Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERSALINAN PREMATUR

OLEH ;
KELOMPOK 4
1. Marisa 1801031014
2. Marnita Tafonao 1801031015
3. Melani 1801031016
4. Mutiara Rizki HM 1801031017
5. Nita Sri Rezeki Sitanggang 1801031040
6. Natasya Elvira Sukma 1801031018

Dosen Mata Kuliah : dr. Edward, Sp.OG

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah

dan rahmat-Nya sehingga makalah persalinan prematur ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah OBSTETRI.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang kami ambil, Selain itu

makalah ini kami susun agar dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalam

mempelajari tentang persalinan prematur.

Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4

2.1 Pengertian Persalinan Prematur.......................................................................... 4

2.2. Klasifikasi Prematur.......................................................................................... 6

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi......................................................................... 7

2.4 Faktor Resiko Persalinan Prematur..................................................................... 10

2.5 Diagnosis........................................................................................................... 17

2. 6 Pengobatan Persalinan Prematur...................................................................... 19

BAB III PENUTUP................................................................................................ 23

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin

kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena

potensial meningkatkan kamatian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan

dengan berat badan lahir rendah.

Indonesia menempati urutan ke 5 sebagai negara dengan kelahiran prematur

tinggi, yakni sekitar 675.700 kelahiran. Sedangkan, data riset kesehatan dasar

(Riskesdas) kementrian kesehatan tahun 2018 menunjukkan, 48 kelahiran premature

di Indonesia disebabkan oleh kondisi anemia ibu selama kehamilan. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) pada 2018 menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi 15 juta

kelahiran bayi premature di seluruh dunia.

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.

Kematian ibu langsung yang disebkan kehamilan, persalinan atau masa nifas dan

segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi, yaitu perdarahan 25%,

sepsis 15%, eklamsi 12%, partus macet 8%, aborsi tidak aman 13% dan sebab yang

lain 8% (Saifuddin, 2018).

1
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan

janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negative

tidak hanya kematian mental dan badan ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara

keseluruhan. Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak

diketahui (Norma dkk, 2015).

Kejadian prematuritas pada sebuah kehamilan disebabkan oleh karakteristik

pasien dengan : status social ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, umur

ibu, jarak kehamilan, riwayat persalinan premature, pekerjaan fisik yang berat,

tekanan mental atau kecemasan yang tinggi (Rukiyah, dkk, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian persalinan prematur ?

2. Apa saja klasifikasi persalinan premature ?

3. Bagaimana etiologi dan faktor predisposisi persalinan prematur ?

4. Apa saja faktor resiko penyebab persalinan prematur ?

5. Bagaimana menegakkan diagnose dari persalinan prematur ?

6. Apa saja pengobatan persalinan prematur ?

1.3 Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ;

1. Apa pengertian persalinan prematur ?

2. Apa saja klasifikasi persalinan premature ?

3. Bagaimana etiologi dan faktor predisposisi persalinan prematur ?

2
4. Apa saja faktor resiko penyebab persalinan prematur ?

5. Bagaimana menegakkan diagnose dari persalinan prematur ?

6. Apa saja pengobatan persalinan prematur ?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persalinan Prematur

Persalinan preterm atau partus premature adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin

kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena

potensial meningkatkan kamatian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan

dengan berat badan lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran

preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena

dampaknya yang negatif tidak hanya kematian mental dan badan ekonomi bagi

keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti

persalinan preterm tidak diketahui (Norma dkk, 2015).

Beberapa faktor penyebab akan menambah keadaan prematuritas antara lain ;

infeksi saluran kemih, penyakit ibu seperti hipertensi dalam kehamilan, asma,

penyakit jantung, kecanduan obat dan lainya. Kejadian prematuritas pada sebuah

kehamilan akan di picu oleh karakteristik pasien dengan : status social ekonomi yang

rendah, pendidikan yang rendah, umur ibu, jarak kehamilan, riwayat persalinan

premature , pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental atau kecemasan yang tinggi

(Rukiyah, dkk, 2015).

4
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat

menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil

berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi

diagnose masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan (Walyani, dkk, 2015).

Paritas juga merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya persalinan premature. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau

dari sudut kematian meternal. Paritas tinggi >3 mempunyai angka kematian maternal

lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi angka kematian maternal. Resiko pada

paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang baik, sedangkan resiko pada

paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga perencana.Sebagai

kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Winkjosastro, 2016).

Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan atau 2 tahun

merupakan jarak kehamilanyang beresiko tinggi sewaktu melahirkan. Jarak

kehamilan adalah jarak antara kehamilan anak sekarang dengan kehamilan

anaksebelumnya. Jarak kehamilan <2 tahun tergolong resiko tinggi karena dapat

menimbulkan komplikasi pada persalinan. Jarak kehamilan yang lebih aman bagi ibu

dan janin.

5
Persalinan premature yang terjadi pada umur ibu 20-35 tahun bisa juga

disebabkan karena tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pendidikan rendah

akan kurang tahu informasi baru seputar kehamilan yang bisa di dapatkan melalui

internet serta kurang tanggap dengan penjelasan yang di berikan bidan, berbeda

dengan ibu yang pendidkan tinggi akan lebih mudah menerima gagasan baru dan

akan lebih teratur memeriksakan kehamilanya. Pada ibu hamil yang merupakan

wanita karir kemungkinan persalinan prematur dapat terjadi karena aktifitas yang

berlebihan seperti berdiri terlalu lama, mengangkat beban berat, dan lain-lain sehinga

memicu terjadinya kontraksi.

Faktor ibu janin dan plasenta sangat mempengaruhi terjadinya persalinan

premature. Beberapa contoh kondisi yang menyebab kanker pada persalinan

prematur yaitu penyakit ibu selama kehamilan, kehamilan ganda, stress fisik dan

mental, kelainan plasenta, nutrisi, medis, infksi, secara epidemiologi persalinan

premature berhubungan dengan social ekonomi, usia ibu, anomali uterus, riwayat

persalinan premature sebelumnya, riwayat abortus,perokok dan ras.

2.2. Klasifikasi Persalinan Prematur

Menurut usia kehamilan, premature dibedakan menjadi beberapa, yaitu ;

a. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan premature (preterm)

b. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut persalinan sangat premature (very

preterm)

6
c. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrim premature

(extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi premature dibagi dalam kelompok ;

a. Berat badan lahir 1500-2500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000-1500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir

sangat rendah (BBLSR)

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan berat badan lahir ekstrim

rendah (BBLER)

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial.

Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi dan faktor medik mempunyai

pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya beresiko tunggal

dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.

Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang

merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya konteraksi rahim

dan perubahan serviks, yaitu:

1. Akvitasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofiis-adrenal baik pada ibu maupun janin,

akibat stres pada ibu atau janin.

2. Infalamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari taktus.

3. Perdarahan desidua.

7
4. Perengangan usus patalogik

5. Kelainan pada uterus atau serviks.

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan

prematur harus dicermati bebrapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi,

menyebabkan presalinan prematur atau seorang dokter terpaksa mengakhiri

kehamilan pada saat kehamilan belum genap bulan.

Kondisi selama kehamilan yang bersiko terjadinya persalanian preterm adalah :

a. Janin dan plasenta

- Perdarahan trimester awal

- Perdarahan antepartum (plasenta previa, sulosio plasenta, vasa previa)

- Ketuban pecah dini (KPD)

- Pertumbuhan janin terlambat

- Cacat bawaan janin

- Kehamilan ganda?gameli

- Polihidramnion

b. Ibu

- Penyakit berat pada ibu

- Diabetes militus

- Preeklamsia/hipertensi

- Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine

- Penyakit infeksi dengan demam

8
- Stres psikologik

- Kelainan bentuk uterus/serviks

- Riwayat persalinan preterm/abotrus berulang

- Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

- Pemakaian obat narkotik

- Trauma

- Perokok berat

- Kelainan imunologi/kelainan resus

Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi tanpa

diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10% pada kehamilan

ganda dan lain sebagai akibat kondisi ibu atau janinnya. Infeksi korioamnion

diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan

preterm.

Patogenesis infeksi ini yang menyebabkan persalianan belum jelas benar.

Kemungkinan diawali dengan aktivasi fosfolipase A2 yang melepaskan bahan asam

arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas meningkat

untuk sintesis prostaglandin.

Endroksin dalam air ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan

sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi proses persalinan. Proses

persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan diawali dengan

pengeluaran produk sebagai hasil dari aksivasi monosit. Berbagai sitokin, termasuk

9
interleukin-1, tumor nerkosing faktor (TNF), dan intraleukin-6 adalah produk

sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan preterm.

Sementara itu, Plalet Activating Faktor (PAF) yang ditemukan dalam air

ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga

dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian, janinmemaikan peran yang

siergik dalam mengawali proses persalian preterm yang disebabkan oleh infeksi.

Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran leawat pengaruh

langsung dari protease.

2.4 Faktor Resiko Persalinan Prematur

Secara teoritis faktor risiko prematur di bagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor

iatrogenik, faktor maternal, faktor janin dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik

merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur

sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta pervia, kelainan serviks, hidramnion,

infeksi intraamnion, hipertensi dan trauma.

Faktor janin meliputi, kehamilan kembar, janin mati dan cacat bawaan. Faktor

perilaku meliputi ibu mereokok dan minum alkohol.

1. Faktor latrogenik

Perkembangan teknologi dan etika kedokteran menempatkan janin sebagai

individu yang mempunyai hak kehidupannya. Apabila kelanjutan kehamilan dapat

membahayakan janin, maka janin harus dipindahkan ke lingkungan luar yang lebih

10
baik dari rahim ibu, bila ibu terancam oleh kehamilannya, maka kehamilan harus

diakhiri.

Mengakhiri kehamilan karna indikasi medis merupakan pertimbangan

awal dalam pertolongan persalinan yang tidak dapat dihindari, sehingga untuk

mempertahankan kehamilan tidak dapat dilakukan karena memberi dampak yang

buruk baik terhadap keselamatan ibun maupun janin. Mengakhiri kehamilan adalah

langkah terbaik yang bisa dilakukan secara persalinan normal maupun tindakan

operatif seksio sesaria.

Mengakhiri kehamilan bukan hanya karena indikasi medis yang

menambah prevelensi terjadinya persalinan prematur,tetapi kejadian prematur

dengan selaput ketuban utuh atau ketuban pecah, prematur dengan usia kurang dari

37 minggu akan menambah daftar meningkat angka persalinan prematur.

2. Faktor maternal

a. Usia Ibu

Secara fisik dan mental ibu yang paling baik untuk hamil berkisar antara 20-35

tahun karena tersebut secara biologis, memiliki alat reproduksi wanita yang

berkembang dan berfungsi secara maksimal dan merupakan puncak kesuburan,

begitu juga faktor kejiwaan sudah lebih matang sehingga mempengaruhi berbagai

faktor penyulit ketika hamil seperti keguguran.

Salah satu resiko terjadinya persalinan prematur adalah faktor usia yaitu terjadi

pada ibu hamil berusia kurang dari 18 tahun di atas 40 tahun. Dimana pada usia

terlalu muda hal yang paling penting adalah faktor gizi dan kesiapan mental yang

11
belum siap dalam menjalani proses kehamilan, sehingga menimbulkan setres

bahakan despresi yang berakibat buruk terhadap kesehatan dan berpengaruh terhadap

kehamilan.

Kecendurungan kelahiran prematur dari ibu yang melahirkan pada umur

kurang dari 20 tahun lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di atas

20 tahun. Kecenderungan melahirkan pada usia 24-34 tahun. Penjelasan yang

mungkin dari hasil ini adalah sering dengan peningkatan umur wanita ketika

melahirkan membuat wanita sudah semakin matang dan memiliki pemahaman lebih

besar tentang kehamilan sehingga kecenderungan kejadian kelahiran prematur akan

lebih rendah.

b. Riwayat Kelahiran Prematur

Salah satu faktor utama terjadinya persalinan prematur adalah memiliki riwayat

kelahiran prematur. Yang pernah mengalami dan memiliki kehamilan prematur

sebelum rentan untuk melahirkan secara prematur kembali, demikian juga memiliki

riwayat aborsi atau keguguran sebelumnya rentan terjadinya persalinan prematur.

Wanita yang mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu

memiliki risiko 20-40% untuk terulang kembali. Wanita yang melahirkan anak

pertama premature meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang bayi

pertama cukup bulan.

c. Riwayat Abortus

Kejadian abortus adalah mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya.

Baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun pada hasil kehamilan itu sendiri.

12
Wanita dengan riwayat abortus mempunyai risiko yamg lebih tinggi untuk terjadinya

persalinan prematur, abortus berulang dan berat badan lahir rendah (BBLR).

Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta, salah satu fungsi

plasenta adalah tempat melekatnya hormon-hormon (khususnya korionik

gonadotropin, esterogen dan progesteron) dan jika plasenta tidak bekerja dengan

baik.maka pembuatan hormon akan terganggu dan jika kadar progesteron menurun

akan memicu kontraksi.

d. Paritas

Persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas tinggi (lebih

dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi mengalami kehamilan dan persalinan

berulang kali sehingga pada sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan

meningkat menjadi resiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5 kali

melahirkan.

e. Trauma

Trauma, inkompetensi servik, sosial ekonomi, stress, gaya hidup dengan

merokok dan infeksi saluran kemih maupun infeksi vaginosis bacterial memberikan

peran penyebab terjadinya persalinan prematur. Riwayat yang mengalami

jatuh,terpukul pada perut atau riwayat pembedahan seperti pembedahan seperti

secsio sesarea sebelumnya. Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma karena

menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi dan sperma yang

mengandung hormon yang dapat merangsang kontraksi uterus.

13
Hubungan signifikan antara pribadi antara terjadi persalinan berat badan

rendah dengan persalinan rendah dengan persalinan prematur pada wanita yang

mengalami cidera akibat kekerasan fisik.

f. Infeksi

Vaginisis bakterial dimana pada kondisi ini flora normal yaitu dominan kuman

lactobacillus yang memproduksi hydrogen proksida digantikan kuman anaerob

dikaitkan dengan persalinan prematur dan ketuban pecah dini.

PPROM (preterm, prelabour rupture of membranes) terjadi pada lebih sepertiga

persalinan premature. Sebagian besar wanita yang mengalami kondisi ini akan

melahirkan dalam 1 minggu PPROM sering dikaitkan dengan infeksi maternal.

Saluran kemih juga merupakan penyebab petrsalinan prematur, hal ini disebabkan

karena peningkatan hormon progesteron sehingga ureter mengalami dilatasi sehingga

timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter.

Infeksi korioamnionitis diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban

pecah dini dan persalinan prematur. Perjalan infeksi ini diawali dengan pengeluaran

produk aktivasi fofolipase-A2 yang melepas bahan asam arakidonat dari selaput

amnion janin, sehingga asam arakhidonat bebas meningkat untuk sekresi

prostaglandin yang dapat menginisiasi persalinan.

g. Kesenjangan Ras dan Etnik

Kesenjangan ras yang tidak tergantung pada faktor resiko medis dan sosial

ekonomi, bahwa wanita kulit hitam memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur

berulang dengan menyiratkan bahwa adanya faktor intrinsik pada populasi ini.

14
h. Pekerjaan

Jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat berhubungan dengan

peningkatan terjadinya persalinan prematur.

Melakukan penelitian mengenai aktivitas fisik hubungan dengan persalinan

prematur telah membuahkan hasil yang bertentangan.

i. Jarak Kehamilan

Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan kepada para ibu untuk

mengatur jarak antara kehamilan 2 hingga 5 tahun. Karena diharapkan tubuh seorang

ibu diberikan kesempatan untuk mengembalikan organ reproduksi sepeti semula dan

kesempatan ibu untuk dapat memberikan ASI secara optimal, Apabila seorang ibu

hamil masih dan masih menyusui bayinya dimana tubuh akan melepaskan hormon

oksitosin sehingga dapat memicu kontraksi uterus.

Bila kehamilan kurang dari 37 minggu akan terjadi persalinan prematur. Jarak

kehamilan yang lebih pendek dengan jarak lebih besar panjang 59 bulan dikaitkan

dengan peningkatan resiko kelahiran premature.

j. Inkompetensi Servik

Kondisi dimana servik tidak mampu untuk mempertahankan kehamilan hingga

waktu kelahiran tiba efek fungsional servik tanpa disertai rasa nyeri dan berakir

dengan pecahnya ketuban saat kehamilan prematur sehingga meningkat terjadinya

persalinan prematur.

3. Faktor Janin

a. Anak kembar

15
Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah

seperti resusitasi neonatus, persalinan prematur, perdarahan partum, malpresentasi

kembar kedua, atau perlunya tindakan seksio sesaria.

Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai bertambahnya jumlah

janin yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37

minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, 29

minggu pada kehamilan empat.

b. Janin Mati dalam Rahim

Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dan uterus yang

beratnya 500 gram atau lebih dari kehamilan mencapai 20 minggu atau lebih.

c. Kelainan Kongenital

Terdapat empat teori mekanisme persalian prematur mengancam yaitu

aktivitas poros hypothalamus-pituatary-ovari (HPO) maternal, fetal, inflamasi atau

infeksi perdarahan desidua atau trombosit dan distensi uterus patologis. Menurut

Goldenberg dkk, persalinan prematur mengancam mengaitkan dengan

ketidakseimbangan pengeluaran hormon progesteron dan oksitosin serta aktivitas

desidua. Teori pengeluaran hormon progesteron dimana semakinmendekati proses

persalinan sumbu andenal janin menjadi lebih sensitif terhadap hormon andenal

kortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol.

Kortisol janin tersebut akan merangsang aktivasi 17 hindoksilase plasenta

sehingga mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan hormon estrogen,

16
ketidakseimbang hormon tersebut menyebabkan keluarnya hormon protagladin yang

memicu serangkain proses persalinan.

Perdarahan desidua dapat menyebabkan persalinan prematur mengancam. Lesi

plasenta dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan prematur mengancam

dikarasteristikan sebagai keggalan dari tranformasi fisiologi dari arteri spiralis,

atherosis, thrombosis arteri spiralis, dan trombosis arteri ibu dan janin.Diperkirakan

adanya berhubungan lesivaskuler dengan persalinan prematur mengancam karena

iskemi uteroplasenta. Trombin protease diperkirakan memainkan peran utama

memunculkan kontraksi dari vaskuler, intenstinal dan otot halus miometrium serta

otot polos longitudinal miometrium.

2.5 Diagnosis

Sering terjadi kesulitan dalam menetentukan diagnosis ancaman persalinan

preterm. Tidak jarang kontrasksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-bemar

merupakan ancaman proses persalianan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai

diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu:

a. Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam

waktu 10 menit.

b. Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)

c. Pendarahan bercak

d. Perasaan menekan daerah serviks

17
e. Pemriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2cm, dan

penipisan 50-80%

f. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika

g. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadiya persalinan preterm

h. Terjadi pada usia 22-37 minggu

Ibu hamil mempunyai resiko terjadi persalianan preterm dan/atau menunjukkan

tanda-tanda persalianan preterm perlu dilakukan intervensi untuk meningkatkan

neonatal avatcomes.

Manajemen persalianan preterm baergantung pada beberapa faktor :

a. Keadaan selaput ketuban

Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.

b. Pembukaan serviks

Persalianan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.

c. Umur kehamilan

Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan makin perlu dilakukan.

Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila YBJ > 2.000 atau kehamilan > 34

minggu.

d. Penyebab/komplikasi persalinan preterm.

e. Kemampunan neonatal intensive care facilites.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama

mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:

18
a. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis

b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan

c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi

2. 6 Pengobatan Persalinan Prematur

Tokolisis

Meski beberapa macam toko obat telah dipakai untuk menghambat persalinan,

tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu

dipertimbangkan bila dijumpai konteraksi uterus yang regular dengan perubahan

serviks. Alasan pemberian tokolisis pada persalianan preterm adalah :

a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.

b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru

janin.

c. Memberi kesempatan transfer intaruterin pada fasilitas yang lebih lengkap

d. Optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang dapat digunakan tokolisis adalah :

a. Kalsium antagonis : nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8

jam sampai konteraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul konteraksi

berulang.

b. Obat B-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat

digunakan, terapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.

19
c. Sulfas megnesikuus antiprostaglandin (indometasin) : jarang dipakai karena efek

samping pada ibu maupun janin.

d. Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu membatasi

aktivitas atau tirah baring.

1) Nifedipine

Nifedipine adalah antagonis kalsium, diberikan per oral. Dosis insial 20 mg,

dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali sehari, disesuaikan dengan aktifitas uterus sampai 48

jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah sakit kepala

dan hipotensi. Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3 kali/jam,

dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang.

2) COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors

Indomethacine, dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam

untuk 8 kali pemeberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari, dapat menimbulkan

oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow janin. Indomethacine

direkomendasikan pada kehamilan > 32 minggu karena dapat mempercepat

penutupan duktus arteriosus(PDA).

3) Magnesium sulfat

Magnesium sulfat di pakai sebagai tokolitik yang di berikan secara parenteral.

Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung

dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik berikan kalsium

glukonas 1 gram secara IV perlahan – lahan.

4) Beta2-sympathomimetics

20
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa di pakai adalah

ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline.

Dosis : 50 mg dalam larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes per menit

dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi hilang. Infus harus

dilanjutkan 12-48 jam stelah kontraksi hilang.

Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan 1 tablet (10mg) setiap 8 jam setelah

makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor selama

pengobatan. Kontraindikasi pengobatan jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi,

hipertiroid, DM gestasional dan pendarahan antepartum. Efek samping yang dapat

terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala,

nyeri dada, hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemia dan hipoglikemia.

Efek samping pada janin antara lain fetal takikardi, hipoglikemia, hipokalemia, ileus

dan hipertensi.

5) Protogesterone

Protegesterone dapat mencegah persalinan premature. Injeksi 1-alpha-

hydroxprogesterone caproate menurunkan persalinan prematur berulang. Dosis 250

mg (1 ml) IM tiap minggu sampai 37 minggu atau sampai persalinan. Pemberian

dimulai 16-21 minggu kemudian.

6) Pemberian kortikosteroid

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru

janin, menurunkan insiden RDS, mencegah pendarahan intra verticular yang

21
akhirnya menurunkan kematan neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bila usia

kehamilan kurang dari 3 minggu.

Obat yang diberikan adalah dexamatason atau betamatason. Pemberian steroid

ini tidak diulang karena resiko terjadi pertumbuhan janin terhambat.

Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah betametason 2x12 mg/IM

dengan jarak pemberian 24 jam. Sedangkan dexametason 4x6mg/IM dengan jarak

pemberian 12 jam.

7) Pemberian antibiotik.

Antibiotik hanya diberikan bila kehamilan mengandung risiko terjadinya

infeksi. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari, atau dapat

menggunakan antibiotika lain seperti klindamisilin. Tidak dianajurkan pemberian ko-

amoksiklaf karena risiko NEC.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

22
Persalinan premature merupakan persalinan yang terjadi pada kehamilan < dari

37 minggu (20-37 minggu) dengan berat janin 2500 gram. Adapun faktor resiko

persalinan premature diantaranya ; faktor iatrogenic, faktor maternal, faktor janin dan

faktor perilaku.

Adapun beberapa kriteria diagnosis persalinan premature meliputi ; kontraksi

yang berulang, adanya nyeri pada punggung bawah, perdarahan bercak, perasaan

menekan, VT menunjukkan pembukaan sedikitnya 2 cm, presentasi janin rendah dan

terjadi pada usia 22-37 minggu. Sementara itu, beberapa langkah yang dapat

dilakukan dalam mencegah morbiditas dan mortalitas neonates preterm meliputi ;

a. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis

b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan

c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

23
2. http://journal.unas.ac.id/health/article/viewFile/495/389

3. https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=persalinan+prematur&oq=persalinan+#d=gs_qabs&u=

%23p%3DqUEVzKA-cAJ

4. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14487

24

Anda mungkin juga menyukai