Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR PERSALINAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Persalinan

Dosen Pengampu :

Kelompok 1 :

1. Novita Rahayu
2. Kuza Anci Wulan
3. Adilla Nur Fauziah
4. Eliza Septiyanti H

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIV KEBIDANAN SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Konsep Dasar Persalinan”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Persalinana” di Prodi D4 Kebidanan Poltekkes Surakarta.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua
pihak yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala
kerendahan hati kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga penyusun makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Klaten, 17 Februari 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian....................................................................2
2. Teori penyebab persalinan...........................................3
3. Faktor-faktor dalam persalinan....................................4
4. Tahap-tahap persalinan ...............................................6
5. Tujuan persalinan.........................................................8
6. Tanda-tanda persalinan................................................9
7. Mekanisme persalinan.................................................9
8. Lima benang merah dalam persalinan.........................11
9. Kebijakan PMCT.........................................................12

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV

A. Kesimpulan.................................................................................15
B. Saran ...........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri. Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2010).
Menurut Mochtar (1998) factor-faktor yang berperan dalam persalinan antara
lain: power (kekuatan), passage (jalan lahir), passanger ( janin dan plasenta).
Tahapan pada persalinan dibagi menjadi 4 kala antara lain : kala II
(pembukaan), kala II (pengeluaran bayi), kala III ( pelepasan plasenta), kala IV
(observasi post partum).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persalinan?
2. Sebutkan dan jelaskan teori penyebab persalinan?
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor dalam persalinan?
4. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap dalam persalinan?
5. Apa tujuan asuhan persalinan?
6. Sebutkan tanda-tanda persalinan?
7. Sebutkan dan jelaskan mekanisme persalinan?
8. Sebutkan lima benang merah dalam persalinan?
9. Sebutkan kebijakan PMTCT?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian persalinan
2. Untuk mengetahui teori penyebab persalinan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam persalinan
4. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam persalinan
5. Untuk mengetahui tujuan asuhan persalinan
6. Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan
7. Untuk mengetahui mekanisme persalinan
8. Untuk mengetahui lima benang merah dalam persalinan
9. Untuk mengetahui kebijakan PMTCT

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan kekuatan sendiri. Proses ini dimulai
dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2010)
Persalinan merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang telah mampu hidup di
luar kandungan melalui beberapa proses seperti adanya penipisan dan pembukaan
seviks, serta adanya kontraksi yang berlangsung dalam waktu tertentu tanpa penyulit (
Rohani, 2011).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungn melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakng
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawihardjo, 2008)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban dan uterus
ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan serviks (membuka dan menipis) (JNKP-KR Depkes RI, 2008)
Menurut Prawirohardjo (2014), persalinan merupakan fase-fase terakhir
kehamilan yang ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Persalinan
dikatakan normal jika janin yang dilahirkan pada kehamilan cukup bulan yaitu 37-42
minggu.
Menurut Sondakh (2013), Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran)
hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses
tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada
posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan,

2
serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam
2. Teori Penyebab Persalinan
Beberapa teori tentang penyebab persalinan(Manuaba IAC, Manuaba IBG,
Manuaba BG, 2010) :
a. Teori Keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami peregangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat
menjadi faktor yang mengganggu sirkulasi utero plasenta yang pada akhirnya
membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan
menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion
akan melebarkan saluran serviks (Sondakh, 2013).
Otot-otot uterus mempunyai batasan keregangan tertentu, apabila terlewati
maka terjadi kontraksi sehungga persalinan dapat dimulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
Progesteron mengalami penurunan sehingga otot Rahim menjadi lebih sensitif
terhadap oksitosi, serta uterus mulai berkontraksi setelah mencapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar
esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah
dan menimbulkan his (Sulistyawati, 2013).
c. Teori Oksitosin Internal
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat sensivitas
otot rahim, mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Baxton Hicks
(Sondakh, 2013).
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat di keluarkan.

