DOSEN PEMBIMBING
FARMING, SST, M.Keb
KELOMPOK 1
ASDRIANTI TORA : P00324014004
ATIK SUNARMI : P00324014006
FINGKI LESTARI : P00324014011
FITRIANI : P00324014012
SEKARNITA : P00324014031
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
……………………………………………………………
B. Rumusan masalah
………………………………………………………..
C. Tujuan
……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kehamilan
……………………………………………………………….
B. Komplikasi kehamilan
…………………………………………………..
C. Hiperemesis gravidarum
………………………………………………..
……………………………………………
…………………………………….
…………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
………………………………………………………………
B. Saran
……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan (Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo
(2009 : 53), mengatakan bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di
seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman.
Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 : 54).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika
dibandingkan dengan AKI di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara.
Seperti di banyak negara lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi
selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan
oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama
kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis. Ironisnya semua penyebab utama
tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat
dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan
dikelola secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25
%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam
kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman (13 %),
dan sebab-sebab lain (8 %).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
2. Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
3. Bagaimana penatalaksanaan komplikasi kehamilan?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan tentang kehamilan dan komplikasi kehamilan.
2. Untuk menjelaskan tentang apa saja yang termasuk dalam komplikasi
kehamilan.
3. Untuk menjelaskan tentang penatalaksanaan komplikasi kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan dari seluruh anggota keluarga
(BKKBN, 2003 : 19).
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)
betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008 : 213).
Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari
pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu
individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan diri,dengan
adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat,
kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya
dilahirkan (Sarwono Prawirohardjo, 2000).
2. Tanda dan gejala kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi
3 bagian, yaitu:
a. Tanda tidak pasti kehamilan.
1) Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid
terakhir supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagle : HT – 3
(bulan + 7).
2) Mual dan muntah.
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning
sickness”.
3) Mengidam.
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4) Pingsan.
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
5) Anoreksia (tidak ada selera makan).
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi.
6) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
7) Miksi sering.
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada
triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini
kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
8) Konstipasi atau obstipasi.
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
9) Pigmentasi (perubahan warna kulit).
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna
lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut
bagian bawah.
10) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi
pada triwulan pertama.
11) Varises (pemekaran vena-vena).
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena.
12) Penampakan pembuluh.
Darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan
payudara.
B. Komplikasi kehamilan
1. Pengertian
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
C. Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi memburuk, karena terjadi dehidrasi (Esti,
2009).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai usia
kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton
dalam urine, bukan karena penyakit (Maidun, 2009).
Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormon
estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti
dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) juga berperan dalam
menimbulkan mual dan muntah (Sarwono, 2008).
2. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000 kehamilan.
Faktor predisposisi antara lain :
a. sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita yang sebelum hamil
sudah menderita gangguan lambung spesifik (Sarwono, 2005).
b. Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik.
c. Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan pesalinan.
d. Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu awal
kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormon-hormon
tersebut mempengaruhi perut, selera makan dan pusat khusus diotak
yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).
3. Gejalah umum hiperemesis gravidarum antara lain :
Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
Muntah setelah makan atau minum
Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-
rata kehilangan BB 10% )
Dehidrasi
Penurunan jumlah urine
Sakit kepala
Bingung
Pingsan
Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )
5. Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus
venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat memepngaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan. (Wiknjosastro, 2005)
6. Komplikasi
a. Bagi wanita hamil
Jika tidak diobati, HG dapat menyebabkan gagal ginjal, mielinolisis
pontine pusat, koagulopati, atrofi, Mallory-Weiss sindrom, hipoglikemia, sakit
kuning, kekurangan gizi, ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum,
rhabdomyolysis, deconditioning, avulsion limpa, dan vasospasms arteri
serebral. Depresi merupakan komplikasi sekunder umum HG. Pada
kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal karena hiperemesis;
Charlotte Bronte adalah korban diduga penyakit ini.
b. Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang
dari 7 kg (15,4 lb) selama kehamilan cenderung berat lahir rendah, kecil untuk
usia kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya,
bayi dari wanita dengan hiperemesis yang memiliki keuntungan kehamilan
berat lebih dari 7 kg muncul mirip sebagai bayi dari kehamilan tanpa
komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut penelitian telah dilakukan
pada anak dari ibu hiperemesis.
7. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jelas memberikan penerapan tentang kehamilan
dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan
minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin,
menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala
tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah
B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin,
avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan
masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang
atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang
dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap
protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan
minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik,
bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,
ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
(Wiknjosastro, 2005)
6. Diet
Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III
makanan hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
Diet hieremesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita. Minuman
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).
2. Etiologi
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun
beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor
tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah
ke rahim.
a. Pre-Eklampsia
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui
secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena
preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi
kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,
retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit
ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai
gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum
diketahui :
1. Vasospasmus menyebabkan :
Hypertensi
Pada otak (sakit kepala, kejang)
Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
Pada hati (icterus)
Pada retina (amourose)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda, hidramnion, dan molahidatidosa
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus
Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan
koma.
3. Factor Perdisposisi Preeklamsi
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidrocepalus
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
b. Eklampsia
1. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre
eklamsia.
2. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin
yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami
secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi
dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,.
dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal
sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah
adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam
adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia
utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila
memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan
vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol.
Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
4. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan
metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan
berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya
satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan
timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron
yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom
lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber
radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta
dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan
bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada
membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada
eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal,
dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena
kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah,
melindungi pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan
trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase
asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak
asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat
adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada
glumerulus ginjal yaitu berupa “ glumerulus endotheliosis “.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang
dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
6. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat
prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang yang
aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta
menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan
radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan
pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan
prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan
pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan
prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan
terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
7. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila
terjadi kekurangan-kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan
kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya
kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan
dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama,
maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung
yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga
aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot
pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi
vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah
Pre-eklampsia ringan :
Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari
160 mmHg; diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin
(air seni)
Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung,
wajah atau tangan
Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-
eklampsia berat :
Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
Trombosit < 100.000/mm3
Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria
(protein dalam air seni > 3 g / L)
Nyeri ulu hati
Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang
berat
Perdarahan di retina (bagian mata)
Edema (penimbunan cairan) pada paru
Koma
b. Tanda Eklampsia
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi
digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post
partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
Eklamsia ringan :
Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab
proteinuria kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam
Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
Eklamsi berat :
Tekanan darah 160/110 mmHg
Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
Trombosit kurang dari 100.000/mm3
4. Komplikasi
a. Pre-Eklampsia
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain
(Mitayani, 2009):
1. Pada ibu
Eklamsia
Solusio plasenta
Perdarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah
HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan
low platelet count)
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
b. Eklampsi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
eklampsia.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada
preeklampsia berat dan eklampsia :
1. Solutio Plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada pre eklampsia.
2. Hipofibrinogemia
Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis
Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan
plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.
4. Perdarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan Mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
selama seminggu, dapat terjadi.
6. Edema Paru
Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit
jantung.
7. Nekrosis Hati
Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan
akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas
untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit
lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Kelainan Ginjal
Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan
sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur
lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.
Komplikasi lain :
Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat
kejang-kejang preumania
aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)
Prematuritas
Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pre eklampsia ringan :
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk
penanganan preeklampsia
Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat
lainnya, tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat
terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa
tidur
Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan
diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari
(maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5
mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa
setiap 1 minggu.
Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun
setelah rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1
kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan
preeklampsia berat.
Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai
preeklampsia berat.
Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40
minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin terhambat,
gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau indikasi terminasi
kehamilan lainnya.
Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan
atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
b. Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat :
Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu :
Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan
pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penanganannya adalah
sebagai berikut:
Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul
dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra
dindikasi)
Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-
eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan
berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi
gejala.
Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37
minggu.
c. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri
kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.
1. Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit
2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3. Tujuan perawatan di rumah sakit :
Menghentikan konvulsi
Mengurangi vaso spasmus
Meningkatkan diuresis
Mencegah infeksi
Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah :
Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
Menghindari lidah tergigit
Pemberian oksigen
Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
Menjaga jangan terlalu trauma
Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
5. Observasi ketat penderita:
Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari
kebisingan dan rangsangan.
Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam.
Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
1. Premature
1. Definisi
Premature yaitu persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan sebagai persalinan
prematur dan terjadi pada kurang lebih 10% persalinan di Amerika
Serikat. Kendati program pencegahan persalinan prematur, terapi
farmakologis untuk persalinan premature dan upaya mengenali faktor
risiko persalinan prematur telah digalakkan,angka persalinan prematur
tidak berubah selama 40 tahun terakhir.
Faktor risiko : Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang
melahirkan prematur diketahui tidak memiliki faktor risiko untuk
persalinan prematur.
a. Faktor demografis : ibu dari ras kulit hitam, status sosio-ekonomi
yang rendah, usia <18 tahun atau >40 tahun.
b. Kesehatan umum : stres pribadi tinggi, nutrisi buruk;berat ibu
sebelum hamil rendah; anemia, bakteriuria, kondisi-kondisi medis,
seperti diabetes, asma dan pielonefritis, penyakit jantung pada ibu,
merokok (risiko 2x lipat), penyalahgunaan zat (risiko 3x lipat).
c. Pekerjaan : pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik,
berdiri terlalu lama, bekerja dalam shift, dan bekerja di malam
hari.
d. Kondisi uterus : Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas
(termasuk pajanan dietilstilbestrol (DES) di dalam uterus, konisasi
serviks, atau riwayat induksi aborsi pada trimester kedua), fibroid,
atau kontraksi uterus yang berlebihan, dan infeksi.
e. Faktor obstetric : persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan
usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x risiko: semakin sering
mengalami persalinan prematur),semakin dini usia kehamilan
semakin besar risiko mengalami persalinan prematur,hasil yang di
peroleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat
untuk menentukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD,
plasenta previa, inkompetensi serviks, abrupsio plasenta,
preeklamsia, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan
janin,perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan
prenatal kurang atau tidak ada sama sekali.
2. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya
diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya
kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus,
misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark
dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi
ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996)
2. Postmatur
a. Definisi
Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama
dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus naegle, dengan siklus
haid rata- rata 28 hari. Selain itu ada juga yang dihitung 42 minggu
dari HPHT dan ada pula dihitung 42 minggu.Partusnya disebut partus
postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas atau
serotinus.
b. Etiologi pasti belum diketahui. Tapi ada yang menyebabkan faktor
penyebabnya adalah faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor
herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
c. Tanda-tanda bayi postmatur :
Biasanya lebih berat dari bayi matur
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di badan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan desquamasi epitel
3. Dismatur
a. Definisi
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena bayi
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (BBLR sama dengan bayi
dismatur).
Berdasarkan pengertian diatas maka BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
1) Prematuritas Murni
Adalah masa gestasi yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan kurang dari berat badan semestinya untuk masa
kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan, kecil untuk masa
kehamilan.
2) Dismaturitas
Adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, posterm. Dismatur ini dapat juga neonatus kurang bulan -
sesuai masa kehamilan.
3) Neonatus cukup bulan - kecil masa kehamilan.
b. Manifestasi Klinik
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit
keriput:tali puxsat umumnya tampak rapuh dan layu dibandingkan
pada bayi normal yang tebal ndan kuat; Intra Uterine Growth Syndrom
(IUGR) muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan
atau sel.
c. Pencegahan
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah IUGR, adalah
sebagai berikut: usahakan hidup sehat, hindari stres selama kehamilan,
hindari mengkonsumsi obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
hamil, olahraga teratur, hindarai alkohol, rokok dan narkoba,
periksakan kehamilan secara rutin.
6. Intra uterine fetal death (IUFD)
a. Defenisi
Intra Uterine Fetal Death/kematian janin dalam rahim yaitu kematian yang
terjadi saat UK lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500 gram atau lebih (Nasdaldy).
b. Etiologi
Penyebab IUFD sering kali dipicu oleh: ketidak cocokan rhesus darah ibu dan
janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakannya janin terlalu
aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trama saat hamil, infeksi pada
ibu, kelainan bawaan pada janin, perdarahan anterpartum, penyakit saluran
kencing, penyakit endokrin, malnutrisi dan lain-lain.
c. Penanganan
Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim jangan terlalu
terburu-buru bertindak sebaiknya observasi dulu dalam 3-4 minggu.
Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu
setelah diagnosa. Partus belum mulai lakukan induksi partus.
Induksi inpartus dapat dimulai dengan pemberian estrogen atau langsung
dengan pemberian oksitosin drip atau tanpa amniotomi.
B. Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa namun manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA