Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DETEKSI DINI PATOLOGI

PERSALINAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada


Kasus Patologi dan Komplikasi

Disusun Oleh:

NI AYU SWASTI ZYPPORA P1337424422179

RETNO INDRIASARI P1337424422188

MARISHA EKA PRIHANA P1337424422183

FITRI RAHMAWATI P1337424422184

ASIH SUBAKTI P1337424422182

KELAS NON REGULER

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih

memberikan napas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat

menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Deteksi Dini Patologi

Persalinan”.Terima kasih pula kepada semua pihak yang ikut membantu hingga

dapat disusunnya makalah ini.

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah.Dalam makalah ini membahas tentang Deteksi Dini Patologi

Persalinan.Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap

makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya

sendiri dan pembaca pada umumnya.

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan

kekurangan.Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan dari pembaca guna peningkatan kualitas

makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Semarang, 13 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang..............................................................................1

2.Rumusan Masalah.........................................................................2

3.Tujuan...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Deteksi Dini...............................................................3

2. Prinsip Deteksi Dini.....................................................................3

3. Manfaat Deteksi Dini...................................................................3

4. Deteksi Dini Penyulit Persalinan.................................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................14

B. Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang dilalui dengan

kegembiraan dan suka cita. Akan tetapi dari 5-10% kehamilan didalamnya

termasuk kehamilan resiko tinggi.Wanita dengan kehamilan resiko tinggi

harus dapat mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan kesehatan dan

perawatannya dalam menghadapi kehamilan resiko tinggi ini.Kematian ibu

dapat terjadi karena penyebab langsung berupa komplikasi media seperti

perdarahan, darah tinggi (hipertensi), infeksi dan gangguan sistem peredaran

darah.Sedangkan penyebab tidak langsung dari aspek non medis seperti social

budaya, ekonomis, pendidikan dan geografis (Ratnawati, 2018).

Persalinan dan komplikasi merupakan suatu kondisi yang tidak terduga

sehingga dapat menimbulkan gangguan secara fisik pada ibu hamil, dapat

terjadi emosi dan gangguan kognitif bagi ibu serta keluarganya. Ibu yang

mengalami persalinan dengan komplikasi beresiko mengalami gangguan pada

status kesehatannya, gangguan selama proses persalinan ini juga

mempengaruhi kemampuan ibu dalam menjalin suatu ikatan yaitu ikatan baik

dengan bayinya kelak. Komplikasi persalina yang terdiri dari ketuban pecah

dini, infeksi, perdarahan, persalinan lama atau persalinan macet yaitu

persalinan yang akan membuat ibu memiliki pengalaman persalinan yang

kurang memuaskan, sehingga ibu menunjukkan citra diri negatif dan dapat

berlanjut menjadi kemarahan yang menimbulkann masalah pada proses

1
adaptasi ibu terhadap peran fungsi barunya. Proses ini berlangsung dengan

penuh tekannan yang akan membuat ibu lebih sulit mengontrol dirinya

sehingga membuat ibu lebih mudah marah dan dapat menurunkan kemampuan

koping ibu yang efektif (Machmudah, Setyowati, Rahmah, & Rachmawati,

2012).

Kehamilan resiko (Risk Pregnancy) merupakan suatu kehamilan yang

membawa ancaman bagi jiwa dan kesehatan ibu dan bayi. Maka dapat di tarik

sebuah kesimpulan bahwa setiap kehamilan dengan faktor kehamilan resiko

tinggi akan menghadapai suatu ancaman mordibitas maupun mortalitas bagi

ibu dan janinnya, baik dalam keadaan kehamilan, persalinan ataupun nifas.

Kasus-kasus risiko tinggi melibatkan dua nyawa dengan demikian penanganan

pada kasus-kasus tersebut haruslah dipertimbangkan dan dapat dilakukan

dengan sebaik-baiknya dan dapat ditaati oleh semua tenaga kesehatan

(Mochtar, 2015).

B. Rumusan masalah

Bagaimana deteksi dini patologi persalinan ?

C. Tujuan

1. Untuk medeteksi dini patologi persalinan

2. Untuk mengetahui tindakan awal yang harus dilakukan pada kejadian

gawat darurat

3. Untuk mengetahui penilaian apa saja yang harus dilakukan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini yaitu melakukan tindakan untuk mengetahui seawal mungkin

adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit ibu selama kehamilan yang

dapat menjadi penyulit ataupun komplikasi yang dapat membahayakan ibu

dan bayi dalam persalinan, serta nifas (Feryanto, 2011).

2. Prinsip Deteksi Dini

Prinsip deteksi dini yaitu melakukan skrining secara teratur dan ketat

terhadap adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit selama kehamilan,

serta mencegah atau mengurangi resiko terjadinya kelainan, komplikasi,

dan penyakit dalam persalinan dan nifas (Feryanto, 2011).

3. Manfaat Deteksi Dini

Manfaat dari deteksi dini yaitu diharapkan dapat mencegah komplikasi

lebih lanjut atau meminimalkan resiko akibat terjadinya komplikasi

(Feryanto, 2011).

4. Deteksi Dini Penyulit Persalinan

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan

bayi harus lebih sering dilakukan.Lakukan tindakan yang sesuai apabila

pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika

frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai

ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu danbayinya.

3
Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh

pulang dengan instruksiuntuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur,

intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat.Apabila asuhan

persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh

meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi

baik.Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali

penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk

ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari

8 jam.

a. Penapisan awal :

1) Riwayat Seksio Sesaria

2) Perdarahan per vaginam

3) Persalinan prematur (usia gestasi < 37 minggu)

4) Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental

5) Ketuban pecah lama (>24 Jam)

6) Ketuban pecah pada persalinan prematur (usia gestasi <37 minggu)

7) Ikterus

8) Anemia Berat

9) Tanda/gejala infeksi

10) Preeklamsia

11) TFU 40 cm atau lebih

12) Gawat Janin

13) Primipara dalam kala I fase aktif dan kepala janin masih 5/5

4
14) Presentasi bukan belakang kepala

15) Presentasi Ganda

16) Kehamilan Ganda atau gemeli

17) Tali pusat menumbung

b. Penyulit persalinan

Penyulit persalinan adalah hal - hal yang berhubungan langsung

dengan persalinan yang menyebabkan hambatan bagi persalinan yang

lancar.

1) Kategori penyulit persalinan Kala I sampai dengan Kala IV adalah

sebagai berikut:

a) Distosia

b) Atonia uteri

c) Retensio plasenta

d) Robekan jalan lahir

e) Perdarahan kala IV primer

f) Emboli air ketuban

g) Infersio uteri

h) Syok obstetrik

2) Masalah dan penyulit pada kala I - Kala II persalinan

Penilaian Temuan dari penilaian Rencana asuhan atau


dan pemeriksaan perawatan
 Nadi Tanda atau gejala syok 1. Baringkan miring kiri
 Tekanan : 2. Naikkan kedua kaki untuk
darah  Nadi cepat, isi meningkatkan aliran darah
 Pernafasan kurang ke jantung
(110x/menit atau 3. Pasang infus mengunakan

5
 Kondisi lebih) jarum diameter besar
keseluruha  Tekanan darah (ukuran 16 atau 18) dan
n rendah (sistolik berikan RL atau NS.
 Urin kurang dari 90 Infuskan 1 L dalam 15
mmHg) sampai 20 menit; jika
 Pucat pasi mungkin infuskan 2 L
 Berkeringat dalam satu jam pertama,
dingin, kulit kemudian 125 cc/jam .
lembab 4. Segera rujuk ke RS
 Nafas cepat (lebih PONEK
dari 30x/menit) 5. Dampingi ibu ke tempat
 Cemas, bingung rujukan
atau tidak sadar
 Produksi urin
sedikit (kurang
dari 30 cc/jam)
 Nadi Tanda atau gejala 1. Anjurkan untuk minum
 Urin dehidrasi 2. Nilai ulang setiap 30 menit
 Nadi cepat (100 (menurut pedoman di
x/menit atau lebih) partograf) jika kondisinya
 Urin pekat tidak membaik dalam
 Produksi urin waktu 1 jam, pasang infus
sedikit (kurang menggunakan jarum
dari 30 cc/jam) diameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam.
3. Segera rujuk ke RS
PONEK
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
 Nadi Tanda atau gejala 5. Anjurkan untuk minum
 Urin dehidrasi 6. Nilai ulang setiap 30 menit
 Nadi cepat (100 (menurut pedoman di
x/menit atau lebih) partograf) jika kondisinya
 Urin pekat tidak membaik dalam
 Produksi urin waktu 1 jam, pasang infus
sedikit (kurang menggunakan jarum
dari 30 cc/jam) diameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam.
7. Segera rujuk ke RS
PONEK
1. Dampingi ibu ke tempat

6
rujukan.
 Tekanan Tanda atau gejala pre- 1. Nilai ulang tekanan darah
darah eklamsia ringan: setiap 15 menit (saat di
 Urin  Tekanan darah antara kontraksi atau
 Keluhan diastolik 90-110 meneran).
subyektif mmHg 2. Miring ke kiri dan cukup
 Kesadaran  Protein urin hingga istirahat. Nifedipin Slow
 Kejang 2+ Release 2 x 30 mg
3. Bila gejala bertambah
berat maka tatalaksana
sebagai preeklamsia berat
(diastolik >110 mmHg,
pandangan kabur, dsb)
Tanda dan gejala 1. Baringkan miring kiri
preeklamsia berat atau 2. Pasang infus dengan
preeklamsi menggunakan jarum
 Tekanan darah diameter besar (ukuran 16
diastolik 110 atau 18) dan berikan RL
mmHg atau lebih atau NS 125 cc/jam
 Tekanan darah 3. Berikan dosis awal 4 gram
diastolik 90 mmHg MgSO4 40% IV dengan
atau lebih dengan kecepatan 0,5-1
kejang gram/menit
 Nyeri kepala 4. Berikan dosis
 Gangguan pemeliharaan MgSO4
penghilatan 40%. 1 gram per jam
 Kejang (eklamsia) segera rujuk ke RS
PONEK
5. Nifedipin 5-10 mg
6. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Kontraksi Tanda dan gejala 1. Anjurkan untuk mengubah
inersia uteri : posisi dan berjalan- jalan
 Kurang dari 3 2. Anjurkan untuk minum
kontraksi dalam 3. Jika selaput ketuban masih
waktu 10 menit, utuh dan pembukaan >6
lama kontraksi cm lakukan amniotomi
kurang dari 40 (gunakan setengah kocher
detik pada fase DTT)
aktif persalinan 4. Stimulasi putinh susu
5. Kosongkan kandung
kemihnya
6. Jika bayi tidak lahir setelah
2 jam meneran
(primigravida) atau 1jam
(multigravida), segera

7
rujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan.
7. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Denyut jantung Tanda gawat janin: 1. Baringkan miring ke kiri,
janin  DJJ kurang dari anjurkan ibu untuk
120 atau lebih dari menarik nafas panjang
160 x/menit, mulai perlahan-lahan dan
waspada tanda berhenti meneran
awal gawat janin 2. Nilai ulang DJJ setelah 5
 DJJ kurang dari menit :
100 atau lebih dari a. Jika DJJ normal, maka
180 x/menit minta ibu kembali
meneran dan pantau
DJJ setelah setiap
kontraksi. Pastikan ibu
tidak berbaring
terlentang dan tidak
menahan nafasnya saat
meneran
b. Jika DJJ abnormal,
rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki
kemampuan
penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan
bayi baru lahir
c. Dampingi ibu ke
tempat rujukan
Penurunan Kepala bayi tidak 1. Minta ibu meneran
kepala janin turun jongkok
2. Jika penurunan kepala di
partograf melewati garis
waspada, pembukaan dan
kontraksi memadai maka
rujuk pasien ke fasilitas
rujukan
3. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
Lahirnya bahu Tanda- tanda distosia Lakukan tindakan dan upaya
bahu: lanjut (tergantung hasil
 Kepala bayi tidak tindakan yang dilakukan) :
melakukan putaran 1. Perasat Mc.Robert
paksi luar 2. Prone Mc.Robert
 Kepala bayi keluar (Menungging)
kemudian tertarik 3. Anterior dysimpact

8
kembali ke dalam 4. Perasat Corkscrew dari
vagina (kepala Wood
“kura-kura”) 5. Perasat Schwartz-Dixon
 Bahu bayi tidak
dapat lahir
Cairan ketuban Tanda-tanda cairan 1. Nilai DJJ:
ketuban bercampur a. Jika DJJ normal, minta
mekonium: ibu meneran dan
 Cairan ketuban pantau DJJ setelah
berwarna hijau setiap kontraksi.
(mengandung Pastikan ibu tidak
mekonium) berbaring terlentang
dan tidak menahan
nafasnya saat meneran.
b. Jika DJJ tidak normal,
tangani sebagai gawat
janin (lihat diatas)
2. Setelah bayi lahir, lakukan
penilaian segera dan bila
tidak bernafas maka isap
lendir di mulut kemudian
hidung bayi dengan
penghisap lendir DeLee
(DTT/steril) atau bola
karet penghisap (baru &
bersih). Lakukan tindakan
lanjutan sesuai dengan
hasil penilaian.
Tali pusat Tanda-tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada:
menumbung : a. Segera rujuk ke
 Tali pusat teraba fasilitas kesehatan
atau terlihat saat rujukan
pemeriksaan b. Dampingi ibu ke
dalam tempat rujukan
c. Posisikan ibu seperti
sujud dan dada
menempel pada
kasur/brancart. Atau isi
kandung kemih dengan
larutan NS 0,9/air steril
sekitar 150-200 ml
kemudian klem ujung
kateter dan tinggikan
bokong sambil ibu
miring ke kiri agar
kepala bayi tidak

9
menekan tali pusat dan
tangan lain di abdomen
untuk menahan bayi
pada posisinya
(keluarga dapat
membantu
melakukannya).
2. Jika DJJ tidak ada:
a. Beritahukan ibu dan
keluarganya
b. Lahirkan bayi dengan
cara paling aman.
Tanda- tanda lilitan 1. Jika tali pusat melilit
tali pusat longgar di leher bayi,
 Tali pusat melilit lepaskan melewati kepala
leher bayi bayi
2. Jika tali pusat melilit erat
dileher bayi, lakukan
penjepitan tali pusat
dengan klem di dua tempat
kemudian potong
diantaranya, kemudian
lahirkan bayi dengan
segera.
Untuk Kehamilan kembar tak 1. Nilai DJJ
kehamilan terdeteksi 2. Jika bayi kedua presentasi
kembar tak kepala dan kepala segera
terdeteksi turun, lahirkan seperti bayi
pertama
3. Jika kondisi diatas tidak
terpenuhi, baringkan ibu
miring ke kiri
4. Segera rujuk ibu ke RS
PONEK
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan

10
3) Masalah dan penyulit pada kala III - Kala IV persalinan

Penilaian Temuan dari penilaian Rencana asuhan atau


dan pemeriksaan perawatan
Plasenta Tanda atau gejala 1. Jika tampak plasenta,
retensio plasenta: lakukan peregangan tali
 Plasenta tidak lahir pusat terkendali dan
setelah 30 menit tekanan dorso kranial pada
sejakbayi uterus, minta ibu meneran
dilahirkan agar plasenta dapat
dilahirkan.
2. Setelah plasenta lahir
lakukan massase pada
uterus dan periksa plasenta
ATAU
1. Lakukan periksa dalam,
jika plasenta ada di vagina,
keluarkan dengan cara
menekan dorso kranial
pada uterus.
2. Jika plasenta masih di
dalam uterus dan
perdarahan minimal,
berikan oksitosin 10 unit
IM, pasang infus
menggunakan jarum 16
atau 18 dan berikan RL
atau NS
 Segera rujuk ke RS
PONEK
 Dampingi ibu ke tempat
rujukan
3. Jika retensio plasenta
diikuti dengan perdarahan
hebat, pasang infus
(gunakan jarum 16 atau 18)
guyur RL/NS dan 20 IU.
Oksitosin 30 tetes per
menit.
 Lakukan plasenta
manual dan asuhan
lanjutan
 Bila syarat untuk
plasenta manual tidak
terpenuhi atau petugas

11
tidak kompeten maka
segera rujuk ibu ke RS
PONEK
 Dampingi ibu ke
tempat rujukan
 Tawarkan bantuan
walaupun ibu ditangani
oleh RS rujukan
Plasenta dan Tanda/gejala avulsi 1. Nilai kontraksi melalui
tali pusat (putus): palpasi uterus
 Tali pusat putus 2. Minta ibu meneran jika ada
 Plasenta tidak lahir kontraksi
3. Lahirkan plasenta dengan
PTT dan tekanan
dorsokranial
4. Lakukan masase setelah
plasenta lahir
5. Jika setelah 30 menit sejak
bayi lahir dan MAK III
maka tangani sebagai
retensio plasenta
Plasenta Tanda atau gejala 1. Lakukan periksa dalam,
Perdarahan bagian plasenta yang keluarkan selaput ketuban
per vaginam tertahan: dan bekuan darah yang
 Tepi lateral mungkin masih tertinggal
plasenta tidak 2. Lakukan masase uterus
dapat 3. Jika ada perdarahan hebat
diraba/dikenali dan uterus berkontraksi
 Selaput ketuban baik, periksa adanya
tidak lengkap separasi parsial/ robekan
 Perdarahan pasca jalan lahir
persalinan
 Uterus
berkontraksi
Perdarahan Tanda atau gejala 1. Perdarahan yang menyertai
pasca atonia uteri: uterus tidak berkontraksi
persalinan  Persarahan harus ditatalaksana sebagai
pascapersalinan atonia uteri
 Uterus lembek dan
tidak berkontraksi
 Perdarahan Tanda atau gejala 1. Lakukan pemeriksaan jalan
pasca robekan vagina, lahir
persalinan perineum atau serviks: 2. Jika terjadi laserasi derajat
 Vagina,  Perdarahan satu atau dua lakukan
perineum, pascapersalinan penjahitan

12
serviks  Plasenta lengkap 3. Jika terjadi laserasi derajat
 Uterus tiga atau empat atau
berkontraksi robekan serviks:
 Pasang infus dengan
jarum 16 atau 18 dan
berikan RL/NS
 Segera rujuk ibu ke RS
PONEK
 Dampingi ibu ke
tempat rujukan
 Nadi Tanda atau gejala 1. Baringkan miring ke kiri
 Tekanan syok: 2. Naikkan kedua tungkai
Darah  Nadi cepat, lemah (posisi syok), cari sumber
 Pernafasan (>100 kali/menit) perdarahan atau infeksi
 Keadaan  Sistolik <90 3. Pasang infus dengan
umum mmHg menggunakan jarum 16
 Urin  Pucat atau 18, berikan RL/NS.
 Keringat dingin, Infuskan 1 L dalam 15
kulit lembab menit sampai 20 menit.
 Nafas cepat >30 Lanjutkan hingga 2 L
kali/menit dalam 1 jam pertama,
 Gelisah, kemudian 500 cc/jam
delirium/tidak 4. Segera rujuk ke RS
sadar PONEK
5. Dampingi ibu ke tempat
 Produksi urin <20
rujukan
cc/jam
 Nadi Tanda dan gejala 1. Anjurkan ibu untuk minum
 Urin dehidrasi : 2. Nilai kondisi ibu setiap 15
 Nadi >100 menit (jam pertama) dan
 Suhu tubuh
kali/menit setiap 30 menit (jam
 Temperatur >38°C kedua) pascapersalinan
 Urin pekat 3. Jika dalam jam pertama,
 Produksi urin kondisinya tidak membaik,
sedikit (kurang dari pasang infus (jarum 16 atau
20 cc/jam) 18) dan RL/NS 500 cc/jam
4. Jika suhu tubuh tetap tinggi
ikuti asuhan infeksi
5. Segera rujuk ke RS
PONEK
6. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
 Nadi Tanda dan gejala 1. Baringkan ibu miring kiri
 Lochea infeksi: 2. Pasang infus dengan jarum
 Nadi >100 16 atau 18 berikan RL/NS
 Suhu tubuh
kali/menit 500 cc perjam

13
 Kesehatan  Suhu tubuh >38°C 3. Berikan
secara  Keringat dingin ampisilin/amoxcilin 2 gram
umum  Lochea berbau dan 500 mg metronidazol
per oral
4. Segera rujuk ke RS
PONEK
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
 Tekanan Tanda gejala 1. Nilai TD setiap 15 menit
darah preeklamsia ringan : (pada saat beristirahat di
 Urin  Tekanan darah antara kontraksi dan
diastolik 90-110 meneran)
mmHg 2. Jika diastolik >110 mmHg
 Proteinuria pasang infus, berikan
RL/NS 100 cc/jam, berikan
nifedipin 5-10 mg
3. Baringkan miring ke kiri
4. MgSO4 4 gram dilanjutkan
1 gram /jam
5. Rujuk ke RS PONEK
Tekanan darah Tanda dan gejala 1. Baringkan miring kiri
preeklamsia berat atau 2. Pasang infus dan berikan
eklamsia: RL/NS 100 cc/jam
 Sistolik >160 3. 20 cc MgSO4 20% IV 8-10
mmHg menit dan lanjutkan dengan
 Diastolik >110 MgSO4 1 gram/jam
mmHg melalui infus
 Kejang 4. Nifedipin 5-10 mg per oral
5. Segera rujuk ke RS
PONEK

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Deteksi dini yaitu melakukan tindakan untuk mengetahui seawal mungkin

adanya kelainan, komplikasi, dan penyakit ibu selama kehamilan yang dapat

menjadi penyulit ataupun komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan bayi

dalam persalinan, serta nifas.Penyulit persalinan adalah hal - hal yang

berhubungan langsung dengan persalinan yang menyebabkan hambatan bagi

persalinan yang lancar. Penyulit persalinan Kala I sampai dengan Kala IV

seperti distosia, atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, perdarahan

kala IV primer, emboli air ketuban, infersio uteri dan syok obstetrik

B. Saran

Untuk mencegah terjadinya akibat komplikasi ataupun penyulit dalam

persalinan maka disarankan tenaga kesehatan dapat mendeteksi secara dini

penyulit-penyulit dalam persalinan agar dapat tertangani secara cepat dan tepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

APN.2017. Buku Acuan Persalinan Normal.Jakarta : JNPK-KR

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta :

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Mochtar, R. 2015. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid

1.Jakarta: EGC

Sari, E.P dan K.D. Rimandini. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan.

Jakarta :Trans Info Media

16

Anda mungkin juga menyukai