Anda di halaman 1dari 44

OBSTETRI GINEKOLOGI

“ MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN


PENATALKSANAAN ’’

DOSEN PEMBIMBING
FARMING, SST, M.Keb

KELOMPOK 1
 ASDRIANTI TORA : P00324014004
 ATIK SUNARMI : P00324014006
 FINGKI LESTARI : P00324014011
 FITRIANI : P00324014012
 SEKARNITA : P00324014031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
T.A 2016
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas


ridho dan izin Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah “
Obstetrik Ginekologi membahas tentang mengidentifikasi komplikasi
kehamilan dan penatalaksanaan” ini dengan lancar tanpa aral serta rintangan
yang berarti.
Kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini saya ingin mengahaturkan ucapan terimakasih
pada semua pihak yang turut membantu, khususnya kepada orang-orang yang
telah memberikan informasi terkait dengan bahan-bahan pembuatan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Kendari, 28 maret 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

……………………………………………………………

B. Rumusan masalah

………………………………………………………..

C. Tujuan

……………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Kehamilan

……………………………………………………………….

B. Komplikasi kehamilan

…………………………………………………..

C. Hiperemesis gravidarum

………………………………………………..

D. Pre eklampsia dan eklampsia

……………………………………………

E. Kelainan dalam lamanya kehamilan

…………………………………….

F. Perdarahan kehamilan ektopik

…………………………………………..
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

………………………………………………………………

B. Saran

……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo
(2009 : 53), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di
seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman.
Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 : 54).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika
dibandingkan dengan AKI di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara.
Seperti di banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi
selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan
oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama
kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama
tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat
dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan
dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25
%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam
kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman (13 %),
dan sebab-sebab lain (8 %).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
2. Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
3. Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang kehamilan dan komplikasi kehamilan.
2. Untuk menjelaskan tentang apa saja yang termasuk dalam komplikasi
kehamilan.
3. Untuk menjelaskan tentang penatalaksanaan komplikasi kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga
(BKKBN, 2003 : 19).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)
betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008 : 213).
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari
pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu
individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan
adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat,
kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya
dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo, 2000).
2. Tanda dan gejala kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi
3 bagian, yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan.
1) Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid
terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagle : HT – 3
(bulan + 7).
2) Mual dan muntah.
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning
sickness”.
3) Mengidam.
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4) Pingsan.
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (tidak ada selera makan).
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi.
6) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
7) Miksi sering.
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada
triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini
kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
8) Konstipasi atau obstipasi.
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
9) Pigmentasi (perubahan warna kulit).
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna
lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut
bagian bawah.

10) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi
pada triwulan pertama.
11) Varises (pemekaran vena-vena).
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
12) Penampakan pembuluh.
Darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan
payudara.

b. Tanda kemungkinan kehamilan


1) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan
mulai pembesaran perut.
2) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
bentuknya makin lama makin bundar.
3) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri
mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada
triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih
lunak.
4) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva,
vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh
pengaruh hormon estrogen.
5) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak
rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
6) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk
uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda
Braxton-Hicks tidak ditemukan.
7) Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda
adanya janin di dalam uterus.
8) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu
menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
2) Denyut jantung janin
3) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.
4) Dicatat dan didengar dengan alat doppler.
5) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
6) Dilihat pada ultrasonografi.
7) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

B. Komplikasi kehamilan
1. Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).

2. Macam-macam komplikasi kehamilan


Menurut Dep Kes RI (1997), jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan
dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi 3
kelompok sebagai berikut :
Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :
a. Hipertensi gravidarum
b. Pre-eklampsia/eklampsia
c. Kelainan dan lamanya kehamilan
d. Perdarahan kelainan ektopik
e. Penyakit dan kelainan plasenta dan selaput janin
f. Hidramnion
g. Ketuban Pecah Dini
3. Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung:
a. Penyakit Jantung
b. Tuberculosis
c. Anemia
d. Malaria
4. Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).

C. Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi memburuk, karena terjadi dehidrasi (Esti,
2009).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai usia
kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton
dalam urine, bukan karena penyakit (Maidun, 2009).
Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon
estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti
dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) juga berperan dalam
menimbulkan mual dan muntah (Sarwono, 2008).
2. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan.
Faktor predisposisi antara lain :
a. sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil
sudah menderita gangguan lambung spesifik (Sarwono, 2005).
b. Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik.
c. Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan pesalinan.
d. Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu awal
kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormon-hormon
tersebut mempengaruhi perut, selera makan dan pusat khusus diotak
yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).
3. Gejalah umum hiperemesis gravidarum antara lain :
 Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
 Muntah setelah makan atau minum
 Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-
rata kehilangan BB 10% )
 Dehidrasi
 Penurunan jumlah urine
 Sakit kepala
 Bingung
 Pingsan
 Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )

4. Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum
penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala
dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan
a. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat ssekitar
100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih
mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat,
suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun
dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
c. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala:
nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati. (Wiknjosastro,
2005)

5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus
venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat memepngaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Wiknjosastro, 2005)
6. Komplikasi
a. Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal ginjal, mielinolisis
pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit
kuning, kekurangan gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum,
rhabdomyolysis, deconditioning, avulsion limpa, dan vasospasms arteri
serebral. Depresi merupakan komplikasi sekunder umum HG. Pada
kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena hiperemesis;
Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit ini.
b. Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang
dari 7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk
usia kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya,
bayi dari wanita dengan hiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan
berat lebih dari 7 kg muncul mirip sebagai bayi dari kehamilan tanpa
komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan
pada anak dari ibu hiperemesis.
7. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan
dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan
minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala
tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah
B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan
masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang
dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap
protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan
minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik,
bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)
6. Diet
 Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III
makanan hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.
 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
 Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita. Minuman
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).

D. Pre-eklampsia dan eklampsia


1. Definisi
a. Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini
ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur
kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada
awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai
tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir
trisemester kedua sampai trisemester ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan
yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama
masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak
pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi
atas pre-eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta
superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
b. Eklampsia
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang
tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia,
pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang
kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian
baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti
“halilintar“ karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan
menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut
sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan
ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia. (Preeklamsia dan eklampsia
secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia
kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam
persalinan atau masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan
timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya
sudah menimbulkan gejala pre eklampsia.

2. Etiologi
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun
beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor
tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah
ke rahim.
a. Pre-Eklampsia
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui
secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena
preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi
kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai
gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum
diketahui :
1. Vasospasmus menyebabkan :
 Hypertensi
 Pada otak (sakit kepala, kejang)
 Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
 Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
 Pada hati (icterus)
 Pada retina (amourose)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu
 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus
 Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan
koma.
3. Factor Perdisposisi Preeklamsi
 Molahidatidosa
 Diabetes melitus
 Kehamilan ganda
 Hidrocepalus
 Obesitas
 Umur yang lebih dari 35 tahun
b. Eklampsia
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre
eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami
secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi
dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,.
dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal
sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah
adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam
adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia
utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila
memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan
vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan
metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan
berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya
satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron
yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom
lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber
radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta
dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan
bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada
membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada
eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal,
dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena
kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah,
melindungi pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan
trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase
asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak
asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat
adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada
glumerulus ginjal yaitu berupa “ glumerulus endotheliosis “.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang
dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat
prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang yang
aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta
menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan
radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan
pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan
prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan
pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan
prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan
terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil  2 - 2½ gram per hari. Bila
terjadi kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan
kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya
kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan
dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama,
maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung
yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga
aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot
pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi
vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah

3. Tanda dan Gejala


a. Tanda Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan
tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai
adalah :
 Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari
penimbunan cairan dalam tubuh
 Nyeri perut
 Sakit kepala yang berat
 Perubahan pada refleks
 Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama
sekali
 Ada darah pada air kencing
 Pusing
 Mual dan muntah yang berlebihan
 Udem
 Hipertensi
 Proteinuria

Pre-eklampsia ringan :
 Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari
160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
 Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin
(air seni)
 Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung,
wajah atau tangan

Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-
eklampsia berat :
 Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
 Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
 Trombosit < 100.000/mm3
 Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria
(protein dalam air seni > 3 g / L)
 Nyeri ulu hati
 Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang
berat
 Perdarahan di retina (bagian mata)
 Edema (penimbunan cairan) pada paru
 Koma
b. Tanda Eklampsia
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi
digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post
partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
Eklamsia ringan :
 Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
 Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab
proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam
 Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
 Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
Eklamsi berat :
 Tekanan darah 160/110 mmHg
 Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
 terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
 Trombosit kurang dari 100.000/mm3

4. Komplikasi
a. Pre-Eklampsia
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain
(Mitayani, 2009):
1. Pada ibu
 Eklamsia
 Solusio plasenta
 Perdarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah
 HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan
low platelet count)
 Ablasio retina
 Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
 Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
 Prematur
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
b. Eklampsi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada
preeklampsia berat dan eklampsia :
1. Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada pre eklampsia.
2. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan
plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.
4. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
selama seminggu, dapat terjadi.
6. Edema Paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit
jantung.
7. Nekrosis Hati
Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan
akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit
lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan
sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur
lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
Komplikasi lain :
 Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat
kejang-kejang preumania
 aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
 Prematuritas
 Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pre eklampsia ringan :
 Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk
penanganan preeklampsia
 Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
 Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa
tidur
 Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
 Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan
diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari
(maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5
mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
 Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
 Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa
setiap 1 minggu.
 Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan
preeklampsia berat.
 Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai
preeklampsia berat.
 Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
 Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40
minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat,
gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau indikasi terminasi
kehamilan lainnya.
 Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan
atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
b. Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat :
Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu :
 Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan
pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya adalah
sebagai berikut:
 Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul
dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra
dindikasi)
 Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-
eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
 Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan
berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi
gejala.
 Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
 Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37
minggu.

Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas :


 Penderita di rawat inap
 Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
 Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
 Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan
dan 4 gr bokong kiri)
 Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
 Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc
dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia
antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
 Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
 Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya
diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari
 Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru
dan kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1
ampul.
 Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi
dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
 Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi
wanita dilarang mengedan.
 Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan
disebsbkan atonia uteri.
 Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi,
diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24jam post partum.
 Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.

c. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri
kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.
1. Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit
2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit :
 Menghentikan konvulsi
 Mengurangi vaso spasmus
 Meningkatkan diuresis
 Mencegah infeksi
 Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
 Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah :
 Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
 Menghindari lidah tergigit
 Pemberian oksigen
 Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
 Menjaga jangan terlalu trauma
 Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
5. Observasi ketat penderita:
 Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari
kebisingan dan rangsangan.
 Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
 Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam.
 Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif

E. Kelainan dalam lamanya kehamilan


Lamanya kehamilan yang normal 280 hari atau 40 minggu dihitung
dari hari pertama haid yang terakhir.Kadang-kadang kehamilan berakhir
sebelum waktunya dan ada kalanya melebihi waktu yang normal. Berakhirnya
kehamilan menurut lamanya kehamilan berlangsung dapat dibagi sebagai
berikut :
Lamanya Kehamilan Berat anak istilah
< 22 minggu <500 g Abortus
22-28 minggu 500g-1000g Partus immaturus
28-37 minggu 1000g-2500g Partus praematurus
37-42 minggu >2500-4500g Partus aterm (maturus)
>42 minggu >4500g Partus serotinus

1. Premature
1. Definisi
Premature yaitu persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan sebagai persalinan
prematur dan terjadi pada kurang lebih 10% persalinan di Amerika
Serikat. Kendati program pencegahan persalinan prematur, terapi
farmakologis untuk persalinan premature dan upaya mengenali faktor
risiko persalinan prematur telah digalakkan,angka persalinan prematur
tidak berubah selama 40 tahun terakhir.
Faktor risiko : Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang
melahirkan prematur diketahui tidak memiliki faktor risiko untuk
persalinan prematur.
a. Faktor demografis : ibu dari ras kulit hitam, status sosio-ekonomi
yang rendah, usia <18 tahun atau >40 tahun.
b. Kesehatan umum : stres pribadi tinggi, nutrisi buruk;berat ibu
sebelum hamil rendah; anemia, bakteriuria, kondisi-kondisi medis,
seperti diabetes, asma dan pielonefritis, penyakit jantung pada ibu,
merokok (risiko 2x lipat), penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).
c. Pekerjaan : pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik,
berdiri terlalu lama, bekerja dalam shift, dan bekerja di malam
hari.
d. Kondisi uterus : Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas
(termasuk pajanan dietilstilbestrol (DES) di dalam uterus, konisasi
serviks, atau riwayat induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid,
atau kontraksi uterus yang berlebihan, dan infeksi.
e. Faktor obstetric : persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan
usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko: semakin sering
mengalami persalinan prematur),semakin dini usia kehamilan
semakin besar risiko mengalami persalinan prematur,hasil yang di
peroleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat
untuk menentukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD,
plasenta previa, inkompetensi serviks, abrupsio plasenta,
preeklamsia, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan
janin,perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan
prenatal kurang atau tidak ada sama sekali.
2. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya
diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya
kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus,
misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark
dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi
ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)

Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :


Kehamilan
 Malformasi Uterus
 Kehamilan ganda
 Pre eklamsia
 Riwayat kelahiran premature
Kondisi medis
1) Kondisi yang menimbulkan partus preterm
 Hipertensi
 Perkembangan janin terhambat
 Solusio plasenta
 Plasenta previa
 Kelainan rhesus
 Diabetes
2) Kondisi yang menimbulkan kontraksi
 Kelainan bawaan uterus
 Ketuban pecah dini
 Serviks inkompeten
 Kehamilan ganda
Sosial Ekonomi
 Tidak melakukan perawatan prenatal
 Status sosial ekonomi rendah
 Mal nutrisi
 Kehamilan remaja
Faktor gaya hidup
 Kebiasaan merokok
 Kenaikan berat badan selama hamil yang kurang
 Penyalahgunaan obat (kokain)
 Alcohol

3. Tanda dan gejala


tanda-tanda persalinan prematur, yaitu :
a. Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung.
b. Kram perut, dengan atau tanpa diare.
c. Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau
kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit.
d. Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi yang
mendorong ke bawah.
e. keluar air atau cairan lainnya dari vagina.

4. Penanganan persalinan premature


Prinsip penanganan persalinan premature ada;ah :
a. Coba hentikan kontraksi uterus / penundaan kelahiran
b. Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya .
c. Upaya menghentikan kontrsksi uterus kemungkinan obat-obatan atau
tokolitik hanya berhasil sebentar, tapi penting untuk memberikan
kortikosteroid,intervensi ini bertujuan untuk menunda kelahiran sampai
bayi cukup matang untuk lahir ( 37 minggu)
Penundaan kehamilan dilakukan bila :
a. Umur kehamilan 37 minggu
b. Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
c. Tidak ada amnionitis, pre- eklamsi atau perdarahan yang aktif.
d. Tidak ada gawat janin.

2. Postmatur
a. Definisi
Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama
dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus naegle, dengan siklus
haid rata- rata 28 hari. Selain itu ada juga yang dihitung 42 minggu
dari HPHT dan ada pula dihitung 42 minggu.Partusnya disebut partus
postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas atau
serotinus.
b. Etiologi pasti belum diketahui. Tapi ada yang menyebabkan faktor
penyebabnya adalah faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor
herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
c. Tanda-tanda bayi postmatur :
 Biasanya lebih berat dari bayi matur
 Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
 Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
 Verniks kaseosa di badan kurang
 Kuku-kuku panjang
 Rambut kepala agak tebal
 Kulit agak pucat dengan desquamasi epitel

d. Pengaruh terhadap ibu dan janin


Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena
 Aksi uterus tidak terkoordinasi
 Janin besar
 Molase kepala kurang
 Maka sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri,
distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan
angka morbiditas dan mortalitas.
Terhadap janin
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3kali
lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin
bervariasi,seperti;
badan janin dapat bertambah besar, tetap, da nada yang berkurang
setelah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bias terjadi kematian
janin dalam kandungan.
e. Penatalaksanaan
 Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
 Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
 Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan atau rujuk.

3. Dismatur
a. Definisi
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (BBLR sama dengan bayi
dismatur).
Berdasarkan pengertian diatas maka BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
1) Prematuritas Murni
Adalah masa gestasi yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan kurang dari berat badan semestinya untuk masa
kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan, kecil untuk masa
kehamilan.
2) Dismaturitas
Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, posterm. Dismatur ini dapat juga neonatus kurang bulan -
sesuai masa kehamilan.
3) Neonatus cukup bulan - kecil masa kehamilan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bayi Dismatur


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(dismatur) atau BBLR yaitu:
1) Faktor Ibu
 Gizi saat hamil yang kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung,
 Faktor pekerjaan yang terlalu berat
2) Faktor Kehamilan
 Hamil dengan hidramnion
 Hamil ganda
 Perdarahan anterpartum
 Komplikasi hamil pre-eklamsia/eklamsi
3) Faktor Janin
 Cacat Bawaan
 Infeksi alam rahim
4) Faktor lingkungan :
 Tempat tinggal didataran tinggi
 Radiasi
 Zat – zat racun
c. Perawatan Bayi Dismatur
1) Pemberian minum
Pada bayi dismatur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih
kurang. Prinsip pemberian minum ialah early feeding yaitu minum
sesudah berumur 2jam untuk mencegah penurunan berat badan,
hipglikemia, dan hiperbilirubinemia. Pemberian minum sesuai jumlah
kebutuhan
2) Perlindungan terhadap infeksi
 Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultrasonografi.
 Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostik atau di laboratorium.
Bila terbuka adanya hipoglikemia harus segera diatasi.
 Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
3) Perawatan bayi dengan metode kanguru
Dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi baru lahir
kemudian, bayi diletakkan diantara payudara ibu dan ditutup baju ibu yang
berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri
atau duduk dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring.

4. Postdate ( kehamilan lewat waktu )


a. Definisi
Kehamilan post date adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42
minggu didapatkan dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan
tinggi fundus uteri serial (Mansjoer, 2001)
Kematian janin didefinisikan sebagai kematian intrauterine
sebelum seluruh produk konsepsi manusia dikeluarkan.Ini tidak
diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau elektif. Kematian janin ini yang
disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan lahir mati.
b. Etiologi
1) Faktor ibu
 Diabetes mellitus
 Preeklampsi dan eklampsi
 Nefritis kronis
 Polihidramnion dan oligohidramnion
 Shipilis
 Penyakit jantung
 Hipertensi
 Penyakit paru atau TBC
 AIDS
2) Faktor janin
 Prematuritas
 Postmaturitas
 Kelainan bawaan
 Perdarahan otak
c. Penatalaksanaan
 Periksa Tanda Vital
 Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan
darah, golongan darah ABO dan Rhesus.
 Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila
belum ada kepastian sebab kematian, hindari memberikan
informasi yang tidak tepat.
 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.
Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekanya.
Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir pervaginam.
 Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun
ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya,
sebelum keputusan diambil.
 Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu, yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan
terjadi komplikasi .
 Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan
menggunakan oksitosin atau misoprostol. Seksio sesarea
merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.
 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat
dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal
tersebut.
 Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya
patologi plasenta dan infeksi.(Sarwono, 2001)

5. Intra uterine growth retaldation (IUGR)


a. Pengertian
Retardasi pertumbuhan intrauterine yaitu bayi yang pertumbuhannya
terhambat di dalam rahim dimana berat bayi kurang dari usia
kehamilan.
Penyebab IUGR dibedakan menjadi 3 faktor, yaitu :
 Maternal/ibu seperti: tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronik,
riwayat diabetes millitus, penyakit jantung dan pernafasan,
malnutrisi dan anemia, onfeksi, pecandu alkohol, obat-obat
tertentu, dan perokok.
 Faktor janin antara lain: janin kembar, penyakit infeksi, kelainan
konginitalo, kelainan kromosom, pajanan teratogen.

b. Manifestasi Klinik
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit
keriput:tali puxsat umumnya tampak rapuh dan layu dibandingkan
pada bayi normal yang tebal ndan kuat; Intra Uterine Growth Syndrom
(IUGR) muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan
atau sel.
c. Pencegahan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah IUGR, adalah
sebagai berikut: usahakan hidup sehat, hindari stres selama kehamilan,
hindari mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
hamil, olahraga teratur, hindarai alkohol, rokok dan narkoba,
periksakan kehamilan secara rutin.
6. Intra uterine fetal death (IUFD)
a. Defenisi
Intra Uterine Fetal Death/kematian janin dalam rahim yaitu kematian yang
terjadi saat UK lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500 gram atau lebih (Nasdaldy).
b. Etiologi
Penyebab IUFD sering kali dipicu oleh: ketidak cocokan rhesus darah ibu dan
janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakannya janin terlalu
aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trama saat hamil, infeksi pada
ibu, kelainan bawaan pada janin, perdarahan anterpartum, penyakit saluran
kencing, penyakit endokrin, malnutrisi dan lain-lain.
c. Penanganan
 Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim jangan terlalu
terburu-buru bertindak sebaiknya observasi dulu dalam 3-4 minggu.
 Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu
setelah diagnosa. Partus belum mulai lakukan induksi partus.
 Induksi inpartus dapat dimulai dengan pemberian estrogen atau langsung
dengan pemberian oksitosin drip atau tanpa amniotomi.

F. Perdarahan kehamilan ektopik


1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi atau
nidasi melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di
luar rongga rahim(Wibowo, 2007). Kehamilan ekstrauterin adalah
kehamilan di luar batas uterus, sedangkan kehamilan heterotopik adalah
hamil intra uterin dan hamil ektopik yang terjadi bersama-sama.
Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah
suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba
(Manuaba, dkk, 2008).
2. Etiologi
a. Faktor dalam lumen tuba
 Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping,
sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
 Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
 Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
b. Faktor pada dinding tuba
 Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi
telur yang dibuahi dalam tuba.
 Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat
menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
c. Faktor diluar dinding tuba
 Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
 Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen
tuba.
d. Faktor lain
 Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang
dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur.
 Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi
laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian
ditempatkan di dalam rahim wanita).
3. Tanda dan Gejala
a. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting
atau perdarahan vaginal.
b. Menstruasi abnormal.
c. Abdomen dan pelvis yang lunak.
d. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel
desidua pada endometrium uterus.
e. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
f. Kolaps dan kelelahan dan pucat
g. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
h. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
i. Gangguan kencing
4. Penanganannya
 Penderita yang disangka KET harus segera dirawat inap dirumah sakit
untuk penanggulanggannya
 Bila wanita dalam keadaan syok perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian cairan yang cukup ( dekstrose 5%, glukosa 5%, garam
fisiologis) dan transfusi darah.
 Setelah didiagnosis jelas atau sangat disangka KET dan keadaan
umum baik atau lumayan, segera lakukan laparatomi untuk
menghilangkan sumber perdarahan ; dicari,diklem dan dieksisi
sebersih mungkin ( salpingektomi ) kemudian diikat sebaik-baiknya.
 Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya
penyembuhan lebih cepat
 Berikan antibiotika sesuai indikasi dan obat anti inflamasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul
penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya
dan komplikasi kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada
masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan
antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan
kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri
kehamilannya. Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan
dalam mengidentifikasi faktor resiko dan komplikasi kehamilan sehingga
dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat bantu tersebut dikenal
dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

B. Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa namun manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.


Sardjito. Medika FK UGM : Yogyakarta
 Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta
Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
 Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu. Penerbit
Media Aesculapius FKUI : Jakarta
 Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak
serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
sarwono Prawirohardjo : Jakarta
 Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri
: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai