Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TANDA BAHAYA PADA MASA PASCA PERSALINAN

DOSEN PEMBIMBING:

Vita Raraningrum SST.,MPH

Disusun Oleh:

Agnes Cerlylasari (1540121001)

Maya Lutfiana Ningrum (1540121007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-nya kepada kami, sehingga dengan izin-Nya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
ini yang tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada pembimbing kami yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya serta mencurahkan ilmu untuk kami.

Saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun laporan pendahuluan ini. Namun
saya sebagai manusia pasti memilih banyak kelemahan dan kekurangan sehingga saya
mengharapkan kritik dan saran agar laporan pendahuluan saya menjadi lebih baik lagi.

Krikilan, 24 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
C. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
A. Pengertian Tanda dan Bahaya Pasca Persalinan......................................................
B. Tanda dan Bahaya Pasca Persalinan........................................................................
C. Tanda dan Gejala Infeksi Nifas...............................................................................
D. Tanda dan Gejala Hematoma Vulva, Vagina, Hemoroid........................................
E. Tanda dan Gejala Preeklamsi\ Eklamsia Masa Nifas..............................................
F. Keadaan Abnormal Pada Rahim..............................................................................
G. Keadaan Abnormal Pada Psikologis Pasca Persalinan............................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pospartum adalah periode dari beberapa jam setelah melahirkan plasenta hingga 6
minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah melahirkan. Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat rahim kembali ke keadaan sebelum
kehamilan dan berlangsung sekitar 6 minggu (Marmi, 2015) Masa nifas dimulai plasenta
lahir sampai dengan enam minggu (42hari). Selama proses ini merupakan waktu yang
diperlukan untuk pemulihan organ kandungan pada keadaan yang normal, yang dijumpai
dua kejadian penting pada perineum yaitu involusi uterus dan proses laktasi. Masa ini
dapat dikatakan sebagai masa yang penting bagi tenaga kesehatan untuk melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal akan menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah dan komplikasi (Manuaba, 2013). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari (Sulistyawati, 2011). Nifas (peurperium) berasal
dari bahasa latin yang berasa dari dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi
dan parous berarti melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi atau
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandung kemih seperti
pra hamil (Rini, 2016).
Pada masa nifas, biasanya terjadi perdarahan dan rasa nyeri seperti haid. Namun,
ada beberapa tanda bahaya nifas yang perlu diwaspadai. Dengan mengenali tanda bahaya
nifas, penanganan yang tepat dan aman pun bisa segera dilakukan. Masa nifas terjadi
selama 4–6 minggu setelah melahirkan. Selain keluarnya darah nifas atau lokia, ada
beberapa hal yang umum terjadi saat masa nifas, mulai dari rasa tidak nyaman saat
berhubungan seks, perubahan bentuk tubuh, munculnya stretch marks, rambut rontok,
hingga konstipasi.
B. Tujuan
Memberikan edukasi pada ibu bahwa masa nifas merupakan cara tubuh
mengeluarkan darah dan jaringan sisa di rahim, yang sebelumnya dipakai untuk menjaga
pertumbuhan janin. Perdarahan terberat terjadi pada dua hari pertama setelah persalinan.
Setelah itu, jumlah darah yang keluar dari vagina akan terus berkurang.
C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari tanda bahaya pasca persalinan!
2. Apa sajakah tanda bahaya pada masa pasca persalinan?
3. Apa tanda atau tanda gejala infeksi nifas?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tanda Bahaya Pasca Persalinan


Pospartum adalah periode dari beberapa jam setelah melahirkan plasenta hingga 6
minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah melahirkan. Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat rahim kembali ke keadaan sebelum
kehamilan dan berlangsung sekitar 6 minggu (Marmi, 2015) Masa nifas dimulai plasenta
lahir sampai dengan enam minggu (42hari). Masa nifas dimulai plasenta lahir sampai
dengan enam minggu (42hari). Selama proses ini merupakan waktu yang diperlukan
untuk pemulihan organ kandungan pada keadaan yang normal, yang dijumpai dua
kejadian penting pada perineum yaitu involusi uterus dan proses laktasi. Masa ini dapat
dikatakan sebagai masa yang penting bagi tenaga kesehatan untuk melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal akan menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah dan komplikasi (Manuaba, 2013). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari (Sulistyawati, 2011). Nifas (peurperium) berasal
dari bahasa latin yang berasa dari dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi
dan parous berarti melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi atau
masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandung kemih seperti pra hamil (Rini, 2016).
Pada masa nifas, biasanya terjadi perdarahan dan rasa nyeri seperti haid. Namun,
ada beberapa tanda bahaya nifas yang perlu diwaspadai. Dengan mengenali tanda bahaya
nifas, penanganan yang tepat dan aman pun bisa segera dilakukan. Masa nifas terjadi
selama 4–6 minggu setelah melahirkan. Selain keluarnya darah nifas atau lokia, ada
beberapa hal yang umum terjadi saat masa nifas, mulai dari rasa tidak nyaman saat
berhubungan seks, perubahan bentuk tubuh, munculnya stretch marks, rambut rontok,
hingga konstipasi.
B. Tanda Bahaya pada Masa Pasca Persalinan
Tanda bahaya masa nifas yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Perdarahan berlebihan pascamelahirkan
Perdarahan pascamelahirkan dapat menjadi tanda bahaya. Hal ini perlu
dicurigai jika Anda harus mengganti pembalut lebih dari satu kali per jam.
Keadaan ini juga bisa disertai dengan pusing dan detak jantung yang tidak teratur.
Bila mengalaminya, Anda dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis ke
dokter atau rumah sakit terdekat. Kondisi ini mungkin menandakan masih ada
plasenta atau ari-ari yang tertinggal di dalam rahim, sehingga perlu dilakukan
tindakan kuretase sebagai penanganannya.
2. Demam tinggi lebih dari 38°C
Demam tinggi dan tubuh mengigil bisa menjadi tanda infeksi. Keluhan ini
juga bisa disertai dengan nyeri pada bagian perut, selangkangan, payudara,
ataupun bekas jahitan, bila melahirkan dengan operasi. Selain demam, darah nifas
yang berbau menyengat juga dapat menjadi gejala infeksi.
3. Sakit kepala hebat
Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas mungkin
merupakan efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan. Namun, jika sakit
kepala terasa sangat mengganggu disertai dengan penglihatan kabur, muntah,
nyeri ulu hati, ataupun bengkaknya pergelangan kaki perlu diwaspadai. Kondisi
tersebut bisa menjadi tanda komplikasi, seperti preeklampsia pascamelahirkan.
4. Nyeri tak tertahankan pada betis
Nyeri tak tertahankan pada betis yang disertai dengan rasa panas,
pembengkakan, dan kemerahan bisa menjadi tanda adanya penggumpalan darah.
Kondisi ini dikenal dengan deep vein thrombosis (DVT) dan bisa berakibat fatal
bila gumpalan darah tersebut berpindah ke bagian tubuh lain, misalnya paru-paru.
5. Kesulitan bernapas dan nyeri dada
Nyeri dada yang disertai dengan sesak napas bisa menjadi tanda emboli
paru. Emboli paru adalah kondisi tersumbatnya aliran darah di paru-paru akibat
gumpalan darah. Kondisi ini bisa mengancam nyawa, apalagi bila disertai muntah
darah atau penurunan kesadaran.
6. Gangguan buang air kecil
Tidak bisa buang air kecil (BAK), tidak bisa mengontrol keinginan BAK,
ingin BAK terus-menerus, nyeri saat BAK, hingga gelapnya warna air kencing
bisa menjadi tanda kondisi medis tertentu. Tergantung gangguan BAK yang
dialami, masalah tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi, gangguan pada otot usus
atau panggul, bahkan infeksi pada kandung kemih ataupun ginjal.
7. Merasa sedih terus-menerus
Perubahan kadar hormon dan munculnya tanggung jawab setelah
melahirkan bisa membuat ibu mengalami baby blues. Gejala yang muncul bisa
berupa perasaan gelisah, marah, panik, lelah atau sedih. Kondisi ini umumnya
hilang dalam beberapa hari atau minggu. Namun, bila perasaan tersebut tak juga
hilang, bahkan disertai rasa benci, keinginan bunuh diri, dan halusinasi,
kemungkinan itu merupakan tanda depresi pascamelahirkan. Kondisi ini
tergolong berbahaya dan perlu segera mendapat penanganan.
C. Tanda Atau Gejala Infeksi
Infeksi nifas terjadi ketika bakteri menginfeksi rahim dan daerah sekitarnya
setelah seorang wanita melahirkan. Ini juga dikenal sebagai infeksi postpartum. Ada
beberapa jenis infeksi postpartum, antara lain:
a. Endometritis (Infeksi dan lapisan rahim)
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym,
2008). Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran
anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang
baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak
berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang
menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses
kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau
pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta
yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka
pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,
sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan
kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas
menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka
biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau
busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan
buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali
suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh
pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan. Infeksi endometrium
dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen bagian
bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan
dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim),
parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba),
ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar),
pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung
telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana
bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan
terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat
pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008).
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput
ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada
perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita
merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-
3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari
suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan
sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan
kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat.
Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau. Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian
antibiotik, tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya
efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri,
sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (Infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium
adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri
tekan, perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari
endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang
dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel
radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis
dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa
yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih
besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus
pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat
akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti
amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV
per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (Infeksi pada area di sekitar rahim)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig
latum. Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi
dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan
peritoneum, seperti muntah.
D. Tanda dan Gejala Hematoma Vulva, Vagina, Hemoroid
Hematoma vulva merupakan timbulnya gumpalan darah sebagai akibat cedera
atau robeknya pembuluh darah yang terjadi setelah persalinan selesai. Penanganan
hematoma sendiri tergantung pada lokasi dan besar Hematoma. Pada Hematoma yang
kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup dilakukan kompres, dan akan mengecil dengan
sendirinya. Akan tetapi pada hemat yang besar dan juga disertai dengan rasa nyeri,
biasanya akan Dokter akan merekomendasikan suatu tindakan operasi kecil berupa insisi
atau sayatan di sepanjang bagian Hematoma yang paling teregang. Jika dengan setelah
mengompres Hematoma, benjolan tambah membesar dan terasa nyeri, maka kami sangat
menyarankan kepada Anda untuk segera menemui dokter spesialis kebidanan dan keluar
kembali, agar dapat dilakukan serangkaian penanganan lebih lanjut.
Hematoma vagina merupakan kumpulan darah yang terkumpul di jaringan lunak
vagina atau vulva, yang merupakan bagian luar vagina. Kondisi ini terjadi ketika
pembuluh darah di dekatnya pecah, biasanya disebabkan oleh cedera. Darah dari
pembuluh yang rusak ini bisa bocor ke jaringan di sekitarnya dan menyebabkan memar.
Pada umumnya, jika hematoma vagina berukuran kecil , kondisi ini tidak akan
menyebabkan gejala apa pun. Akan tetapi pada hematoma yang lebih besar dapat
menyebabkan:
a) Nyeri dan bengkak.
b) Buang air kecil yang menyakitkan atau sulit
c) Jaringan menggembung.
d) Hematoma yang sangat besar kadang-kadang meluas ke luar vagina
E. Tanda dan Gejala Preeklamsi/Eklamsi Pada Masa Nifas
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine yang
terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Bila tidak segera ditangani,
preeklamsia bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin. Salah satu
faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia adalah usia ibu hamil yang
di bawah 20 tahun atau lebih dari 40 tahun. Gejala preeklamsi sebagai berikut:
1) Sakit-kepala berat
2) Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya
3) Nyeri di ulu hati atau perut kanan atas
4) Pusing dan lemas
5) Sesak napas
6) Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun
7) Mual dan muntah
8) Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain
9) Berat badan naik secara tiba-tiba
F. Keadaan Abnormal Pada Rahim
Nifas merupakan cara tubuh mengeluarkan darah dan jaringan sisa di rahim, yang
sebelumnya dipakai untuk menjaga pertumbuhan janin. Perdarahan terberat terjadi pada
dua hari pertama setelah persalinan. Setelah itu, jumlah darah yang keluar dari vagina
