Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSION 3

KEPERAWATAN MATERNITAS 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

Disusun oleh :
KELOMPOK SGD 5
Fasilitator: Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep.
1. Rida Fitria (2002521004)
2. Devi Novitasari (2002521015)
3. Nyoman Gema Ganeswari Putri (2002521022)
4. Ni Made Mita Yani (2002521023)
5. Ni Luh Dewi Apriliantini (2002521034)
6. Ni Luh Putu Yasinta Suryaningtyas (2002521048)
7. Galuh Suryati Nareswari (2002521051)
8. Sahila Mutia Rizqi (2002521059)
9. Ni Ketut Ayu Warmayanti (2002521064)
10. I Bagus Putu Jaya Wira Dharma (2002521073)
11. Ni Komang Sri Hastuti (2002521078)
12. I Kadek Wira Yoga Prasetya (2002521080)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Small Group
Discussion 3 kami tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi
tugas Keperawatan Maternitas 1. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih
banyak kepada Ns. Kadek Cahya Utami, S.Kep., M.Kep. selaku Fasilitator kami,
serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Kami
menyadari bahwa tugas yang kami buat masih jauh dari kata kesempurnaan dan
tentunya masih terdapat banyak kesalahan di dalamnya. Oleh sebab itu, kritik
maupun saran dari tim penilai akan sangat membantu kami dalam
menyempurnakan tugas ini. Akhir kata, kami berharap agar tugas ini dapat
diterima dengan baik serta dapat dipahami. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya. Kami memohon maaf apabila dalam penugasan ini terdapat hal-
hal yang kurang berkenan. Kata pengantar ini kami tutup dengan ucapan terima
kasih.

Denpasar, 18 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
KONSEP DASAR PENYAKIT..........................................................................1
1.1 Definisi............................................................................................................1
1.2 Etiologi............................................................................................................1
1.3 Epidemiologi...................................................................................................3
1.4 Klasifikasi........................................................................................................4
1.5 Manifestasi Klinis............................................................................................4
1.6 Patofisiologi.....................................................................................................6
1.7 Pathway...........................................................................................................7
1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................7
1.9 Penatalaksanaan...............................................................................................8
1.10 Komplikasi....................................................................................................8
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.............................................9
2.1 Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum.....................................................9
2.2 Artikel Penatalaksanaan Kasus Ibu Postpartum..............................................23
2.3 Edukasi Untuk Kasus Ibu Postpartum.............................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29
LAMPIRAN JURNAL........................................................................................31

ii
KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Definisi
Postpartum (postnatal) atau juga dapat disebut masa nifas adalah masa
pemulihan kembali semua organ reproduksi semasa hamil seperti pada saat
belum hamil. Pemulihan kembali ini disebut dengan involusi yang dihitung
setelah selesai persalinan hingga dengan jangka waktu kurang lebih 6
minggu (Fitriani, 2021). Dalam bahasa latin postnatal atau masa nifas
disebut dengan puerperium. Puerperium berasal dari dua suku kata yaitu
puer yang memiliki arti bayi dan parous yang memiliki arti melahirkan.
Postpartum merupakan masa setelah persalinan atau masa dimana ketika
bayi sudah keluar dari dalam kandungan kemudian bayi akan mengalami
perkembangan yang meliputi masa bayi, masa awal anak-anak, masa
pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa
dewasa, masa akhir dewasa, dan sampai masa tua. Pada masa postnatal juga
terdapat masa neonatus yaitu masa yang dimulai pada waktu lahir sampai
akhir minggu kedua setelah bayi lahir. Selain itu, terdapat juga masa
partunatus yaitu masa pendek yang berlangsung sejak bayi lahir hingga
dipotongnya tali pusar kemudian selanjutnya akan mengalami masa
neonatus (Jannah & Mirta, 2018).

1.2 Etiologi
Menurut Bobak (2019), partus normal merupakan proses dari
pengeluaran janin yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan adanya bantuan.
Adapun etiologi masa postnatal meliputi :
Partus dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I
Terjadi pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol hingga
pembukaan lengkap yang berlangsung sekitar 12 jam untuk
primigravida dan sekitar 8 jam untuk multigravida.

1
2. Kala II
His yang semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit yang berdurasi
50 hingga 100 detik yang menyebabkan timbulnya mengejan hingga
mendorong kepala bayi dan diikuti putar paksi keluar hingga keluarnya
seluruh badan bayi yang diikuti dengan sisa ketuban.
3. Kala III
Kontraksi uterus berhenti 5-10 menit dan bayi sudah lahir serta plasenta
sudah mulai dilepaskan.
4. Kala IV
Observasi terhadap adanya perdarahan, tingkat kesadaran, pemeriksaan
TTV, dan kontraksi uterus yang sering terjadi pada 2 jam pertama
setelah kelahiran.
Faktor penyebab Ruptur Perineum (robekan pada jalan lahir) yaitu :
1. Faktor Ibu
a. Paritas : keadaan kelahiran atau partus, pada primipira robekan
perineum akan selalu terjadi dan tidak jarang dapat terjadi
kembali pada persalinan berikutnya.
b. Meneran : proses meneran yang cukup kuat juga dapat
menyebabkan robeknya perineum sehingga ibu perlu didukung
untuk meneran dengan benar pada saat merasakan dorongan
atau ketika ingin mengejan.
2. Faktor Janin
a. Berat badan bayi baru lahir : berat badan bayi yang terlalu besar
atau biasa disebut dengan makrosomia (lebih dari 4000 gram)
dapat meningkatkan risiko robekan pada perineum dan laserasi
jalan lahir.
b. Presentasi yaitu letak hubungan sumbu memanjang janin dengan
sumbu memanjang panggul ibu.
1) Presentasi Muka
2) Presentasi Dahi
3) Presentasi Bokong

2
3. Faktor Persalinan Pervaginam
a. Vakum Ekstrasi : suatu tindakan untuk membantu persalinan
dengan menggunakan tekanan negatif dari alat vacuum yang
dipasang di kepala janin.
b. Ekstrasi Cunam/Forsep : Suatu tindakan persalinan buatan
dengan memasang cunam pada kepala janin.
c. Embriotomi : Prosedur penyelesaian persalinan dengan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ
tertentu pada bayi.
d. Persalinan Presipitatus : persalinan yang berlangsung sangat
cepat yaitu kurang dari 3 jam.

1.3 Epidemiologi
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
kesejahteraan dan kesehatan nasional. Menurunnya angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Di Indonesia, AKI masih tinggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2016 dan menduduki peringkat pertama AKI di Asia
Tenggara (Rafikasari, 2017 dalam Handayani & Mubarokah, 2019). Di
Indonesia, angka kematian ibu masa nifas mencapai 305.000 tiap 100.000
kelahiran pada tahun 2015. Sedangkan, menurut data Sampling Registration
System (2018), sekitar 40% kematian ibu terjadi pasca persalinan. Menurut
Sukma, Hidayati, & Jamil (2017), untuk mengurangi AKI masa nifas, ibu
dapat melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan minimal empat kali yaitu
enam hingga delapan jam pasca persalinan, enam hari pasca persalinan,
minggu kedua, dan minggu keenam pasca persalinan. Kunjungan tersebut
membantu petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan ibu
guna mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah kesehatan ibu
nifas sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ibu
nifas (Reinissa & Indrawati, 2017).

3
1.4 Klasifikasi
Menurut Maritalia (2012) dalam Zahroh (2021), masa nifas dapat
dibagi menjadi tiga tahap antara lain :
1. Puerperium dini
Puerperium dini adalah masa pemulihan tahap awal dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan. Ibu yang melahirkan secara
pervaginam tanpa komplikasi dalam enam jam pertama setelah kala IV
dianjurkan untuk segera mobilisasi.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial adalah masa pemulihan dimana organ-organ
reproduksi akan berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.
Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
3. Remote puerperium
Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan ibu untuk pulih dan
sehat kembali terutama selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda-beda pada
setiap ibu, bergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami
selama hamil atau persalinan.

1.5 Manifestasi Klinis


1. Serviks
Setelah ibu melahirkan, serviks akan menjadi lunak. Setelah 18 jam
persalinan, serviks akan memendek serta konsistensinya menjadi lebih
padat dan kembali pada bentuk semula.
2. Vagina dan Perineum
Vagina akan secara bertahap kembali pada bentuk ukuran sebelum
hamil. Rugae akan kembali tampak sekitar minggu keempat. Perineum
terdapat sobekan jika terjadi epiostomi serta akan mengalami
penyembuhan setelah dua minggu.
3. Lochia
Lochia muncul setelah bayi lahir. Pada awalnya berwarna merah lalu
akan berubah menjadi merah tua atau merah kecoklatan. Lochia rubra

4
mengandung darah, debris desidua, serta debris trofoblastik. Setelah
dua sampai empat hari darah menjadi merah. Lochia serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit, serta debris jaringan. Setelah sekitar
sepuluh hari bayi lahir, cairan berwarna putih atau kuning. Lochia alba
mengandung leukosit, sel epitel, mukus, serum, serta bakteri. Lochia
alba dapat bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.
4. Sistem Endokrin
Pada masa postpartum, kadar esterogen dan progesteron menurun
setelah plasenta keluar. Tingginya kadar hormon prolaktin dan FSH
akan menekan ovulasi.
5. Abdomen
Setelah hari pertama melahirkan, abdomen masih tampak menonjol.
Sekitar enam minggu setelah hamil keadaan abdomen akan kembali
seperti semula.
6. Payudara
Setelah bayi lahir hormon-hormon yang menstimulasi perkembangan
payudara (estrogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) akan menurun. Payudara ibu setelah
melahirkan akan tampak membesar.
7. Urinarius
Satu bulan setelah melahirkan, fungsi ginjal akan kembali normal. Agar
hipotonia pada kehamilan, dilatasi ureter, serta pelvis ginjal kembali
pada keadaan sebelum hamil diperlukan waktu kira-kira dua sampai
delapan minggu.
8. Sistem Pencernaan
Setelah dua sampai tiga hari ibu melahirkan buang air besar ibu secara
spontan dapat tertunda.
9. Sistem Integumen
Saat kehamilan berakhir, kloasma biasanya akan menghilang. Pada
beberapa wanita, pigmentasi tersebut akan menetap. Kulit yang
meregang pada abdomen, payudara, paha, serta panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya (Fiandra, 2016).

5
1.6 Patofisiologi
Menurut Sugeng (2010), terjadi kelainan pada ibu dan juga janinnya
dapat menyebabkan persalinan normal tidak dapat dilakukan dan akhirnya
harus dilakukan tindakan sectio caesarea (SC), bahkan sekarang tindakan
SC ini menjadi salah satu alternatif pilihan dalam proses persalinan.
Terdapat beberapa hambatan dalam proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, seperti misalnya rupture sentralis
dan lateralis, panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), plasenta
previa dan pre-eklamsi, beberapa dari kondisi tersebut yang sehingga
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan sectio caesarea (SC). Di dalam
proses tindakan operasinya akan dilakukan tindakan yang akan
menyebabkan pasien mengalami mobilisasi yang dimana hal ini akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelemahan fisik dan
kelumpuhan sementara yang menyebabkan pasien tidak mampu untuk
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga akan
menimbulkan masalah defisit perawatan diri. Kurang adanya informasi
mengenai proses pembedahan, penyembuhan serta perawatan setelah
tindakan operasi akan menimbulkan masalah kecemasan/ansietas pada
pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan
insisi pada dinding abdomen sehingga dapat menyebabkan inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf pada daerah yang dilakukan insisi
tersebut, sehingga hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan juga
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir, daerah pada tindakan insisi tersebut akan ditutup dan
akan menimbulkan luka bekas post operasi, yang apabila tidak dilakukan
perawatan dengan baik dan benar akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.

6
1.7 Pathway

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pasca
persalinan yaitu:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap meliputi hematokrit, hemoglobin dan
leukosit yang dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah persalinan.
a. Hemoglobin
Nilai normal pascapartum: 10-11,4 g/dl
Nilai penyimpangan: <10 g/dl
b. Hematokrit
Nilai normal pascapartum: 32%-36%
Nilai penyimpangan: <30%
c. Leukosit
Nilai normal pascapartum: 14.000-30.000/mm3
Nilai penyimpangan: >30.000/mm3
2. Klien dengan dower kateter diperlukan culture urine.

7
1.9 Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan
postpartum sectio caesarea yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan dan pencatatan tanda-tanda vital dengan
rentang waktu setiap 15 menit di satu jam pertama setelah operasi, dan
setiap 30 menit setelah empat jam operasi.
2. Melakukan pengkajian dan observasi terhadap urin dan perdarahan.
3. Membantu pasien untuk melakukan mobilisasi turun dari tempat tidur
di hari pertama dan hari kedua setelah operasi.
4. Jika tidak ditemukan komplikasi pada ibu lima hari setelah operasi,
maka ibu dapat dipulangkan.
5. Menyarankan ibu dan keluarga untuk memberikan waktu istirahat yang
cukup.
6. Memberikan edukasi dan pilihan diet rendah garam untuk ibu.
7. Melakukan pencatatan terhadap intake dan output cairan.

1.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pasca persalinan yaitu :
1. Hemoragik postpartum
Perdarahan yang terjadi pasca melahirkan. Perdarahan postpartum
ditandai dengan keluarnya darah yang melebihi 500 mililiter atau 1000
CC setelah bersalin melalui tindakan operasi caesar.
2. Retensio plasenta
Dimana retensio plasenta belum lahir 1/2 jam sesudah anak lahir, terjadi
karena tempat insersi di sudut tuba, ukuran sangat kecil.
3. Infeksi postpartum
Infeksi yang terjadi pada traktur genitalia, terjadi sesudah melahirkan
tandanya suhu tubuh >38 c selama 2 hari berturut dalam 10 hari.

8
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A P2002


POST PARTUM SECTIO CAESAREA
DI RUANG NIFAS PUSKESMAS DENPASAR
TANGGAL 8 DESEMBER 2021

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG/SUAMI
Nama : Ny. Andin Nama : Tn. Andan
Umur : 29 Tahun Umur : 30 Tahun
Pendidikan : Sarjana . Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Status perkawinan : Kawin Alamat : Jl. P.B Sudirman
Agama : Hindu Hub. Dengan Klien : Suami
Suku : Bali
Alamat : Jl. P.B Sudirman
No. CM : 379240530098
Tanggal MRS : 8 Desember
Tanggal pengkajian : 8 Desember 2021
Sumber informasi : Pasien, suami

II. RIWAYAT MASUK RUMAH SAKIT


Keluhan Utama (saat MRS dan sekarang) :
Pasien post partum dengan keluhan utama nyeri pada luka operasi
Riwayat persalinan sekarang :
Pasien Ny. A melahirkan anak kedua dengan operasi sesar dan sudah
dirawat selama 2 hari
Keadaan bayi sekarang :

9
BB : 2300 gr , Lingkar Kepala : 29 cm, Lingkar Dada : 31 cm, Lingkar
Perut : 24 cm, Panjang Bayi : 48 cm

III. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


A. Riwayat Menstruasi :
Menarche : Umur 15 Tahun Siklus : teratur (✔) tidak ()
Banyaknya : 2-3 pembalut/hari Lamanya: 5-7 hari
Keluhan :-
B. Riwayat pernikahan
Menikah : 1 kali Lama 4 tahun
C. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

D. Riwayat Keluarga Berencana :


- Akseptor KB : jenis (-) Lama : -
- Masalah : -
- Rencana KB : KB suntik

IV. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


1. Pemeliharaan dan Persepsi terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan selama kehamilan sering memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan
2. Nutrisi/Metabolic
Pasien mengatakan nafsu makannya baik dan nutrisinya tercukupi selama
kehamilan
3. Pola Eliminasi

10
Pasien mengatakan selama kehamilan lebih sering kencing dan BAB
normal
4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum ✔

Mandi ✔

Toileting ✔

Berpakaian ✔

Mobilisasi di tempat tidur ✔

Berpindah ✔

Ambulasi ROM ✔
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
Oksigenasi : pasien tidak mengalami masalah pernafasan.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur dan istirahat pasien sedikit terganggu akibat nyeri yang
dialaminya.
6. Pola Perseptual
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan panca inderanya.
7. Pola Persepsi Diri
Pasien menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien mengatakan ingin menggunakan KB jenis suntik.
9. Pola Peran-Hubungan
Pasien sudah menyiapkan diri guna memahami perannya sebagai ibu dan
keluarga pasien juga membantu dan mendukungnya.
10. Pola Manajemen Koping Stres
Jika mengalami stress, pasien menceritakan perasaannya kepada suami
atau keluarga atau melakukan me time untuk mengurangi stressnya.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan

11
Pasien menganut agama Hindu. Sebelum menuju ke rumah sakit, pasien
beserta suaminya berdoa agar diberi kelancaran saat proses persalinan.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
- GCS : 15
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital : TD : 100/60 mmHg N : 78x/menit
RR : 16x/menit T : 37℃
- BB : 60 kg TB : 170 cm LILA :23,5 cm
Head to toe
Kepala Wajah :
- Inspeksi : Rambut berwarna hitam, bersih, tidak terdapat
kutu ataupun ketombe
- Palpasi : Tidak terdapat benjolan
Mata :
- Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, dan pupil isokor
- Palpasi : Tekanan mata normal
Leher :
- Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembengkakan
- Palpasi : Tidak ada peningkatan JVP dan tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid
Dada :
- Payudara Inspeksi : simetris
Areola : berwarna hitam Puting : menonjol
Tanda dimpling/retraksi : -
Palpasi : Pengeluaran ASI terdapat pengeluaran ASI
Adanya nodul : -
Perkusi: Normal
- Jantung Inspeksi :.Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal

12
Auskultasi : Normal
- Paru Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi :Normal
Auskultasi : Normal
Abdomen :
- Inspeksi : Linea : tidak ada Striae : tidak ada Luka SC : Normal
- Auskultasi : Bising Usus : normal
- Palpasi : Normal
TFU : 14 cm
Kontraksi : Kuat
Diastasis rectus abdominis : -
- Perkusi : Normal
Genetalia dan Perineum
- Kebersihan : Bersih
- Lokhea : Lokhea rubra Karakteristik : berwarna
merah segar dan tidak berbau busuk
- Perineum : REEDA (-)
Anus :
- Hemoroid : -
Ekstremitas
- Atas :
Oedema : -
Varises : -
CRT : -
Kekuatan Otot : Normal
Tonus : Normal
- Bawah :
Oedema: -
Varises : -
CRT : -
Tanda Homan : Negatif

13
Pemeriksaan Reflek : Normal
Kekuatan Otot : Normal
Tonus : Normal
VI. DATA PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium :-
- Pemeriksaan Radiologi :-
VII. DIAGNOSA MEDIS
-
VIII. PENGOBATAN
-

B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DO : Pasien tampak Kehamilan Nyeri


meringis menahan nyeri ↓
pada luka akibat operasi Proses Persalinan

Pembedahan Insisi

Penutupan Luka

Nyeri

DS : Pasien mengatakan
terasa sedikit nyeri pada luka
operasi

14
DO : Pasien tampak sulit Kehamilan Hambatan
untuk melakukan aktivitas ↓ Mobilitas Fisik
Operasi sectio caesarea
DS : Pasien mengatakan ↓
masih kesulitan bergerak Nyeri

Hambatan Mobilitas fisik

DO : Pasien tampak Persalinan sectio caesarea Ansietas


menangis dan mengatakan ↓
khawatir karena bayinya BBLR
masih dirawat di ruang bayi ↓
Pemisahan ibu-bayi
DS : pasien mengatakan ↓
ingin menyusui bayi secara Khawatir terhadap keadaan
eksklusif bayi

Sedih dan menangis

Ansietas

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas:


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan rasa
nyeri pada luka operasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat operasi
ditandai dengan pasien sulit bergerak.

15
3. Ansietas berhubungan dengan hubungan interpersonal kurang dengan bayi
ditandai dengan kondisi ibu yang khawatir dan menangis.

C. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TANGGAL/ NO
JAM DX

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

8/12/2021 1 NOC Label : NIC Label : Manajemen Nyeri (1400)


(07.00) Tingkat Nyeri
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam, Lakukan Untuk mengetahui
diharapkan nyeri pada pengkajian nyeri tindakan
pasien dapat berkurang yang komprehensif keperawatan yang
dengan kriteria hasil : tepat

1. Tidak ada nyeri


Pastikan perawatan Pemberian
yang dikatakan dan
analgesik bagi analgesik ini
diekspresikan oleh
pasien dilakukan berguna untuk

16
pasien dengan ketat menekan mediator
nyeri seperti
prostaglandin

Gunakan strategi Untuk dapat


atau teknik berkomunikasi
komunikasi secara efektif
terapeutik untuk kepada pasien
mengetahui sehingga dapat
pengalaman nyeri berperan dalam
proses pemulihan
pasien.

NOC Label :
Ambulasi
8/12/2021 1 NIC Label : Terapi Latihan Ambulasi
Setelah dilakukan
(09.00)
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan pasien dapat
Sediakan tempat Untuk
bergerak dengan
tidur dengan memudahkan
kriteria hasil:
ketinggian rendah pasien dalam
yang sesuai. berpindah dari
tempat tidur.

17
1. Dapat berjalan Bantu pasien untuk Untuk membantu
dengan langkah duduk di sisi pasien dalam
yang efektif. tempat tidur untuk mengatur sikap
2. Berjalan dengan memfasilitasi tubuh yang
pelan. penyesuaian sikap nyaman.
tubuh.

Bantu pasien untuk Petugas kesehatan


berdiri dan dapat membantu
ambulasi dengan pasien apabila
jarak tertentu dan mengalami kondisi
dengan sejumlah tidak stabil.
staf tertentu.

Terapkan/sediakan Memudahkan
alat bantu (tongkat, pasien bergerakatau
walker atau kursi pergi bertemu
roda) untuk bayinya dengan
ambulasi jika bantuan alat bantu
pasien tidak stabil. seperti tongkat dan
kursi roda

18
Dorong ambulasi Agar pasien
independen dalam mampu untuk
batas aman. melakukan
ambulasi secara
mandiri.

NOC Label : Kontrol NIC Label : Pengurangan Kecemasan


Kecemasan Diri Kaji tanda verbal Untuk mengetahui
8/12/2021 3
Setelah dilakukan dan non verbal kecemasan pasien
(11.00)
tindakan keperawatan kecemasan pasien. secara verbal dan
selama 2 x 24 jam, non verbal.
diharapkan tingkat
Monitor tanda- Untuk mengetahui
kecemasan pasien
tanda vital pasien. tanda-tanda vital
menurun dengan
pasien.
kriteria hasil:
Dengarkan pasien
1. Perasaan cemas
pasien berkurang Untuk memahami
kondisi pasien

NIC Label : Konseling

Bantu pasien untuk Untuk mengetahui


mengidentifikasi permasalahan yang
masalah yang ada di pikiran

19
menyebabkan Ny.A.
distres.

Sediakan informasi
faktual terkait bayi
Mengurangi
Ny. A
kecemasan Ny.A
terkait kondisi
bayinya

D. IMPLEMENTASI

TANGGAL/ NO EVALUASI/ PARAF/


IMPLEMENTASI
JAM DX RESPON KLIEN NAMA

8/12/2021 1 - Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan SGD 5


(07.00) yang komprehensif. nyeri pada luka akibat
- Memastikan perawatan operasi dapat
analgesik bagi pasien berkurang.
dilakukan dengan ketat.
- Melakukan strategi atau
teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri

20
8/12/2021 2 - Menyediakan tempat tidur Pasien mengatakan SGD 5
(09.00) dengan ketinggian rendah sudah dapat sedikit
yang sesuai. bergerak dari yang
- Membantu pasien untuk sebelumnya
duduk di sisi tempat tidur
untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh.
- Membantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi dengan
jarak tertentu dan dengan
sejumlah staf tertentu.
- Menerapkan/menyediakan
alat bantu (tongkat, walker
atau kursi roda) untuk
ambulasi jika pasien tidak
stabil
- Mendorong ambulasi
independen dalam batas
aman

- Mengkaji tanda verbal dan


non verbal kecemasan pasien
8/12/2021 3 Pasien mengatakan SGD 5
- Memonitor tanda-tanda vital
(11.00) sudah lebih tenang dan
pasien.
rasa khawatirnya
- Mendengarkan pasien
berkurang.
- Membantu pasien untuk
mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan distress.
- Menyediakan informasi
faktual terkait bayi Ny. A
21
E. EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL/ NO.
EVALUASI
JAM DIAGNOSA

10/12/2021 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi sudah dapat


(14.00) sedikit berkurang
O : Pasien tidak menunjukkan lagi tanda-tanda ekspresi
nyeri yang terlalu parah
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan tetap melakukan
perawatan analgesik pada pasien dengan pemantauan yang
ketat.

10/12/2021 2 S : Pasien mengatakan sudah dapat sedikit bergerak dari


(16.00) sebelumnya
O : Pasien terlihat sudah mampu sedikit bergerak
A : Tujuan tercapai Sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan mendorong ambulasi
independen dalam batas aman.

22
S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang dan khawatirnya
berkurang.
10/12/2021 3
O : Pasien terlihat sudah lebih tenang dan khawatir nya
(18.00)
berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan intervensi dengan mengkaji tanda verbal dan
non verbal kecemasan pasien.

Denpasar, 8 Desember 2021


Mengetahui,
Pembimbing klinik/CI Mahasiswa

(........................................) (........................................)
NIP. NIM.
Clinical Teacher/CT

(........................................)
NIP.

23
2.2 Artikel Penatalaksanaan Kasus Ibu Postpartum
Artikel Penatalaksanaan 1
Judul Jurnal : Teknik Non Farmakologi Mobilisasi Dini Pada Nyeri Post
SC
Penulis Jurnal : Retty Nirmala Santiasari, Lina Mahayati, Anggraini Dwita
Sari
Tahun Terbit : 2020
Ringkasan Jurnal :
Section caesarea (SC) merupakan suatu tindakan pembedahan untuk
mengeluarkan janin dengan cara membuka dinding perut dan dinding
uterus. Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan
mengakibatkan terjadinya terputusnya kontinuitas jaringan serta kesulitan
bergerak. Salah satu terapi non farmakologi yang digunakan untuk
mengurangi nyeri post SC adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini post SC
adalah suatu kegiatan aktivitas ibu atau adanya aktivitas yang dilakukan ibu
segera setelah proses persalinan SC yang bertujuan untuk membuat pasien
dapat berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran pada gerakan yang
dilakukan dibandingkan pada rasa nyeri yang dialami.

24
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan design studi
kasus mengeksplorasi asuhan keperawatan pada 14 pasien post SC dengan
masalah keperawatan nyeri akut diruang Mawar Merah RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan menggunakan alat ukur skala nyeri Numeric Rating
Scale yang kemudian data dikumpulkan dengan metode observasi dan
pemeriksaan fisik. Tindakan mobilisasi dini dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu 6 jam pertama post operasi SC pasien dianjurkan untuk
melakukan tekhnik napas dalam dan menggerakkan kaki dan tangan,
selanjutnya 6-10 jam berikutnya pasien dianjurkan untuk melakukan miring
kanan dan miring kiri, 24 jam post operasi SC pasien dianjurkan untuk
duduk atau posisi semi fowler, jika dirasa tidak ada keluhan selama duduk
atau berada dalam posisi semi fowler pasien diperbolehkan untuk duduk
dengan perlahan menurunkan kaki ke lantai, dan jika tidak ada keluhan
pasien diperbolehkan untuk belajar berdiri dan berjalan diskitar tempat tidur
pasien.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa
pemberian mobilisasi dini pada pasien post SC terbukti dapat menurunkan
skala nyeri dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri pada masalah nyeri
akut post SC yang dilihat dari data bahwa terdapat pasien 1 dan pasien 2
selama dirawat 3 hari didapatkan masalah teratasi dengan ditandai pasien
mengatakan nyeri berkurang, pasien tampak rileks dan pasien mampu
bergerak meskipun terasa nyeri.

Artikel Penatalaksanaan 2
Judul Jurnal : Penatalaksanaan IMD pada Ibu Post Partum Sectio Caesar
Mempengaruhi Status Gizi dan Kecepatan Produksi ASI
Penulis Jurnal : Nursari Abdul Syukur, Susi Purwanti
Tahun Terbit : 2020
Ringkasan Jurnal :
World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk
memberikan Air Susu Ibu (ASI) sampai 6 bulan untuk keuntungan yang
optimal bagi ibu dan bayi. Alasan yang menjadi penyebab kegagalan

25
praktik ASI eksklusif bermacam- macam seperti misalnya memberikan
tambahan susu formula karena ASI tidak keluar dan faktor yang
menyebabkan terjadinya kegagalan pemberian ASI adalah karena ibu tidak
difasilitasi melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi yang lahir
normal dan diletakkan di perut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu
melekat pada kulit bayi selama setidaknya 1 jam dalam 50 menit akan
berhasil menyusu, sedangkan bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya
50% tidak bisa menyusu sendiri. IMD dianjurkan segera setelah bayi
dikeringkan, kemudian ditengkurapkan didada atau perut ibu sehingga
terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi selama kurang lebih satu jam,
periode ini merupakan periode unik dan sensitif yang memfasilitasi naluri
perilaku menyusu pada ibu dan anak. Studi pendahuluan di RSUD AM
Parikesit Tenggarong, tahun 2016 sampai dengan 2017, 98% persalinan
pervaginam dilakukan penatalaksanaan IMD, 2% tidak karena kondisi ibu
dan bayi tidak stabil, sedangkan persentase bayi lahir SC yang dilakukan
penatalaksanaan IMD setelah dinding abdomen ditutup dimulai dari bulan
Juni hingga Oktober 2017 adalah sebesar 75% dari seluruh jumlah bayi
yang lahir. Sisanya 25% tidak dilakukan IMD karena kondisi Ibu atau bayi
tidak stabil.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, studi analitik
dengan pendekatan quasi experiment. Desain penelitian yang digunakan
adalah pre and posttest control non-equivalent control group. Pengambilan
sampel penelitian ini menggunakan metode non probability sampling yaitu
consecutive sampling dengan sampel sebanyak 20 ibu yang melahirkan
secara Sectio Caesarea (SC). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelompok
sampel yaitu kelompok perlakuan sebanyak 10 orang (dinding abdomen
belum ditutup dilakukan IMD) dan kelompok kontrol (dinding abdomen
sudah ditutup dilakukan IMD) sebanyak 10 orang. Hasil penelitian dari 20
responden yang diteliti, seluruhnya dalam rentang usia 20- 35 tahun (100%).
Berdasarkan usia ibu, bila <16 tahun atau > 35 tahun akan membuat wanita
hamil rentan terhadap sejumlah komplikasi. Menurut Nugroho (2011) gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,

26
Beberapa masalah bisa mengganggu proses menyusui pada ibu pre-eklamsia
atau eklamsia, antara lain ibu biasanya mendapat obat-obatan yang mungkin
akan mengganggu poduksi ASI. Hasil penelitan ini menunjukkan kecepatan
produksi ASI pada kelompok eksperimen lebih cepat dibandingkan pada
kelompok kontrol. Satu jam pertama setelah bayi lahir adalah kesempatan
emas yang akan menentukan keberhasilan ibu untuk menyusui bayinya
secara optimal karena bayi sudah terlatih secara naluriah menemukan
sendiri puting susu ibunya. Pada penelitan ini status Gizi ibu semua dalam
kategori baik (Lila >23,5) dan berat badan bayi sesuai. Menjelang akhir
IMD, sekitar satu setengah jam setelah kelahiran, bayi yang baru lahir
menjadi mengantuk dan tertidur. Oksitosin yang dilepaskan pada ibu dan
bayi dengan menyusu, memicu pelepasan hormon gastrointestinal (GI),
termasuk cholecystokinin (CCK) dan gastrin. Hasil penelitian pada tabel 5
tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara penatalaksanaan IMD
sebelum dan sesudah dinding Abdomen ditutup dengan kualitas Protein
ASI. Kualitas ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang
memengaruhi kualitas ASI ibu adalah asupan gizi ibu karena pada dasarnya
ASI merupakan hasil metabolisme tubuh ibu. Faktor yang mempengaruhi
komposisi ASI antara lain adalah usia gestasi, usia pasca natal dan stadium
penyusuan.

Artikel Penatalaksanaan 3
Judul Jurnal : Efektivitas Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri
Post Partum Sectio Caesarea
Penulis Jurnal : Sri Utami
Tahun Terbit : 2016
Ringkasan Jurnal :
Persalinan SC memiliki dampak positif dan juga dampak negatif pada
ibu. Dampak positif dari tindakan SC adalah dapat membantu ibu apabila
tidak dapat melakukan persalinan secara pervaginam. Tetapi tindakan
operasi SC ini berdampak negatif pada psikologis maupun fisik Ibu 
(Arwani dkk, 2012; Batubara, 2008; Manurung, 2013). Tindakan SC dapat

27
menimbulkan nyeri pada abdomen yang berasal dari luka pasca operasi.
Pada umumnya nyeri ini dirasakan selama beberapa hari. Pada hari pertama
post operasi SC, rasa nyeri dapat meningkat. Tindakan SC ini juga dapat
memberikan dampak negatif terhadap konsep diri ibu.
Nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan secara farmakologis dan
non farmakologis. Pada jurnal ini menjelaskan salah satu upaya untuk
mengurangi nyeri pada ibu post SC adalah dengan menggunakan
aromaterapi bitter orange (Citrus Aurantium). Aromaterapi bitter orange
(Citrus Aurantium) dapat mengurangi nyeri pada kala 1 persalinan (Namazi
et al, 2014). Minyak bitter orange mempunyai efek menjadi resif, aniseptik,
anti-spasmodik, dan obat penenang ringan. Limonele merupakan salah satu
komponen dari bitter orange dapat mengurangi rasa sakit. Pemililan bitter
orange sebagai penatalaksanaan nyeri karena tidak memiliki efek samping
dan mudah digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata intensitas nyeri post SC pada kelompok
eksperimen sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi
bitter orange efektif terhadap penurunan nyeri post SC. Hal ini sesuai
dengan penyataan dari Namazi et al (2014) membuktikan bahwa bahwa
aromaterapi dengan menggunakan minyak esensial bunga citrus aurantium
dapat mengurangi kecemasan pada kala 1 persalinan. Pasien yang diberikan
terapi menggunakan aromaterapi bitter orange dapat merangsang tubuh
untuk melepaskan senyawa endorphin yang merangsang otot-otot pada
tubuh. Oleh karena itu, tubuh menjadi rileks seolah-olah seperti istirahat
dalam beberapa jam. Sistem sirkulasi yang baik pada penyaluran zat asam
serta makanan ke sel-sel diperbesar serta pembuangan dari zat-zat yang
tidak terpakai akan diperbaiki. Sehingga akan timbul proses pertukaran yang
lebih baik dan aktivitas sel meningkat yang dapat mengurangi rasa sakit
lokal (Arwani dkk, 2012, Batubara dkk, 2008, Akbar dkk, 2014).

2.3 Edukasi Untuk Kasus Ibu Postpartum

28
Edukasi yang dapat diberikan pada klien postnatal atau masa nifas
antara lain :
1. Latihan mobilisasi dan teknik nafas dalam pasca melahirkan (masa
nifas) untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan agar dapat
melakukan aktivitas mandiri secara bertahap.
2. Perawatan payudara (Breast Care) merupakan cara merawat payudara
yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi
ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang
masuk ke dalam atau datar. Perawatan payudara pasca persalinan
merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil dengan
tujuan:
a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari
infeksi.
b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
c. Untuk menonjolkan puting susu
d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
f. Untuk memperbanyak produksi ASI
g. Untuk mengetahui adanya kelainan
Ada beberapa tips perawatan payudara antara lain :
a. Pengurutan harus dilakukan secara sistematis dan teratur minimal 2
kali sehari.
b. Merawat puting susu dengan menggunakan kapas yang sudah
diberi baby oil lalu ditempelkan selama 5 menit
c. Memperhatikan kebersihan sehari-hari.
d. Memakai BH yang bersih dan menyokong payudara .
e. Jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol, atau sabun pada puting
susu (Mustika, 2011)
3. Postnatal treatment yaitu pijat oksitosin dan massage, dimana hal
tersebut merupakan tindakan yang dapat membantu agar ASI ibu dapat
keluar dengan lancar dan ibu nifas juga merasa segar dan nyaman

29
selama menghadapi masa nifasnya sehingga dapat mengatasi rasa
cemas dan stres yang dirasakan oleh ibu pasca melahirkan.
4. Pemberian ASI bagi bayi
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya secara rutin selama kurang
lebih dua tahun agar meningkatkan rasa nyaman serta tali kasih dan
mencegah terjadinya bendungan asi yang bisa menimbulkan bahaya
bagi ibu. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya pembengkakan area payudara akibat bendungan ASI.
5. Perawatan dan pemberian gizi pada bayi untuk mencegah bayi stunting.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. (2019). ‘Konsep Post Partum’, Post Partum, 3(2), pp. 9–16. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-
2 babii.pdf.
Fitriani, HT. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Primipara Dengan
Masalah Keperawatan Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua. From:
http://eprints.umpo.ac.id/7335/ [diakses pada 8 Desember 2021].
Handayani, S., & Mubarokah, K. (2019). Kondisi Demografi Ibu dan Suami pada
Kasus Kematian Ibu. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 3(1), 99-108
Jannah, W & Mirta, L. (2018) ‘Periodesasi Perkembangan Masa Prenatal Dan
Post Natal’, Periodesasi Perkembangan Masa Prenatal Dan Post Natal,
(152071000013), pp. 1–7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Praktikum Keperawatan
Maternitas. Terdapat di : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Praktikum-Keperawatan-Maternitas-
Komprehensif.pdf. Diakses pada : 07 Desember 2021

30
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Kemenkes Perkuat Upaya
Penyelamatan Ibu dan Bayi. Available at
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20210914/3738491/kemenk
es-perkuat-upaya-penyelamatan-ibu-dan-bayi/ (Accessed on 7 December
2021)
Mardiana, N. D., Nurrochmah, S., & Katmawanti, S. (2021). Hubungan antara
Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Sport
Science and Health, 3(11), 845-853.
Novita, F. (2019) ‘Asuhan keperawatan pada Ny.N post partum pervagina+
episiotomi dalam pemenuhan kebutuhan dasar nyeri dengan kompres dingin
(NaCL0.9%0 di ruangan KB IGD RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
tahun 2019’, Stikes perintis Padang, pp. 1–126.
Santiasari, R. N., Mahayati, L., & Sari, A. D. (2021). TEKHNIK NON
FARMAKOLOGI MOBILISASI DINI PADA NYERI POST SC. Jurnal
Kebidanan, 10(1), 21-28.
Syukur, N. A., & Purwanti, S. (2020). Penatalaksanaan IMD pada Ibu Postpartum
Sectio Caesarea Mempengaruhi Status Gizi dan Kecepatan Produksi
ASI. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2), 112-120.
Utami, S. (2016). Efektivitas Aromaterapi Bitter Orange Terhadap Nyeri Post
Partum Sectio Caesarea. Unnes Journal of Public Health, 5(4), 316-323.
Zahroh, N. (2021). Konsep Dasar Masa Nifas. Available at
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6117/4/Chapter%202.pdf (Accessed on 11
December 2021)

31
LAMPIRAN JURNAL

Artikel Penatalaksanaan 1

32
Artikel Penatalaksanaan 2

33
Artikel Penatalaksanaan 3

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai