Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP ASUHAN PERSALINAN KALA II


LAMA

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 4A
1. Dodi Irwanto (P05120220009)
2. Tika Septiana Widodo (P05120220039)
3. Mita Hanum Ariasari (P05120220023)
4. Natasya Shalsabilah (P05120220025)
5. Nuri Yusinda (P05120220028)
6. Ocharika Mardianti (P05120220029)
7. Intan Depiza Bidara A (P05120220017)
8. Fiska Sitia P.BJ (P05120220015)
9. Nur Aisyah (P05120220027)
10. Dwi Anggriani (P05120220010)
11. Ricko Handika Pratama (P05120220034)

Dosen Pembimbing :

Ns. Kheli Fitria Annuril, M.Kep.,Sp.Kep.Mat

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul "KONSEP ASUHAN PERSALINAN KALA II LAMA". Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "maternitas" Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua pihak yang membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusun
makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Bengkulu, 06 Maret 2022

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan..................................................................................
B. Tujua...............................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar..................................................
a. Pengertian...........................................................................................
b. Faktor penyebab

c. Tanda gejala

d. Proses terjadinya................................................................................

B. Asuhan Keperawatan a.
a. Pengkajian..........................................................
................................................................................15
b. Rencana keperawatan.........................................................................22
c. Implementasi........................................................................................23
d. Evaluasi................................................................................................24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................25
B. Saran.................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin. Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu,
persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi tidak dengan
sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit
(Sukarni K & P, 2013). Persalinan terdiri dari empat kala yaitu kala I, kala II, kala III, dan
kala IV. Kala-kala persalinan bervariasi dalam durasi tergantung apakah ini persalinan
pertama bagi wanita (primigravida) atau persalinan kedua atau selanjutnya
(multigravida). Kala I dimulai dengan pembukaan persalinan, kala II dimulai dengan
pembukaan penuh dan diakhiri dengan lahirnya bayi, kala III terjadinya pelepasan
plasenta, kala IV dimulai dengan pelepasan plasenta dan diakhiri dengan pertanda
stabilisasi organ vital ibu (Johnson, 2010).

Kala II dimulai saat pembukaan serviks yang sudah lengkap (10cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Pada kala II kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih cepat, antara
dua sampai tiga menit sekali. Biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karakteristik lainnya
perineum mulai menonjol, labia dan anus mulai membuka dan kepala tidak lama kemudia
kepala janin akan terlihat dalam vulva pada saat kontraksi (Manurung, 2011). Kemajuan
presentasi kepala janin menuju pintu bawah panggul terlihat apabila kepala sudah
crowning yakni kepala tidak masuk kembali ke dalam rongga panggul diluar kontaksi.
Dengan bantuan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simpisis, dahi, muka, dan dagu akan melewati perineum (Manurung, 2011)
Nyeri persalinan suatu perasaan tidak menyenangkan yang merupakan respon individu
yang menyertai dalam proses persalinan oleh karena adanya perubahan fisiologis dari
jalan lahir dan rahim. Nyeri persalinan disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia
otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan
4
kompresi saraf di servik (Bandiyah, 2009). Nyeri persalinan dapat menyebabkan
timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah,
dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini dapat merangsang
peningkatan katekolamin yang menyebabkan terjadinya gangguan pada kekuatan
kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri. Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan
menyebabkan terjadinya partus lama (Llewllyn & Jones, 2001).

Nyeri persalinan kala II merupakan nyeri somatik, nyeri somatik berasal dari
lapisan dinding tubuh. Reseptor nyeri somatik meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Struktur reseptor
sangat kompleks. Nyeri yang di timbulkan merupakan nyeri yang tumpul dan sulit di
lokalisasi. Nyeri kala II disebabkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis, distensi
struktur pelvis regangan pada organ dasar panggul (kandung kemih, uretra, rectum,
vagina, perineum) dan tekanan pada pleksus lumbo sakralis. Impulsimpuls nyeri tersebut
di bawa dari perineum ke sacrum dua, tiga, empat melalui 3 syaraf pudendal. Tipe nyeri
kala II seperti menyengat, tajam, tarikan, tekanan, rasa terbakar, seperti diplintir serta
kram. Nyeri dirasakan di regio lumbal dua, bagian bawah punggung, paha, tungkai dan
area vagina, dan perineum (Manurung, 2011)

B.Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Persalinan Kala II lama?


b. Apa sajakah Faktor penyebab Persalinan Kala II lama?
c. Tanda gejala Persalinan Kala II lama?
d. Proses terjadinya Persalinan Kala II lama ?

C.Tujuan

a.Untuk mengetahui pengertian persalinan kala II lama

b.Untuk mengetahui Faktor penyebab persalinan kala II lama

c.Untuk mengetahui Tanda gejala persalinan kala II lama

d.Untuk mengetahui Proses terjadinya kala II lama

5
6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes, 2008).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, air ketuban,
plasenta dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar (Rohani dkk., 2011).

2. Kala II Lama

a. Definisi
Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin mengejan pada primigravida
dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesia
regional, sedangkan pada multigravida dibatasi 1 jam dan diperpanjang sampai 2
jam apabila digunakan analgesia regional (Prawiroharjdo, 2010).
Diagnosis kala II lama yaitu pembukaan serviks lengkap, dilatasi serviks di kanan
garis waspada pada partograf, kondisi ibu ingin mengedan tetapi tidak ada
kemajuan persalinan.

b. Etiologi Partus Lama


Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), sebab-sebab
terjadinya partus lama ini sangat kompleks dan tergantung pada pengawasan saat
hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor
penyebabnya adalah :
1) Kelainan letak janin.
2) Kelainan-kelainan panggul.
3) Kelainan his.
4) Pimpin partus yang salah.
5) Janin besar atau ada kelainan kongenital.
6) Primitua.
7) Perut gantung, grandemulti.
8) Ketuban pecah dini.

Menurut Prawiroharjdo (2010), sebab-sebabnya dapat dibagi menjadi 3 golongan,


yaitu :
1) Kelainan tenaga (kelainan his)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

7
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.
2) Kelainan janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan
karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
3) Kelainan jalan lahir
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan atau menyebabkan kemacetan.

c. Komplikasi
Komplikasi yang timbul karena perjalanan persalinan lama
adalah ibu mengalami kelelahan karena tanpa makan dan minum serta
berpengaruh pada kondisi janin dalam rahim. Ibu mengalami dehidrasi, tampak
sakit, pucat, mata cekung, dan berkeringat dingin, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, dan suhu tubuh meningkat. His mulai melemah dan perut
tampak kembung. Pada pemeriksaan dalam, terdapat tanda infeksi intrauterin
(lochea berbau, berwarna keruh, tampak bercampur mekonium, dan edema vulva),
ada caput succedaneum, terjadi odema porsio, dan bagian terendah janin sulit di
dorong ke atas. Pada janin dapat mengalami asfiksia sampai terjadi kematian
dalam rahim (Manuaba, 2008).
Dampak persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu
atau keduanya sekaligus. Dampak persalinan lama yang terjadi pada ibu antara
lain infeksi intrapartum, ruptura uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan
fistula, dan cedera otot- otot dasar panggul, sedangkan yang terjadi pada bayi
antara lain caput succedaneum dan molase kepala janin (Prawirohardjo, 2010).

d. Gejala Klinik
Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), gejala klinik
pada partus lama yaitu:
1) Pada ibu
a) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat,
dan meteorismus.
b) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban
berbau, terdapat mekonium.
2) Pada janin
a) Denyut jantung janin cepat atau tidak teratur, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b) Kaput suksedaneum yang membesar.
c) Moulage kepala yang hebat.
d) Kematian janin dalam kandungan.
e) Kematian janin intrapartum
Menurut Manuaba (2010), gejala utama partus lama adalah :
1) Dehidrasi.
2) Tanda infeksi (suhu tinggi, nadi dan pernafasan cepat,
abdomen meteorismus).

8
3) Pada pemeriksaan abdomen terdapat meteorismus, lingkaran
bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim.
4) Pada pemeriksaan lokal vulva vagina terdapat edema vulva,
cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium.
5) Pada pemeriksaan dalam terdapat edema serviks, bagian terendah sulit
didorong ke atas, terdapat caput pada bagian
terendah.
6) Keadaan janin dalam rahim mengalami asfiksia sampai terjadi
kematian. Akhir dari partus lama adalah ruptur uteri imminens sampai ruptur uteri
atau kematian karena perdarahan atau infeksi.
e. Penatalaksanaan Kala II Lama
Menurut Saifuddin (2009), penanganan yang dapat
dilakukan pada ibu bersalin dengan kala II lama antara lain :
1) Ibu dianjurkan mengejan secara spontan.
2) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan berikan
oksitosin drip mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes
sampai his adekuat (maksimum 40 tetes per menit).
3) Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan
dengan bantuan vakum atau forseps bila persyaratan dipenuhi.
4) Lahirkan dengan sectio caesarea bila persyaratan vakum dan forseps tidak
dipenuhi.

Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), penanganan


pada partus lama antara lain :
1) Perawatan pendahuluan
a) Suntikkan cortone 100-200 mg intra muskuler.
b) Penisilin kokain 1 juta IU intra muskuler.
c) Infus cairan larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5-10%
pada jam pertama : 1 liter/jam.
d) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
mengharuskan untuk segera bertindak.
2) Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, manual aid
pada letak sungsang, emriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea, dan lain-
lain.

Menurut Oxorn dan Forte (2010) penatalaksaan pada partus


lama dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Disproporsi atau cincin kontriksi
Sectio caesarea merupakan indikasi.
2) Tanpa disproporsi
a) Infus oxytocin memperbaiki kontraksi uterus
b) Pemecahan ketuban secara artifisial diperlukan jika
kantong ketuban masih utuh.
c) Pasien harus ditempatkan pada meja bersalin dan dipimpin
agar mau mengejan pada setiap kali his.

9
d) Digunakan forceps untuk menghasillkan penurunan dan rotasi kepala lebih
lanjut.
e) Episiotomi akan mengatasi perinium yang ulet.
Kalau metode-metode ini gagal atau kalau kelahiran pervaginam dengan tindakan
dianggap terlalu traumatik bagi kelahiran yang aman, maka tindakan sectio
caesarea merupakan
pilihan yang tepat.

Konsep Dasar Asuhan Persalinan dengan Kala II Lama

1. Pengkajian Data Dasar


Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh
data, dilakukan melalui anamnesis (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

a. Data subjektif
1) Identitas pasien :
a) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan
sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
b) Usia
Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu
dalam persalinan beresiko karena usia atau tidak (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010). Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lama faktor primitua berpengaruh
dalam menghadapi persalinannya (Purwaningsih, 2010).
c) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat
persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
d) Suku bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang
dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan
persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
e) Pendidikan
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini
akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi
yang diberikan bidan pada proses persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
f) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data
pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
g) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data ini juga memberi
gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi

10
persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

2) Keluhan Utama pada Waktu Masuk


Alasan utama pada waktu masuk ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus persalinan, informasi yang
harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa ada mules- mules di perut,
bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari vagina
yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai
darah, serta pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010)

3) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui menarche (pertama kali mentruasi), siklus haid, lamanya haid,
banyaknya ganti pembalut dalam sehari, disminorhoe (nyeri haid) (Astuti, 2012).

4) Riwayat Perkawinan
Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan serta
kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi persalinan. Beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan yaitu usia nikah pertama kali, status perkawinan
sah/tidak, lama pernikahan, perkawinan yang sekarang adalah suami yang ke
berapa (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

5) Riwayat Kehamilan, persAlinan, dan Nifas yang Lalu

a) Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravida), jumlah anak yang hidup, jumlah
kelahiran prematur, jumlah keguguran, kehamilan dengan tekanan darah tinggi,
berat bayi <2,5 atau 4 kg, dan masalah lain (Astuti, 2012).

b) Riwayat Persalinan
Untuk mengetahui apakah pasien bersalin secara
pervaginam, melalui bedah sesar, dibantu forcep atau vakum (Astuti, 2012). Pada
kasus bersalin dengan kala II lama ibu mengalami persalinan selama ± 3,5 jam.

c) Riwayat Nifas
Untuk menanyakan apakah pasien mengalami
perdarahan pasca persalinan sebelumnya (Astuti, 2012).

6) Riwayat Hamil Sekarang


Menurut Astuti (2012), meliputi :
a) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Untuk mengetahui kapan kira-kira bayi akan dilahirkan.
b) Taksiran persalinan atau perkiraan kelahiran
Untuk membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran.
c) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, dan III.
Untuk mengetahui hiperemesi gravidarum, anemia dan

11
lain-lain

d) ANC (Antenatal Care atau asuhan kehamilan)


Untuk mngetahui dimana tempat ia mendapat asuhan kehailan dan untuk
menanyakan asuhan apa saja yang sudah diberikan.

e) Penyuluhan yang pernah di dapat


Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira- kira telah di dapat pasien dan
berguna bagi kehamilannya.

f) Imunisasi TT
Untuk menyakan pada klien sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Apabila
belum, bidan bisa memberikannya.

7) Riwayat Keluarga Berencana


Untuk mengetahui metode apa yang pernah digunakan
pasien, berapa lama telah menggunakan alat kontrasepsi tersebut, dan apakah
pasien mempunyai masalah saat menggunakan alat kontrasepsi tersebut (Astuti,
2012).

8) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mengetahui penyakit apa yang sedang pasien derita sekarang (Astuti,
2012).

b) Riwayat Penyakit Sistemik


Untuk mengetahui apakah pasien mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi,
hipotensi, epilepsi, atau anemia (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

c) Riwayat Penyakit Keluarga


Untuk mengetahui apakah pasien mempunyai keluarga yang saat ini sedang
menderita penyakit menular (Astuti, 2012).
d) Riwayat keTurunan Kembar
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya terdapat riwayat keturunan kembar
(Astuti, 2012).
e) Riwayat Operasi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah melakukan operasi (Astuti, 2012).

9) Pola Kebiasaan Sehari-hari


a) Nutrisi
Untuk mengetahui bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya, minuman atau
cairan yang masuk (Astuti, 2012).
b) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kapan terakhir mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, dan
ganti pakaian dalam (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

12
c) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB dalam sehari, warnanya,
bau dan masalah dalam proses eliminasi (Astuti, 2012).
d) Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan
gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien
dirumah (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
e) Pola Istirahat
Dikaji untuk mengetahui kapan terakhir tidur dan
berapa lama tidurnya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
f) Psikososial Budaya
Untuk mengetahui respon keluarga terhadap persalinan, respon pasien terhahap
kelahiran bayinya, kehamilan ini, tentang proses persalinan, dan untuk
mengetahui adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010).

b. Data Objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

1) Keadaan umum
Data ini di dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan dengan
kriteria baik atau lemah (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Pada kasus kala II
lama keadaan umum ibu lemah (Purwaningsih, 2010).

2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat mengkaji
tingkat kesadaran mulai dari composmentis sampai koma (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010). Pada kasus kala II lama kesadaran ibu cukup (Purwaningsih,
2010).

3) Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan Darah
Pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah saat
sistole dan diastole (Debora, 2012). Pada kasus kala II lama tekanan darah ibu
mengalami penurunan (Manuaba, 2008).
(2) Nadi (Pulse)
Getaran denyutan aliran darah pada arteri
yang bisa dipalpasi pada diberbagai macam titik ditubuh (Debora, 2012). Pada
kasus kala II lama nadi ibu berubah menjadi cepat (Purwaningsih, 2010).
(3) Suhu
Perbedaan antara panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah panas yang
dilepaskan ke lingkungan. Pada kasus kala II lama suhu badan ibu mengalami

13
peningkatan .

(4) Respirasi
Mekanisme yang dilakukan tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida ke udara
dan mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke sel tubuh Pada kasus kala II
lama respirasi ibu berubah menjadi cepat

b) Tinggi Badan
Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan. Mengetahui tinggi
badan sangat penting karena untuk mengetahui ukuran panggul ibu

c) Berat Badan
Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi
kehamilan yaitu preeklampsia. Dalam trimester I berat badan wanita hamil
biasanya belum naik bahkan biasanya menurun karena kekurangan nafsu makan.
Dalam trimester terakhir terutama karena pertumbuhan janin dan urin, berat badan
naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang
lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang
lebih 0,5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0,5 kg
harus diperhatikan kemungkinan preeklampsia (Astuti, 2012).

d) Lila
Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti, 2012).

4) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010).

(2) Muka
Meliputi pemeriksaan edema dan cloasma gravidarum (Astuti, 2012).

(3) Mata
Untuk mengetahui sklera dan conjungtiva adakah vaskularisasi (apakah tampak
ikterus pada sklera dan apakah tampak anemi pada conjungtiva), inspeksi adakah
sekret pada sklera dan konjungtiva (Kusmiyati, 2012).

(4) Hidung
Untuk mengetahui adakah benda asing, sekret hidung, perdarahan, dan polip
(Kusmiyati,2012).

(5) Telinga
Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan yang keluar, adakah
benda asing (Kusmiyati, 2012).
(6) Mulut/gigi/gusi

14
Untuk mengetahui mulut adakah stomatitis
atau tidak, warna gusi dan adakah edema atau tidak, gigi caries atau tidak
(Kusmiyati, 2012).

b) Leher
Untuk melihat kesimetrisan, pergerakan, adakah massa, kekakuan leher, adakah
pembesaran kelenjar tyroid dan limfe (Kusmiyati, 2012).

c) Dada dan Axilla


Lakukan inspeksi dan palpasi pada bentuk payudara, kesemetrisan, adanya
benjolan atau tidak, bentuk puting susu, areola mamae. Pada ketiak lakukan
inspeksi dan palpasi adakah benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening
(Kusmiyati, 2012).

d) Abdomen
Inpeksi meliputi pemeriksaan luka bekas operasi, pembesaran perut, linea nigra,
strie gravidarum. Palpasi meliputi pemeriksaan kontraksi, tinggi fundus uteri,
letak, presentasi, penurunan kepala. Auskultasi meliputi pemeriksaan denyut
jantung janin (DJJ) untuk memastikan bahwa janin hidup atau mati, DJJ
normalnya adalah 120- 160 x/menit (Astuti, 2012).

e) Pemeriksaan Panggul
Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan
yang dapat menimbulkan penyulit saat persalinan (Astuti, 2012).

f) Genetalia
(1) Vulva, Vagina, Perineum Untuk mengetahui adakah varices, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak, massa) atau tidak (Astuti,
2012). Periksa dalam (Vaginal Toucher) untuk mengetahui pembukaan serviks,
selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, presentasi janin, turunnya kepala
dalam panggul, dan posisi janin (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Pada kasus kala II lama pada saat pemeriksaan dalam, terdapat tanda infeksi
intrauterin (lochea berbau, berwarna keruh, tampak bercampur mekonium, dan
edema vulva), ada kaput sucsedaneum, terjadi edema porsio, dan bagian terendah
janin sulit di dorong ke atas (Manuaba, 2008).

(2) Anus
Untuk mengetahui adakah haemoroid atau tidak, karena jika ada haemoroid pada
saat proses persalinan normal ketika klien mengejan akan membengkak dan nyeri
(Astuti, 2012).

g) Ekstremitas (tangan dan kaki)


Untuk mengetahui adakah oedema, varices, kuku jari dan reflek patella (Astuti,
2012).

5) Data Pemeriksaan Penunjang

15
a) Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan urine untuk mengetahui kadar
protein dan glukosanya, dan pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus,
golongan darah, Hb, HbSAg dan penyakit rubella untuk mengetahui kadar protein
dan glukosanya (Astuti, 2012).

b) Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan


gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ
berdasarkan gambaran ekosistem dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan
oleh organ (Prawirohardjo, 2010).

2. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ke dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta. Dalam intepretasi data bidan membagi menjadi tiga
bagian yaitu paritas, masalah, dan kebutuhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

a. diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek (Varney, 2008).


Diagnosa : seorang ibu umur : ... tahun, G: ... , P: ... , A : ... , umur kehamilan: ...
minggu,... dengan kala II lama.
30

Data dasar :
1. Data subjektif :
1) Ibu mengatakan bernama Ny.X dan berumur ... tahun
2) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke ... dan pernah keguguran
atau tidak.
3) Ibu mengatakan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) tanggal ...
dan usia kehamilan sekarang berapa minggu.
4) Ibu khawatir menghadapi persalinannya.
5) Ibu khawatir dengan keadaan bayinya.
6) Ibu mengatakan sudah dipimpin mengejan pada primigravida
dibatasi 2 jam dan pada multigravida dibatasi 1 jam
(Prawiroharjdo, 2010).

2. Data objektif :
1) Vitalsign:TD:...mmHg, N:...x/mnRR:...x/mnt, S : ... °C.
2) Palpasi
Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lama meliputi : pemeriksaan kontraksi,
tinggi fundus uteri, letak, presentasi, penurunan kepala (Astuti, 2012).
3) Inspeksi
Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lama meliputi pemeriksaan dari kepala
sampai kaki (Astuti, 2012).
4) Auskultasi

16
Pada kasus ibu bersalin dengan kala II lama meliputi pemeriksaan denyut jantung
janin (DJJ) untuk memastikan bahwa janin hidup atau mati (Astuti, 2012).
5) Periksa dalam (Vaginal Toucher)
Dilakukan untuk mengetahui pembukaan serviks, selaput ketuban masih utuh atau
sudah pecah, presentasi janin, turunnya kepala dalam panggul, dan posisi janin
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
b. Masalah : masalah sering berhubungan dengan bagaimana perempuan itu
mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan kala II lama yaitu ibu
merasa cemas dan ketakutan menghadapi persalinannya (Purwaningsih dan
Fatmawati, 2010).

c. Kebutuhan : dalam hal ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan


keadaan dan masalahnya. Kebutuhan ibu bersalin dengan kala II lama adalah
informasi tentang kala II lama, perubahan posisi dan beri dukungan emosi
(Saifuddin, 2009).

3. Langkah ke tiga :
Merumuskan masalah/diagnosa potensial
Pada langkah ke tiga ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,
bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi
(Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010).

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan partus lama
menurut Manuaba (2010), antara lain :
pada ibu terjadi infeksi intrapartum, partus lama dan ruptur uteri, sedangkan yang
terjadi pada bayi antara lain fetal disstres atau gawat janin, caput succedaneum,
dan asfiksia sampai terjadi kematian
.
4. Langkah ke empat : Antisipasi/tindakan segera Tindakan ini dilakukan jika
ditemukan adanya diagnosa potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi
masalah yang mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialaminya.
Dalam pelaksanaannya bidan kadang diharapkan pada beberapa situasi darurat
dimana harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, kadang
juga berada pada situasi dimana pasien memerlukan tindakan segera sementara
harus menunggu instruksi dokter atau bahkan mungkin juga situasi yang
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010). Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010) antisipasi atau tindakan
segera pada ibu bersalin dengan kala II lama yaitu berkolaborasi dengan dokter
obygn dalam pemberian therapy infus RL dan Drip Oxytosin, serta dorongan dan
semangat untuk ibu.

17
5. Langkah ke lima : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru,
evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan apa perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada
akhirnya pengambilan keputusan untuk dilaksanakannya suatu rencana asuhan
harus disetujui oleh pasien (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

Menurut Saifuddin (2009), rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu
bersalin dengan kala II lama antara lain :
a. Ibu dianjurkan mengejan secara spontan.
b. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan
berikan oksitosin drip mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit ditambah 4
tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes per menit).
c. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan vakum atau forseps bila persyaratan dipenuhi.
d. Lahirkan dengan sectio caesarea bila persyaratan vakum dan forseps tidak
dipenuhi.

6. Penatalaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi
dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga
yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia
harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalani komplikasi,
bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan
meningkatkan mutu asuhan (Sulistyawati dan Nugraheny 2010). Pelaksanaan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan
kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Hasil yang diharapkan dari manajemen
kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama adalah dapat dilakukan partus
secara spontan, komplikasi akibat tindakan medik dapat diatasi serta ibu dan janin
dalam keadaan baik dan sehat (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kala II dimulai saat pembukaan serviks yang sudah lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Pada kala II kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, antara dua sampai tiga menit sekali. Biasanya dalam hal ini kepala janin
sudah masuk di ruang panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
meneran. Karakteristik lainnya perineum mulai menonjol, labia dan anus mulai
membuka dan kepala tidak lama kemudia kepala janin akan terlihat dalam vulva
pada saat kontraksi (Manurung, 2011).

Nyeri persalinan kala II merupakan nyeri somatik, nyeri somatik berasal


dari lapisan dinding tubuh. Reseptor nyeri somatik meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya. Struktur reseptor sangat kompleks. Nyeri yang di timbulkan merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit di lokalisasi. Nyeri kala II disebabkan oleh tekanan
kepala janin pada pelvis, distensi struktur pelvis regangan pada organ dasar
panggul (kandung kemih, uretra, rectum, vagina, perineum) dan tekanan pada
pleksus lumbo sakralis. Impulsimpuls nyeri tersebut di bawa dari perineum ke
sacrum dua, tiga, empat melalui 3 syaraf pudendal. Tipe nyeri kala II seperti
menyengat, tajam, tarikan, tekanan, rasa terbakar, seperti diplintir serta kram.
Nyeri dirasakan di regio lumbal dua, bagian bawah punggung, paha, tungkai dan
area vagina, dan perineum (Manurung, 2011)

B.Saran

1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bahwa senam
hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lama kala II persalinan
terdapat juga berat badan janin yang menjadi faktor lamanya persalinan kala II.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan khususnya oleh para bidan yang
sudah bekerja di lahan untuk memperhatikan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi lama kala II persalinan, sebagai pedoman bagi bidan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil tentang pengaruh senam 80
hamil terhadap lama kala II persalinan serta berat badan janin yang mempengaruhi
lama kala II persalinan yang dipromosikan pada saat konsultasi pemeriksaan ibu
hamil sehingga dapat mengurangi kejadian partus lama agar tidak terjadi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M.E., (2009). Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman


untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Klien (terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Buku Acuan nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC
Rohani, Saswita, R. Marisah. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa
Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika
Saifuddin, Abdul Bari. (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

20

Anda mungkin juga menyukai