Disusun oleh :
Wilda amelia
Maysah Naziroh
Bella Oktasa
PRODI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG TAHUN. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah “Deteksi Dini Komplikasi
Pada Masa Nifas Dan Cara Penanganannya” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya.Mungkin dalam pembuatan makalah ini
terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah................................................................................................... 1
1.3Tujuan masalah....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian Masa Nifas............................................................................................. 3
2.2 Tanda - Tanda Bahaya Nifas................................................................................. 3
2.3 Macam –Macam Komplikasi Pada Masa Nifas dan Cara
Penanganannya....................................................................................................... 5
2.3.1 Pendarahan Postpartum................................................................................. 5
2.3.2 Hematoma..................................................................................................... 7
2.3.4 Subinvolusi.................................................................................................... 15
2.3.5 Masalah Payudara.......................................................................................... 19
2.3.6 Tromboplebitis............................................................................................... 21
2.3.7 Masalah Psikologis Pada Masa Nifas............................................................. 24
BAB III PENUTUP................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................................... 35
B. Saran............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ
kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3
bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika
hamil, karena pada saat ini organ organ reproduksi sedang mengalami proses
pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun
Negara berkembang. perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada
masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya. oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya
peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya
keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat
terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin,
2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya
merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa
kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru.
Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Banyak
kemungkinan untuk timbul masalah atau penyulit pada masa nifas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu masa nifas?
2. Apa saja tanda-tanda bahaya pada masa nifas?
3. Bagaimana pendarahan post partum terjadi pada masa nifas?
4
4. Bagaimana sub involusi terjadi pada masa nifas?
5. Bagaimana infeksi terjadi pada masa nifas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mendeteksi dini komplikasi pada masa nifas
2. Untuk mengetahui tanda-tanda bahaya pada masa nifas
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada masa nifas
4. Untuk mengetahui cara penanganan komplikasi pada masa nifas
5. Untuk mengetahui apa saja obat yang diperlukan pada masa nifas jika
komplikasi terjadi
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penglihatan Kabur
Mengalami rabun merupakan ham yang wajar yang terjadi pada setiap orang.
Hal ini disebabkan karena alergi yang menyebabkan mata menjadi tidak sehat.
Bagi seorang ibu yang memiliki gangguan mata seperti mata minus biasanya
disarankan untuk melahirkan secara caesar. Hal ini dilakukan untuk keselamatan
Ibu karena khawatir minusnya akan semakin bertambah. Bagi seorang ibu yang
6
mengalami pandangan kabur setelah melahirkan, tentunya ini harus segera di
tanyakan ke bidan atau dokter terdekat. Pasalnya, penglihatan kabur saat wanita
mengalami nifas biasanya disebabkan karena terlalu banyak darah yang keluar.
7
waktu yang merubah seseorang yang tadinya lajang dan sekarang memiliki bayi.
Pendarahan yang berlebihan seringkali disebabkan karena ibu yang stres setelah
melahirkan. Ini biasanya akan membuat ibu enggan menyentuh bayinya karena
terlalu stress. Jika sudah begini sebaiknya dibawa ke rumah sakit atau ke psikolog
agar dapat membantu mengatasi perasaan deperesinya.
8
d) Kelainan uterus
e) Faktor social ekonomi yang berpengaruh terhadap status gizi ibu.
f) Uterus Atonik
2) Uterus atonik terjadi karena sisa plasenta atau selaput ketuban tertinggal
di dalam uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Bagian plasenta
yang masih menempel pada dinding uterus mengakibatkan kontrkasi
uterus tidak ade kuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding
uterus tidak dapat berkontraksi/terjepit dengan sempurna.
3) Inversio Uteri
Inversio uteri terjadi dimana rahim sebagian atau seluruhnya ikut keluar
ketika plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus) menjadi terbalik
(inversi) mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini bisa
sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir.
Penyebab inversio uteri adalah :
a) Uterus lembek dan lemah (tidak berkontraksi )
b) Grandemultipara
c) Kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot rahin yang lemah)
d) Meningkatnya tekanan IntraAbdomen ( akibat mengejan yang
terlalu kuat atau batuk yang berlebihan)
Inversioa uteri dibagi menjadi :
a) Inversio uteri ringan
Terbaliknya fundus uteri kedalam cavum uteri namun belum
keluar dari rongga Rahim
b) Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik menonjol ke cavum uteri dan sudah masuk ke
dalam vagina
c) Inversio uteri berat
Uterus dan vagina dalam keadaan terbalik dan sebagian sudah
keluar dari vagina.
9
Tanda-tanda ibu yang mengalami robekan jalan lahir adalah perdarahan
segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir, kontraksi uterus
baik, plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah dan menggigil akibat
berkurangnya haemoglobin.
Berdasarkan kedalam robekan dan luasnya laserasi, robekan jalan lahir /
perineum di bagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
a. Tingkat 1
Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina atau tanpa
mengenai kulit perineum
b. Tingkat 2
Robekan mengenai selaput lender vagina dan oto perineum
transersalis tapi tidak mengenai sphingter ani
c. Tingkat 3
Robekan mengenai seluruh perineum dan otot sphingter ani
d. Tingkat 4
Robekan sampai ke mukosa rectum.
Penatalaksanaan:
a) Pijat Kontraksi agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
b) Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit.
kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang
sudah keluar. Jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas
dalam kondisi terbuka.
c) Berikan oksitosin ( oksitosin untu 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV.
Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
d) Siapkan donor untuk transfuse, ambil darah untuk cross cek
berikan NaCI 11/15 menit apabila pasien mengalami syok), pada
kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander
e) Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
f) Awasi agar uterus tetap berkontraksi denganbaik. Tambahkan 40 iu
oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetesan/menit.
Usahakan tetap menyusui bayinya.
g) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi
bimanul.
10
h) Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan
baik, pastikan laserasi jalan lahir.
i) Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotic.
j) Lakukan pencatatan yang akurat.
Penatalaksanaan Lanjutan:
Pantau Kondisi pasien 24-48 jam selanjutnya.
2.32 Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya
hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi, anemia,
dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan
atau akibat trauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi
selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematoma vulva,
vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.
11
3. Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman
Hematoma Puerperalis atau hematoma pada masa nifas ini terjadi karena
rupture pembuluh darah, khususnya pembuluh vena di balik kulit genetalia
ekterna dan di bawah mukosa vagina. Trauma penyebab terjadi pada saat
melahirkan atau perbaikan. Pada kasus yang jarang dijumpai, peristiwa
tersebut berlangsung selama kehamilan dan dalam proses persalinan yang
sangat awal dan adanya hematoma yang besar dapat merintangi kemajuan
persalinan. Kerusakan pada pembuluh darah bisa menimbulkan nekrosis
dan hematoma mungkin tidak terlihat selama beberapa hari.
12
Rupture pembuluh darah yang ada di balik mukosa vagina merupakan
masalah serius. karena darah dalam jumlah yang besar dapat berkumpul
dalam jaringan submukosa yang longgar. Banyak hematoma vaginal
mengandung lebih dari setengah liter darah pada saat diagnosis dibuat.
Massanya dapat sedemikian besar sehingga menyumbat lumen vagina, dan
tekanan pada rectum dapat besar sekali. Kalau perdarahan terjadi pada
dasar ligamentum, darah dapat mengalir sampai ke dalam ruang
retroperitoneal dan bahkan bisa mencapai ginjal.
13
Tindakan
Tindakan yang aktif tidak diperlukan bagi hematoma yang kecil dan yang
tidak akan menjadi besar. Daerah hematoma harus dijaga agar tetap bersih,
dan nekrosis jaringan dapat diikuti oleh infeksi, pasien harus mendapat
preparat antibiotika.
2.3.3Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat alat genitalia
dalam masa nifas. Masuknya kuman - kuman dapatterjadi dalam kehamilan,
waktu persalinan dan nifas.
Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan
indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38°C atau
lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah
24 jam pasca persalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.
14
a) Cara Terjadinya Infeksi adalah:
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bateri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus
2) Alat tidak tersteril dengan baik
3) Doplet Infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-
pembantunya.
15
laserasi atau trauma jaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi
setelah melahirkan.
Selain itu, juga terdapat penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi local dan
menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfanik sehingga mengakibatkan
infeksi bakteri di tempat yang lebih jauh. Area perluasaan infeksi puerperium
melalui selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, tromboflebitis panggul atau
femoral, dan bacteremia.
Jenis-Jenis Infeksi
2.Endometritis
Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi
endometritis ialah infeksi yang paling sering. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya melalui luka bekas insersio plasenta,
dan dalam waktu yang singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada infeksi dengan kuman yang tidak terlalu pathogen, radang terbatas
pada endometrium. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun (remittens). His lebih nyeri dari biasanya dan lebih
lama dirasakan. Lochea bertambah banyak. berwarna merah atau cokelat,
16
serta berbau. Lochea yang berbau tidak selalu menyertai endometritis
sebagai gejala. Sering terdapat subinvolusi. Leukosit naik anatara 15.000-
30.000/mm³. sakit kepala, kurang tidur, dan kurang nafsu makan dapat
mengganggu penderita.
Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun secara berangsur-angsur dan
turun pada hari ke-7 sampai 10. Pasien sedapatnya diisolasi, tetapi bayi
boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengeliran lochea,
pasien boleh diletakkan dengan posisi fowler dan diberi juga uterustonika
3.Parametritis
17
Parametritis merupakan peradangan pada parametrium yang merupakan
lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis disebut juga sellulitis
pelvika.
4.Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan lapisan tipis di dinding bagian dalam perut
(peritoneum). Peritoneum juga berfungsi untuk melindungi organ di dalam
perut. Jika dibiarkan memburuk, maka peritonitis bisa menyebabkan
infeksi seluruh sistem tubuh yang membahayakan nyawa.
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,
parametritis yang meluas ke peritroneum, salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum atau langsung sewaktu tindakan per abdominal. Peritonitis
yang terlokalisasi hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis,
bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umu, dan
keadaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian 33%
dari seluruh kematian infeksi.
Tanda dan Gejala
1) Demam dengan temperatur sangat tinggi.
2) Perut terasa kembung.
3) Detak jantung semakin cepat.
4) Diare.
5) Menggigil.
6) Terus menerus merasa haus.
7) Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit.
8) Sulit buang air besar dan mengeluarkan gas.
9) Nafsu makan menurun.
18
10) Kelelahan.
11) Pembengkakan perut disertai nyeri saat perut disentuh.
12) Mual dan muntah.
5.Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin
(racun). Racun ini yang kemudian menghasilkan gangguan saraf yang
ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan otot.
Diagnosis :
1) Trismus (keterbatasan pergerakan rahang)
2) Kaku kuduk, wajah
3) Punggung melengkung
4) Perut kaku seperti papan
5) Spasme spontan
1. Faktor Predisposisi
1) Imunisasi tidak lengkap atau tidak imunisasi
2) Luka tusuk
3) Adanya infeksi bakteri lainnya
Tatalaksana:
1) Tatalaksana Umum
Rujuk ibu ke rumah sakit
2) Tatalaksana Khusus
A. Selama mempersiapkan rujukan:
1. Miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi aspirasi
2. Jaga jalan nafas tetap terbuka
3. Atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Jauhkan ibu dari kebisingan dan cahaya
4. Pasang jalur intravena untuk memberikan cairan. Jangan
berikan cairan
5. lewat mulut
19
6. Berikan antibiotika benzil penisilin 2 juta unit IV setiap 4
jam selama 8 jam. Lalu lanjutkan dengan ampisilin 500 mg 3
kali sehari selama 10 hari
7. Berikan antitoksin tetanus 3000 unit IM
B. Difasilitas kesehatan yang lebih lengkap, cari tahu dan
singkirkan penyebab infeksi (misalnya jaringan yang terinfeksi)
C. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan
D. Upaya Pencegahan Infeksi Nifas
a) Pada masa hamil
1. Mencukupi asupan nutrisi saat hamil
2. Mengobati penyakit yang diderita ibu saat hamil
3. Jangan melakukan pemeriksaan dalam kalau
tidak diperlukan
4. Mengurangi koritus pada hamil tua untuk
mencegah ketuban pecah agar tidak infeksi
b) Pada masa persalinan
1. Hindari melakukan pemeriksaan dalam berulang-
ulang
2. Menjaga kesterilan alat
3. Hindari partus lama dan ketuban pecah lama
4. Mencegah terjadinya pendarahan
c) Pada masa nifas
1. Perawatan luka harus dilakukan dengan baik
jangan sampai terjadi infeksi
2. Penderita infeksi nifas harus diisolasi atau
dipisahkan dengan ibu yang sehat
3. Tamu yang bekunjung harus dibatas
20
Pada kasus infeksi masa nifas yang berat sebaiknya dirujuk
dan dikonsultasikan agar mendapat pengobatan yang tepat.
Sebagian infeksi masa nifas yang berat perlu mendapat
perawatan di rumah sakit agar dapat di lakukan observasi
untuk menyelamatkan jiwa pasien.
2.3.4Subinvolusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-
involusi. Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sistem
reproduksi pada masa Nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang
reproduktif. Subinvolusi merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran
reproduktif,kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada
kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya.(Varney's Midwivery)
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain:
1. sisa plasenta dalam uterus
2. endometritis
3. adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2005).
Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek
dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak
jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).
Penyebab subinvolusi adalah:
1. Status gizi ibu nifas buruk
2. Kurang mobilisasi
3. Faktor usia Parietas
4. Terjadi infeksi pada 5.endometrium
5. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
6. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar Mioma uteri
7. Tidak ada kontraksi
Subinvolusi Dapat Terjadi Pada:
1. Subinvolusi Uterus
21
Subinvolusi Uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola
normal involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat
1) Tanda dan gejala
a) Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam
abdomen/pelvis dariyang seharusnya atau penurunan
fundus uteri lambat.
b) Konsistensi uterus lembek
c) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
d) Terdapat bekuan darah
e) Lochea berbau menyengat
f) Uterus tidak berkontraksi
g) Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu
tubuh tinggi
2) Penyebab
a) Terjadi infeksi pada miometrium
b) Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam
uterus
c) Lochea rubra lebih dari 2 minggu post partum dan
pengeluarannya lebih banyak
d) dari yang diperkirakan.
3) Terapi
1) Pemberian antibiotika
2) Pemberian uterotonika
3) Pemberian tablet Fe
2. Subinvolusi tempat plasenta
Yaitu kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah:
a) Tanda dan Gejala:
1) Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
2) Perdarahan
b) Penyebab
1) Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan .
2) Inversio uteri sebagai akibat tarikan.
22
3) Tidak adanya regenerasi endometrium di tempat implantasi
plasenta.
4) Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium.
3. Subinvolusi Ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis vasia kembali
seperti sedia kala.
a) Tanda dan Gejala
1) Ligamentum rotundum masih kendor
2) Ligamen, fasia dan jaringan lat penunjang serta alat
genitalia masih kendor
b) Penyebab
1) Terlalu sering melahirkan
2) Faktor umur
3) Ligamen, fasia dan jaringan penunjang serta alat
genitalia sudah berkurang elastisitasnya.
4. Subinvolusi serviks
Yaitu kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum
hamil.
a) Tanda dan Gejala
1) Konsistensi serviks lembek
2) Perdarahan
b) Penyebab
1) Multiparitas
2) Terjadi ruptur saat persalinan
3) Lemahnya elastisitas serviks
5. Subinvolusi Lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya
lochea berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya
postpartum.
a) Tanda dan gejala
1) Perdarahan tidak sesuai dengan fase
2) Darah berbau menyengat
3) Perdarahan
4) Demam,menggigil
23
b) Penyebab
1) Bekuan darah pada serviks
2) Uterus tidak berkontraksi
3) Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas
untuk keluar
4) Tidak mobilisasi
5) Robekan jalan lahir
6) Infeksi
6. Subinvolusi Vulva dan Vagina
Yaitu tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina
seperti semula setelah beberapa hari postpartum.
a) Tanda dan Gejala
1) Vulva dan vagina
2) kemerahan
3) Terlihat oedem
4) Konsistensilembek
b) Penyebab
1) Elastisitas vulva dan vagina lemah
2) Infeksi
3) Terjadi robekan vulva dan vagina saat partu
7. Subinvolusi Perineum
Yaitu tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari
persalinan
a) Tanda dan Gejala
1) Perineum terlihat kemerahan
2) Konsistensi lembek
3) Oedema
b) Penyebab
1) Tonus otot perineum sudah lemah
2) Kurangnya elastisitas perineum
3) Infeksi
4) Pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat
laserasi sehingga jahitan
5) perineum putus.
24
2.3.5 Masalah Payudara
a.Bendungan Asi
Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999)
adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-
kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri
Williams). Pada versi lain bendungan air susu
diartikan sebagai pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono,
2005:700).
25
bayiny sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif mengisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI.
26
6. Kompres dingin pada payudara diantara waktu
menyusui
7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk
mengevaluasi hasilnya
b. Mastitis
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara.
Mastitis disebabkan oleh kuman terutama
Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu
atau melalui peredaran darah. Keadaan ini bisa
menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang
tepat. Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di
dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari
mastitis.
27
6. Bengkak
7. Area payudara keras
Tindakan:
1. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama
10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses
biasanya keluhan akan berkurang
2. Sangga payudara
3. Kompres dingin
4. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam
5. Ibu harus didorong menyusui bayinya
6. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian
pengobatan
c. Abses Payudara
Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberat
infeksi. Abses payudara merupakan komplikasi
akibat peradangan payudara / mastitis yang sering
timbul pada minggu ke dua post partum (setelah
melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara
akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
28
Penanganan abses payudara adalah:
1. Diperlukan anestesi umum (ketamin)
2. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI
3. Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau
jari tangan
4. Pasang tampon dan drain
5. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama
10 hari
6. Sangga payudara
7. Kompres dingin
8. Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali
bila diperlukan
9. Ibu didorong tetap memberikan ASI
10. Lakukan evaluasi setelah pemberian pengobatan
selama 3 hari
2.3.6 Tromboflebitis
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan
darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau
di dalam vena. Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan
fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah
disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena
kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Tromboflebitis Pelvik
29
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding
uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika,
vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling
sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena
infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak
dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral.
Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke
vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.
Peritonium selaput yang menutupi vena ovarika
dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan
periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina
ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar
hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
2. Tromboflebitis Femoralis
30
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada
tungkai, misalnya vena femarolis, vena poplitea dan
vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum.
31
f. Nyeri pada betis, yang dapat terjadi spontan atau
dengan memijit betis.
g. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris
selama 7 - 10 hari, kemudian suhu mendadak naik
kira-kira pada hari ke 1020, yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali
5. Obesitas
6. Imobilisasi
7. Trauma vaskular
8. Varises
9. Multiparietas
32
menyalahkan diri sendiri. gangguan tidur dan
gangguan nafsu makan kelelahan, mudah sedih, cepat
marah, mood mudah berubah, cepat menjadi sedih
dan cepat menjadi gembira. Perasaan terjebak marah
kepada pasangan dan bayinya, perasaan bersalah, dan
sangat pelupa.
33
Di samping itu perempuan dua kali lebih banya di
diagnosa sebagai memngalami depresi dari pada laki-
laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.
Apakah mungkin karena bedanya biologis karena
wanita lebih mudah menyatakan perasaanya atau
karena perempuan lebih banyak mengalami stress
sosial karena tidak berhasil memenuhi keinginan
mereka di masyarakat.
34
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya
secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa
nifas antara lain perdarahan post partum, hematoma, infeksi pada masa
nifas, subinvolusi, masalah payudara (bendungan ASI, masititis dan
abses payudara) tromboflebitis, merasa sedih atau tidak mampu mengasuh
sendiri bayinya dan diri sendiri. Cara penanganan untuk masing-masing
komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari
maisng-masing komplikasi yang terjadi. Bidan wajib berperan dalam
upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas
merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.
3.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Fadlun dan achmad feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika
Kementrian Kesehatan. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta: WHO, KEMENKES, IBI
Maritalia, Dewi, 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: GOSYEN
PUBLISING
Mochtar, Rusman. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Oxorn, Harry, Wiliam R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Prawirohardjo,sarwono. 2009. Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pritchard, Macdonal Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University
Saifudin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Jakarta: YBPSP
Sukrisno,adi. 2010. Asuhan kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info
Media
Walyani. Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta: YBPSP
36