Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
PEMENUHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMORAGIC ANTE
PARTUM ( HAP )

Dosen :Enok Nurliawati, S.Kp.,M.Kep.


Etty Komariah Sambas, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Raida Zahra 11025122127


2. Putri Julyana 11025122128
3. Ihsan Maulana S 11025122129
4. Anggia Budining Ayu 11025122131
5. Nazwa Apridatul Janah 11025122132

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat Menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HEMORAGIC ANTE PARTUM ( HAP ).
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................3
2.1 Tinjauan Tentang Kehamilan................................................................................3
2.2 Definisi Hemoragic Ante Partum ( HAP ) atau Perdarahan Trimester III..........10
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoragic Ante Partum (HAP)......15
BAB III KASUS..................................................................................................................19
3.1 Deskripsi Kasus....................................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.....................................................................................20
4.1 Analisa Data........................................................................................................20
4.2 Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas.....................................................20
4.3 Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Perencanaan, Implementasi Dan Evaluasi......21
4.4 Catatan Perkembangan........................................................................................25
BAB V PENUTUP..............................................................................................................27
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................27
5.2 Saran....................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan trimester III adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas
28 minggu atau lebih dan biasa disebut dengan perdarahan antepartum.Perdarahan
pervaginam dalam trimester III menyebabkan komplikasi 4 % dari semua kehamilan
sehingga dianggap suatu kedaruratan obstetrik karena perdarahan tetap merupakan
penyebab kematian ibu dan bayi. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami
tetapi bukannya tanpa risiko dan merupakan beban bagi seorang wanita. Dalam
kehamilan dan persalinan tiap ibu hamil akan menghadapi risiko terjadinya penyulit
atau komplikasi baik ringan ataupun berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan bagi ibu dan
bayinya. Mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil adalah masalah besar di negara
berkembang Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu
disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10% sampai
hampir 60%.(Manuaba, 2012).
Di Indonesia tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni,
pendarahan, hipertensi saat hamil atau preeklamsia dan infeksi.Pendarahan
menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu
(28%).(Yeyeh, A dan Rukiyah, 2014).Angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu dan bayi, kondisi kesehatan
lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan
dan masa nifas.Di Indonesia masalah kematian ibu masih merupakan masalah besar.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2012
AKImeningkat menjadi 359/100.000 kelahiran hidup(Kemenkes RI, 2013).
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap berbahaya karena keadaan
tersebut beresiko mengancam nyawa terhadap ibu dan janin.Perdarahan trimester III
biasa disebut dengan perdarahan antepartum.Yang termasuk perdarahan antepartum
adalah plasenta previa, solusio plasenta dan rupture uteri.Perdarahan obstetrik yang
terjadi pada kehamilan trimester III pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan

1
jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal (Wiknjosastro, 2012).

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan dicari tahu adalah :
1. Definisi Hemoragic Ante Partum ( HAP )
2. Penyebab terjadinya Hemoragic Ante Partum ( HAP )
3. Gejala-gejala terjadinya Hemoragic Ante Partum ( HAP )
4. Pencegahan terjadinya Hemoragic Ante Partum ( HAP )
5. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoragic Ante Partum

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien hemoragic ante partum.
B. Tujuan Khusus
1. Dapat Mengetahui apa itu Hemoragic Ante Partum
2. Dapat mengetahui penyebab terjadinya Hemoragic Ante Partum
3. Dapat Mengetahui gejala-gejala terjadinya Hemoragic Ante Partum
4. Dapat Mengetahui apa pencegahan terjadinya Hemoragic Ante Partum

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Kehamilan


Kehamilan merupakan keadaan mengandung embrio atau fetal
didalam tubuh setelah penyatuan sel telur dan spermatozoa (Wiknjosastro, H,
2012).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan (trimester) yaitu
a. Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 Minggu
b. Kehamilan triwulan II antara 12 – 28 Minggu
c. Kehamilan triwulan III antara 28 – 40 Minggu
(Saifuddin, AB, 2009)
Adapun tanda-tanda yang menyertai kehamilan yaitu :
a. Amenorrhea
b. Perubahan pada payudara
c. Mual dan Muntah
d. Sering kencing
(Wiknjosastro, 2012)
Tanda pasti kehamilan :
a. Terdengar denyut jantung janin (DJJ)
b. Terasa gerak janin,
c. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio,
d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16
minggu).
Tanda tidak pasti kehamilan :
a. Rahim membesar,
b. Tanda hegar,
c. Tanda Chadwick,

4
d. Tanda Piskacek,
e. Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat,
f. Ballotement positif,
g. Tes urine kehamilan (tes HCG)
positif, (Manuaba, IBG, 2008).
Agar kehamilannya tetap sehat, ada beberapa hal yang harus diketahui
ibu hamil, antaranya :
a. Perubahan Fisik.
Pada umumnya ibu hamil akan mengalami perubahan fisik
seperti: terhentinya menstruasi, adanya rasa mual dan muntah,
payudara membesar dan perut membesar.
b. Pemeriksaan Kesehatan.
Setiap ibu hamil akan menghadapi risiko komplikasi yang
bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap ibu hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal (Yeyeh, A dan Rukiyah, 2014) yaitu :
1.) Trimester pertama satu kali kunjungan.
2.) Trimester kedua satu kali kunjungan.
3.) Trimester ketiga dua kali kunjungan.
Pengawasan sebelum melahirkan penting untuk dilakukan
dengan jadwal tertentu. Sebagai gambaran jadwal pemeriksaan
berkelanjutan meliputi:
1.) Trimester I dan II
Pada periode ini dilakukan pemeriksaan setiap
bulan.Dengan rancangan pemeriksaan meliputi anamneses
untuk mengetahui keadaan normal dan keluhan hamil muda,
pemeriksaan fisik (umum, khusus, tambahan) sehingga dari
pemeriksaan ini didapatkan kesimpulan tentang
kehamilan.Kesimpulan mungkin normal sehat dan memuaskan,
adanya penyakit ibu, atau adanya komplikasi kehamilan. Pada
periode ini pula dapat dilakukan pengobatan kehamilan berupa
obat simtomatis untuk gejala

5
hamil muda, pengobatan penyakit yang menyertai kehamilan,
dan pemberian obat penyokong (vitamin, obat khusus), dan
vaksinasi tetanus toksoid I. Anjuran yang diberikan pada masa
ini umumnya berkaitan dengan kesehatan dan secara khusus
berkaitan dengan kesimpulan kehamilannya.
2.) Trimester III
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap dua minggu
atau setiap minggu.Rancangan pemeriksaan meliputi anamnesa
terhadap keadaan normal dan keluhan hamil trimester III,
pemeriksaan fisik (umum, khusus, dan tambahan).Kesimpulan
dari pemeriksaan ini adalah normal, sehatdan memuaskan, dan
penggolongan kehamilan (resiko tinggi, meragukan atau resiko
rendah).Juga dilakukan pengobatan penyakit ibu atau
komplikasi kehamilan.Obat penyokong kesehatan hamil adalah
vitamin tambahan dan obat khusus, juga pemberian vaksinasi
tetanus toksoid II. Anjuran pada masa ini berkaitan dengan
kesehatan umumdan khusus berkaitan dengan kehamilannya
juga petunjuk kapan datang ke rumah sakit. Pada bulan
kesembilan, dilakukan pemeriksaan setiap minggu dengan
rancangan yang sama. Kelahiran dapat terjadi setiap waktu,
oleh karena itu perlu diberikan petunjuk kapan harus datang ke
rumah sakit (Simkin, 2013). Anjuran untuk datang ke rumah
sakit adalah bila (1) sakit perut datang menghilang dan makin
lama makin bertambah keras dan waktu makin pendek; (2)
terjadi pengeluaran darah, keluar air banyak (sampai basah),
keluar lendir campur darah; (3) adanya keluhan badan panas,
penglihatan kabur, sakit kepala berat dan sakit ulu hati. Pada
hamil pertama waktu sampai lahir sekitar 12-28 jamdan untuk
ibu yang pernah melahirkan antara 10-14 jam.Sebaiknya
menunggu di rumah sakit dibandingkan di rumah karena ada
pengawasan khusus (Manuaba, IBG, 2008).

6
A Anatomi Fisiologi Kehamilan
Anatomi Fisiologi Kehamilan yaitu : Organ Reproduksi Wanita terdiri
dari genetalia eskterna dan Interna (Cohn, 2011)
1. Genetalia eksterna (Cohn, 2011)
a. Vulva, Tampak dari luar mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum. Tundun (Mons veneris). Bagian yang menonjol
meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
(Bobak, 2010)
b. Labia Mayora, Merupakan kelanjutan dari mons veneris,
berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian
bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa
rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa
panjang 7- 8 cm, lebar 2 ² 3 cm, tebal 1 ² 1,5 cm. Pada
anak-anak dan nullipara kedua labia mayora sangat
berdekatan. (Mohammed Salama & Kamal Aly, 2019).
c. Labia Minora, merupakan bibir kecil yang merupakan
lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan; Bagian atas labia
minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum
clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi
orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk
fourchette.(Amira et al., 2011)
d. Klitoris, merupakan bagian penting alat reproduksi luar
yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat

7
sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari
glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata
tidak melebihi 2 cm.(Mahoney et al., 2022)
e. Vestibulum, merupakan rongga yang berada di antara bibir
kecil (labia minora). Vestibula terdapat 6 buah lubang,
yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral.
B Proses Kehamilan
1. Transpor Sperma
Sperma harus dikumpulkan dan ditranspor ke tempat pembuahan.
Setelah ejakulasi, semen membentuk gel yang melindunginya dari
lingkungan asam vagina. Gel ini akan mencair dengan sendirinya dalam
waktu 20-30 menit. Tujuannya, agar sperma “bebas” dan proses transpor
sperma bisa terjadi. Cairan akan tetap tertinggal di vagina, sementara sel
sperma terus melaju ke tempat sel telur berada.
Sel sperma dengan pergerakan terbaik mampu berenang melewati
lapisan lendir serviks yang menjaga pintu masuk ke rahim. Di masa subur
(saat ovulasi terjadi), lendir ini menjadi lebih tipis, menciptakan
lingkungan yang lebih “ramah” bagi sperma.
Begitu sperma memasuki rahim, kontraksi otot-otot rahim akan
mendorong sperma ke atas menuju tuba falopii. Beberapa menit setelah
ejakulasi, sperma pertama masuk ke saluran ini. Namun, kemungkinan
besar ini bukanlah sperma yang membuahi sel telur. Sperma yang motil
(pergerakan baik) dapat bertahan hidup di saluran reproduksi wanita
hingga lima hari.
2. Transpor Sel Telur
Ovulasi harus terjadi dan sel telur harus “diangkat” oleh. Di
pertengahan siklus haid, satu folikel ovarium akan melepaskan sel telur
dan bergerak melalui tuba falopii menuju rahim. Transpor sel telur ini
dimulai saat ovulasi dan berakhir saat sel telur mencapai rahim. Setelah
ovulasi, bagian ujung tuba falopii yang berfimbria (seperti jari) akan

8
menyapu

9
ovarium. Silia (bulu-bulu halus) di permukaan fimbria, bertanggung jawab
untuk mengambil dan menggerakkan sel telur ke dalam saluran tuba.
Selanjutnya, silia dan kontraksi otot di dalam tuba falopii akan
menciptakan gerakan maju. Transpor sel telur di dalam tuba falopii ini
memakan waktu sekitar 30 jam.
3. Pembuahan Dan Perkembangan Embrio
Pembuahan harus terjadi untuk suatu kehamilan.Setelah ovulasi,
sel telur hanya bisa dibuahi selama 12-24 jam berikutnya. Pembuahan
terjadi di bagian spesifik tuba, yang disebut persambungan ampula-
isthmus. Kontak antara sel telur dan sel sperma bersifat acak. Membran
yang menyelubungi sel telur—disebut zona pelusida—memiliki dua
fungsi utama dalam pembuahan. Pertama, zona pelusida mengandung
reseptor sperma yang spesifik untuk sperma manusia. Kedua, begitu ada
satu sel sperma yang berhasil masuk (penetrasi) , membran ini menjadi
tidak bisa ditembus oleh sperma lain.Sel telur yang telah dibuahi kini
bernama zigot. Selama 7 hari berikutnya, embrio bersel tunggal ini terus
membelah melalui proses mitosis. Di akhir periode transisi ini, embrio
menjadi sebuah bola sel yang sangat terorganisasi, dan disebut
blastokista.
4. Implantas
Embrio harus berimplantasi dan bertumbuh di dalam rahim.
Setelah embrio mencapai tahapan blastokista, kurang lebih 5-6 hari setelah
pembuahan, dimulailah proses implantasi ke dalam dinding rahim. Secara
alami, 50 persen dari semua sel telur yang berhasil dibuahi gagal
berimplantasi. Reseptivitas dinding rahim dan kualitas embrio menjadi dua
faktor penting yang menentukan keberhasilan proses implantasi ini.
C Masalah-masalah pada Kehamilan
Masalah-masalah Kesehatan yang sering terjadi pada ibu hamil
adalah :

10
a. Preeklamsia
Preeklamsia adalah kondisi ketika plasenta tidak
berkembang dengan baik akibat adanya gangguan pada pembuluh
darah dari rahim ke plasenta.
Preeklamsia ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
darah pada separuh akhir kehamilan yang dialami ibu bertekanan
darah normal. Kondisi ini umum terjadi pada 6% kehamilan dan
dapat menganggu organ tubuh, pertumbuhan janin, serta
mengancam jiwa ibu dan bayi.
Faktor risiko preeklamsia antara lain ibu hamil dengan usia
lebih dari 35 tahun, obesitas pada awal kehamilan, mengandung
bayi kembar, memiliki riwayat keluarga yang pernah terkena
preeklamsia atau pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya, serta ibu hamil yang mengidap beberapa
penyakit seperti diabetes, autoimun, hipertensi, dan penyakit
ginjal.
b. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional dapat terjadi ketika insulin berkurang
kemampuannya untuk mengatur kadar gula darah selama
kehamilan. Biasanya diabetes gestasional mulai muncul pada
minggu ke-24 kehamilan meskipun sebelumnya memiliki kadar
gula normal. Setiap ibu hamil berisiko mengalami diabetes
gestasional.
c. Kehamilan Lewat Waktu
Usia kehamilan aterm atau cukup bulan merupakan kondisi
paling aman lahirnya bayi yang berkisar antara 37-42 minggu. Jika
terdapat usia kehamilan yang lebih dari 42 minggu, kondisi ini
disebut kehamilan lewat waktu

11
2.2 Definisi Hemoragic Ante Partum ( HAP ) atau Perdarahan Trimester III
a. Definisi
Perdarahan trimester III adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan di atas 28 minggu atau lebih dan biasa disebut dengan
perdarahan antepartum (Wiknjosastro, H, 2012).
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada saat usia
kehamilan mencapai trimester ke-3 (> 20 minggu) dan sebelum proses
persalinan. Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester
ketiga dan yang terjadi setelah anak dan plasenta lahir pada umumnya
adalah perdarahan yang berat, dan merupakan kasus gawat darurat
sehingga jika tidak segera ditangani bisa mendatangkan syok yang fatal dan
berujung kematian.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
minggu ke 28 masa kehamilan. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan yang berasal dari traktus genitalia setelah usia kehamilan 24
minggu dan sebelum onset pelahiran janin. Angka kejadiannya berkisar
antara 5-10% kehamilan. Keparahan dan frekuensi perdarahan obstetri
membuat perdarahan trimester ketiga menjadi salah satu dari tiga penyebab
kematian ibu dan penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas perinatal di
Amerika Serikat.
Harus dibedakan antara perdarahan yang disebabkan oleh karena
penyebab obstetri dan nonobstetri (penyebab lokal). Penyebab nonobstetri
menghasilkan perdarahan yang menyebabkan kehilangan darah yang relatif
sedikit kecuali pada karsinoma cerviks yang invasive. Kebanyakan
perdarahan yang parah menghasilkan hilangnya > 800 mL darah biasanya
akibat solusio plasenta atau plasenta previa. Yang lebih jarang namun tetap
berbahaya yaitu perdarahan dari circumvallate placenta, abnormalitas
mekanisme pembekuan darah dan ruptur uteri.
b. Tanda Dan Gejalan Hemoragic Ante Partum
Tanda dan gejala utama perdarahan antepartum adalah darah yang
keluar melalui vagina. Perdarahan ini dapat disertai dengan nyeri atau
tidak. Jika disertai dengan nyeri, kemungkinan perdarahan disebabkan
karena abrupsi plasenta. Sebaliknya, jika perdarahan tidak disertai dengan

12
nyeri, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah plasenta previa.
Gejala lainnya adalah timbulnya kontraksi rahim. Bisa juga terjadi
tanda-tanda syok hipovolemik pada si ibu akibat kehilangan banyak darah.
Tanda-tanda ini dapat berupa: linglung, pucat, bernapas dengan cepat,
berkeringat dingin, tidak ada/sedikit urine, lemas, dan pingsan. Kadang-
kadang, bagi ibu hamil yang fit dan berusia muda, tanda-tanda ini tidak
tampak dan baru diketahui ketika keadaan sudah sangat buruk.
Sesedikit apa pun perdarahan tersebut, segera temui dokter di rumah
sakit. Jangan terkecoh dengan perdarahan yang terlihat sedikit sebab masih
ada kemungkinan bahwa di bagian dalam terdapat perdarahan parah, tetapi
belum sepenuhnya keluar
c. Patofisiologi Hemoragic Ante Partum
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum
diketahui secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua
yang tidak memadahi yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau
atrofi dapat menyebabkan plasenta berimplantasi pada segmen bawah
rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah
rahim dan menutupi ostium uteri internum misalnya pada kehamilan ganda,
eritroblastosis dan ibu yang merokok. Pada saat segmen bawah rahim
terbentuk sekitar trisemester III atau lebih awal tapak plasenta akan
mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi plasenta
juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini
menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan
dipermudah dan diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang
tidak bisa berkontraksi secara adekuat. Pembentukan segmen bawah rahim
akan berlangsung secara progresif, hal tersebut menyebabkan terjadi
laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta previa. Pada plasenta previa
totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan bila dibandingankan
dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak rendah karena
pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri internum.
Segmen bawah rahim mempunyai dinding yang tipis sehingga mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas yang mengakibatkan terjadinya
plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen bawah rahim dan serviks
13
mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat
menyebabkan perdarahan postpartum pada plasenta previa.
d. Penyebab Terjadinya Hemoragic Ante Partum
Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan
solusio plasenta; penyebab lainnya biasanya pada lesi lokal vagina/serviks.
Plasenta previa merupakan penyulit kehamilan hampir 1 dari 200 persalinan
atau 1,7 % sedangkan untuk solusio plasenta 1 dalam 155 sampai 1 dari 225
persalinan atau <0,5%.
Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan antepartum.
Sampai saat ini belum terdapat definisi yang tetap mengenai keparahan derajat
perdarahan antepartum. Seringkali jumlah darah yang keluar dari jalan lahir
tidak sebanding dengan jumlah perdarahan sebenarnya sehingga sangat
penting untuk membandingkan jumlah perdarahan dengan keadaan klinis
pasien.
Perdarahan trimester III dikelompokkan atau dibagi menjadi :
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah lahir, sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2012).
2. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersinya di
fundus uteri sebelum waktu persalinan.(Rayburn, 2014)
3. Perdarahan Pada Plasenta
Plasenta letak rendah dimaksudkan bila pada pemeriksaan
dalam jari tangan yang dimasukkan dapat mencapai tepi bawah
plasenta.Perdarahan pada plasenta letak rendah baru terjadi bila
pembukaan mendekati lengkap, sehingga memberikan petunjuk
untuk melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat
mengambil tindakan definitive.
4. Pecahnya Vasa Previa
Yang dimaksud dengan vasa previa adalah menyilangnya
pembuluh darah plasenta yang berasal dari insersio vilamentosa
pada kanalis servikalis.Untuk menegakkan diagnosis vasa previa
agak sukar dan memerlukan pengalaman, disamping jumlahnya

14
tidak terlalu banyak.Bila dapat ditemukan pada pembukaan kecil,
dimana teraba denyut pembuluh darah saat melakukan pemeriksaan
dalam, maka satu-satunya sikap bidan adalah mengirim penderita
ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio
sesarea.Bahaya yang
mengancam terutama untuk bayi karena perdarahan berasal dari
pembuluh darah janin.Gejala klinis yang perlu diperhatikan adalah
ketuban pecah diikuti perdarahan dan terjadi asfiksia janin dalam
kandungan.(Manuaba, 2008).
5. Pecahnya Sinus Marginalis
Pecahnya sinus marginalis merupakan pedarahan yang
sebagian besar baru diketahui setelah persalinan.Pada waktu
persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang
pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkitan perdarahan
karena sinus marginalis yang pecah.Karena pembukaan mendekati
lengkap, maka bahaya untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu
besar.(Manuaba, 2008).
a. Pemeriksaan Awal
1.) Prinsip Penanganan
Pemeriksaan awal pada seorang pasien dengan perdarahan
trimester III harus mencakup riwayat, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan khusus yang dirancang untuk menetapkan
penyebab perdarahan (Hacker, dkk, 2011).
2.) Riwayat
Setiap riwayat cedera atau hubungan seksual sebelum
permulaan perdarahan harus ditentukan, lama
berlangsungnya dan jumlah perdarahan harus
ditetapkan.Pasien harus ditanyai mengenai setiap nyeri
perut, kontraksi rahim atau keduanya.Riwayat obstetrik
harus ditinjau untuk seksio sesarea sebelumnya, persalinan
kurang bulan, atau plasenta previa.Riwayat medis harus
diperiksa untuk mencari kelainan perdarahan atau penyakit
hati yang dikenal.Riwayat sosial harus ditinjau mengenai
penyalahgunaan tembakau atau kokain.(Hacker, dkk,
15
2011).

16
3.) Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan harus diperiksa
dengan segera begitu juga status jiwa pasien.Pemeriksaan
perut harus mencakup pengukuran tinggi fundus dan
penilaian nyeri tekan rahim.Pemeriksaan pelvis tidak boleh
dilakukan sebelum plasenta previa telah disingkirkan
dengan ultrasonografi.(Hacker, dkk, 2011).
4.) Penyelidikan
Cara yang paling tepat untuk menentukan penyebab
perdarahan trimester III adalah dengan
ultrasonografi.Aktifitas rahim dan frekuensi denyut jantung
janin harus dipantau untuk menangani persalinan dan
menetapkan kesehatan janin.(Hacker, dkk, 2011).
e. Penatalaksanaan
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan
resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress
dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi :
setelah terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit,
tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang
mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana persalianan pada
minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi sebelum waktu
yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah sesar saat itu juga.23
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium
uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke 35
kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan
ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan
bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan
tergantung keadaan klinis pasien.

17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoragic Ante Partum (HAP)
1. Pengkajian
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien
dengan anamnesa, observasi, dan pemeriksaan fisik.
a Identitas
b Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul.
c Riwayat penyakit sekarang
d Riwayat Penyakit dahulu
 Riwayat TD sebelum hamil
 Riwayat preeklamsia/eklamsia
 Riwayat solusio placenta pada kehamilan sebelumnya
 Riwayat hipertensi
e Riwayat Penyakit
Keluarga f Riwayat
Perkawinan
 Status pernikahan
 Umur saat nikah

 Berapa kali menikah


 Berapa usia pernikahan saat ini
g Riwayat Obsterti
 Riwayat haid ( usia menarche, siklus haid, lama haid, keluhan
saat haid, dan HPHT )
 Riwayat Kehamilan ( Riwayat ANC, Keluhan saat hamil, hasil
pemeriksaan leopold, DJJ, Pergerakan anak )
h Pemeriksaan Fisik
Menggunakan system pengkajian head to toe dan data obstetric harus
dapat ditemukan.
 Kepala dan leher
- Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut
- Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan)
- Tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun

18
kuantitatif. Kesadaran kuantitatif diukur dengan GCS.
- Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan
konjungtiva mata ( anemis ada/tidak)
- Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya
pernafasan cuping hidung, deformitas tulang hidung 35
- Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )
- Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan
vena jugularis
 Thorak
1.) Paru
Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan,
inspeksi pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak,
auskultasi dan identifikasi suara nafas pasien
2.) Jantung dan sirkulasi darah
Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut nadi,
identifikasikan kecukupan volume pengisian nadi,
reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat
pasien berbaring/istirahat dan diluar his. Identifikasikan
ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi
jantung.
3.) Payudara
Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk,
menonjol, atau tidak) , kebersihan payudara dan produksi
ASI.
 Abdomen
- kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak
- lakukan pemeriksaan leopold 1-4
- periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit
- amati ada striae pada abdomen/tidak
- amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his
- ada tidaknya nyeri tekan
 Genetalia
- Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam
- k/p lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks
19
bisa sudah terbuka atau tertutup, jika sudah maka serviks
akan menonjol.
 Ekstermitas
- Kaji ada tidaknya kelemahan
- Capilerry revile time
- Ada tidaknya oedema
- Kondisi akral hangat/dingin
- Ada tidaknya keringat dingin
- Tonus otot , ada tidaknya kejang
 Pemeriksaan obstetric
Dituliskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin
 Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan laboratorium
o albumin urine (+), penurunan kadar HB

o pemeriksaan pembekuan darah tiap 1 jam


 Pemeriksaan USG
- Tampak tempat terlepasnya plasenta
- Tepian placenta
- Darah
2. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa
faktor risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan
terjadinya plasenta previa. Faktor risiko tersebut meliputi hamil usia tua,
multiparitas, kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin
laki-laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta
previa pada kehamilan sebelumnya dan IVF. Penyebab blastokista
berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui dengan pasti.
Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua didaerah
segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai mungkin akibat dari proses radang atau
atrofi. Beberapa kondisi terkait plasenta previa yaitu :
1. Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa.

20
Insiden plasenta previa meningkat secara bermakna pada setiap
peningkatan kelompok usia ibu. Insiden ini sebesar 1 dalam 1500 pada
perempuan berusia ≤ 19 tahun dan sebesar 1 diantara 100 pada
perempuan berusia lebih dari 35 tahun. Bertambahnya usia ibu di AS
telah menyebabkan peningkatan insiden total dari plasenta previa dari
0,3% pada tahun 1976 menjadi 0,7 pada tahun 1977
2. Multiparitas juga berkaitan dengan peningkatan risiko plasenta previa.
Angka kejadian plasenta previa 40% lebih tinggi pada kehamilan
dengan janin multipel dibandingkan janin tunggal.
3. Untuk alasan yang tidak diketahui, riwayat pelahiran caesar
meningkatkan risiko plasenta previa. Peningkatan risiko plasenta
previa sebanyak 3 kali lipat pada perempuan yang pernah menjalani
pelahiran caesar.
4. Risiko relatif plasenta previa dilaporkan meningkat sebanyak dua kali
lipat pada perempuan yang merokok. Dibuat teori bahwa hipoksia
karbon monoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatoris.
Yang mungkin terkait terganggunya vaskularisasi desidua, mungkin
akibat perubahan atrofik atau peradangan, terlibat dalam terjadinya
plasenta previa.

3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia ( lihat SDKI ) Beberapa diagnosis yang dapat di
tegakan berdasarkan SDKI, 2017 adalah
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
2. Ansietas b. d krisis situasional
3. Berduka b.d kehilangan/ kematian janin
4. Resiko hipovolemia b.d perdarahan pervaginam
5. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif/perdarahan
6. Gangguan ibu dan janin b.d penurunan suplai oksigen uteroplasental

21
BAB III
KASUS

3.1 Deskripsi Kasus


Ny. B seorang wanita dengan usia kehamilan 30 minggu G 1 P0
datang ke UGD RS Sugih Waras dengan keluhan perdarahan sejak
kemarin flek-flek, T 120/70 mmHg, N 100x mnt RR 16x/mnt suhu 37,1C
saat dianamnese pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri pada perutnya,
flek-flek timbul sedikit- sedikit warna darah merah segar. Jika digunakan
untuk berbaring flek-flek berkurang dan jika dipakai aktivitas keluar lagi.
Hasil pemeriksaan menunjukan TFU 3 jari diatas pusat,punggung kiri,
bagian terendah janin kepala, belum masuk PAP, DJJ (+) 14-12-12. Data
lain dianggap normal ( dalam batas kewajaran)

22
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Analisa Data

No Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem


1 DS : klien mengeluh Pendarahan saluran Risiko hipovolemia
pendarahan sejak kemarin edema
DO :
- TD 120/70 mmHg
- N 100xmenit Tubuh kehilangan
- RR 16x/menit banyak cairan
- S 37,1 C
hipovolemia

4.2 Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas


Risiko hipovelemia b.d kehilangan cairan secara aktif

23
4.3 Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Perencanaan, Implementasi Dan Evaluasi

Nama : Ny. b Ruangan : Poned

Umur : - No. RM :-

Perencanaan
Diagnosa
No Keperawatan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Tujuan
1 Setelah dilakukan OBSERVASI OBSERVASI 1. Memeriksa tanda dan S : klien
Risiko tindakan keperawatan - Periksa tanda - Untuk gejala hipovolemia mengatakan
hipovelemia b.d 1x24 jam diharapkan dan gejala mengetahui -Respon : Pasien terlihat pendarahan sudah
kehilangan masalah dapat teratasi hipovolemia bagaimana pucat tidak ada
cairan secara dengan kriteria hasil : - Monitor intake kondisi pasien, 2. Memonitor intake dan
aktif -Output urine dan output tanda tanda output cairan O : TD 120/70
meningkat cairan kekurangan -Respon : intake cairan
mmHg
cairan membaik
- Untuk 3.Menghitung kebutuhan - N 100xmenit
memantau cairan - RR 16x/menit
intake dan -Respon : pasien mengetahui - S 37,1 C
output cairan kebutuhan cairan yang harus
pada pasien dipenuhi A : Masalah teratasi
TERAPEUTIK TERAPEUTIK 4.memberikan posisi
- Hitung - Untuk modified trendelenburg P : Pertahankan
kebutuhan mengetahui -Respon : pasien tampak intervensi
cairan kehilangan dan nyaman
- Berikan posisi kebutuhan 5.memberikan cairan oral I : Jika perlu
modified cairan -respon : pasien mau
Trendelenburg
E : Jika perlu

24
- Berikan asupan - Posisi pasien meminumnya
cairan oral berbaring di 6.menganjurkan R : Jika perlu
tempat tidur memperbanyak cairan oral
dengan bagian -respon : pasien tampak
kepala lebih mengerti arahan dari
rendah dari pada perawat
bagian kaki.
7. menganjurkan
Untuk
menghindari posisi
melancarkan
peredaran darah mendadak
ke otak -respon : pasien tampak
- Pemenuhan mendengarkan arahan
kebutuhan dasar perawat
cairan dan 8. memberikan cairan IV
menurunkan isotonis
resiko -respon : pasien mengerti
kekurangan akan kebutuhan cairan
EDUKASI cairan dalam tubuhnya
- Anjurkan EDUKASI 9. mengkolaborasi
memperbanyak - Untuk pemberian cairan koloid
cairan oral pemenuhan -respon : pasien tampak
- Anjurkan kebutuhan dasar
kooperatif
menghindari cairan dan
10. mengkolaborasi
posisi mempertahanka
n cairan pemberian produk darah
mendadak
- Untuk -respon : pasien tampak
mencegah kooperatif
kesalah posisi
pada pasien
dalam menjalani

25
perencanaan
KOLABORASI keperawatan
- Pemberian
cairan IV KOLABORASI
isotonis - Cairan intravena
- Kolaborasi diperlukan
pemberian untuk mengatasi
cairan IV kehilangann
hipotonis cairan tubuh
- Kolaborasi secrara hebat
pemberian - Untuk
cairan koloid membantu
- Kolaborasi mempercepat
pemberian dalam
produk darah pemenuhan
kebutuhan
cairan
- Untuk
membantu
mempercepat
dalam
pemenuhan
kebutuhan
cairan
- Untuk
membantu
mempercepat
dalam
pemenuhan

26
kebutuhan
cairan

27
4.4 Catatan Perkembangan

No Hari/Tanggal Dx JAM Perkembangan Pelaksana


1. Selasa, 12 september D.0034 11.00 S : Klien mengatakan perdarahan sudah tidak ada
2023 Risiko O:
Hivopolemia - TD 120/70 mmHg
( Anggia )
- N 100xmenit
- RR 16x/menit
- S 37,1 C

A : Masalah Teratasi
P:
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor intake dan output cairan
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan memperbanyak cairan oral
- Anjurkan menghindari posisi mendadak
- Pemberian cairan IV isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
I:
- Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
- Memonitor intake dan output cairan
- Menghitung kebutuhan cairan
- Memberikan posisi modified Trendelenburg

28
- Memberikan asupan cairan oral
- Menganjurkan memperbanyak cairan oral
- Menganjurkan menghindari posisi mendadak
- Memberikan cairan IV isotonis
- Berkolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
- Berkolaborasi pemberian cairan koloid
- Berkolaborasi pemberian produk darah
E : Pasien mengatakan perdarahan nya sudah tidak ada
R:-

29
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perdarahan trimester III adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas
28 minggu atau lebih dan biasa disebut dengan perdarahan antepartum.Perdarahan
pervaginam dalam trimester III menyebabkan komplikasi 4 % dari semua kehamilan
sehingga dianggap suatu kedaruratan obstetrik karena perdarahan tetap merupakan
penyebab kematian ibu dan bayi.
Harus dibedakan antara perdarahan yang disebabkan oleh karena penyebab
obstetri dan nonobstetri (penyebab lokal). Penyebab nonobstetri menghasilkan
perdarahan yang menyebabkan kehilangan darah yang relatif sedikit kecuali pada
karsinoma cerviks yang invasive. Kebanyakan perdarahan yang parah menghasilkan
hilangnya > 800 mL darah biasanya akibat solusio plasenta atau plasenta previa. Yang
lebih jarang namun tetap berbahaya yaitu perdarahan dari circumvallate placenta,
abnormalitas mekanisme pembekuan darah dan ruptur uteri.

5.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan hemoragic ante partum ( HAP ).

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.morulaivf.co.id/id/blog/pendarahan-saat-hamil-muda/

https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/pelayanan-neonatal-dan-esensial-bayi-
dan-balita/pendarahan-ibu

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3263934/

https://www.sehatq.com/artikel/bahaya-perdarahan-antepartum-selama-kehamilan-
untuk-ibu-dan-bayi

http://repository.uki.ac.id/9627/1/PerdarahanAntepartumTahunAkademik2021sampai2
022.pdf

http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/465/3/Ba b%202.pdf

https://bocahindonesia.com/proses-kehamilan/

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/3-masalah-kesehatan-yang-
rentan-dialami-ibu-hamil

31

Anda mungkin juga menyukai