Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

G4P3A0H3 gravid 11-12 minggu+


Janin Tunggal Hidup Intrauterin+BSC 1x

Disusun Oleh:
dr. Ria Dwi Utami

Dokter Pendamping :
dr. Marina

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS SENAPELAN
PEKANBARU
2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... I


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Kehamilan risiko tinggi ...................................................................... 3
2.1.1Definisi ..................................................................................... 3
2.1.2 Faktor risiko ............................................................................... 3
2.1.3 Dampak ...................................................................................... 7
2.1.4 Tatalaksana ................................................................................. 8
2.2 Plasenta previa ................................................................................... 9
2.2.1 Definisi .............................................................................. 9
2.2.2 Etiologi dan faktor risiko ................................................. 10
2.2.3 Diagnosis .......................................................................... 11
2.2.4 Tatalaksana ....................................................................... 13
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan responsi kasus yang berjudul
“G4P3A0H3 gravid 11-12 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin+ BSC 1x. ” ini
dengan baik. Responsi kasus ini disusun dalam rangka mengikuti Internsip dokter
umum Puskesmas Senapelan Pekanbaru Riau.
Dalam penyusunan tugas ini, banyak pihak yang telah membantu dari awal
hingga akhir, baik moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Marina selaku Pendamping Internsip dokter umum Puskesmas Senapelan
Pekanbaru Riau.
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan dan
kedokteran.

Pekanbaru, Februari 2024

Penulis

I
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung
dari awal masa hari pertama haid terakhir. 1 Kehamilan sebagai keadaan fisiologis
dapat juga diikuti oleh keadaan patologis yang akan mengancam ibu dan janin.
Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga
kelainan yang ada dapat dikenali lebih dini. Misalnya perubahan yang terjadi yaitu
edema tungkai bawah di trimester terakhir. Dan ada juga edema pada tubuh bagian
atas yang disertai dengan adanya peningkatan tekanan darah yang disebut juga pre
eklamsia.2
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang
dikandungannya selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Sampai saat ini
kehamilan risiko tinggi masih menjadi ancaman yang terbesar bagi upaya
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin dimana saja di seluruh dunia. Kehamilan
risiko tinggi masih menjadi masalah pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
obstetrik.
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab terjadinya kematian tersebit di Indonesia yaitu perdarahan,
abortus, dan infeksi.3 Menurut WHO, AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa dan
memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan.3
Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 50,57%,
disusul kemudian pada waktu hamil sebesar 25,04% dan pada waktu persalinan
sebesar 24,39%. Penyebab utama masih tingginya AKI di Indonesia adalah
perdarahan adalah karena anemia yang terjadi pada masa kehamilan. Biasanya
kematian ibu dikarenakan tidak mempunyai akses ke pelayanan sekunder, terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Faktor kematian ibu juga bisa terjadi

1
karena kondisi ibu sendiri dengan kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua saat
melahirkan, terlalu muda saat melahirkan, terlalu banyak anak, terlalu rapat jarak
kelahiran anak/paritas.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan Risiko Tinggi
2.1.1 Definisi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan
timbulnya bahaya dan menimbulkan komplikasi yang lebih tinggi terhadap
ibu dan janin serta akan menyebabkan kesakitan, kematian, kecacatan dan
ketidaknyamanan. Ibu dengan kehamilan dengan risiko tinggi dibandingkan
dengan kehamilan normal maka akan menyebabkan bahaya yang lebih besar
pada kehamilan atau persalinannya.5
2.1.2 Faktor risiko kehamilan risiko tinggi
Untuk menilai pendekatan kehamilan risiko tinggi dapat menggunakan
instrumen skor poedji rochjati. Skor ini memiliki beberapa fungsi bagi ibu
hamil dan tenaga kesehatan. Bagi ibu hamil berfungsi sebagai informasi karena
skor mudah diterima oleh ibu dan keluarga. Bagi tenaga kesehatan berfungsi
sebagai tanda peringatan dini agar lebih waspada. Semakin tinggi skor, maka
dibutuhkan pertimbangan klinis dan penanganan yang lebih lanjut. Sesuai
dengan sistem skor, didapatkan setiap ibu hamil memiliki sistem skor minimal
2.6,7 Dalam instrument tersebut dapat dijumpai beberapa faktor risiko pada ibu
hamil. Faktor risiko tersebut dikelompokkan menjadi tiga, berdasarkan kapan
ditemukan, cara pengenalan dan sifat atau tingkat risikonya, yaitu:7,8
A. Kelompok Faktor Risiko I
Tergolong Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO), terdapat sepuluh
faktor risiko berupa 7 terlalu dan 3 pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda,
primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 35 tahun, grande multi, anak terkecil
umur <2 tahun, tinggi badan rendah (≤145 cm). Tiga pernah adalah riwayat
obstetri buruk, persalinan lalu mengalami perdarahan pascapersalinan dengan
infus/transfusi, uri manual dan bekas operasi sesar.8 Berikut ini yang termasuk
dalam kelompok faktor risiko I:7
1. Primi muda

3
Ibu yang hamil pertama pada usia <20 tahun, berisiko mengalami kehamilan
risiko tinggi, dikarenakan rahim, panggul dan alat reproduksi belum cukup
matang untuk melakukan fungsinya. Rahim baru siap melakukan fungsinya
setelah mencapai usia 20 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia ini fungsi
hormonal sudah maksimal.
2. Primi tua
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih pada saat hamil pertama disebut primi
tua. Hal ini termasuk dalam faktor risiko karena pada usia ini mudah terjadi
pernyakit pada organ reproduksi yang menua dan jalan lahir yang juga mulai
kaku. Ibu kemungkinan dapat melahirkan anak yang cacat, persalinan macet dan
perdarahan.
3. Jarak usia anak terkecil <2 tahun
Hal ini termasuk risiko pada kehamilan dikarenakan organ reproduksi belum
adekuat setelah persalinan sebelumnya.
4. Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan jarak persalinan sebelumnya >10 tahun dikarenakan seperti
menghadapi persalinan yang pertama.
5. Grande multi
Ibu yang pernah hamil atau melahirkan empat kali atau lebih karena ibu
melahirkan maka akan berisiko mengalami banyak komplikasi.
6. Umur ibu 35 tahun atau lebih
Pada usia ini terjadi beberapa perubahan pada organ reproduksi dan jalan lahir
juga mulai kaku.
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
Ibu dengan risiko ini akan berisiko mengalami panggul yang tidak proporsional
terhadap kepala janin.
8. Riwayat obstetri buruk
Berupa keguguran atau janin mati dalam kandungan.
9. Persalinan sebelumnya dengan tindakan
Baik persalinan melalui jalan lahir biasa atau pervaginam dengan bantuan

4
cunam/forsep/vakum atau tindakan manual plasenta.
10. Riwayat operasi sesar
Hal ini dikarenakan terdapat luka bekas operasi yang berisiko menyebabkan
robekan pada rahim.
B. Kelompok Faktor Risiko II
Tergolong Ada Gawat Obstetrik (AGO), yaitu berupa:7
1. Penyakit yang menyertai kehamilan ibu, seperti: anemia, malaria, tuberkulosis
paru, gagal jantung, diabetes mellitus dan penyakit menular seksual. Keadaan ini
akan menyebabkan fisik ibu menurudan dan berakibat buruk bagi bayi dalam
kandungan ibu.
2. Bengkak pada muka atau tungkai dan tekanan darah tinggi.
Tanda- tanda tekanan darah tinggi, yaitu terdapat edem pada wajah atau tungkai
karena terdapat penumpukan cairan di interstitial. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan janin ataupun kematian janin dalam kandungan.
3. Hamil kembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan kembar rahim ibu akan membesar dan menekan organ dalam sehingga
menyebabkan keluhan seperti sesak napas, edem tungkai, varises dan hemoroid.
4. Hidramnion atau hamil kembar air
Hidramnion merupakan kehamilan dengan volume cairan amnion lebih dari 2000
mL yang biasanya nampak pada trimester III.
5. Janin mati dalam kandungan atau intrauterine fetal death (IUFD)
Ibu datang dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin, perut terasa mengecil
dan payudara mengecil. Jika gerakan janin melemah dalam 12 jam maka janin
mungkin terancam.
6. Hamil lebih bulan atau hamil serotinus
Hamil serotinus adalah ibu dengan usia kehamilan >42 minggu. Pada usia
kehamilan ini fungsi plasenta dan pembuluh darah menurun.
7. Letak sungsang
Merupakan letak janin dalam rahim dengan posisi kepala diatas dan bokong atau

5
kaki dibawah.
8. Letak lintang
Merupakan letak janin dalam rahim dengan posisi kepala di sampingkanan atau
kiri ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena
sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
C. Kelompok Faktor Risiko III
Tergolong Ada Gawat Darurat Obstetrik (AGDO), yaitu berupa:7
1. Perdarahan pada saat kehamilan
Perdarahan saat kehamilan dapat mengancam nyawa ibu dan janin.
2. Preeklamsia berat dan eklamsia
Preeklamsia berat terjadi jika ibu dengan preeklampsia ringan tidak dirawat dan
ditangani dengan benar. Preeklamsia berat dapat mengakibatkan kejang-kejang
atau eklamsia.
Setelah dilakukan skoring kemudian ibu dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu:9,10
1. Kehamilan risiko rendah (KRR). Merupakan kehamilan kode hijau dengan
jumlah skor 2, yaitu kehamilan tanpa faktor risiko atau penyulit sehingga
kemungkina besar ibu akan melahirkan normal serta keadaan ibu dan janin baik.
2. Kehamilan risiko tinggi (KRT). Dengan jumlah skor 6-10 dengan kode warna
kuning. Merupakan kehamilan dengan satu atau dua faktor risiko sehingga
memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan maupun persalinan namun
tidak darurat.
3. Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST). Ibu dengan jumlah skor ≥12 kode warna
merah. Pada kondisi ini tingkat kegawatan ibu hamil meningkat sehingga
persalinan harus dilakukan di rumah sakit dengan dibantu oleh dokter spesialis.

6
Gambar 2.1 Skor Poedji Rochjati6
2.1.3 Dampak kehamilan risiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi dapat berdampak pada ibu dan janin, yaitu:8
A. Bagi ibu
1. Abortus

7
Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup, yaitu
pada usia kehamilan <20 minggu.
2. Partus macet
Merupakan pola persalinan yang abnormal dimana terjadi perlambatan atau
penghentian pada fase laten dan fase aktif yang ditandai dengan berhentinya
dilatasi serviks atau penurunan janin secara total atau keduanya.
3. Perdarahan ante partum dan post partum
Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak
dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.
4. IUFD
Merupakan kematian janin dalam rahim sebelum terjadi proses persalinan, usia
kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram dapat juga
mengakibatkan kelahiran mati.
5. Preeklamsi dan eklamsi
Penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama kematian serta penyakit pada
bayi dan ibu hamil di seluruh dunia.
B. Bagi janin
1. Bayi lahir belum cukup bulan
2. Disebut bayi preterm ataupun bayi premature, yaitu bayi yang lahir pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
3. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab
utama BBLR adalah masalah selama kehamilan pada ibu, dapat berupa penyakit
penyerta pada ibu, kurang nutrisi, maupun usia ibu.
2.1.4 Tatalaksana kehamilan risiko tinggi
Tatalaksana kehamilan risiko tinggi dikelompokkan berdasarkan
kelompok faktor risikonya, yaitu:7,8
1. Kelompok KRR membutuhkan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada tiap
kontak berulang kali mengenai kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

8
Perawatan kehamilan dapat dilakukan oleh bidan tanpa perlu dirujuk, tempat
persalinan dapat dilakukan di rumah atau di polindes yang ditolong oleh bidan.
2. Kelompok KRT membutuhkan KIE berulang kali agar peduli sepakat untuk
melakukan rujukan terencana ke pusat rujukan. Perawatan kehamilan dapat
dilakukan oleh bidan atau dokter dengan rujukan ke puskesmas, tempat persalinan
dapat dilakukan di polindes, puskesmas atau di rumah sakit yang ditolong oleh
bidan atau dokter.
3. Kelompok KRST merupakan kondisi yang mengancam nyama bagi ibu dan
ataupun janin sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit. Tempat pesalinan
dilakukan di rumah sakit dengan dibantu oleh dokter spesialis.
2.2 Plasenta previa
2.2.1 Definisi
Plasenta previa adalah penutupan lengkap atau sebagian dari ostium
internal serviks oleh plasenta. Plasenta previa merupakan kelainan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat
keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
akhir.11,12
Klasifikasi plasenta previa:13
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal.

9
2.2.2 Etiologi dan Faktor risiko
Plasenta previa masih belum diketahui penyebab pastinya. Namun ada
hubungannya anatra kerusakan endometrium dan jaringan parut uterus.
Strassman mengatakan bahwa faktor penyebab plasenta adalah vaskularisasi
yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan
sedangkan Browne mengatakan faktor penting terjadinya plasenta previa
adalah vili khorialis persisten pada desidua kapularis. 11,14
Beberapa teori yang menjelaskan plasenta previa sebagai berikut:
a. Teori dropping down, ovum yang telah dibuahi jatuh kebawah dan berinplantasi di
segmen bawah rahim. Penyebabnya bisa dikarenakan reaksi desidua yang tidak
baik.
b. Aktifitas kronik yang persisten pada desidua kapsularis yang perkembangan
selanjutnya menjadi plasenta kapsuler sehingga berkontak dengan desidua vera
dari segmen bawah rahim dapat menjadi plasenta previa letak rendah.
c. Defek pada desidua, menyebabkan penyebaran vili khorionik pada daerah yang
luas pada dinding uterus. Selama proses ini tidak hanya plasenta yang menjadi
membranasea tetapi juga meluas ke segmen bawah rahim. 15
Faktor risiko dari plasenta previa adalah sebagai berikut:
1. Umur dan paritas
● Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di
bawah umur 25 tahun
● Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
● Plasenta previa banyak dijumpai pada usia muda dan paritas kecil. Hal ini
disebabkan oleh pada usia muda diaman endometrium masih belum matang
2. Hipoplasia endometrium jika menikah dan hamil pada usia muda.
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan yang berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
5. Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endometrium.

10
6. Kadang-kadang pada malnutrisi.11
2.2.3 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinik dan beberapa
pemeriksaan.
1. Anamnesis
a. Gejala pertama yang membawa pasien ialah perdarahan pada
kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester
III).
b. Sifat perdarahannya berupa tanpa nyeri, dan berulang. Perdarahan
timbul tanpa sebab dan kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu
bangun tidur. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang
lebih banyak dari sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada
plasenta dan pembuluh darah yang robek karena (a) terbentuknya
segmen bawah rahim; (b) terbukanya ostium atau oleh manipulasi
intravaginal atau rektal. Sedikit atau banyaknya perdarahan tergantung
pada besar dan banyaknya pembuluh darah yang robek dan plasenta
yang lepas.
2. Inspeksi
a. Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam banyak, sedikit,
darah beku, dan sebagainya.
b. Jika terjadi perdarahan biasanya pasien akan tampak pucat atau
anemis.
3. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan sehingga fundus uteri masih rendah.
b. Sering dijumpai kesalahan letak janin.
c. Bagian terbawah janin belum turun.
4. Pemeriksaan inspekulo
a. Dengan memakai spekulum untuk melihat dari mana asal perdarahan,
apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan serviks, vagina, varises
pecah, dan lain-lain.

11
5. Pemeriksaan radio-isotop
a. Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) oleh
Stevenson, 1934; yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah
untuk mencoba melokalisir plasenta.
b. Sitografi; mula-mula kandung kemih di- kosongkan, lalu dimasukkan
40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas
panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih
berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat kemungkinan plasenta previa.
c. Plasentografi indirek; yaitu membuat foto seri lateral dan
anteroposterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah
berdiri. Foto dibaca dengan cara menghitung jarak antara kepala--
simfisis dan kepala promontorium.
d. Arteriografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri
femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia
akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto
dan juga lokasinya.
e. Amniografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga
amnion, lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong (di
luar janin) dalam rongga rahim.
f. Radioisotop plasentografi; dengan menyuntikkan zat radio aktif,
biasanya radioiodinated serum albumin (RISA) secara intravena, lalu
diikuti dengan detektor GMC.
6. Ultrasonografi
a. Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
7. Pemeriksaan dalam
a. Bahaya pemeriksaan dalam dapat menyebabkan perdarahan yang
hebat, terjadi infeksi, menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus
prematurus.

12
b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam: pasang infus dan persiapkan
donor darah, pemeriksaan dilakukan di kamar bedah, raba bantalan
antara jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior) yang
disebut uji forniks (fornices test), bila ada darah beku dalam vagina,
keluarkan sedikit-sedikit dan pelan.
c. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum adalah
menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh plasenta previa atau
oleh sebab-sebab lain dan menentukan jenis plasenta previa.
d. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum adalah
perdarahan banyak, lebih dari 500 cc, perdarahan yang sudah
berulang, perdarahan sekali tetapi banyak dan Hb dibawah 8 gr%,
serta his telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar rahim.11
2.2.4 Tatalaksana
Penanganan pada plasenta previa terbagi menjadi 2 yaitu:11
1. Penanganan pasif
Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial),
harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal
apalagi vagina. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih
hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin
dibawah 2500 gram, maka kehamilan dapat dipertahakankan istirahat dan
pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin, atau progesteron.
2. Memilih cara persalinan pada plasenta previa
Faktor-faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilih adalah:
a. Jenis plasenta previa
b. Perdarahan banyak, atau sedikit tetapi berulang-ulang,
c. Keadaan umum ibu hamil
d. Keadaan janin hidup, gawat, atau meninggal,
e. Pembukaan jalan lahir
f. Paritas atau jumlah anak hidup

13
g. Fasilitas penolong dan rumah sakit
Setelah memperhatikan faktor-faktor di atas, ada 2 pilihan persalinan, yaitu:
1. Persalinan per vaginam
a. Amniotomi
b. Memasang cunam Willet Gausz
c. Versi Braxton-Hicks
d. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz
e. Metreurynter
2. Persalinan parabdominal
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
a. Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal; semua
plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol,
dengan cara-cara yang ada.
b. Semua plasenta previa lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol dengan cara-cara yang ada
c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan-tindakan yang ada.
d. Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada
bekas insersi plasenta kadang-kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi
dengan cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah:
i. Bila anak belum ada, untuk menyelamatkan alat reprodktif
dilakukan ligasi arteri hipogastrika
ii. Bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah
histerektomi.8

14
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien:
Nama : Ny M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 41 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Khadijah ali
Tanggal masuk : 29/12/2023 Pukul 09.00 WIB
Subjective
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke puskesmas senapelan ingin memeriksakan kehamilan


nya saat ini tersebut. Pasien mengaku hamil, dengan hari pertama haid terakhir
nya pada 20 Oktober 2023. Pasien tidak memiliki keluhan saat berkunjung saat
ini. Keluhan keram pada perut bawah (-), keluar darah dari jalan lahir (-).
Keluhan demam (-), batuk dan flu (-), BAK dan BAB dalam batas normal.
Riwayat Hamil Muda
Mual (+), muntah (+), tetapi tidak dirawat di rumah sakit, perdarahan
(-), keputihan (-)
Riwayat Prenatal Care
Pasien sebelumnya sempat berobat ke bidan setempat dilakukan
pemeriksaan kehamilan dan dikatakan sudah hamil sekitar 10 minggu.
Riwayat Minum Obat
Pasien mendapatkan obat tablet tambah darah dan kalsium, dan pasien
rutin mengkonsumsi obat tersebut tiap harinya.
Riwayat Menstruasi
Menarche berusia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 5-6
hari, ganti pembalut 2-3 kali setiap harinya dan tidak ada keluhan nyeri pada
saat haid, HPHT pasien 20 Oktober 2023..

15
Riwayat Perkawinan
Pasien memiliki riwayat menikah sebanyak 1 kali yaitu pada tahun 2000
Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus: G4P3A0H3
1. 2004/ aterm/perempuan/2700 gram/pervaginam/Bidan/Hidup
2. 2007/aterm/laki-laki/3000 gram/pervaginam/Bidan/Hidup
3. 2015/aterm/laki-laki/2600 gram/SC a/i plasenta previa/Hidup
4. Hamil saat ini

Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya pernah mengkonsumsi kb suntik yang rutin tiap 3 bulan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung(-),
penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hepar (-), alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung(-),
penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hepar (-), alergi (-), riwayat
operasi (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis kooperatif
Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Frek. Nadi : 80x/ menit
Frek. Nafas : 20x/ menit
Suhu : 36.70C
Gizi :
TB : 160 cm

BBSH : 50 kg Peningkatan BB = 10 kg (sesuai dengan peningkatan BB)


BBH : 60 kg

16
IMT : 23.4 kg/m2 (Normoweight)
Lila : 31 cm
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
Thoraks :
- Paru : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri vesikuler(+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Status obstetrikus.
Genitalia : Status obstetrikus.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema ekstremitas (-).

STATUS OBSTETRIKUS
Muka : Cloasma gravidarum (-).
Mammae
Inspeksi : Corpus mammae simetris, tanda-tanda radang (-), areola
mammae hiperpigmentasi, papila mammae menonjol.
Palpasi : Corpus mammae nyeri (-), benjolan (-), areola mammae tidak
mengeluarkan ASI.
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan.
Leopold I : TFU teraba 2 jari di atas simpisis, teraba massa massa keras,
bulat, terfiksir
Leopold II : Teraba tahanan memanjang pada sisi kiri ibu dan teraba
bagian kecil di sisi kanan ibu
Leopold III : Teraba massa bulat, lunak, tidak terfiksir.
Leopold IV : belum bisa dinilai
- TFU : 2 jari diatas simpisis.
- His :-

17
Auskultasi : DJJ 160x/ menit.
Genitalia :
Genitalia Eksterna
Inspeksi : tidak tampak keluarnya darah dan cairan,vulva dan uretra tampak
tenang.
Genitalia Interna
Inspekulo : -
VT :-
Pemeriksaan penunjang :
Hb : 12 g/dL
Golongan darah :O
Triple eliminasi
Sifilis : Non reaktif
HbsAg : Non reaktif
Hiv : Non reaktif

DIAGNOSIS KERJA
G4P3A0H3 gravid 11-12 minggu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin+ BSC 1x.
TERAPI / SIKAP
Non farmakologi:
- Mengedukasi kepada pasien dan suami mengenai komplikasi atas kehamilan
resiko tinggi pada ibu tersebut.
Farmakologi :
- Kasium laktat 1x1
- Tablet tambah darah 1x1

18
Pemeriksaan USG (29/12/2023)

Pemeriksaan USG (1/3/2024)

19
Follow up

Tanggal Keluhan Diagnosa Terapi

29/12/2023 S: G4P3A0H3 gravid -Tablet tambah darah 1x1


15-16 minggu, Janin
Pusing dan control kehamilan -Kalsium laktat 1x1
Tunggal Hidup Intra
O:
Uterin+ BSC 1x.
Td: 130/90 mmHg

Hr: 96 x/i

RR: 20 x/i

T: 36.5c

Tb: 151 cm

Bb: 67 kg

TFU: 31 cm

Djj: 150x

1/3/2024 S: G4P3A0H3 gravid -Tablet tambah darah 1x1

Kontrol kehamilan 20-21 minggu, Janin -Kalsium laktat 1x1


Tunggal Hidup Intra
O:
Uterin+ BSC 1x.
Td:134/82 mmHg

HR: 99 x/i

RR:20 x/i

T: 36 c

Tb: 151 cm

Bb: 70 kg

TFU: 34 cm

DJJ: 151x/i

20
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus diatas yang di dapat dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dari pasien tersebut dapat ditegakkan diagnosis
pasien yaitu G4P3A0H3 gravid 11-12 minggu+ janin hidup tunggal intrauterin+ BSC
1x. Diagnosis tersebut diketahui berdasarkan anamnesis yaitu pasien dengan usia saat
hamil yaitu 41 tahun datang ingin memeriksakan kehamilan saat ini. Pasien pada
tahun 2015 pernah melahirkan secara SC atas indikasi plasenta previa. Pada
pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah yaitu 120/90 mmHg, nadi
80x/menit, frekuensi nafas 20x/menit dan suhu 36,7ᵒc. Pada pemeriksaan status gizi
pada pasien tersebut yaitu normoweight. Pemeriksaan Lopold I diketahui TFU teraba
2 jari di atas simpisis, teraba massa massa keras, bulat, terfiksir, leopold II diketahui
Teraba tahanan memanjang pada sisi kiri ibu dan teraba bagian kecil di sisi kanan
ibu, ,leopold III diketahui Teraba massa bulat, lunak, tidak terfiksir. dan leopold IV
belum bisa dinilai. Tinggi fundus uteri 2 jari di atas simpisis dan DJJ yaitu 160x/i.
Pasien dilakukan pemeriksaan penunjang yang tersedia di puskesmas senapelan yaitu
pemeriksaan Hb 12 g/dL, golongan darah O. pasien juga dilakukan pemeriksaan triple
eleminasi pada ibu hamil didapatkan sifilis, HIV dan HbsAg non reaktif.
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan timbulnya
bahaya dan menimbulkan komplikasi yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin serta
akan menyebabkan kesakitan, kematian, kecacatan dan ketidaknyamanan. Ibu dengan
kehamilan dengan risiko tinggi dibandingkan dengan kehamilan normal maka akan
menyebabkan bahaya yang lebih besar pada kehamilan atau persalinannya. 5
Pada pasien tersebut memiliki faktor risiko dalam kehamilannya yaitu salah
satunya usia. Usia pasien tersebut adalah 41 tahun. Berdasarkan teori, ibu hamil
dengan usia >35 tahun mudah terjadi pernyakit pada organ reproduksi yang menua
dan jalan lahir yang juga mulai kaku. Ibu kemungkinan dapat melahirkan anak yang
cacat, persalinan macet dan perdarahan. Usia yang ideal untuk hamil yaitu 17-34
tahun, dikarenakan pada usia tersebut risiko untuk terjadi komplikasi pada kehamilan
rendah.5,6

21
Wanita yang hamil >35 tahun, akan mengalami fungsi faat tubuh tidak
optimal, karena sudah masuk masa awal degeneratif. Oleh karenanya, hamil pada usia
35 tahun merupakan kehamilan yang berisiko yang dapat menyebabkan anemia juga
dapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir dengan berat badan yang
rendah (BBLR), dan persalinan yang tidak lancar (komplikasi persalinan). 9
Pada penilaian skor Berdasarkan Poedji Rochjati, pasien ini memiliki skor 12.
Skor terlalu tua >35 tahun memiliki 4 skor dan memiliki riwayat pernah operasi SC
yaitu 8 skor. Status kehamilan pasien jika disesuaikan dengan skor Poedji Rochjati
termasuk kedalam Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST). Kehamilan risiko
sangat tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya ataupun
komplikasi pada ibu hamil ataupun janin selama kehamilan, Upaya yang dapat
dilakukan fasilitas kesehatan terkait KRST adalah dengan melakukan deteksi dini
pada saat melakukan ANC, menggunakan skor Poedji Rochjati dengan melakukan
skoring berdasarkan seluruh faktor risiko untuk nantinya akan diedukasi kepada ibu
hamil, suami dan keluarga sesuai dengan faktor risiko yang dimiliki oleh ibu hamil. 16

22
BAB V
KESIMPULAN

Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.


Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung
dari awal masa hari pertama haid terakhir. Kehamilan risiko tinggi merupakan
kehamilan yang menyebabkan timbulnya bahaya dan menimbulkan komplikasi yang
lebih tinggi terhadap ibu dan janin serta akan menyebabkan kesakitan, kematian,
kecacatan dan ketidaknyamanan. Ibu dengan kehamilan dengan risiko tinggi
dibandingkan dengan kehamilan normal maka akan menyebabkan bahaya yang lebih
besar pada kehamilan atau persalinannya. Untuk menilai pendekatan kehamilan risiko
tinggi dapat menggunakan instrumen skor poedji rochjati. Skor ini memiliki beberapa
fungsi bagi ibu hamil dan tenaga kesehatan. Bagi ibu hamil berfungsi sebagai
informasi karena skor mudah diterima oleh ibu dan keluarga. Bagi tenaga kesehatan
berfungsi sebagai tanda peringatan dini agar lebih waspada. Semakin tinggi skor,
maka dibutuhkan pertimbangan klinis dan penanganan yang lebih lanjut.
Plasenta previa adalah penutupan lengkap atau sebagian dari ostium internal
serviks oleh plasenta. Plasenta previa merupakan kelainan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya
rasa nyeri pada kehamilan trimester akhir.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. 2019. Ilmu kesehatan. Jakarta: Yayasan Bima Pustaka
Sarwono, 89.
2. Mansjoer, A., dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
Pertama : Media Aesculapius FK UI , 254.
3. Kemenkes RI. 2015. Survey demografi AKI dan AKB. Jakarta: Keputusan
Kementrian Kesehatan Republic Indonesia.
4. Dinkes Kesehatan Jawa Tengah, 2010. Panduan Pelaksaan Strategi Making
Pregnancy Safer And Child Survival. Dinkes. Jateng.
5. Widarta GD, Laksana MAC, Sulistyono A, P. W. (2015). Deteksi Dini Risiko
Ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati dan Pencegahan Faktor Empat
Terlambat. Majalah Obstetri & Ginekologi, 1(23), 28–32.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20473/mog.V23I12015.2832
6. Rochjati P. Skrining antenatal pada ibu hamil: pengenalan faktor risiko.
Surabaya: Airlangga University Press; 2003.
7. Widatiningsih, S., dan Dewi, 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta:Nuha Medika
8. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. 2010.
9. Tanziha I, Damanik MRM, Utama LJ, Rosmiati R. Faktor risiko anemia ibu
hamil di Indonesia. J. Gizi Pangan. 2016;11(2):143 – 52
10. Badan Pusat Statistik. Prevalensi anemia pada ibu hamil. 2018
11. Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi Jilid I. 3rd ed. Indra L, editor. Jakarta; 2011. 187–199 p.
12. Almnabri AA, Al Ansari EA, Abdulmane MM, Saadawi DW, Almarshad TA,
Banoun AA, et al. Management of Placenta Previa During Pregnancy. Egypt J
Hosp Med. 2017;68(3):1549–53.
13. Chalik TM. Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. In: Saifuddin
AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu Kebidanan Sarwono

24
Prawirohardjo. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014. p. 492–521.
14. Silver RM. Abnormal placentation: placenta previa, vasa previa, and placenta
accreta. Obstet Gynecol. 2015;126(3):654–68.
15. Sarojini MK V. Radhika. Clin study placenta previa its Eff Matern Heal fetal
outcome Int J Reprod Contracept Obs Gynecol. 2016;5:3496–9.
16. Pattiasina JA, Vionita F, Polpoke SU. Hubungan keteraturan antenatal care
dengan tingkat kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil di Dusun Kampung
Baru Desa Kawa. Molucca Medica. 2019;12(1)

25

Anda mungkin juga menyukai