3
3. Faktor-Faktor dalam Persalinan
Menurut Mochtar (1998) factor-faktor yang berperan dalam persalinan antara
lain:
a. Power (Kekuatan)
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam persalinan
terdiri dari his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfragma perliv atau
kekuatan mengejan, ketegangan atau kekuatan ligamentum.
Menurut Sondakh (2013), power merupakan tenaga yang dikeluarkan untuk
melahirkan janin, yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu.
Berdasarkan Rohani (2013), menyatakan bahwa kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah
tenaga meneran ibu.
Menurut sifatnya, his dibedakan menjadi his pendahuluan (his palsu) dan his
persalinan.
1) His pendahuluan (His palsu)
His Pendahuluan merupakan peningkatan kontraksi dari barxton hicks.
Frekuensi dari jenis his ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri perut bagian
bawah dan lipat paha, tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memencar dari
pinggang ke perut bagian bawah. Lama kontraksinya pendek dan tidak
bertambah kuat bila dibawa berjalan, tetapi sering berkurang. Kualitas his ini
tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan tidak memberikan pengaruh
pada serviks.
2) His persalinan
His ini awalnya timbul perlahan tetapi teratur. Makin lama bertambah
kuat, sampai pada puncaknya ialah yang paling kuat. Makin lama makin cepat
dan jaraknya teratur sesuai dengan proses persalinan sampai bayi dilahirkan.
Menurut fisiologisnya his persalinan dapat dibagi menjadi his pembukaan, his
pengeluaran, his pelepasan plasenta dan his pengiring.
a) His pembukaan: his menimbulkan pembukaan dari serviks sampai terjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Sifat spesifik dari kontraksi otot rahim kala
pertama adalah:
(1) Intervalnya makin lama makin pendek.
(2) Kekuatannya makin besar dan kala kelahiran diikuti dengan refleks
mengejan.

4
(3) Diikuti dengan retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah
berkontraksi tidak akan kembali ke bentuk semula.
b) His pengeluaran: his yang mendorong bayi keluar, disertai dengan
keinginan mengejan, sangat kuat, teratur, dan terkoordinasi bersama antara
his kontraksi atau perut, kontraksi diafragma, serta ligamen.
c) His pelepasan plasenta: his dengan kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
d) His pengiring: kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim akan
terjadi dalam beberapa jam atau hari

b. Passage (jalan lahir)


a) Jalan lahir bagian atas
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak panggul
b) Anatomi jalan lahir
1) Jalan lahir keras : pelvis atau panggul
Terdiri dari 4 buah tulang yaitu, os. Coxae (os. Illium, os. Ischium, os.
Pubis), os. Sacrum (promontorium), dan os. Coccygis.
2) Jalan lahir lunak : segmen bawah rahim, serviks, vagina, introitus vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah
panggul.
c) Bidang-bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam. Adapun bidang-bidang hodge yaitu :
1) Hodge I : promontorium pinggir atas simfisis
2) Hodge II : hodge I sejajar pinggir bawah simfisis
3) Hodge III : hodge I sejajar ischiadika
4) Hodge IV : hodge I sejajar ujung coccygis
c. Passanger (janin dan plasenta)
Cara penumpang (Passenger) atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
dipengaruhi ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. plasenta
juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin. Kepala janin dapat mengalami cedera pada persalinan yang

5
dapat membahayakan janin, oleh karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan
sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu
dengan tulang yang lain disebut moulage atau molase sehingga kepala bayi
bertambah kecil (Rohani, 2013).
a) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur,
presentasi belakang kepala, sikap fleksi, dan tafsiran berat janin , 4000 gram.
b) Plasenta
Plasenta berada disegmen atas rahim (tidak menghalangi jalan rahim).
Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang ertambah tua maka
menyebabkanturunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan
kekejangan pada pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.
4. Tahap-tahap persalinan
a. Kala I (pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan
serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik.
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm
(pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase, yaitu: fase laten (8
jam) dimana seviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana seviks
membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
partusient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama nya kala 1
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida 2 cm per
jam. Sehingga waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Sulistyawati,
2010)
Menurut Rohani (2011), Persalinan kala I dimulai ketika ada kontraksi yang
adekuat serta adanya dilatasi serviks, dan berakhir saat pembukaan lengkap (10
cm). Oleh karena itu pada kala I disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks.
Menurut Sondakh (2013), Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a) Fase laten berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.
b) Fase aktif berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10
cm. Kontraksi lebih kuat dan sering dibagi dalam 3 fase:
(1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

6
(2) Fase dilatasi maksimal, dengan durasi waktu 2 jam pembukaan yang
berlangsung sangat cepat mulai dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Proses kala I terjadi pada primigravida berlangsung dalam jangka waktu
lebih panjang ± 12 jam, sedangkan pada multigravida ± 8 jam.
b. Kala II ( Pengeluaran Bayi)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lengkap bayi lahir. Uterus dengan
kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan satu jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II di tegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
sudah tampak divulva dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah
sebagai berikut :
a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, tuban pecah yag ditandai dengan mengeluarkan cairan
secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap di ikuti keinginan
meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser
d) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion. Berturut-
turut lahir ubun-ubun besar. Dahi, hidung, dan muka, serta kepala
seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala pada punggung
f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan berikut:
1) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian
ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas
untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah ke dua bahu bayi lahir, ketiak dikait utuk melahirkan sisa badan
bayi.
3) Bayi lahir di ikutin oleh sisa air ketuban. Lama nya kala II untuk
primigravida 50 menit dan multi gravida 30 menit.(Sulistyawati, 2010)

7
c. Kala III ( pelepasan plasenta)
Waktu untuk pelepasan dan pengluaran plasenta. Setelah kala II yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi oterus berhenti sekitar 5-10
menit. Dengan lahir nya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari
lapisan nitabuch. Lepas nya plasenta sudah dapat di perkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Uterus menjadi berbentuk bundar.
b) Uterus terdorong ke atas, karea plasenta di lepas ke segmen bawah rahim.
c) Tali pusar bertambah panjang.
d) Terjadinya perdarahan.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah
rahim atau bagian atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang
berkontraksi dengan sendirinya dengan lepasnya placenta bagian tali pusat yang
lahir menjadi lebih panjang. Lamanya kala uri lebih kurang 8,5 menit, dan
plepasan placenta hanya memakan waktu 2-3 menit. Perdarahan yang terjadi
lebih kurang 250 cc, dianggap patologis jika > 500 cc. (Sulistyawati, 2010)
d. Kala IV (observasi)
Dimulai dari lepasnya plasenta hingga 2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam
pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kesadaran pasien.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d) Jumlah perdarahan (jahit robekan perineum, awasi perdarahan).
Pada kala IV perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400
ampai 500cc. (Manuaba, 2010)
Kala IV merupakan tahap pemulihan, yaitu periode yang kritis untuk ibu dan
bayi baru lahir. Mereka bukan saja pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga
memulai suatu hubungan baru (Sondakh, 2013).
5. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesahatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang di inginkan.

8
Setiap intervensi yang akan di aolikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
pempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang mantaaf intervensi tersebut bagi
kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. Keterampilan yang dianjurkan dalam
pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesua dengan standar bagi semua
ibu bersalin disetiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun
hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi dirumah, puskesmas,
ataupun rumah sakit. Penolong persalinan munhkin saja seorang bidan, perawat,
dokter umum atau spesialis obstetric. Jenis asuhan yang akan diberikan dapat
disertakan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi
kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir. (JNPK-KR 2008)

6. Tanda-tanda Persalinan
Tanda persalinan dapat di tandai dengan:
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran membawa tanda (pengeluaran lendir bercampur darah).
c. Disertai ketuban pecah.
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks,
pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks).(Manuaba,2010)
7. Mekanisme Persalinan
Menurut Rohani (2013), gerakan utama dalam persalinan normal yaitu
sebagai berikut:
a. Penurunan kepala
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP), dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati PAP dengan
keadaan sinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat ditengah jalan lahir tepat
diantara simpisis dan promontorium. Pada sinklitismus, os. parietal depan dan
belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau agak kebelakang
mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus.
Ada 2 jenis asinklitismus:
1) Asinklistismus posterior : sutura sagitalis mendekati simpisis dan os. Parietal
belakang lebih rendah dari os. Parietal depan.

9
2) Asinkistismus anterior : sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os.
Parietal depan lebih rendah daripada os. Parietal belakang.
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi ringan dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga akan bertambah. Pada gerakan ini, dagu dibawa lebih
dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun
besar. Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks, dinding
pelvis, dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter sub oksipito bremantika
(9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai didasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c. Rotasi dalam
Pemutaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan janin sehingga
bagian terendah bagain depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala, bagian terendah adalah ubun–ubun kecil dan akan
memutar ke depan ke arah simpisis. Rotasi ini sangat penting karena untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah
dan pintu bawah panggul.

d. Ekstensi
Ketika kepala janin sampai didasar panggul dan ubun-ubun kecil berada
dibawah simpisis, terjadi ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala
harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Sub oksiput yang tertahan pada
pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochion), maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung,
mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
e. Rotasi luar (putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan
miring, di dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu
(diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari

10
pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum sepihak.
f. Ekspulsi
Setelah paksi luar, bahu depan sampai dibawah simpisis dan menjadi
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
8. Lima Benang Merah dalam Persalinan
Adapun lima benang merah dalam persalinan menurut Saifuddin,dkk (2002) yaitu:

a. Membuat keputusan klinik


a) Pengumpulan data (subjektif dan objektif)
b) Diagnosis kerja
c) Penatalaksanaan klinik
d) Evaluasi hasil implementasi tatalaksana
b. Asuhan sayang ibu dan bayi
a) Persalinan merupakan peristiwa yang alami
b) Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal
c) Penolong memfasilitasi proses persalinan
d) Tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu
kebutuhan klien, memberi dukungan moral, dan bekerja sama dengan semua
pihak
Menurut Enkin, et al (2000) perhatian dan dukungan pada ibu selama
persalinan dan kelahiran bayi akan memberikan dampak rasa aman, keluaran
yang baik, mengurangi persalinan dengan vakum, cunam dan sectio caesaria
(SC) dan persalinan berlangsung lebih cepat
dalam Legawati tahun 2018
c. Pencegahan infeksi
a) Kewaspadaan standar
b) Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit
c) Proses pencegahan infeksi instrument dan aplikasinya dalam pelayanan
d. Aspek pencatatan (dokumentasi)
e. Aspek rujukan

11
9. Kebijakan PMTCT
Adapun kebijakan HIV/AIDS, khususnya PMTCT di tingkat nasional:
a) Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 , tentang Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Nasional
b) Grand Strategi dan sasaran Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI,
2007
c) Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Nasional pencegahan Penularan HIV
dari ibu ke bayi
d) Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman Nasional pencegahan Penularan HIV
dari ibu ke bayi
a. Kebijakan Departemen Kesehatan RI yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a) Semua teknologi pengendalian HIV/AIDS dapat diterapkan setelah melalui proses
adaptasi dan adopsi serta bila diperlukan melalui proses uji operasional terlebih
dahulu (penggunaan kondom 100%, VCT,ART, PMTCT, Harm reduction,
surveilans
b) Upaya pengendalian HIV/AIDS senantiasa memperhatikan nilai luhur
kemanusiaan, penghormatan harkat hidup manusia, hak asasi manusia, serta
mencegah terjadinya stigmatisasi dan diskriminasi
c) Pemerintah berkewajiban memberikan arah pengendalian HIV/AIDS sesuai
dengan komitmen global dan nasional, menentukan prioritas penegendalian serta
memobilisasi sumber daya yang cukup untuk pengendalian
d) Semua kegiatan pengendalian HIV/AIDS harus memiliki kebijakan teknis yang
wajib dilakukan dalam buku pedoman dan disebarluaskan kepada semua pihak
serta bila perlu dituangkan dalam peraturan atau perundangan
b. Undang-Undang dan Peraturan Presiden yang mendukung PMTCT, yaitu:
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Bab VII pasal 126, tentang Kesehatah Ibu, bayi, anak, Remaja, lanjut Usia dan
penyandang Cacat. Bagian ke satu Kesehatah ibu, bayi dan anak
c. Peraturan Presiden yang mendukung PMTCT, yaitu
Peraturan presiden Republik Indonesia nomor 75 tahun 2006tentang
pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, Pasal 1, 2, 3d dan 3d e.
Bab III pasal I (8) berbunyi sebagai berikut, untuk kelancaran pelaksanaan tugas KPA
Nasional, Gubernur dan walikota membentuk LPA provinsi dan KPA Kabupaten/kota
Grand Strategi dan sasaran Departemen Kesehatan RI tahun 2007. Pada pasal II (5)

12
berbunyi sebagai berikut: setiap bayi, anak, ibu hamil dan kelompok masyarakat
resiko tinggi terlindungi dari penyakit.
d. Visi dari Kebijakan Nasional PMTCT adalah terkendalinya penyebaran infeksi
HIV dan kualitas hidup orang dengan HIV/ AIDS
e. Strategi Kebijakan PMTCT Berikut ini adalah strategi yang dapat dipakai
untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak:
a) Strategi Peningkatan Kerjasama dan Kemitraan,
b) Strategi Pengembangan Metode, Teknik dan Media,
c) Sosialisasi/edukasi,
d) Strategi Penyebaran informasi,
e) Advokasi,
f) Persuasi.

13
BAB III
PEMBAHASAN

Menurut Enkin, et al (2000) dalam Legawati tahun 2018 persalinan dengan Asuhan Sayang
Ibu akan berlangsung lebih cepat
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani di BPM Zakiah Amd.Keb di
Kabupaten Jombang tahun 2013 yang menunjukan hasil bahwa dari 5 orang responden yang
diteliti, sebanyak 3 orang (60%) yang diberikan asuhan sayang ibu proses persalinan kala II
cepat yaitu dalam waktu < 1 jam, sedangkan 2 orang responden (40%) yang tidak dilakukan
asuhan sayang ibu lama persalinan kala II lama yaitu dalam waktu > 1 jam

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Prawirohardjo (2014), persalinan merupakan fase-fase
terakhir kehamilan yang ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui
jalan lahir. Persalinan dikatakan normal jika janin yang dilahirkan pada
kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu.
Beberapa teori tentang penyebab persalinan(Manuaba IAC, Manuaba
IBG, Manuaba BG, 2010) : teori keregangan yaitu otot-otot uterus mempunyai
batasan keregangan tertentu, apabila terlewati maka terjadi kontraksi sehungga
persalinan dapat dimulai, teori penurunan progesteron ialah progesteron turun
akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his, teori
oksitosin internal terjadi karena hipofisis posterior menghasilkan hormon
oksitosin, kemudian teori prostaglandin yaitu konsentrasi prostaglandin
meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu. pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
di keluarkan.
Faktor persalinan tergantung pada 3 hal aitu, power, passage,
passanger. Tahahp-tahap persalinan dibagi menjad 4 kala yaitu : kala I adalah
kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm, kala II
pembukaan lengkap sampai bayi lahir, kala III kelahiran plasenta, dan kala IV
yaitu dari lepasnya plasenta hingga 2 jam PP. Tujuan asuhan persalinan
normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesahatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
di inginkan.
Mekanisme persalinan dimulai dari penurunan kepala, fleksi, rotasi
dalam, ekstensi, rotasi luar (putaran paksi luar), ekspulsi. Lima benang merah
dalam persalinan yaitu: membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan
bayi, pencegahan infeksi, aspek pencatatan (dokumentasi), aspek rujukan.
Kebijakan HIV/AIDS, khususnya PMTCT di tingkat nasional diantaranya

15
Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006 , tentang Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Nasional. Grand Strategi dan sasaran Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI, 2007. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman
Nasional pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi. Departemen Kesehatan
RI, 2005, Pedoman Nasional pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis
memberikan saran sebagai bidan, yang bisa dilakukan adalah melakukan
penatalaksanaan yang efektif serta memberikan dukungan pada ibu bersalin.

16

Anda mungkin juga menyukai