akan terus berkurang. Darah nifas berwarna merah cerah dengan adanya beberapa
gumpalan, terutama di beberapa hari pertama setelah persalinan. Untuk kenyamanan,
Bunda perlu mengenakan pembalut menstruasi berukuran besar, yang khusus dibuat
untuk ibu nifas. Dua sampai tiga hari setelah melahirkan darah nifas yang keluar akan
semakin berkurang jumlahnya. Akan tetapi, jumlah darah yang keluar bisa kembali
meningkat jika Bunda banyak beraktivitas. Jika ini yang terjadi, cobalah beristirahat,
jangan terlalu sering berjalan ke sana ke mari. Seperti halnya darah menstruasi, wajar jika
ibu merasakan arus darah keluar dari vagina saat berubah posisi dari duduk ke berdiri.
Hal ini disebabkan oleh anatomi organ reproduksi perempuan yang khas. Saat duduk atau
berbaring, darah nifas akan berkumpul di area yang berbentuk seperti mangkuk. Otomatis
ketika berdiri, darah yang turun terasa lebih deras. Sepuluh hari setelah melahirkan,
jumlah darah nifas akan jauh berkurang. Alih-alih gumpalan dan aliran darah, ibu akan
melihat bercak atau noda darah pada pembalut menstruasi. Hal ini bisa terjadi sampai 6
minggu setelah persalinan. Perdarahan setelah melahirkan yang abnormal perlu mendapat
penanganan segera, karena bisa mengancam nyawa.
Penanganan perdarahan setelah melahirkan akan diawali dengan mengatasi
kondisi gawat darurat dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan menangani penyebab
perdarahan setelah kondisi pasien stabil. Wanita yang masih menjalani masa pemulihan
pascrabersalin, baik melalui persalinan normal maupun caesar, disarankan untuk
menunda aktivitas berat dan juga berhubungan seks. Jika disebabkan oleh gangguan
kontraksi pada rahim, akan dilakukan pemiijatan rahim untuk merangsang kontraksi atau
pemberian obat yang memicu kontraksi rahim. Jika disebabkan oleh adanya robekan pada
vagina dan perineum, akan dilakukan penjahitan pada area yang mengalami robekan.
Sedangkan, jika disebabkan oleh robeknya rahim, akan dilakukan operasi untuk
menghentikan perdarahan atau bahkan operasi pengangkatan rahim.
G. Keadaan Abnormal Pada Psikologis Pasca Persalinan
Perubahan psikologis masa nifas menurut Kemenkes RI (2016), proses adaptasi
psikologis yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu berfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Beberapa rasa yang tidak
nyaman seperti lelah, nyeri jahitan, membuat ibu nifas sangat bergantung dan
membutuhkan perlindungan dan perawatan dari orang lain. Seorang Ibu nifas
pada fase ini akan terfokus pada dirinya sendiri, lebih tertarik untuk menceritakan
pengalaman yang telah dilalui yaitu hamil dan melahirkan sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada fase ini pula, seorang ibu nifas biasanya
akan mengalami kekecewaan atau fase denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi
yang dilahirkan, suami atau keluarga. Perasaan bersalah juga sering muncul pada
fase ini. Biasanya berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung dua sampai empat hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan tidak kemampuan dan merasakan langsung tanggungjawab
dalam merawat bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.
Fase selanjutnya adalah fase di mana psikologis ibu sudah mulai bisa menerima
keadaan. Seorang ibu nifas pada fase ini akan mulai belajar untuk melakukan
perawatan bayinya. Tugas pendamping dan keluarga adalah memberikan
dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa mampu melewati fase ini.
Periode ini biasanya berlangsung selama 3-10 hari.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Fase Letting Go adalah fase
di mana seorang ibu nifas sudah menerima tanggung jawab dan peran barunya
sebagai seorang ibu. Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu melakukan
perawatan diri sendiri dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu
menyesuaikan diri. Secara umum, adaptasi ibu nifas akan berjalan seperti teori
tersebut. Namun, ada beberapa hal yang tidak selalu sama karena respons setiap
individu pun berbeda sesuai dengan tingkat kematangan dan lingkungan. Namun
alangkah baiknya, keluarga mengenali fase tersebut. Agar seorang ibu baru
terhindar dari Syndrome Baby Blues maupun Postpartum Depression.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
rahim kembali ke keadaan sebelum kehamilan dan berlangsung sekitar 6 minggu
(Marmi, 2015) Masa nifas dimulai plasenta lahir sampai dengan enam minggu
(42hari). Selama proses ini merupakan waktu yang diperlukan untuk pemulihan
organ kandungan pada keadaan yang normal, yang dijumpai dua kejadian penting
pada perineum yaitu involusi uterus dan proses laktasi.
B. Saran
Makalah ini dibuat untuk mempermudah pelajar agar mudah mempelajari atau
mencari referensi yang berhubungan dengan topik tersebut. Mungkin masih
terdapat kesalahann kata yang kurang sempurna, maka dari itu makalah ini butuh
masukkan yang membangun agar lebih baik lagi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Andina, F. S. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: PT
Pustaka Baru
Rukiyah, Ai Yeyeh.,Yulianti, Lia. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa Nifas.
Jakarta: CV Trans Info Media
Sutanto, Andina Vita. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori Dalam
PraktikKebidanan Professional. Yogyakarta: PT Pustaka Baru
Ambarwati Retna, Eni dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Cetakan ke V.
Jogjakarta: Nuha Medika
Haryani, Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Ibu Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai