“Periapendikular Infiltrat”
Oleh:
Helmi Yuliana (013.06.0024)
Pembimbing:
dr. I Made Adipta Adiputra, Sp. B
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka Kejadian
Apendisitis dapat mengenai
semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan.
Prevalensi
Insiden tertingginya terdapat pada
laki-laki usia 10-14 tahun, dan
wanita yang berusia 15-19 tahun
Etiologi
Periapendikular
Infiltrat
Fekalit penyebab tersering. Penyebab lainnya: hipertrofi jaringan
limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah
serat dan cacing usus termasuk ascaris. Trauma tumpul atau
trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada
apendiks.
Patofisiologi
Obstruksi lumen appendiks yang diikuti oleh infeksi. Obstruksi lumen appendiks
pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan produksi mukus yang terus-menerus
terjadi distensi intraluminal dan peningkatan tekanan dinding appendiks
Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup
apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa
periapendikular.
Apendiks yang pernah radang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya
Perlengketan ini akan menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah
eksaserbasi akut.
Manifestasi Klinis
Apendisitis infiltrat didahului oleh keluhan apendisitis akut yang kemudian disertai
adanya massa periapendikular.
Gejala klasik : nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan
dengan muntah.
Dalam 2-12 jam nyeri beralih ke kuadran kanan, yang akan menetap dan di
perberat bila berjalan atau batuk.
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tidak terlalu tinggi.
Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang kadang terjadi diare, mual dan
muntah.
Diagnosis
Anamnesis
• Keluhan : nyeri samar-samar dan tumpul yang mula-mula
dirasakan di epigastrium atau regio umbilical yang diikuti
dengan anoreksia dan mual. Nyeri kemudian dirasakan
berpindah ke perut kanan bawah, tepatnya di titik McBurney.
Pemeriksaan fisik
• Ditemukan demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar
37,5-38,5C. Apendisitis infiltrat terlihat dengan adanya
penonjolan di perut kanan bawah. Pada palpasi di dapatkan
nyeri yang terbatas pada regio iliaka dekstra, bisa disertai
nyeri lepas. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan
kunci diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang
• Darah Lengkap, Urinalisis, Radiologi
Pemeriksaan Fisik
Komplikasi yang paling sering adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa
massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.
• Nama : NWT
• Tanggal Lahir : 22 Juli 2000
• Umur : 22 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Hindu
• Alamat : Br. Bangon Lemah Kawan
• Pekerjaan : Swasta
• MRS : 26/07/2022
Anamnesis
Lokasi : Pasien perempuan (22 tahun), mengeluh nyeri perut dibagian kanan bawah
Onset : ± 4 jam SMRS
Kronologi : Awalnya nyeri perut dirasakan di uluhati, kemudian nyeri dirasakan memberat
dan menetap di dibagian perut kanan bawah
Kuantitas : Keluhan dirasakan terus-menerus
Kualitas : Nyeri dirasakan memberat dan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan memberat
saat batuk, buang angin, dan saat duduk.
Faktor memperingan : Nyeri tidak berkurang saat istirahat.
Anamnesis
Keluhan lain : demam dan berkeringat, demam muncul saat pasien merasakan nyeri
yang berat. Pasien juga mengatakan mual dan muntah 2 kali sebelum
masuk rumah sakit. Pusing, batuk, pilek dan alergi obat disangkal oleh
pasien.
Riwayat : Sebelumnya pasien bercerita kalau pasien sering sekali mengonsumsi
makanan-makanan yang pedas. Kualitas BAK normal, BAB lancar, nafsu
makan pasien masih baik.
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
• Keluhan yang sama (-) • Keluhan yang sama (-)
• Hipertensi (-) • Hipertensi (-)
• Diabetes mellitus (-) • Diabetes mellitus (-)
• Jantung (-) • Jantung (-)
• Asma (-) • Asma (-)
• Alergi (-) • Alergi (-)
STATUS PRESENT
STATUS GENERALIS
Kepala Normocephali, warna rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut,
tidak ditemukan cedera kepala
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor (3mmx3mm),
refleks pupil (+/+).
STATUS GENERALIS
Cor :
Thorax
• Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi: ictus cordis teraba
• Perkusi: batas jantung kanan dan kiri dalam batas normal
• Auskultasi: S1,S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
• Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris
• Palpasi: fremitus suara simestris kanan dan kiri
• Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi: vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
STATUS LOKALIS
Inspeksi : warna kulit normal, jejas (-), jaringan parut (-)
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi :
Nyeri tekan Mc Burney (+)
Rovsing sign (+)
Blumberg sign (+)
Abdomen Psoas sign (-)
Obturator sign (+)
Dunphy sign (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Pemeriksaan Fisik
Imunoserologi (26/07/2022)
Nilai Rujukan
Parameter Hasil
Kesan :
• Gambaran dapat mendukung appendicitis dengan appendicolith di
Mc. Burney
• Organ abdomen yang terscan saat ini kesan normal
Diagnosis
Periapendikular
Infiltrat (PAI)
Planning
Farmakologi
IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 3x1 gr (iv)
Metronidazole 3x500 mg (iv)
Omeprazole 1x40 mg (iv)
Ondansetron 1x4 mg (iv)
PCT 3X1 gr (iv)
Planning
• Perempuan 22 tahun keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ± 4 jam SMRS.
• Berdasarkan epidemiologi pasien termasuk dalam kelompok usia yang paling sering
menderita apendisitis akut.
• Nyeri terus menerus seperti menusuk, memberat saat batuk, buang angin, dan saat
duduk.
• Pasien juga mengeluhkan demam dan berkeringat, demam muncul saat pasien
merasakan nyeri yang berat.
Pembahasan
• PF Lokalis didapatkan tanda-tanda khusus seperti nyeri tekan di Mc Burney (+), rovsing sign (+),
obturator sign (+), Blumberg sign (+), dunphy sign (+).
• Pem. Penunjang darah lengkap dimana terdapat peningkatan pada leukosit, dan kemudian pada
pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya bakteri (+), serta pada pemeriksaan USG abdomen
terlihat gambaran mendukung apendisitis dengan appendicolith di Mc. Burney
• Appendektomi kondisi umum pasien harus baik dan tanda-tanda vital pasien juga harus baik
sehingga pasien akan di MRS kemudian diberikan terapi farmakologi seperti IVFD Nacl 0,9% 20 tpm,
ceftriaxone 3x1 gr (iv), metronidazole 3x500 mg (iv), omeprazole 1x40 mg (iv), ondansetron 1x4
mg (iv), paracetamol 3x1 gr (iv).
Kesimpulan