Disusun oleh:
Pembimbing
dr. Lina Marlinawati, Sp.OG., M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Preeklamsia..................................................................................................4
2.1.1 Definisi........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi........................................................................................................4
2.1.3 Faktor Risiko...............................................................................................5
2.1.4 Patogenesis..................................................................................................5
2.1.5 Diagnosa......................................................................................................6
2.2 Letak Sungsang..............................................................................................6
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi...............................................................................6
2.2.2 Insidensi......................................................................................................8
2.2.3 Faktor Risiko...............................................................................................8
2.2.4 Diagnosis.....................................................................................................8
2.2.5 Mekanisme Persalinan................................................................................9
2.3 Corona Virus Disease (COVID 19).............................................................11
2.3.1 Definisi......................................................................................................11
2.3.2 Pemeriksaan PCR Swab............................................................................13
2.3.3 Penatalaksanaan........................................................................................14
2.3.3.1 Tanpa Gejala..........................................................................................14
2.3.3.2 Derajat ringan.........................................................................................15
2.2.3.3 Derajat sedang........................................................................................17
2.3.3.4 Derajat berat / kritis................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................20
3.1 Identitas Pasien dan Keluarga......................................................................20
3.2 Profil Keluarga yang Tinggal Satu Rumah..................................................21
ii
3.3 Resume Penyakit..........................................................................................21
3.3.1 Anamnesis.................................................................................................21
3.3.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................23
3.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................25
3.4.1 Pemeriksaan Laboratorium.......................................................................25
3.5. Diagnosis.....................................................................................................26
3.5 Penatalaksanaan...........................................................................................26
3.8 Pola Konsumsi Keluarga..............................................................................27
3.9 Perilaku Kesehatan Keluarga.......................................................................27
3.10 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan......................28
3.11 Pengelolaan Komprehensif........................................................................29
3.12 Perjalanan Penyakit....................................................................................30
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini sebagai
tugas kepaniteraan di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Achmad Yani.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai “G2P0A1 Usia Kehamilan 36
– 37 minggu + PEB + Letak Sungsang + Janin Hidup Tunggal Intrauterin +
Kasus Terkonfirmasi Covid 19”
Dalam kesempatan ini pula, kami ingin menyampaikan terima kasih yang
tak terhingga kepada yang kami hormati :
1. H. Undang Gani, dr., Sp.OG. Selaku Kepala Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Lina Marlinawati, dr., Sp.OG., M. Kes selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman sejawat dokter muda Fakultas Kedokteran Unjani yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas bantuan
dan dukungannya sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan dengan
baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena
itu kritik dan saran sangat kami harapkan, agar proses pembelajaran ini dapat
menjadi lebih baik lagi, mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
dan bagi seluruh pihak yang membacanya.
Penyusun
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berkaitan dengan fenomena kematian maternal dan perinatal serta penyakit alat
reproduksi wanita.
Dengan adanya obstetri sosial, masalah obstetri tidak hanya dipandang
dari segi klinisnya saja, namun diperhatikan juga faktor lingkungan yang
mempengaruhi fungsi reproduksi manusia. Hal ini penting karena masalah
obstetri di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keadaan sosio-ekonomi,
pengetahuan yang kurang dengan kepercayaan-kepercayaan dan peranan
dukun/paraji yang masih dapat ditemukan dalam pelayanan kepada ibu hamil.
Dengan memperhatikan keadaan-keadaan tersebut, maka hasil pelayanan
obstetri sosial yang dicapai akan lebih sempurna. Berdasarkan hal tersebut
diatas maka dibutuhkan pemahaman yang baik serta menyeluruh terhadap
masalah obstetri pada seorang wanita hamil termasuk aspek sosial
didalamnya yang sering diabaikan oleh para tenaga medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklamsia
2.1.1 Definisi
Preeklampsia merupakan suatu hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan
diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya proteinuria dan gangguan organ.
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.8
2.1.2 Etiologi
Mengenai penyebab terjadinya preeklamsia masih belum dapat dijelaskan.
Teori yang dapat dikemukakan saat ini adalah akibat dari iskemia plasenta.
Banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia, diantara faktor-faktor itu yang
ditemukan seringkali sukar ditentukan antara faktor penyebab dan akibat.
Teori-teori tersebut antara lain6,9 :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan.
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler
sehingga penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisin, yang kemudian
diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin
III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi tombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan
endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang makin sempurna adalah pada kehamilan berikutnya.
3. Peran faktor genetik/familial
4
5
2.1.4 Patogenesis
Preeklampsia merupakan hasil akhir berbagai faktor yang memungkinkan
meliputi sejumlah faktor pada ibu, plasenta, dan janin. Faktor- faktor yang
dianggap penting, yaitu :6
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada
pembuluh darah uterus
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif diantara jaringan
maternal, plasental, dan fetal
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal
4. Faktor-faktor genetik, termasuk gen predisposisi yang diwariskan
2.1.5 Diagnosa
Preeklamsia digolongkan menjadi preeklamsia berat bila ditemukan satu atau
lebih gejala sebagai berikut :6,8,9
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥110mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
6
dengan cepat.
- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar
alanin dan aspartate aminotrasferase.
- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
bokong sehingga salah satu atau lutut berada berada paling bawah di jalan
lahir.
2.2.2 Insidensi
Presentasi bokong terjadi sekitar 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada
usia kehamilan cukup bulan (≥ 37 minggu). Presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum usia kehamilan 28 minggu,
kejadian presentasi bokong terjadi berkisar antara 7-15% dan sebagian besar akan
berubah menjadi presentasi kepala setelah usia kehamilan 34 minggu.10,12
2.2.3 Faktor Risiko
Faktor risiko untuk terjadinya malpresentasi letak sungsang diantaranya ialah
riwayat persalinan sungsang sebelumnya, volume cairan amnion yang berlebih,
kehamilan multifetus, kelainan struktural uterus, tumor pelvis, plasenta previa,
hidrosefalus atau anesefalus.11
2.2.4 Diagnosis
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan leopold. Pada
pemeriksaan leopold 1 teraba bagian keras, bundar dan melenting di fundus uteri.
Punggung anak dapat teraba di salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil di
9
terletak di permukaan bokong. Bila kaki sudah lahir seperti pada letak bokong
kaki, letak lutut dan letak kaki, bokong dipegang sedemikian rupa, sehingga kedua
ibu jari terletak pada lipat paha dan jari-jari lainnya menggenggam bokong.
Bokong dibawa ke atas ke arah perut ibu dan sedikit ke kiri atau ke kanan sesuai
letak punggung anak sama sekali tidak boleh ditarik karena lengan dapat
menjungkit. Bokong kemudian terus dibawa ke arah perut ibu sampai kepala lahir.
Keuntungan pertolongan secara bracht ialah bahwa tangan sama sekali tidak
masuk ke dalam jalan lahir, sehingga memperkecil kemungkinan infeksi.10
Komplikasi yang mungkin timbul pada persalinan presentasi bokong, yaitu
pada ibu dapat terjadi laserasi saluran genital, pada persalinan pervaginam dapat
menyebabkan robekan dinding vagina atau serviks, atonia uteri bahkan
perdarahan post partum.11
Terdapat faktor pendukung untuk persalinan sectio cesarea pada presentasi
bokong, yaitu kurangnya pengalaman penolong dalam persalinan pervaginam,
janin besar >3800-4000, janin prematur yang tampak sehat, pertumbuhan janin
terhambat, anomali janin yang tidak sesuai dengan persalinan per vaginam,
riwayat kematian perinatal sebelumnya, incomplete breech, hiperekstensi kepala,
cephalo-pelvic dispropotion.11
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk ke dalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul.
Diduga bahwa after coming head, kepala harus lahir 8 menit karena akan
terjadi hipoksia.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan
dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung karena
bagian depan anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
4. Kontak Erat : Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable
atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau
lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti
bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi
setempat.
Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala,
ringan, sedang, berat dan kritis.14
1. Tanpa gejala Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak
ditemukan gejala.
2. Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia,
napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit
tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
hilang pembau (anosmia) atau hilang perasa (ageusia) yang muncul
sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua
dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan
tidak ada demam.
3. Sedang/Moderat Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda
klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan Atau
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau
sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada
tanda pneumonia berat). Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit;
13
usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun,
≥30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan
tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu
dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 <
93% pada udara ruangan. Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
- Sianosis sentral atau SpO2<93%
- Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding
dada yang sangat berat)
- Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
- Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan, ≥60x/menit;
usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun,
≥30x/menit.
5. Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis
dan syok sepsis.
2.3.2 Pemeriksaan PCR Swab
Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis.
Pemeriksaan PCR untuk seorang pasien maksimal hanya dilakukan sebanyak tiga
kali, bila pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan
di hari ke dua. Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan
pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua). 14
Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan pada
pasien yang berat. Bila terjadi perbaikan klinis, maka untuk follow-up pasien
dengan gejala berat/kritis, dilakukan pengambilan swab 1 kali yaitu pada hari ke-7
untuk menilai kesembuhan, sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian
Kesehatan RI Hal 95.14
14
Untuk pasien yang dirawat inap, pemeriksaan PCR hanya dilakukan sebanyak
maksimal tiga kali. Untuk follow-up, dapat dilakukan setelah sepuluh hari dari
pengambilan swab yang positif. Bila setelah klinis membaik, bebas demam
selama tiga hari dan pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif, harus
dilihat hasil Cycle Threshold (CT) value. Hasil CT value yang > 30 menujukkan
yang terdeteksi adalah fragmen / partikel dari virus. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa kondisi pasien tidak infeksius (tidak menular). 14
2.3.3 Penatalaksanaan
2.3.3.1 Tanpa Gejala
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas publik
yang dipersiapkan pemerintah. Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Kontrol di FKTP terdekat setelah
10 hari karantina untuk pemantauan klinis. 14
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa
ke rumah): pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari. Ke
dua selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan
anggota keluarga, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin, jaga jarak dengan keluarga (physical distancing), upayakan
kamar tidur sendiri / terpisah, menerapkan etika batuk (diajarkan oleh tenaga
medis), alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun, berjemur matahari
minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3
sore), pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik /
wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang lainnya
sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci, ukur dan catat suhu tubuh 2
kali sehari, segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC, perhatikan ventilasi, cahaya dan udara.
Kemudian membuka jendela kamar secara berkala, bila memungkinkan
menggunakan APD saat membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila
15
memungkinkan sarung tangan dan goggle, cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun atau hand sanitizer sesering mungkin, bersihkan kamar setiap hari , bisa
dengan air sabun atau bahan desinfektan lainnya.14
Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit. Anggota keluarga senanitasa pakai
masker, jaga jarak minimal 1 meter dari pasien, senantiasa mencuci tangan,
jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih, ingat senantiasa
membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar, bersihkan sesering mungkin
daerah yg mungkin tersentuh pasien misalnya gagang pintu.14
c. Farmakologi
Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap
melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum
terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE inhibitor dan Angiotensin
Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau
Dokter Spesialis Jantung.14
- Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan tablet Vitamin C non acidic 500
mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari), tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral
(selama 30 hari), multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari), dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin
C,B, E, Zink.
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
2.3.3.2 Derajat ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang
dipersiapkan pemerintah. Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan
16
pemantauan kondisi pasien. Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke
FKTP terdekat.14
b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala).14
c. Farmakologis
- Vitamin C dengan pilihan: Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam
oral (untuk 14 hari), tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30
hari), multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam (selama
30 hari), dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C,B, E,
zink
- Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
- Salah satu dari antivirus berikut ini: Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12
jam/oral selama 5-7 hari atau kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2
x 400/100mg selama 10 hari atau Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral
selama 5 hari
- Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau
Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg) dosis 400 mg/24 jam/oral
(untuk 5-7 hari) dapat dipertimbangkan apabila pasien dirawat inap di RS
dan tidak ada kontraindikasi.
- Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan
untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
2.2.3.3 Derajat sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Darurat
COVID-19. Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/ Rumah Sakit
Darurat COVID-19.14
17
b. Non Farmakologis
- Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi
cairan, oksigen
- Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jenis,
bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto
toraks secara berkala.
c. Farmakologis
- Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
- Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau Hidroksiklorokuin
(sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari)
- Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) ATAU sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis
750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
- Salah satu antivirus berikut : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari atau
kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10 hari atau
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1
dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau Remdesivir 200 mg IV drip/3jam
dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3 jam selama 9 – 13 hari
- Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat halaman 52-60)
- Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.14
2.3.3.4 Derajat berat / kritis
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara kohorting.14
b. Non Farmakologis
- Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
cairan), dan oksigen
18
- Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari atau kombinasi
Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10 hari atau Favipiravir
(Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau Remdesivir 200 mg IV drip/3jam
dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3 jam selama 9 – 13 hari
- Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat halaman 52-60)
- Deksametason dengan dosis 6 mg/ 24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain
yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen
atau kasus berat dengan ventilator
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman tatalaksana syok
yang sudah ada (lihat halaman 43)
- Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi
- Pertimbangkan untuk diberikan terapi tambahan lain sesuai kondisi klinis pasien
dan ketersediaan di fasilitas pelayanan kesehatan masing-masing apabila terapi
standard tidak memberikan respons perbaikan. Contohnya anti-IL 6 (tocilizumab),
plasma konvalesen, Mesenchymal Stem Cell (MSCs)/ Sel Punca dan lainlain
(poin 7 halaman 23 sampai 32).
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
G2P0A1:
1. 2019 Abortus
2. 2020 (Hamil Saat Ini)
Tabel 2. Riwayat Obstetri
Tahun Usia Tempat Penolong Jenis BB dan ASI Keterangan
Kehamilan Kelamin PB
2019 Abortus -
3.5. Diagnosis
Pre-Operasi: G2P0A1 Usia Kehamilan 36 – 37 minggu + Letak Sungsang
+ PEB + Janin Hidup Tunggal Intrauterin + Kasus Konfirmasi Covid 19
Post-Operasi: P1A1 Partus Maturus SC a/i Letak Sungsang + PEB +
Kasus Konfirmasi Covid 19
3.5 Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
Istirahat yang cukup
Makan makanan dengan gizi seimbang dan minum cukup cairan.
Medikamentosa
15:50
1) MgSo4 Maintenance Dose
RL 100cc + MgSO4 40% 4 gram, habiskan dalam 15 menit
RL 500cc + MgSO4 40% 6 gram 20 tpm
26
ini cukup bervariasi. Adapun variasi makanan adalah sebagai berikut: nasi,
lauk (tahu, tempe, ikan, telur), sayur hijau, serta air minum berupa air
mineral atau teh. Pasien mengkonsumsi ayam dan daging, kira-kira
seminggu/dua minggu sekali. Pasien juga mengkonsumsi makanan ringan
berupa biskuit dan roti.
memiliki langit- langit, dinding terbuat dari batu bata yang sudah dicat.
Lantai rumah sudah diberi ubin. Kebersihan di dalam rumah cukup baik.
Pencahayaan dan sirkulasi di dalam rumah cukup baik. Sumber air minum
berasal dari galon. Rumah memiliki kamar mandi dan jamban sendiri.
Pasien mandi dan buang air besar menggunakan kamar mandi dan jamban
sendiri. Sampah dibuang ke kebun, tidak tersedianya tempat pembuangan
sampah di luar rumah.
3. Faktor sarana pelayanan kesehatan
Terdapat Puskesmas yang berjarak ±2,5 km, waktu perjalanan yang
ditempuh dengan kendaraan sekitar 10-15 menit. Terdapat bidan yang
berjarak 1 km dari rumah pasien.
4. Faktor keturunan
Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat alergi, riwayat diabetes
mellitus, hipertensi, dan sakit jantung.
5. Faktor Keluarga
Suami pasien bekerja sebagai kasir di toko swalayan. Suami pasien
selalu memakai masker pada saat bekerja. Ketika pulang ke rumah suami
pasien tidak segera mandi tetapi beristirahat terlebih dahulu dalam waktu ±
15-20 menit.
Upaya kuratif dilakukan dengan pemberian tablet Fe dan juga calcium yang
harus rutin dikonsumsi setiap hari selama hamil.
d. Rehabilitatif
Pengelolaan rehabilitatif ditujukan untuk kondisi nifas pasien atau setelah
melahirkan baik dari sisi fisik maupun psikis. Dalam hal ini perlu edukasi kepada
suami dan keluarga untuk meberikan dukungan dan membantu pasien
mempersiapkan mental dan jasmani mengembalikan kondisi pasien sehingga
dapat beraktivitas seperti sebelumnya, membantu pasien dalam memilih
kontrasepsi yang akan dipakai.
3.12 Perjalanan Penyakit
13/07/2020 15:32
S: G2P0A1 Gravida 36-37 minggu + Letak sungsang + PEB ; IgM Covid (+)
dirujuk dari RS Mitra Kasih dengan hasil Covid IgM reaktif mengeluh mulas -
mulas sejak 3 hari yang lalu, keluhan keluar air-air dari jalan lahir tidak ada.
Pasien mengeluh panas badan sejah 2 hr yang lalu disertai batuk. Riwayat pergi ke
tempat keramaian (+). Membawa hasil USG dengan hasil posisi bayi sungsang.
Tekanan darah naik sejak 2 hari yang lalu. Pergerakan bayi aktif dirasakan oleh
ibu.
O: KU: Baik
Kesadaran: compos mentis
Kesan Sakit : sakit sedang
TD: 170/70 R: 22x/m
N: 98x/m S: 38 C
Kepala: mata konjungtiva anemis -/- , sclera ikterik -/- Leher: KGB tidak
teraba membesar
Thorax: Cor: BJ I/II murni regular Pulmo: Bentuk gerak simetris, VBS +/+
Abdomen: Cembung gravidarum, BU (+)
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2 detik, edema (-) Pemeriksaan protein
urine: +3
Status Obstetrikus:
Payudara : Putting menonjol +/+
30
Siapkan SC (17.05)
14/07/2020 (10.00)
S: Pasien telah melahirkan bayi perempuan dengan BBL 2200 gram, PB: 49cm,
hidup
O: Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis
TD: 130/90 mmHg R: 20x/menit
N: 92x/menit S: 38 C
Kepala: mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Leher: KGB tidak teraba
membesar
Thorax: bentuk gerak simetris Cor: BJ I/II murni regular Pulmo: VBS +/+
Abdomen: BU (-)
Ekstremitas: akral hangat. CRT <2 detik
Status obstetrikus: Payudara: puting menonol +/+ ASI: -/-
Abdomen : Datar, TFU 3 jari dibawah pusat , kontraksi baik, luka operasi tertutup
verban
A: P1A1 Partus Maturus SC a/i Letak Sungsang + PEB + Kasus
Konfirmasi Covid 19
31
15/07/2020 (11.45)
S: Tidak ada keluhan
O: KU: sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda vital : dalam batas normal
Kepala: mata: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- Leher: KGB tidak teraba
membesar
Thorax: bentuk gerak simetris Cor: BJ I/II murni regular Pulmo: VBS +/+
Abdomen: BU (+)
Ekstremitas: akral hangat. CRT <2 detik
Status obstetrikus: Payudara: puting menonol +/+ ASI: -/-
Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat , luka operasi tertutup verbant
A: P1A1 Partus Maturus SC a/i Letak Sungsang + PEB + Kasus
Konfirmasi Covid 19
P: Infus RL 20 tpm
Cefixime 2 x 100 gr
Paracetamol 3x500 mg
Vitamin C 2x500mg
Ganti verbant
Menunggu hasil swab
16/07/2020 (13.45)
32
17/07/2020 (12.05)
S: Tidak ada keluhan
O: KU: baik
Kesadaran: compos mentis
TD: 120/70 mmHg R: 24x/menit
N: 82x/menit S: 36,8 C
Kepala: mata: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- Leher: KGB tidak teraba
membesar
Thorax: bentuk gerak simetris Cor: BJ I/II murni regular Pulmo: VBS +/+
Abdomen: soepel, BU (+)
Ekstremitas: akral hangat. CRT <2 detik
33
19/07/2020 (12.00)
Pasien pulang atas persetujuan dokter
BAB IV
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA