Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TREN DAN ISSUE KASUS PENYAKIT DENGAN KONDISI TERMINAL


COVID 19

Disusun Oleh:

Agista Ezha O. 21102121 Nadia Izza Ruwaida 21102156


Devy Mareta 21102126 Novia Baidlo’ul Ulya 21102160
Dini Fajrianti 21102131 Noviana Budi Astutik 21102161
Dwi Arum Lestari 21102132 Rindang Farihah 21102165
Gusti Ayu cahyani S 21102142 Rinta Amaliatus S 21102166
Mohamad Rifqi Alfian 21102150 Wulan Vatmasari 21102177
Muhammad Aris S 21102151 Zainul Hoiri 21102179

Dosen pengampu:
Rida doratin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER

TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah tren dan issue kasus penyakit dengan kondisi terminal covid 19 ini
dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Rida Doratin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku
dosen pengampu mata Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif Universitas dr.
Soebandi jember yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami
dapat mempelajarinya lebih dalam lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan
data-data dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan kita mengenai tren dan issue kasus penyakit dengan kondisi
terminal covid 19. Kami menyadari bahwa makalah ini sepenuhnya masih jauh
dari kata sempurna, oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan makalah yang kami buat agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga
makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada salah kata yang kurang berkenan di
hati pembaca.

Jember, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
MAKALAH ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.2.1 Siswa memahami Tren dan issu penyakit covid - 19 ........................ 2
1.2.2 Siswa memahami patofisiologi penyakit covid – 19......................... 2
1.2.3 Siswa dapat memaparkan hasil analisis jurnal covid -19 .................. 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian .......................................................................................... 3
2.1.2 Epidemiologi ..................................................................................... 3
2.1.3 Etiologi .............................................................................................. 4
2.1.4 Manifestasi klinis .............................................................................. 5
2.1.5 Pathway ............................................................................................. 6
BAB 3 ..................................................................................................................... 7
3.1 Metodologi Penelitian .............................................................................. 7
BAB 4 ..................................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 9
4.1 Hasil.......................................................................................................... 9
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 14
4.2.1 Implementasi Perawatan Paliatif pada Pasien Covid-19 ................. 14
4.2.2 Strategi Pemberian Perawatan Paliatif pada Pasien Covid-19 ........ 15
BAB 5 ................................................................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
5.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuan perawatan
paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang umur,
meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita.
Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal
penderita siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit
yang dideritanya (Anita, 2016)

Akhir tahun 2019 tepatnya pada bulan Desember dunia dihebohkan dengan
berita munculnya wabah pneumonia yang tidak diketahui sebab pastinya. Wabah
ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan Provinsi Hubei China. Kebanyakan
pasien pneumonia ini berawal dari pedagang di pasar Huanan yang menjual hewan
hidup yang terletak di kota Wuhan. Pada 7 Januari 2020 para peneliti berhasil
mengidentifikasi penyebab pneumonia ini yakni jenis novel coronavirus. Secara
resmi, WHO menamakan penyakit ini Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) dan
nama virus tersebut adalah SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (Levani, Prastya and Mawaddatunnadila, 2012)

Penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indonesia masih dalam masa


pertumbuhan dan masih sangat terbatas pada rumah sakit tertentu. Jumlah tenaga
kesehatan yang paham akan konsep pelayanan paliatif pun masih sangat terbatas.
Perawatan paliatif yang efektif membutuhkan pengkajian yang akurat terkait
kebutuhan fisik dan emosional, dan perencanaan yang tepat untuk mengatasi
kebutuhan personal pasien. (Anita, 2016)

Salah satu petugas kesehatan tersebut adalah perawat. Keterlibatan perawat


yang berada di garis depan dalam menangani pasien Covid-19 harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat,
serta perawat harus update perkembangan Covid-19. Akibat dari terjadinya

1
pandemi covid – 19 menyebabkan terjadinya hambatan dalam merawat
pasien covid- 19 di antaranya adanya batasan dalam beriteraksi dengan pasien covid
-19 di perlukan strategi untuk dapat mengatasi situasi ini di perlukan pengetahuan
lebih lanjut tentang bagaimana cara melakukan perawatan paliatif kepada pasien
covid – 19 maka dari itu di buatnya makalah ini untuk mebantu menambah
wawasan siswa mengenai perawatan paliatif pada pasien covid -19.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.2.1 Siswa memahami Tren dan issu penyakit covid - 19
1.2.2 Siswa memahami patofisiologi penyakit covid – 19
1.2.3 Siswa dapat memaparkan hasil analisis jurnal covid -19

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini di harapkan dapat meningkatkan wawasan
mahasiswa mengenai Covid -19, Trend dan Isue mengenai perawatan paliatif Covid
- 19. Serta dengan di buatnya makalah ini di harapkan dapat meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menyusun karya tulis ilmiah.

2
BAB 2
PENDAHULUAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum
infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Kemenkes, 2020)

2.1.2 Epidemiologi
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember
2019.Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga
berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020,
Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah
Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome 8 Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama
dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama,
namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-
CoV. Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai
KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020 (WHO, 2020). Angka kematian
kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium (Kemenkes, 2020).

3
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan adanya
kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus
pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang
ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR
4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan
angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia,
Perancis, dan Spanyol (Kemenkes, 2020). Indonesia melaporkan kasus pertama
COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga
sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan
56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%)
yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus
paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64
tahun (Kemenkes, 2020).

2.1.3 Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike),
protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. COVID-19 ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,
gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis
coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E
(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes, 2020).

Corona virus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini

4
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID19 sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes, 2020).

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas


permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.
Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda
(seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian 10
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama
72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga
dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan
pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang
mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin)
(Kemenkes, 2020).

2.1.4 Manifestasi klinis


Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah,
dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung
12 tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes, 2020).

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%
kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang
termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus
akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh
setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal
ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia)
dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah

5
tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar
mengalami keparahan (Kemenkes, 2020).

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien


yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi
molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR
(Kemenkes, 2020).

2.1.5 Pathway
Menurut (Natalie et al., 2020)

(PATHWAY)

6
BAB 3

3.1 Metodologi Penelitian


Database" mengacu pada dua sumber informasi yang digunakan untuk
mencari artikel ilmiah yang relevan. Dua database yang disebutkan adalah Science
Direct dan Scopus. Kedua database ini digunakan untuk mencari artikel terkait
perawatan paliatif pada pasien COVID-19 dan strategi selama pandemi COVID-
19.

Review ini menggunakan metode scoping review dengan fokus utama untuk
memberikan gambaran tentang perawatan paliatif pada pasien covid-19 serta
strategi yang bisa diterapkan selama masa pandemi covid-19. Format yang
digunakan dalam menyusun kata kunci yaitu dengan menggunakan PICO.
Pencarian dilakukan menggunakan mesin pencarian Science Direct dan Scopus.

Tabel 1 Format kata kunci menggunakan PICO

P I C O

Covid-19 palliative - Implementation


OR Sars- Care OR health plan
Cov-2 Palliative
Treatment
Kriteria inklusi dalam penulisan review ini adalah artikel yang membahas
terkait perawatan paliatif pada pasien dengan penyakit covid-19, artikel dengan
jenis free fulltext, berbahasa inggris dan waktu publikasi Janurari 2020-Maret 2022.
Analisis dilakukan dengan membaca judul, abstrak dan membaca jurnal secara
keseluruhan untuk dilakukan analisis review. Analisis review dilakukan dengan
merangkum isi jurnal dan mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan dari jurnal
tersebut.

7
8
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian artikel didapatkan total 1267 rtikel dengan
pembagian database Science Direct sebanyak 1210 artikel dan database Scopus
sebanyak 57 artikel. Setelah dilakukan screening artikel didapatkan tujuh artikel
utama yang terpilih yang memenuhi kriteria inklusi. Ketujuh artikel tersebut di tulis
oleh Almedia, L.K.R., et al. tahun 2022, Schmidhauser, T.F., et al. tahun 2020,
Dhala, A., et al. tahun 2020, Lovell. N., et al. tahun 2020, Palma, A., et al. tahun
2021, Flores, S., et al. tahun 2020, McCulloch, J.C., et al. tahun 2021. Masing-
masing artikel berasal dari Brazil, Inggris, Amerika Serikat, dan Chili. Ketujuh
artikel tersebut membahas terkait implementasi keperawatan paliatif pada pasien
covid-19 serta strategi pemberian perawatan paliatif pada pasien covid-19 selama
pandemic

9
NO Judul dan Penulis Tujuan Tempat Metode Hasil
Penelitian Penelitian
1. Palliative care in Untuk Ruang Cohort Perawatan palitif yang diberikan kepada
Hospitalized Middle-menggambarkan Intsalasi retrospective pasien covid-19 yaitu
Aged and Older Adults praktik Gawat dengan melihat berupa tindakan pemenuhan kebutuhan
With COVID-19 perawatan paliatifDarurat, data dasar dan kenyamanan
(Almedia,L.K.R.,et,2022) pada orang ruang berdasarkan pasien, komunikasi dengan pasien dan
dewasa paruh Intensive catatan rekam keluarga dalam
baya dan lansia Care Unit, medis pasien. pengambilan keputusan, dan
yang dirawat di dan manajemen gejala pasien
dua rumah sakit ruang rawat menggunakan obat-obatan sesuai
pusat perawatan inap. dengan gejala.
pasien covid-19
di Sao Paulo,
Brazil
2. Conservative Untuk Ruang Intervensi 1. Implementasi keperawatan yang
Management of mengembangkan Intensive penggunaan alat dilakukan pada pasien paliatif
COVID-19 rencana Care Unit penilaian dengan kategori stabil yaitu assessment
PatientsdEmergency manajemen khusus untuk menggunakan alat 3D
Palliative Care in Action perawatan paliatif pasien covid-19 dan pemeriksaan tanda vital sekali peer
(Schmidhauser, T.F., et untuk pasien yang (3D-Ticino shift, evaluasi adanya
al., tidak cocok 2019-nCov luka tekan, melakukan komunikasi
2020) dengan ventilasi Score) yang secara intensif dengan
mekanik yang berfokus pada keluarga pasien, dan kolaborasi
disesuaikan gejala utama pemberian obat sesuai dengan
dengan stadium seperti dispnea, gejala.
penyakit covid-19 distress, 2. Implementasi keperawatan yang
dilakukan pada pasien paliatif

10
dan dengan kategori tidak stabil yaitu
discomfort/pain. assessment menggunakan 3D
dua kali pershift, stop pengukuran TTV,
pemberian O2
maksimum 4L, observasi usaha
pernapasan, komunikasi
dengan keluarga terkait kondisi pasien
yang tidak stabil.
3. Implementasi keperawatan yang
diberikan pada pasien paliatif
dengan kategori end of life yaitu
assessment menggunakan 3D
dua kali pershift jika pasien sadar,
assessment ABDT2 (agitasi,
brividi/hipertermia, distress, dan
takikardi & takipnea) dua kali
pershift jika paisen tidak dapat
berkomunikasi, stop pemberian
3. Rapid Implementation Untuk Ruang Implementasi Virtual ICU dapat digunakan sebagai
and menerapkan Intensive penerapan sarana keluarga supaya
Innovative Applications penggunaan Care Unit teknologi vICU tetap dapat mendampingi pasien melalui
of a Virtual Intensive untuk siaran video call
Virtual Intensive Care Care Unit mendukung sehingga proses perawatan paliatif
Unit sebagai solusi pelaksanaan dengan melibatkan
During the COVID-19 untuk perawatan keluarga masih tetap bisa dijalankan.
Pandemic: Case Study memberikan pasien covid-19
(Dhala, A., et al., 2020) perawatan yang

11
berpusat pada
pasien sambil
melindungi pasien
dan keluarga
selama pandemic.
4. Characteristics, Symptom Untuk Ruang rawat Case series yang
1.Hasil dari penelitian menunjukan dari
Management, and mengidentifikasi inap, dilakukan 101 pasien yang dirawat
Outcomes gejala, dan Intensive pada 101 pasien
dengan perawatan paliatif mempunyai
of 101 Patients With manajemen, Care covid-19. usia rata-rata 82 tahun,
COVID- respon terhadap Unit. dengan komorbiditas paling banyak
19 Referred for Hospital pengobatan dari adalah hipertensi, diabetes
Palliative Care (Lovell. 101 pasien dan demensia.
N., et rawat inap dengan 2. Gejala yang paling umum adalah
al., 2020) covid-19 yang sesak napas, agitasi, kantuk,
dirujuk ke dan nyeri.
perawatan 3. Implementasi perawatan paliatif yang
paliatif. diberikan adalah dengan
mengontrol gajala pasien, perawatan
end of life, dan
pemberian kebutuhan psikologis.
5. Implementation of a Untuk Ruang rawat Pilot study Survei kepuasan menggunakan PTS
Palliative Hospital- mendeskripsikan inap dengan menunjukan 100% pasien
Centered implementasi memberikan menyatakan akan menggunakan PTS
Spiritual and spiritual dan implementasi kembali, 98% pasien
Psychological psikologis spiritual dan akan merekomendasikan kepada pasien
Telehealth System During menggunakan psikologi lain, dan 93%
COVID-19 Pandemic system menggunakan menyatakan setuju dengan pernyataan
(Palma, A., et al., 2021 palliative bahwa PTS membantu

12
telehealth selama telehealth untuk mengatasi situasi penyakit serius
pandemic system (PTS) yang saya alami.
covid-19
6. Novel Use Of Untuk Ruang intervensi 1.Penggunaan TM bisa menjadi media
Telepalliative menerapkan Instalasi penerapan komunikasi antara
Care In A New York City aplikasi tele Gawat telemedicine petugas Kesehatan dengan anggota
Emergency Department medicine selama Darurat untuk keluarga
During The Covid-19 pandemic mendukung 2. Penggunaan TM bisa menjadi media
Pandemic (Flores, S., et covid-19 di perawatan komunikasi antara pasien
al., Instalasi Gawat paliatif di ruang dan keluarga
2020) Darurat Instalasi 3. Penggunaan TM bisa menjadi media
Gawat Darurat komunikasi antara tim
perawatan paliatif dengan tenaga
Kesehatan lain jika
membutuhkan konsultasi jarak jauh
7. Hearts above water: Untuk Ruang Metode 1.Penggunaan teknologi telehealth
Palliative care during a mendeskripsikan perawatan kualitatif mampu mengatasi hambatan
pandemic (McCulloch, penggunaan paliatif komunikasi selama proses pemberian
J.C., teknologi sebagai perawatan paliatif pada
et al., 2021) perantara pasien dengan covid-19.
perawatan pasien 2. Dengan adanya teknologi tersebut
dan keluarga mampu memantau
keluarga dan ikut serta dalam proses pemberian
perawatan paliatif
kepada pasien.

13
4.2 Pembahasan
4.2.1 Implementasi Perawatan Paliatif pada Pasien Covid-19
Berdasarkan review hasil jurnal menjelaskan implementasi yang dilakukan
dalam memberikan perawatan paliatif pada pasien covid-19 yaitu dengan
melakukan pemenuhan kenyamanan pasien dengan mengurangi gejala, memenuhi
kebutuhan psikologis, kebutuhan spiritual serta melakukan komunikasi dengan
pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan. Didukung oleh penelitian lain
yang juga menjelaskan bahwa perawatan paliatif pada pasien covid-19 dilakukan
dengan prinsip mengurangi gejala, memberikan kenyamanan, memberikan
dukungan fisik serta spiritual dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan
pasien (Bajwah et al., 2020; Feder et al., 2020; Peate, 2020).
Pemenuhan kebutuhan kenyamanan pasien dengan mengurangi gejala fisik
merupakan salah satu implementasi perawatan paliatif pada pasien covid-19
(Almeida et al., 2022). Gejala fisik yang paling umum dialami oleh pasien covid
yang membutuhkan perawatan paliatif adalah sesak napas, agitasi, dan nyeri
(Chidiac et al., 2020; Hetherington et al., 2020; Lovell et al., 2020). Gejala sesak
napas disebabkan karena adanya peradangan di alveoli dan jaringan paru sehingga
mengganggu pertukaran oksigen (Hentsch et al., 2021). Gejala nyeri muncul
disebabkan karena infeksi covid-19 diikuti adanya pelepasan sitokin pro- inflamasi
seperti IL-1b, IL-6, dan TNF-a (Magdy et al., 2020). Coronavirus juga tidak terbatas
pada infeksi saluran pernapasan tetapi juga memiliki sifat neuroinfasif sehingga
berpotensi menimbulkan gejala neurologis seperti agitasi dan delirium (Martinotti
et al., 2020). Peran perawat dalam mengurangi gejala yang dialami pasien yaitu
dengan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk
mengatasi gejala serta melakukan monitoring gejala pasien (Fusi-Schmidhauser et
al., 2020).
Implementasi lainnya yaitu dengan memenuhi kebutuhan spiritual dan
psikologis pasien (Palma et al., 2021). Kondisi pasien yang harus melakukan isolasi
selama perawatan serta resiko perburukan penyakit yang dialami membuat pasien
merasa cemas bahkan depresi sehingga pemenuhan kebutuhan spiritual dan
psikologi sangat dibutuhkan (Ratnaningsih & Nisak, 2022). Dukungan spiritual
digambarkan sebagai sumberdaya yang membantu pasien dalam menghadapi
penyakitnya dan berkolerasi dengan penurunan tekanan emosional dan strategi
koping yang positif (Marvin et al., 2021). Dukungan psikologis merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk membantu seseorang dalam kondisi distress agar mereka
merasa lebih tenang dan lebih siap menghadapi penyakit yang sedang diderita (Adni
et al., 2020). Pemenuhan kebutuhan spiritual dan psikologis dalam perawatan
paliatif pasien covid-19 bisa dilakukan oleh perawat ataupun berkolaborasi dengan
pemuka agama dan psikologis (Palma et al., 2021).
Perawatan paliatif tidak hanya memberikan implementasi kepada pasien
akan tetapi juga kepada keluarga pasien. Perawat juga melakukan edukasi kepada
keluarga terkait kondisi pasien serta melibatkan keluarga dalam proses
pengambilan keputusan (Dhala et al., 2020). Menurut Susanti (2017) dukungan

14
keluarga memiliki hubungan dengan kualitas hidup pasien paliatif, semakin tinggi
dukungan keluarga maka semakin tinggi kualitas hidup pasien dengan perawatan
paliatif.
4.2.2 Strategi Pemberian Perawatan Paliatif pada Pasien Covid-19
Perawatan paliatif pada pasien covid-19 memiliki tantangan tersendiri
karena adanya batasan dalam berinteraksi dengan pasien untuk mengurangi resiko
penularan (Flores et al., 2020). Untuk mensiasati tantangan tersebut tenaga
kesehatan berkolaborasi dengan profesi lain mengembangkan teknologi berupa
telemedicine atau telehealth system (Dhala et al., 2020; Flores et al., 2020).
Penggunaan teknologi bertujuan untuk mengantisipasi hambatan dan keterbatasan
perawat dalam memberikan perawatan serta untuk meningkatkan kenyamanan dan
kesejahteraan pasien (Calton et al., 2020; Hendin et al., 2020; Sun & Lee, 2020).
Telemedicine baru-baru ini mengalami peningkatan penggunaan terutama
berbasis video atau virtual. Penggunaan teknologi virtual dalam perawatan pasien
covid-19 dapat membantu tenaga kesehatan dalam memonitor pasien serta
mengurangi paparan antara tenaga kesehatan dengan pasien covid-19 (Anthony,
2020; Singh et al., 2020). Penelitian tentang penggunaan telemedicine mendapatkan
hasil bahwa semua pasien merasa puas dengan penggunaan teknologi tersebut
karena dapat mengurangi ketakutan dan rasa terisolasi (Vitacca et al., 2019).
Penggunaan teknologi telemedicine juga bermanfaat untuk sarana
komunikasi keluarga dan pasien ketika pasien diharuskan untuk melakukan isolasi.
Selain mendukung komunikasi, telemedicine juga sangat penting untuk membatasi
penggunaan alat pelindung diri mengingat keterbatasan alat pelindung diri yang
tersedia (Arya et al., 2020; Humphreys et al., 2020; Powell & Silveira, 2020).
Pasien covid-19 yang harus melakukan isolasi tentu menjadi salah satu hambatan
keluarga dalam melakukan komunikasi dengan pasien, sehingga penggunaan
teknologi virtual sangat penting untuk memfasilitasi keluarga sehingga tetap bisa
melihat serta berkomunikasi dengan pasien meskipun tidak bertemu secara
langsung (Dhala et al., 2020; Currin-McCulloch et al., 2021).
Kekurangan penelitian ini adalah jurnal utama yang digunakan dalam
scoping review ini tidak dilakukan crtitical appraisal sehingga memungkinkan
untuk terjadi biasa.

15
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus. . Penyakit ini diawali dengan
munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya .Berdasarkan
hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan
dengan Pasar Seafood di Wuhan. Gejala-gejala yang dialami biasanya
bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi
tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.

5.2 Saran
Manajemen gejala: Fokus pada pengelolaan gejala seperti sesak
napas, nyeri, kecemasan, dan gejala lainnya. Ini dapat melibatkan
penggunaan obat-obatan seperti analgesik, oksigen, atau obat penenang,
jika diperlukan. Dukungan psikososial: Pasien COVID-19 yang menjalani
perawatan paliatif mungkin memerlukan dukungan psikososial, termasuk
konseling, terapi berbicara, atau dukungan dari pekerja sosial untuk
membantu mereka dan keluarganya mengatasi stres dan kecemasan.
Komunikasi terbuka: Penting untuk menjaga komunikasi terbuka dengan
pasien dan keluarganya, membicarakan perkembangan penyakit, pilihan
perawatan, dan ekspektasi. Pemantauan dan penyesuaian: Pasien COVID-
19 yang menjalani perawatan paliatif harus terus dipantau untuk menilai
perubahan dalam kondisi dan perlu menyesuaikan perawatan sesuai
kebutuhan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Anita (2016) ‘PERAWATAN PALIATIF DAN KUALITAS HIDUP PENDERITA
KANKER’, Jurnal Kesehatan, 7(3), pp. 508–513. Available at:
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26630/jk.v7i3.237.

Levani, Y., Prastya, A.D. and Mawaddatunnadila, S. (2012) ‘Coronavirus Disease


2019 (COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi’,
jurnal kedokteran dan kesehatan, 17(1), pp. 44–57. Available at:
https://doi.org/https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/viewFile/634
0/4584.

Prambudi, Trias Singgih. and Sri Setiyarini. (2023). PERAWATAN PALATIF


PADA PASIEN COVID-19: SCOPING REVIEW. Jurnal Ners
Indonesia,13(2), 146-157.

Natalia, R. N., Malinti, E., & Elon, Y. (2020). Kesigapan Remaja Dalam
Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15 No
2.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Protokol Kesehatan bagi masyarakat di tempat


dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan pengendalian corona virus
disease 2019 (covid-19). Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2020).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Panduan Pencegahan


dan Pengendalian COVID-19. https://covid19.kemkes.go.id/protokolcovid-
19/kmk-no-hk-01-07-menkes-413- 2020-ttg-pedoman-pencegahan-
danpengendalian-covid-19

17

Anda mungkin juga menyukai