Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PELAKSANAAN AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI PADA PERSALINAN

DI SUSUN OLEH :

DILA ROHILIA 135.21.003


RIZKA W.B 135.21.005

DOSEN PEMBIMBING : UMI SOLEKAH.,SST,M.Bmd

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES PONDOK PESANTREN ASSANADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah kami yang
berjudul “ Pelaksanan Amniotomi,dan Episiotomi pada persalinan” dapat terselesaikan dengan
baik. Terima kasih kepada Ibu Umi Solekah.,SST,M.Bmd yang telah memberikan tugas kepada
kami sehingga dapat menyusun dan meyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan bagi
kami untuk lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………….......................................................………………........…… 2

DAFTAR ISI …………………………….......................................………...............……........… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………....................................................... 4


B. Rumusan Masalah ……........……………………….......................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan……………………………………................................................… 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan .............………………………................................................…… 5


B. Kala II (Pengeluaran Janin) .....................……………………...…........…………..……. 5
C. Amniotomi ......................................................................................................................... 6
D. Episiotomi .......................................................................................................................... 9
E. Bahu macet…………........................................................................................................ 22
F. Letak muka……………………………………………………………………………….25
G. Lentang sunsang………………………………………………………………………….26

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………...............................................……...… 28
B. Saran …………………………………………………............................................…… 28

3
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..................................................…….... 29

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan psikologisnya.
Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi
sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya
(Soemitro, dkk. 2017).
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, 2015, kejadian kematian ibu bersalin
sebesar 49.5%, hamil 26%, dan nifas 24%. Adapun sebagian kematian maternal dan
perinatal banyak terjadi pada saat persalinan, salah satu penyebabnya kala II yang lama
(37%). Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang
terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Gejala
dan tanda kala II merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa
proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Pemberian asuhan sayang ibu diberikan pada kala II
dengan memberikan keleluasaan pemilihan posisi untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanannya pada proses persalinan (JNPK-KR, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tindakan Amniotomi pada Ibu Bersalin Kala II ?
2. Bagaimana Tindakan Episiotomi pada Ibu Bersalin Kala II ?
3. Bagaimana Tindakan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Bersalin Kala II ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk memahami Tindakan Amniotomi pada Ibu Bersalin Kala II
2. Untuk memahami Tindakan Episiotomi pada Ibu Bersalin Kala II

4
3. Untuk memahami Tindakan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Bersalin Kala II

. BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan sebuah episode dari kehidupan seorang wanita dan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan kondisi biologis dan psikologisnya.
Sebagian besar wanita menganggap bahwa persalinan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi
sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya
(Soemitro, dkk. 2017)
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses
ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jalan lahir. Menurut Manuaba (2008) dan Marmi (2012), mengatakan
bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

B. Kala II ( Pengeluaran Janin )


Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinasi, kuat, cepat dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul,
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris atau
otomatis menimbulkan rasa mengejan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar karena
tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum merenggang. Dengan his mengejan yang terpimpin

5
maka akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida
berlangsung 1 ½ - 2 jam, pada multigravida ½- 1 jam (Kumalasari, Intan. 2015: 98).

Gejala dan tanda kala II persalinan adalah :


1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

C. Amniotomi

A) Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Amniotomi adalah proses pemecahan ketuban yang dilakukan oleh penolong
persalinan yang bertujuan untuk membantu dalam proses persalinan. Namun bila
dilakukan tidak tepat dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang
mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan diferensial
menungkat. (Oktarina M, 2016)
B) Keuntungan

6
1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
2. Menentukan punctum maximum DJJ akan lebih jelas
3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin 4 Mempercepat proses
persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks
C) Kerugian
1. Menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada
tulang kepala akibat dari tekanan diferensial menungkat.
2. Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang
D) Indikasi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
1. Pembukaan lengkap
2. Pada kasus solution placenta
3. Akselerasi persalinan
4. Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
E) Cara melakukan
1. Persiapan alat
a. bengkok
b. setengah kocher
c. sarung tangan satu pasang
d. kapas saflon 1/2%
2. Persiapan pasien
Posisi dorsal recumbent
3. Persiapan pelaksanaan
a. Memberitahu tindakan
b. Mendekatkan alat
c. Memeriksa djj dan mencatat pada partograf
d. Cuci tangan dan dikeringkan
e. Memakai sarung tangan pada dua tangan
f. Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba
dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah
masuk ke dalam panggul dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian

7
tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba diantara
kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput
ketuban terdorong ke depan sehingga mudah dipalpasi
g. Tangan kiri mengambil klem 1/2 kocher yang telah dipersiapkan
sedemikian rupa sehingga dalam mengambilnya mudah.
h. Dengan menggunakan tangan kiri, tempatkan ½ kocher dtt atau steril
dimasukkan ke dalam vagina menelusuri jari tangan yang berada di dalam
vagina sampai mensapai selaput ketuban.

i. Pegang ujung klem ½ kocher diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa
kemudian menggerakkan jari dengan lembut dan memecah selaput ketuban
dengan cara menggosokkan ½ klem kocher secara lembut pada selaput
ketuban
j. Lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban tidak
tegang, agar saat dipecahkan air ketuban tidak menyemprot.
k. Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa
l. Ambil ½ klem kocher dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
m. Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada dalam vagina melakukan
pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan
memeriksa penurunan kepala janin.

8
n. Bila hasil pemeriksaan baik dan telah terjadi penurunan kepala, maka
keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari vagina.
o. Lakukan penilaian warna air ketuban, adakah mekonium,darah atau jernih
p. Lakukan langkah-langkah darurat bila terdapat mekonium atau darah.
q. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0.5% dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan biarkan terendam selama 101 menit
r. Cuci tangan.
s. Periksa DJJ
t. Lakukan pendokumentasian pada partograf tentang warna ketuban, kapan
pecahnya ketuban dan DJJ.

D. Episiotomi
A) Pengertian
Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah
rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan epieiotomi
secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum,
membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau
tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah
yang cukup. Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak
diperbolehkan, karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukannya tindakan
episiotomy. Para penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin pada
episiotomy karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.
B) Tujuan tindakan episiotomi
1. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak
2. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit
3. Menghindari robekan perineum spontan
4. Memperlebar jalan lahir pada tindakan pervagina
C) Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera
diakhiri

9
2. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum
3. Jaringan parut pada perineum ataupun vagina
4. Perineum kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
D) Jenis-jenis Episiotomi
1. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi
tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
2. Episiotomi mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun
kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan
kira-kira 4 cm.
3. Episiotomi lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam. Episiotomi ini sudah jarang dilakukan, karena banyak
menimbulkan komplikasi.
E) Alasan untuk tidak dilakukan episiotomi rutin
1. Jumlah darah yang hilang meningkat dan resiko terjadinya hematom
2. Kejadian laserasi derajat tiga atau empat lebih banyak terjadi pada episiotomi
rutin daripada tanpa episiotomi
3. Meningkatnya nyeri pasca persalinan didaerah perineum
4. Meningkatnya resiko infeksi
F) Cara Episiotomi
A. Persiapan
Peralatan : Bak steril berisi: kasa, gunting episiotomi, betadine, spuit 10 ml
dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa
epineprin. Bila lidokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian
lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan gambar fisiologis atau air destilasi

10
steril Contoh: larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5ml cairan garam fisiologis
atau air destilasi steril Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi
B. Pelaksanaan
1) Pemberian anestesi local
2) Penjelasan prosedur kepada pasien
3) Cuci tangan
4) Memakai sarung tangan
5) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin
6) Letakkan 2 jari tangan kiri ke dalam vagina diantara kepala janin dan
perineum
7) Masukkan jarum ditengah foirchette dan arahkan jarum sepanjang tempat
yang akan dilakukan episiotomi
8) Lakukan aspirasi (menarik batang penghisap spuit) untuk memastikan
jarum tidak berada pada pembuluh darah. Bila terdapat darah maka
tariklah jarum dan tusukkan kembali pada daerah didekatnya. Hal ini
dikarenakan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan kejang pada ibu dan menimbulkan kematian.
9) Tarik jarum perlahan sembil mendorong lidokain. Suntikkan maksimal
10 ml. cabut jarum bila sudah kembali ke titik asal pada saat jarum
ditusukkan. Kulit perineum akan terlihat dan teraba pada palpasi
menggelembung disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi.
C. Prosedur Episiotomi
1) Tindakan episiotomi dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat,
kepala janin sudah terlihat 3-4 cm saat kontraksi. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya perdarahan
2) Masukkan 2 jari tangan kiri (jika penolong tidak kidal) ke. dalam vagina
diantara kepala janin dan perineum. Kedua jari agak diregangkan dan
sedikit melakukan tekanan kea rah luar perineum dengan lembut.
Tindakan ini dimaksudkan untuk melindungi kepala janin dari gunting
dan membuat episiotomi lebih mudah karena perineum menjadi rata,

11
3) Dengan gunting episiotomi desinfeksi tingkat tinggi atau steril,
tempatkan gunting ditengah faurchette posterior dan posisi gunting
mengarah ke sudut yang diinginkan denganepisiotomi mediolateral atau
lateral. Bila menginginkan medio lateral, tempatkan gunting kearah
menjauhi anus

4) Gunting perineum dengan satu atau guntingan yang mantap sekitar 3-4
cm. jangan menggunting dengan cara sedikit demi sedikit. Hal ini akan
mengakibatkan waktu penyembuhan luka lebih lama karena tepi luka
tidak rata.
5) Gunting ke arah dalam vagina sekitar 2-3 cm. Bila kepala janin belum
lahir, maka lakukan penekanan dengan kasa desinfeksi tingkat tinggi
pada luka perineum untuk mencegah terjadinya perdarahan. Kendalikan
lahirnya kepala, bahu dan badan janin dengan hati-hati agar luka
episiotomi tidak bertambah panjang. Setelah janin dan placenta lahir,
periksa dengan hati-hati apakah luka episiotomi, perineum, dan vagina
bertambah panjang atau terdapat laserasi tambahan.

E. Inisiasi Menyusui Dini


A) Definisi

12
Inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, dimana bayi dibiarkan mencari puting
susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu ibu). Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara.
B) Manfaat
Inisasi Menyusui Dini besar manfaatnya terhadap keberhasilan menyusui. Sebanyak
50% bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya saat dilahirkan tidak dapat
menyusu. sedangkan bayi yang lahir dengan bantuan tindakan atau obat-obatan dan
dipisahkan dari ibunya nyaris semua tidak dapat menyusu.

Bahkan inisiasi dini ini juga memiliki nilai manfaat untuk ibu, manfaat IMD
terhadap ibu antara lain:
a. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko perdarahan
sesudah melahirkan. Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan membantu
mengendalikan perdarahan.
c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan
menyusui selama masa bayi (6 bulan-2 tahun), 69% bayi yang menyusu sejak
kelahirannya tetap menyusu pada ibunya 3 bulan bulan lebih lama
dibandingkan dengan 47% bayi lainnya yang mulai menyusu sesudah 6 jam
kelahirannya.

Adapun manfaat IMD untuk bayi antara lain:


a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat. Pengendalian terhadap suhu bayi
merupakan komponen penting dalam mencegah kematian pada bayi, terlebih
lagi pada kasus bayi BBLR. Kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi menjadi
sebuah metode yang tidak mahal, aman, dan efektif untuk mempertahankan
suhu bayi yang baru lahir. Adanya kontak ini seolah menjadi ruang perawatan

13
incubator yang mampu menghangatkan kembali bayi yang mengalami
hypothermic.
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung
menjadi lebih stabil.
c. Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang
normal.
d. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak
kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban. Karena
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bavi) vane membersihkan
mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima ASI. Inilah yang menyebabkan bayi sering defekasi dan feces
berwarna hitam.
e. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai
bayi. (dalam UNICEF, 2008) membandingkan 200 bayi yang menangis ke
dalam 2 kelompok, kelompok bayi pertama didekap dan berada pada posisi
inisiasi menyusu dini (terdapat kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi).
Sedangkan kelompok bayi lainnya diselimuti dekat dengan ibunya selama 90
menit sesudah lahir. Dan selama waktu pengamatan didapatkan hasil bahwa
bayi yang diselimuti menangis lebih lama dibandingkan dengan bayi yang
berada pada posisi inisiasi dini
f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi.
(dalam UNICEF, 2008) menyebutkan bahwa bayi-bayi yang berada pada posisi
IMD memiliki tingkat kadar gula dalam darah 90 menit lebih tinggi dan lebih
cepat pulih dari asidosis sementara saat lahir, dibandingkan dengan bayi-bayi
yang dipisahkan dengan ibunya dan diselimuti dekat dengan Sang Ibu.
g. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas. Sehingga saraf
motoriknya terlatih.
h. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi.
Sebab ASI khusus berwarna kekuningan ini kaya akan antibodi yang
melindungi terhadap infeksi dan alergi, serta mengandung banyak sel darah
putih yang berfungsi melindungi terhadap infeksi

14
i. Mencegah terlewatnya puncak refleks mengisap pada bayi yang terjadi 20-30
menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan
hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian.

C) Faktor penghambat
Terhambatnya pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini tidak hanya disebabkan oleh
pemakaian obat kimiawi menjelang persalinan, tetapi juga beberapa pendapat atau
mitos seputar Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Depkes RI (2008) memberikan batasan
terhadap pengertian mitos dan fakta seputar IMD. Mitos adalah sesuatu yang
dipercaya oleh masyarakat, tetapi belum tentu mengandung nilai kebenaran. Mitos
biasanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Sedangkan fakta adalah sesuatu yang
benar-benar ada atau benar benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya secara
ilmiah. Berikut ini adalah berbagai mitos seputar menyusui, yang menghambat
terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayinya serta membuat masyarakat
enggan menyusui bayinya yang baru lahir sesegera mungkin:

1. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk dapat meneteki- tidak benar.
Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu meneteki
bayinya segera. Memeluk dan meneteki bayi dapat menghilangkan rasa sakit
dan lelah ibu setelah melahirkan. Karena keluarnya oksitosin saat kontak kulit
ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
2. Bayi baru lahir tidak dapat menyusu sendiri - tidak benar.
Ketika belum menyaksikan sendiri, banyak yang tidak percaya bahwa bayi
mampu melakukan hal tersebut. Bayi memiliki naluri kuat mencari puting
ibunya selama satu jam setelah lahir. Jika tidak segera menyusu, naluri ini akan
terganggu sehingga akan muncul masalah dalam menyusu. Naluri bayi ini baru
akan muncul kembali kurang lebih setelah 40 jam kemudian.
3. ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah melahirkan-tidak benar.
ASI pertama atau kolostrum akan keluar langsung setelah kelahiran. Jumlahnya
sedikit, tapi cukup untuk kebutuhan bayi. Jumlahnya sedikit, tapi cukup untuk
kebutuhan bayi. Pada saat belum banyak ASI yang tersedia, posisi perlekatan

15
bayi harus sempurna sehingga bayi dapat mengeluarkan dan minum ASI dari
payudara ibunya. Ketika perlekatan belum sempurna, bayi tidak dapat minum
ASI pertama yang dihasilkan oleh ibunya.
4. Asi pertama (kolostrum) sangat sedikit, sehingga bayi lapar dan menangis tidak
benar
ASI pertama memang sedikit, tapi cukup untuk memenuhi perut bayi yang
hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh. Bayi yang menangis belum tentu
berarti lapar, karena masih banyak penyebab lain yang menyebabkan bayi
menangis. Seperti merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, merasa sakit dan
sebagainya. Pemberian makanan dan minuman selain ASI hanya akan
membahayakan kesehatan pencernaan bayi, karena perut bayi belum siap untuk
menerima dan mengolahnya.
5. Kolostrum atau ASI pertama adalah susu basi atau kotor tidak benar.
Warna kuning kolostrum adalah tanda-tanda kandungan protein dalam ASI,
bukan berarti kotor atau basi. Selain protein, kolostrum atau ASI pertama juga
kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi
baru lahir termasuk mematangkan dinding usus bayi yang masih muda.
6. Bayi kedinginan - tidak benar.
Bayi baru lahir memang mudah kedinginan, sehingga perlu dipeluk kontak
kulit ke kulit, diberi topi, lalu ibu bersama bayi diselimuti. Kulit dada ibu yang
melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika
bayinya kedinginan, suhu, kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk
menghangatkan bayi.
7. Kurang tersedia tenaga kesehatan sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu
sendiri-tidak benar.
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi
dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat
untuk menjaga bayi sambil member dukungan pada ibu.
8. Kamar bersalin maupun kamar operasi sibuk, sehingga bayi perlu segera
dipisahkan dari ibunya-tidak benar.

16
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar
perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai
payudara dan menyusu dini. Lagipula, proses IMD dapat dibantu suami atau
anggota keluarga ibu.
9. Ibu harus segera dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya-tidak
masalah.
Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar, meskipun sementara
dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan IMD. Karena kegiatan merangkak
mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah
tubuh ibu.
10. Bayi perlu diberi suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera setelah lahir-
tidak benar.
Hal ini memang dapat dibenarkan, namun dapat ditunda selama 1 jam hingga
bayi menyusu awal. Menurut American College of Obtetrics and Gynecology
dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat
ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
11. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, diukur dan ditimbang setelah lahir-
tidak benar.
Bidan akan membersihkan seperlunya. Vernix (zat lemak putih) yang melekat
di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman
bayi. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga 6 jam agar tidak membuat
bayi kedinginan dan menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu,
kesempatan - vernix meresap. melunak, dan melindungi kulit bayi lebih besar.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
D) Penatalaksanaan
Tahapan dalam Inisiasi menyusui dini yang benar :
1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu
banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu
dalam proses inisiasi menyusu dini.

17
2. Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan
melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika
ibu harus menjalani operasi caesar.
3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Fernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan kepala bayi dapat
dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari
sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada
dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan
dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan
oleh bayi.
7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai
proses menyusu pertama selesai.
8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur,
dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
9. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan
ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan
batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu
merasa dekat dengan ibu. dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui.

Tahapan Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat :


1. Begitu lahir, ibu diletakkan di perut bayi yang sudah dialasi kain kering.
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong lalu diikat.
3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selmut bayi

18
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu ( tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu ). Bayi dibiarkan didada ibu untuk beberapa lama atau sampai
tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
5. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan memasukkan puting susu
ibu ke mulut bayi
6. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar pemulihan untuk ditimbang, diukur, dicap,
dan diberi vitamin K, serta tetes mata.

Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada partus spontan :
a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin.
b. Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi / tidak
menggunakan obat kimiawi
c. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya;
tanpa menghilangkan vernix Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tal ipusat
diikat. 4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di TENGKURAPKAN di
dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata
bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.
e. Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.
f. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING
TIDAK SATU JAM: bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan
kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
g. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan
MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke
mulut bayi. BERI WAKTU kulit melekat pada kulit 30 MENIT atau 1 JAM
lagi.
h. Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi setidaknya 1 jam atau
selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,
diberi vit K.

19
i. RAWAT GABUNG BAYI: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan
lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada partus caesar:
a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar operasi atau
dikamar pemulihan
b. Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk DINILAI, dikeringkan
secepatnya terutama kepala tanpa menghilangkan vernix: kecuali tangannya.
Dibersihkan mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.
c. Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke ibu. Diperlihatkan
kelaminnya pada ibu kemudian mencium ibu.
d. Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki
bayi agak sedikit serong/melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu
diselimuti. Bayi diberi topi.
e. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati puting.
Biarkan bayi mencari puting sendiri.
f. Biarkan KULIT Bayi bersentuhan dengan kulit ibu PALING TIDAK selama
SATU JAM. bila menyusu awal selesai sebelum I jam; tetap kontak kulit ibu-
bayi selama setidaknya I jam
g. Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu dg MENDEKATKAN
BAYI KE PUTING tapi tidak memasukkan puting ke mulut bayi. Bila dalam 1
jam belum bisa menemukan puting ibu, beri tambahan WAKTU melekat
padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.
h. Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat
didadanya dan dipeluk crat oleh ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja
operasi ke ruang pemulihan dengan bayi tetap didadanya. 9. Bila ayah tidak
dapat menyertai ibu di kamar operasi, diusulkan untuk mendampingi ibu dan
mendoakan anaknya saat di kamar pulih.

20
i. RAWAT GABUNG: Ibu-bayi dirawat dalam satu kamar, bayi dalam
jangkauan ibu selama 24 jam.Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan
lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

Standard Operating Prosedur (SOP) Inisiasi Menyusui dini pada gemeli:


a. Dianjurkan SUAMI atau keluarga MENDAMPINGI ibu dikamar bersalin.
b. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangannya; tanpa menghilangkan vernix talipusat diikat. Mulut dan hidung bayi
dibersihkan.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi. Bayi di TENGKURAPKAN di dada-
perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada KULIT ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
d. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.
e. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah.
Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada
perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah. 6. Bayi kedua lahir,
segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali tangannya; tanpa
menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat. 7.
Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua
DITENGKURAPKAN di dada-perut ibu dengan KULIT bayi MELEKAT pada
KULIT ibu. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan
saudaranya, Ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi.
f. Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan KULIT ibu selama PALING
TIDAK SATU JAM: bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan
kulit ibu bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
g. Bila dlm 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan
MENDEKATKAN BAYI KE PUTING tapi jangan memasukkan puting ke
mulut bayi. BERI WAKTU 30 MENIT atau 1 JAM lagi kulit melekat pada
kulit

21
h. RAWAT GABUNG BAYI Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, dalam
jangkauan ibu selama 24 jam. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan
lain kecuali atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng

Lima tahap perilaku bayi :


1. Dalam 30 menit pertama: bayi beristirahat keadaan siaga, sekali-kali melihat
ibunya, menyesuaikan di lingkungan. Keadaan ini terjadi proses yang disebut
dengan bonding (hubungan kasih sayang) yang merupakan dasar pertumbuhan
bayi dalam suasana aman.
2. Antara 30-40 menit: bayi mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut,
gerakan menghisap. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di
tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu.
Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan
puting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi jika bayi mulai menyadari bahwa ada
makanan disekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liumnya.
4. Bergerak ke arah payudara (areola sebagai sasaran) dengan kaki menekan perut
ibu. Menjilat-jilat kulit ibu. Sampai di ujung tulang dada, bayi menghentak-
hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan-kiri, menyentuh puting susu
dengan tangannya.
5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik.

E.Bahu Macet, Letak muka, Lentang Sungsang


a.Pengertian Distosia Bahu
Distosia bahu termasuk dalam kedaruratan obsetri, sehingga dibutuhkan tindakan segera,
serta keterampilan dan kemampuan teknik persalinan yang tepat untuk menghidari morbiditas
dan mortalitas perinatal. Hal ini terjadi ketika bahu depan terjepit oleh simpisis pubis atau
bahu belakang terjepit oleh sacral promontorium sehingga terjadi kegagalan dalam
pengeluaran bahu. Persalinan kepala umumnya diikuti oleh persalinan bahu dalam waktu 24

22
detik, sedangkan jika persalinan bahu lebih dari 60 detik dianggap sebagai distosia bahu.
Persalinan distosia adalah persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi
penyimpangan dari konsep eutosia 3P (power, passage, passenger) (manuaba, 1998). Menurut
rustam mochtar,1998 adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Secara harfiah diartikan
sebagai persalinan sulit yang ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat (Al-
fathdry,2002).

D. Etiologi Distosia Bahu


Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Distosia karena kelainan presentasi
Malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah
posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama
2. Distosia karena kelainan posisi janin
Letak sunsang disebabkan oleh prematuritas karena bentuk rahim relative kurang
lonjong,air ketuban masih banyak dan kepala relative besar,hidramion anak mudah
bergerak,plasenta previa Karena mengahalangi turunnya kepala kedalam pintu atas
panggul,bentuk rahim yang abnormal,kelainan bentuk kepala seperti amemsefalus dan

a.hidrosefalus
b.Letak
lintang disebabkan oleh fiksasi kepala tidak ada indikasi CPD,
hidrosefalus,ansefalus,plasenta previa,dan tumor pelvis ,janin mudah bergerak karena
hidramion,multiparitas,pertumbuhan janin terhambat, atau janin mati,gemeli, kelainan
uterus,lumbar skoliosis, monster, pelvic kidney,dan kandung kemih serta rectum penuh.
3. Distosia karena kelainan tenaga/ His
Disebabkan oleh sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering dijumpai
pada multi gravid,factor herediter,emosi dan kekuatan ,salah pimpinan persalinan pada
kala II atau salah pemberian obat seperti oksitosin dan obat penenang.
4. Distosia karena kelainan alat kandungan dan jalan lahir

23
Berkaitan dengan variasi ukuran dan tulang pelvis ibu atau keabnormalan saluran
reproduksi yang dapat mengganggu dorongan atau pengeluaran janin
5. Distosia karena kelainan janin
a. Bayi besar
1) Diabetes mellitus
DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar dengan berat lahir mencapai
4000-5000 gram atau lebih
2) Keturunan

Seorang ibu gemuk berisiko 4 sampai 12 kali untuk melahirkan bayi besar

3) Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya


Bila bumil punya riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya,maka ia
berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan makrosomia
dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia karena
umumnya berat seorang bayi yang akan lahirv berikitnya bertambah sekitar 80-
120 gr.

A.Hydrosefalus

Terjadi penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikeldan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid.

B. Anensefalus

Disebabkan factor mekanik,factor infeksi,factor obat,factor umur ibu,factor


hormonal.

C.Kembar siam

24
Terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara
sempurna.karena terjadinya pemisahan yang lambat,maka pemisah anak tidak
sempurna dan terjadi kembar siam

E.Gawat janin

1) Infusiensi uteruplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam


waktu singkat) berupa : aktivitas uterus,yang berlebihan,dapat dihubungkan
dengan pemberian oksitosin,hipotensi ibu,kompresi venakava,posisi
terlentang,perdarahan ibu,solusio plasenta,plasenta previa.
2) Infusiensi uteruplasenter kronik (kurang aliran darah uterus plasenta dalam
waktu lama) berupa penyakit hipertensi,
3) Isoimunisasi rh,postmaturnitas atau dismaturnitas,kompresi (penekanan)tali
pusat.

G.letak muka
a. letak presentasi muka adalah letak kepala dengan ekstensi maksimal (hiperekstensi)
sehingga occiput ubun ubun kecil mengenaih punggung dan muka terarahke bawah
petunjuknya adalah dagu / mentum bayi janin dengan letak muka masi dapat dilahirkan
vaginal apabila dagunya di anterior.

b.Diagnosa letak muka


pada saat kehamilan :
palpasi abdomen : os occipital menonjol jelas, kepalah terabah lebih kerasa dan
antara belakang dengan punggung terabah sudut dengan runcing
bunyi DJJ terdengar pada titik bagian kecil
hasil rongtegeng ( radiologi ) menunjukan kepala hiperekstensi, tulang tulang muka
beradah atau di bawah PAP
pada saat persalinan
dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar terabah : orbita,tulang
pipi, hidung , mulut , mata, ( perabahaan lembut ). Tak terabah 2 pontanel atau pontanel

25
anterior.

H. LENTANG SUNSANG
a. pengertian
lentang sungsang merupakan keadaan di mana janin yang memanjang membujur
di dalam rahin dan kepala pada pundus. Kehamilan dengan letak sunsang adalah
kehamilan di mana bayi letaknya sesuai dengan sumbuh badan ibu. Kepala pada
pundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah ( di daerag PAP atau
simpisis ).
b.etiologi
1.sudut ibu
a. keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
b.keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasentah sebelumnya
c.keadaan jalan lahir
 Kesempitan Rahim
 Deformitastulang panggul
 Terdapat tunur menahan jalan lahir dan berputar ke pisis kepala
2. Sudut janin
 Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
 Kehamilan gemeli atau kembar

I.GEMELLI
a. pengertian
kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang ada di
dalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi

26
wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bilah di
ingginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.

b. Jenin kehamilan kembar


 Kembar monozigotik atau identic muncul dari suatu ovum tunggal yang di
buahi kemudiaan di bagi menjadi 2 struktur yang sama.
 Kembar dizigot atau praternal yaitu kembar yang di timbulkan dari dua ovum
yang terpisah.

c. Etiologo
 faktor ras
 Factor keturunan
 Factor umur dan paritas
 Factor nutrisi
 Factor terapi infertilitas

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan
amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan
kontraksi. Oleh karena itu, perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput
ketuban akan pecah secara spontan.
Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah
rupture perineum totalis. Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan
peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior,
meningkatkan kerusakan pada sfingter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama
postpartum.

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan kesalahan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.

28
DAFTAR PUSTAKA

Oktarina M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta :
Deepublish, Juni 2016
Dwienda R, Octa,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish, September 2014
Widiastini L P. 2018. Buku Ajar ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DAN BAYI
BARU LAHIR. Bogor : IN MEDIA
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.
Indrasanto, Eriyanti, dkk 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif
(PONEK). Jakarta: Protokol Asuhan Neonatal.
Dinas Kesehatan. Inisiasi Menyusui Dini. Available from : www.dinkes.kulonprogokab.com.
2010. [20 Juli 2010].
Rezali, Reza. Inisiasi Menyusui Dini. Available from: www.annisamedika.com: 2011. [10 Juni
2011].
Dwi, Lita. Manfaat dan Penghambat Inisiasi Menyusui Dini. Availble from:
www.alwaysnutrition.com. 2010

29

Anda mungkin juga menyukai