizofrenia
Sebelumnya wabah memiliki efek kesehatan mental yang persisten: set
elah pandemi Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) 2003, tingkat ganggu
an kejiwaan dan tekanan psikologis yang meningkat secara signifikan. Para
peneliti telah memberikan tanda tentang bagaimana pandemi COVID-19 dap
at mempengaruhi kesehatan mental masyarakat umum, dan lebih khusus lagi
pada pasien dengan gangguan mental. Jika stres yang terkait dengan pandem
i COVID-19 dan tindakan kesehatan masyarakat yang sesuai dapat memperb
uruk kesehatan mental pada populasi umum ,orang akan berharap bahwa da
mpaknya mungkin lebih tinggi pada orang yang menderita skizofrenia. Selai
n itu, infeksi COVID-19 itu sendiri dapat memperburuk gejala yang dimiliki
penderita skizofrenia, karena virus corona dapat dikaitkan dengan gejala psi
kotik melalui mekanisme terkait kekebalan imunitas. Selain itu, gejala yang

4
terkait dengan coronavirus dan pengobatannya telah dikaitkan dengan tekana
n yang terkait dengan keparahan gejala dan isolasi, serta psikosis sekunder a
kibat steroid dan intervensi lainnya. Jarak sosial, di mana pemerintah memb
erlakukan pembatasan untuk mengurangi mobilitas, telah dikutis secara luas
untuk mengurangi penularan komunitas COVID-19.

Kekhawatiran akan tertular COVID-19, bersamaan dengan isolasi m


andiri yang signifikan, telah menyebabkan lebih dari separuh masyarakat um
um yang disurvei di China melaporkan bahwa wabah itu memiliki dampak p
sikologis sedang atau berat pada mereka. jarak sosial dapat berdampak sanga
t negatif pada individu dengan skizofrenia. Biasanya, individu dengan skizof
renia rata-rata memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dan berkualitas lebih
buruk dari pada populasi umum. Dengan demikian, mereka mungkin lebih d
apat mematuhi, dan mentolerir, pembatasan jarak sosial. Namun, dukungan s
osial telah dikaitkan dengan skor yang lebih tinggi pada langkah-langkah pe
mulihan pada skizofrenia, dan dukungan masyarakat luas, termasuk kontak b
iasa di apotek, toko kelontong, dan kafe, juga telah dikaitkan dengan pening
katan pemulihan dan skor integrasi masyarakat pada skizofrenia.

Kontak yang biasa dilakukan ini akan terganggu oleh jarak sosial, me
nempatkan pasien sebagai berisiko. Di antara orang-orang dengan skizofreni
a, isolasi mandir idapat meningkatkan risiko bunuh diri, dan stres telah dikai
tkan dengan perilaku agresif. Jarak sosial juga dapat secara tidak proporsion
al berdampak pada kemampuan orang dengan skizofrenia untuk mempertaha
nkan kebutuhan dasar mereka, mengingat ketergantungan mereka yang tingg
i pada dukungan pendapatan dan layanan masyarakat lainnya yang menjadi l
ebih sulit untuk diakses.

Bagi mereka yang ketergantungan zat, perubahan kemampuan untuk


mengakses zat dan perawatannya, termasuk terapi agonis, dapat memicu kon
disi yang krisis. Dengan demikian, mengembangkan pendekatan untuk mem
pertahankan hubungan sosial dengan dukungan instrumental dalam menghad
api pembatasan jarak sosial mungkin sangat penting bagi orang dengan skiz

5
ofrenia. Aplikasi konferensi video banyak digunakan untuk menjaga koneksi
tatap muka selama wabah. Demikian pula, program dan lembaga pemerintah
yang memberikan layanan penting kepada masyarakat harus berusaha mene
mukan cara untuk mempertahankan upaya mereka untuk memastikan pembe
rian layanan yang berkelanjutan dan aman kepada populasi yang rentan.

I.5 Dampak pandemi COVID-19 terhadap penatalakasaan pasien rawat inap


dan rawat jalan pada penderita skizofrenia
Pandemi COVID-19 telah menciptakan tantangan bagi para ahli prakti
si kesehatan dan program pelayanan kepada pasien dengan skizofrenia. Peraw
atan yang berkesinambungan sangat penting bagi pasien ini untuk mencegah d
ekompensasi dan konsekuensi, termasuk kunjungan ke unit gawat darurat dan
rawat inap di rumah sakit yang mengakibatkan stresor lebih lanjut pada sistem
perawatan kesehatan, keterbelakangan mental dan fisik, dan bahkan kematian.
Pada Februari 2020, sekitar 50 pasien dan 30 staf medis didiagnosis dengan C
OVID-19 di Pusat Kesehatan Jiwa Wuhan. Faktor-faktor yang diduga mening
katkan risiko wabah di unit psikiatri rawat inap meliputi: bangsal yang penuh,
kurangnya isolasi kasus suspek atau awal, dan kurangnya jalur klinis untuk me
ncegah penyakit menular dalam pengaturan kesehatan mental. Wabah COVI
D-19 di unit psikiatri rawat inap Korea Selatan menginfeksi 100 dari 102 pasie
nnya dan mengakibatkan 7 kematian, pada saat itu terhitung hampir setengah
dari kematian terkait COVID-19 di negara tersebut.

Faktor-faktor yang diidentifikasi berkontribusi terhadap wabah ini adal


ah kurangnya ventilasi karena jendela telah ditutup rapat untuk mencegah bun
uh diri, dan pembatasan penggunaan pembersih tangan karena kekhawatiran b
ahwa beberapa pasien akan meminumnya. Rekomendasi dari kelompok Wuha
n termasuk: penggunaan bangsal observasi sebelum masuk; skrining pasien ya
ng dirawat; penyaringan staf rumah sakit; larangan sementara pengunjung lan
gsung, makanan luar, dan pakaian; dan peningkatan keterampilan di antara pe
nyedia perawatan psikiatri untuk mengidentifikasi dan mengobati penyakit fisi
k. Praktik serupa termasuk isolasi individu berisiko, pelatihan pengendalian in

6
feksi, dan audit berhasil diterapkan di beberapa unit rawat inap psikiatri selam
a wabah SARS 2003.

Kekhawatiran tambahan untuk unit rawat inap psikiatri termasuk men


gelola agitasi, mengingat risiko penularan, dan mengelola pasien dan staf yang
mungkin terpapar COVID-19 karena kekurangan peralatan pelindung pribadi
dan staf. Strategi yang diterapkan di Pusat Ketergantungan dan Kesehatan Me
ntal di Toronto, Kanada, mengikuti model sistem yang dikembangkan selama
wabah SARS 2003, melibatkan penunjukan unit yang berbeda untuk memisah
kan pasien dengan dugaan infeksi, infeksi yang didiagnosis, atau tidak adanya
infeksi, dan penugasan untuk setiap pasien rawat inap. psikiater cadangan psik
iater rawat jalan yang siap menerima perawatan dengan lancar jika psikiater ra
wat inap tidak dapat bekerja. Dampak langsung dari COVID-19 bisa lebih bes
ar di pengaturan rawat jalan, di mana sebagian besar perawatan kesehatan men
tal diberikan. Model perawatan berbasis bukti untuk skizofrenia, termasuk pen
gobatan komunitas yang asertif dan manajemen kasus intensif, menekankan k
ontak langsung di komunitas dan di rumah pasien.

Sementara kunjungan meningkatkan risiko penularan kepada pasien d


an penyedia layanan, perubahan mendadak pada bagaimana layanan kesehatan
mental diberikan dapat meningkatkan risiko pemutusan layanan, ketidakpatuh
an pengobatan, dan kesusahan, semuanya mengarah pada dekompensasi dan k
ekambuhan. Konsultasi melalui telepon dan video telah diterapkan dengan cep
at sebagai alternatif perawatan klinis langsung selama wabah COVID-19.

Namun,ada sedikit penelitian yang meneliti kesesuaian untuk skizofren


ia dibandingkan dengan gangguan mental lain yang kurang parah (misalnya, g
angguan depresi dan kecemasan) yang biasanya digunakan hingga saat ini.Seb
uah uji coba terkontrol secara acak baru-baru ini dari konferensi video tambah
an pada pasien dengan penyakit mental yang parah dibandingkan dengan pera
watan biasa menemukan tingkat kepuasan yang tinggi terkait dengan layanan t
ersebut, tetapi penggunaan yang rendah selama masa studi 18 bulan. Sementar
a kepemilikan ponsel mendekati 100% pada populasi umum di Amerika Utara

7
atau Eropa, penggunaan teknologi digital lebih rendah pada mereka yang men
derita psikosis.erlepas dari tantangan ini, layanan rawat jalan harus berusaha u
ntuk mengurangi kontak langsung ketika aman untuk melakukannya melalui p
enggunaan telepsikiatri dan penyediaan durasi resep yang lebih lama. Selain s
olusi digital yang digunakan untuk memberikan perawatan pasien langsung, p
esan teks otomatis dan aplikasi seluler dapat meningkatkan perawatan dan me
mberikan dukungan di antara janji.

Di tengah pandemi, penyedia layanan harus fleksibel dan pembayar ha


rus membayar perawatan yang diberikan melalui konferensi video atau telepon
untuk memastikan akses dan penyerapan. Terlepas dari kelebihannya, perawat
an virtual tidak dapat sepenuhnya menggantikan perawatan langsung untuk ski
zofrenia. Misalnya, kemampuan untuk menahan seseorang secara tidak sukare
la masih memerlukan penilaian dan pemeriksaan langsung di banyak yurisdiks
i. Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan penerimaan telepsikia
tri untuk proses kuasilegal ini, seperti halnya telah memfasilitasi mekanisme p
endanaan baru untuk perluasan pengiriman layanan kesehatan jarak jauh. Sela
njutnya, kunjungan langsung diperlukan untuk pemberian obat antipsikotik su
ntik kerja lama, yang semakin banyak digunakan dalam pengelolaan skizofren
ia. Mengingat peran antipsikotik suntik kerja lama dalam mengurangi rawat in
ap dibandingkan dengan obat oral, adalah bijaksana untuk terus menggunakan
nya, bahkan jika kunjungan ini dapat meningkatkan risiko infeksi bagi pasien
dan penyedia layanan. Demikian pula, clozapine dikaitkan dengan hasil yang l
ebih baik (dan penurunan angka kematian) pada skizofrenia yang resistan terh
adap pengobatan, tetapi memerlukan pemeriksaan darah secara teratur.

Menanggapi pandemi COVID-19, Badan Pengawas Obat dan Makanan A


S (FDA) telah mengubah beberapa peraturan mereka untuk persyaratan peman
tauan laboratorium secara darurat. Dengan demikian, selama pandemi, frekuen
si pemantauan darah yang diperlukan untuk pemeliharaan clozapine dapat dik
urangi. Namun, risiko dan manfaat dari perubahan tersebut perlu dipertimbang
kan dengan cermat

8
I.6 Riset klinikal
FDA dan Institut Kesehatan Nasional (NIH) telah memberikan panduan ba
gi para peneliti yang melakukan uji klinis dan studi subjek manusia yang terke
na dampak COVID19, menekankan keselamatan peserta studi. Saran termasuk
koordinasi dengan dewan peninjau institusional untuk membatasi kunjungan st
udi ke yang diperlukan untuk keselamatan peserta atau bertepatan dengan pera
watan klinis, melakukan kunjungan studi virtual, dan mengatur tes laboratoriu
m atau pencitraan yang diperlukan yang diperlukan untuk pemantauan keaman
an di laboratorium atau klinik lokal. Produk investigasi tertentu yang dikelola
sendiri yang biasanya diambil di lokasi penelitian dapat dikirimkan melalui m
etode alternatif yang aman. Selain menjunjung tinggi keselamatan peserta pen
elitian, penting untuk menjaga integritas upaya penelitian dalam skizofrenia, y
ang terlepas dari beban kesehatan masyarakat global yang substansial, secara h
istoris tertinggal dalam pendanaan penelitian dibandingkan dengan kondisi kes
ehatan fisik. Uji klinis pada skizofrenia biasanya memiliki ukuran sampel yan
g lebih kecil daripada gangguan fisik yang terkait dengan kecacatan dan biaya
yang sebanding, mengurangi kekuatan statistik dan generalisasi hasil mereka.
Penghentian perekrutan baru yang berkepanjangan ke dalam studi penelitian y
ang sedang berlangsung, ditambah dengan pengurangan atau penghapusan kun
jungan penelitian langsung akan memperburuk tantangan yang sudah ada dala
m penelitian skizofrenia, termasuk tantangan dalam retensi studi. Memastikan
keselamatan peserta dan staf penelitian harus menjadi prioritas utama. Namun,
penelitian dengan peserta dengan skizofrenia harus dilanjutkan melalui pengg
unaan penilaian jarak jauh dan metode penyampaian untuk mencegah membur
uknya kesenjangan dalam kemajuan penelitian skizofrenia

I.6.1 Kesimpulan dan prespektif


Pandemi global COVID-19 diperkirakan akan berdampak besar pada penderit
a skizofrenia, yang semakin memperburuk kesenjangan kesehatan dan ekono
mi yang mereka alami. Intervensi kesehatan masyarakat yang dirancang untu

9
k memperlambat dan mengekang penyebaran virus (meratakan kurva) kemun
gkinan akan mempengaruhi orang dengan skizofrenia secara tidak proporsion
al. Peneliti jurnal mengusulkan rekomendasi berikut untuk dipertimbangkan u
ntuk meredam efek COVID-19 pada orang dengan skizofrenia

1. Mengatasi determinan sosial kesehatan, termasuk memastikan perumahan


yang aman dan nyaman dan menerapkan strategi untuk mengurangi kesenjan
gan kesehatan, harus menjadi prioritas utama.
2. Pedoman alokasi sumber daya dalam konteks wabah dapat membantu mel
indungi populasi yang rentan dengan memastikan pengambilan keputusan ya
ng adil dan konsisten, mengakui bahwa ini mungkin menantang dalam jangka
pendek, tetapi tetap menjadi tujuan jangka panjang.
3. Keluarga, tetangga, dan program berbasis komunitas yang dapat menjadi j
ejaring sosial bagi penderita skizofrenia harus menemukan cara untuk menjag
a hubungan sosial yang mematuhi jarak fisik, termasuk melalui penggunaan k
onferensi video.
4. Program dan lembaga pemerintah yang menyediakan layanan penting yang
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat (misalnya,dukungan pendapatan,
persedianmakanan) harus menemukan cara untuk terus mengirimkannya deng
an aman.
5. Pengaturan kesehatan mental rawat inap harus mengembangkan kapasitas
untuk secara cepat mengisolasi orang yang diduga dan dikonfirmasi COVID-
19 dari satu sama lain dan pasien yang tidak terpengaruh; membatasi dan me
nyaring orang yang masuk ke fasilitas; melakukan pelatihan dan audit pengen
dalian infeksi, termasuk penggunaan alat pelindung diri yang tepat; dan mem
buat rencana darurat untuk memperkenalkan personel terlatih alternatif jika st
af garis depan jatuh sakit.
6. Pengaturan kesehatan mental rawat jalan dan penyandang dana mereka ha
rus merangkul penggunaan telepsikiatri dan intervensi kesehatan digital lainn
ya untuk mendukung kesinambungan perawatan. Penulis resep, pasien, dan p
engasuh harus mempertimbangkan risiko dan manfaat perawatan yang harus
diberikan atau dipantau secara langsung. Antipsikotik suntik kerja lama mung

10
kin lebih aman untuk dilanjutkan daripada dihentikan, selama prosedur penge
ndalian infeksi yang tepat diikuti. Pemeriksaan darah clozapine dapat diselesa
ikan lebih jarang untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 sesuai denga
n standar FDA saat ini dan dengan pendidikan yang memadai yang diberikan
kepada pembuat keputusan pengobatan.
7. Peneliti dan dewan peninjau institusional harus bekerja sama untuk mengg
antikan penilaian jarak jauh dan metode penyampaian agar studi dapat dilanju
tkan dengan aman jika memungkinkan. Kami menyarankan bahwa pertimban
gan yang matang tentang implikasi COVID-19 bagi orang-orang dengan skiz
ofrenia mungkin tidak hanya mengurangi beban pandemi global pada orang-o
rang dengan skizofrenia, tetapi juga pada populasi secara keseluruhan.

BAB II
TELAAH DAN KRITIS JURNAL

II.1 Gambaran umum


Sumber Jur J Cell Mol Med. 2019;23:2324–2332
wileyonlinelibrary.com/journal/j
nal
Penulis Jurn Nicole Kozloff, Benoit H. Mulsant , Vicky StergiopoulosNand
al Aristotle N. Voineskos
1

Judul jurnal Pandemi global covid-19: implikasinya terhadap penderita skizofre


nia dan gangguan yang terkait

Judul jurnal ini sudah baik dan menggambarkan isi jurnal.

11
Waktu pener 28 April 2020
bitan

Abstrak jurn Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam
al satu paragraf. Abstrak dalam jurnal ini ditulis jelas dan mudah
dibaca dan infromatif hanya meliputi latar belakang dan tujuan,
serta jurnal ini sudah memenuhi syarat abstrak jurnal yaitu 200-
250 kata
Pendahuluan Pendahuluan dalam jurnal ini menjelaskan latar belakang
jurnal penelitian dengan baik dan sudah menjelaskan maksud dari
penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data studi pendahuluan
yang semakin menguatkan bahwa penelitian ini harus dilakukan
dikarenakan kondisi saat ini pemerintah dan layanan kesehatan
perlu memfokuskan kelompok tertentu untuk penanganan
penyakit COVID-19. Pada kelemopok ini memiliki kebutuhan
khusus dan berisko memilki prognosis buruk jika terjangkit
COVID-19
Metode Penelitian jurnal ini tidak menjelaskan desain penelitian. Namun
Jurnal dapat disumpukan jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif
menggunakan metode systematic review yaitu penulis jurnal ini
merangkum, mentelaah dari evidence based yang dihasilkan
sebelumnya untuk menyajikan fakta yang lebih komperensif
Isi Jurnal Pada bagian isi jurnal dijelaskan secara rinci mengai
permasalahan dalam jurnal dan dikaji secara baik mengenai
aktor yang menyebabkan penderita skozofrenia dan gangguan
terkait lebih berisko terpapar COVID-19 dan memiliki prognosis
jika terjangkit dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Serta
menjelaskan keadaan pelayanan kesehatan dalam menangani
pasien skizofrenia dengan penangan yang tidak maksimal yang
memperparah keadaan
Kesimpulan Pada jurnal ini kesimpulan nya telah menjawab tujuan peneliti

12
jurnal yaitu akibat dari Pandemi COVID-19 , terdapat kesenjangan
social dalam pelayanan kesehatan terhadap penderita skizofrenia
dan gangguan terkait serta jurnal ini memberikan beberapa solusi
teruma dukungan dari segala sektor seperti pemerintah keluarga ,
tenaga medis supaya kondisi penderita skizofrenia tidak semakin
memburuk.

Daftar pusta Daftar pustaka dari jurnal dapat dicantumkan dengan metode
ka jurnal Vancover dan terdapat 61 refrensi
Level evidan Level Ia yaitu menggunakan Systematic riview
ce

II.2 PICO
P (Patient) Pasien yang menderita skizofrenia dan
gangguan terkai
I (Intervention) Tidak diberikan intervensi
C (Comparison) Tidak terdapat perbandingan
O (Outcame) Mengetahui solusi dan strategi untuk
meminimalisir prognosis yang buruk pada
penderita skizofrenia .

II.3 VIA
II.3.1 Validity
1. Apakah pertanyaan penelitian pada jurnal?

Pertanyaan dalam jurnal ini yaitu bagaimana implikasi pandemi


global COVID-19 pada penderita skizofrenia dan gangguan terkait

2. Apakah metode penelitian pada jurnal?

Metode pada penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif

13
dengan menggunakan metode systematic review

3. Apakah metode penelitian sesuai dengan tujuan penelitian?

Sudah sesuai karena metode penelitian ini menggunakan metode


systematic riview tanpa intervensi

4. Bagaimana populasi target dan populasi terjangkau dalam penelitian


ini?

Populasi target pada penelitian ini tidak dijelaskan secara rinci

5. Bagaimana sampel dan penentuan sampel dari penelitian ini?

Sampel yang digunakan pada penelitian jurnal ini tidak dijelaskan,


karena penulis jurnal hanya mengulas teori dan kemungkinan
penyebabnya resiko yang buruk untuk penderita skizofrenia pada saat
pandemi COVID-19

6. Apakah teknik dan besar sampel sesuai dengan metode penelitian?

Teknik pengambilan sampel jurnal tidak dijelaskan secara rinci


karna jurnal ini jenis jurnal artikel riview

7. Apa variabel penelitian dan instrument yang digunakan ?

Variabel terikat dalam jurnal ini adalah penderita skizofrenia dan


variabel bebasnya adalah implikasi terhadap pandemi COVID-19/

8. Apakah analisa statistik yang digunakan, sesuai atau tidak dengan


metode penelitian?

Analisis statistik tidak digunakan dalam jurnal ini


II.3.2Importance
9. Apakah jurnal penting untuk dilakukan?

Ya, penelitian ini perlu dilakukan karna kondisi di praktek klinis , kerena
penderita skozofrenia membutuhkan perhatian khusus dalam

14
perwatanyanya, karena resiko dan prognosis yang lebih buruk dari pada
orang norml pada saat pandemi COVID-19

II.3.3Applicable
10. Apakah jurnal dapat digunakan atau tidak?

Ya, jurnal ini dapat digunakan sebagai acuan atau refrensi bagi
praktisi klinis dan membrikan strategi penanganan yang baik kepada
penderita skizofrenia.
II.4 Alasan penulisan jurnal artikel riview
Jurnal ini ingin mengulas penyebab penderita skizofrenia memiliki resiko
lebih tinggi dibandinkan orang pada umumnya, serta konsekuensi menghadapi
pandemi COVID-19 terhadap pemerintah dan pelayanan kesehatan serta
dampak kesehatan mental pada penderita skizofrenia

II.5 Kelebihan tulisan


 Penelitian ini penting untuk dilakukan karena terdapat kesenjangan sosial
dan pelayanan kesehatan terhdap penderita skizofrenia

 Penelitian jurnal ini juga menjelsakan strategi penangan pasien skizofrenia

 Peneliti mencantumkan dan membandingkan dari berbagai refrensi


penelitian sebelumnya

 Peneliti menjelaskan secara rinci faktor faktor yang terlibt dalam


peningkatan terjangkitnya COVID19 pada pasien skizofrenia dan
kelompok kelompok tertentu

II.6 Kekurangan tulisan


 Jurnal ini tidak menjelasakan desain penelitian, serta kriteria inklusi dan
kriteria eklusi dalam penelitian

 penulis jurnal tidak mengetahui bukti yang secara khusus yang menghubu
ngkan clozapine dengan peningkatan resiko terhadap terpapar COVID-19
yang akan dapat menyebabkan kematian pada penderita skizofrenia

15
II.7 Menilai kohernan tulisan
Tulisan dalam jurnal sudah koheren karna dijelaskan per sub bab sehingga
memudahkan pembaca jurnal
II.8 Menyimpulkan apakah jurnal dapat digunakan atau tidak
Jurnal ini layak untuk digunakan karena metode dalam jurnal ini adalah
metode dengan level of evidance terbaik yaitu 1a systematic riview

16
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID- 19):


Situation Report - 67 Geneva, Switzerland: World Health Organization; March
27, 2020. https://www.who.int/docs/ default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200327-sitrep- 67-covid-19.pdf?sfvrsn=b65f68eb_4. Accessed
March27, 2020.

World Health Organization. WHO Director-General’s Opening Remarks


at the Media Briefing on COVID-19 - 18 March 2020. Geneva, Switzerland:
World Health Organization; 2020. https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-
director-generals-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---march-
2020. Accessed March 27, 2020.

Morgan VA, Waterreus A, Carr V, et al. Responding to challenges for


people with psychotic illness: updated evidence from the Survey of High Impact
Psychosis. Aust N Z J Psychiatry. 2017;51(2):124–140.

Olfson M, Gerhard T, Huang C, Crystal S, Stroup TS. Premature


mortality among adults with schizophrenia in the United States. JAMA
Psychiatry. 2015;72(12):1172–1181.

Saha S, Chant D, McGrath J. A systematic review of mortality in


schizophrenia: is the differential mortality gap worsening over time? Arch Gen
Psychiatry. 2007;64(10):1123–1131.

Saxena S, Maj M. Physical health of people with severe mental disorders:


leave no one behind. World Psychiatry. 2017;16(1):1–2.

Saraceno B, Levav I, Kohn R. The public mental health significance of


research on socio-economic factors in schizophrenia and major depression. World
Psychiatry. 2005;4(3):181–185.

17
Green MF, Horan WP, Lee J, McCleery A, Reddy LF, Wynn JK.
Social disconnection in schizophrenia and the general community. Schizophr Bull.
2018;44(2):242–249.

Thornicroft G, Brohan E, Rose D, Sartorius N, Leese M; INDIGO


Study Group. Global pattern of experienced and anticipated discrimination against
people with schizophrenia: a cross-sectional survey. Lancet. 2009;373(9661):408–
415.

Yao H, Chen JH, Xu YF. Patients with mental health disorders in the
COVID-19 epidemic. Lancet Psychiatry. 2020;7(4):e21.

Larkin A, Hutton P. Systematic review and meta-analysis of factors that


help or hinder treatment decision-making capacity in psychosis. Br J Psychiatry.
2017;211(4):205–215.

. Maguire PA, Reay RE, Looi JC. Nothing to sneeze at—uptake of


protective measures against an influenza pandemic by people with schizophrenia:
willingness and perceived barriers. Australas Psychiatry. 2019;27(2):171–178.

Hunt GE, Large MM, Cleary M, Lai HMX, Saunders JB. Prevalence of
comorbid substance use in schizophrenia spectrum disorders in community and
clinical settings, 1990–2017: systematic review and meta-analysis. Drug Alcohol
Depend. 2018;191:234–258.

Kinner SA, Young JT, Snow K, Southalan L, Lopez-Acuna D, Ferreira-


Borges C, O’Moore E. Prisons and custodial settings are part of a comprehensive
response to COVID-19. Lancet Public Health. 2020;5(4):e188–e189.

Tsai J, Wilson M. COVID-19: a potential public health problem for


homeless populations. Lancet Public Health. 2020;5(4):e186–e187.

18
JURNAL ASLI

19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai