Anda di halaman 1dari 18

PRE-EKLAMSIA KALA I

Disusun Oleh Kelompok V :

Sindi Bella PO7124322005

Eka Agustina PO7124322013

Magfira A.Dg Manesse PO7124311021

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Hadriani, SST.,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PROGRAM STUDI S.Tr.Keb

KELAS ALIH JENJANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul "Pre-eklamsia kala I".

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hadriani, SST.,M.Keb selaku
Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan yang telah membagikan ilmunya kepada penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca khususnya penulis sendiri.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. KONSEP DASAR PERSALINAN......................................................................................2
1. Macam-macam persalinan................................................................................................2
2. Sebab-sebab mulainya persalinan.....................................................................................2
3. Tanda-tanda persalinan.....................................................................................................4
4. Tahapan persalinan...........................................................................................................5
B. KEGAWATDARURATAN MATERNAL..........................................................................7
1. Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan................................7
C. PREEKLAMSIA KALA I....................................................................................................8
1. Klasifikasi dan definisi......................................................................................................8
2. Faktor Risiko Preeklampsia............................................................................................10
3. Penatalaksanaan Pre-eklamsia........................................................................................10
4. Penanganan Umum.........................................................................................................11
5. Panduan Penggunaan Penggunaan MgSO4....................................................................12
6. Cara Persalinan...............................................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN...................................................................................................................13
B. SARAN...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,


sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian
ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat
pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di
fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan
komplikasi dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir.
Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini
komplikasi yang mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan
waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para
ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Deteksi dini pada kehamilan dapat dijadikan salah satu upaya untuk mencegah
kehamilan resiko tinggi ibu hamil. Resiko adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak
diinginkan pada masa yang akan datang yaitu prediksi akan terjadinya komplikasi yang
dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu maupun bayinya dimana jiwa ibu
atau bayinya dapat terancam sebelum dan sesudah persalinan (Prawirohardjo, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa konsep dasar persalinan?


2. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan maternal?
3. Bagaimana penanganan pre-eklamsia kala I?

C. TUJUAN

1. Untuk memahami konsep dasar persalinan


2. Untuk memahami apa yang dimaksud kegawatdaruratan maternal?
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan pre-eklamsia kala I?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PERSALINAN

Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian


pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Menurut (Prawirohardjo,
2002) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

1. Macam-macam persalinan
a. Persalinan Spontan, yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan, bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran, persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

2. Sebab-sebab mulainya persalinan


a. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi
mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.

2
b. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas
otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda
persalinan.
c. Keregangan Otot-otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang
oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang
otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.
d. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena
tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai
pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar

3
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

3. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan
dan pembukaan serviks
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.
d. Keluarnya cairan ketuban
Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal
ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum

4
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam
setelah air ketuban keluar.

4. Tahapan persalinan
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase
aktif.
1) Fase laten persalinan
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
servix secara bertahap
b) Pembukaan servix kurang dari 4 cm
c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
2) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
b) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
c) Terjadi penurunan bagian terendah janin
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada
multi.
1) Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah :
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka

5
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata
0.5 jam
c. Kala III
1) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban
2) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
3) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
4) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin
untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
5) Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim
c) Tali pusat memanjang
d) Semburan darah tiba tiba
d. Kala IV
1) Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
2) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3) Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit
pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau
lebih sering
5) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
6) Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran ibu.
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.

6
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400500cc.

B. KEGAWATDARURATAN MATERNAL

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan dapat
juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara
tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan
jiwa/nyawa (Campbell, 2000).
Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran.
Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam
keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus
gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu
janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat
disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang
timbul secara bersamaan.
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang
harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat atau terlantar akan berakibat
buruk, baik memburuknya penyakit atau kematian. Kegawatan atau kegawatdaruratan
dalam kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita
hamil, melahirkan atau nifas. Kegawatdaruratan dalam kebidanan dapat terjadi secara tiba
tiba, bisa disertai dengan kejang, atau dapat terjadi sebagai akibat dari komplikasi yang
tidak dikelola atau dipantau dengan tepat.

1. Penatalaksanaan awal terhadap kasus kegawatdaruratan kebidanan


Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian
tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta
bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu
miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti

7
BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan
yang keluar.
Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya.
Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara
umum terdapat berbagai kasus yang masuk dalam kategori kegawatdaruratan
maternal masa persalinan kala I dan II, dan manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan
tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung seperti
toksemia gravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani oleh tenaga
kesehatan. Oleh karena penyebab terbanyak kematian ibu preeklamsia/eklamsia maka
pada pemeriksaan antenatal nantinya harus lebih seksama dan terencana
persalinannya. Dengan asuhan antenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi
secara dini dan minoritas kasus ditemukan secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia
berat.

C. PREEKLAMSIA KALA I

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat
akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam
urin/proteinuria. (Fadlun, 2013).
Penanganan preeklamsia berat (PEB) dan eklamsia pada dasarnya sama, kecuali
persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia. Pada
kasus PEB harus ditangani secara aktif, dan penanganan dilaksanakan di rumah sakit
rujukan.

1. Klasifikasi dan definisi


Adanya peningkatan tekanan darah selama kehamilan dan persalinan dapat
menunjukkan beberapa kondisi sebagai berikut :

8
a. Diagnosis hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila didapatkan :
Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan, tidak
terdapat protein uria, tekanan darah kembali normal dalam waktu 12 minggu
pasca persalinan (jika peningkatan tekanan darah tetap bertahan, ibu didiagnosis
hipertensi kronis), diagnosis akhir baru dibuat pada periode pasca persalinan,
tanda tanda lain preeklamsia seperti nyeri epigastrik dan trombositopenia
mungkin ditemui dan dapat mempengaruhi penatalaksanaan yang diberikan.
b. Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan bila didapatkan :
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, protein uria ≥
1+ pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total ≥ 300 mg/24
jam.
c. Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila didapatkan :
1) Hipertensi
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥110
mmHg.
2) Protein uria
Kadar protein dalam kencing ≥ ++ pada pengukuran dipstick urine atau kadar
protein total sebesar 2 gr/24 jam.
3) Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah diketahui meningkat
sebelumnya.
4) Tanda/gejala tambahan :
Tanda gejala tambahan lainnya dapat berupa keluhan subyektif berupa nyeri
kepala, nyeri uluhati, dan mata kabur. Ditemukannya proteinuria ≥ 3 gram,
jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam (oliguria), terdapat peningkatan kadar
asam urat darah, peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum serta terjadinya
sindroma HELLP yang ditandai dengan terjadinya hemolisis ditandai dengan
adanya icterus, hitung trombosit ≤ 100.000, serta peningkatan SGOT dan
SGPT.

9
2. Faktor Risiko Preeklampsia
a. Merokok selama hamil
Wanita yang merokok selama hamil berisiko untuk mengalami preeklamsia
b. Riwayat penyakit dahulu (Hipertensi, preeklamsia pada kehamilan terdahulu,
penyakit Ginjal, penyakit Autoimun, Diabetes Mellitus, Metabolik sindrom,
Obesitas dll)
c. Riwayat penyakit keluarga
Bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan oleh turunan
yang resesif
d. Paritas
Primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir 2 kali lipat dibandingkan
multigravida
e. Kehamilan sebelumnya
Kehamilan dengan riwayat preeklamsi sebelumnya berisiko mengalami
preeklamsia kembali pada kehamilan sekarang. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa risiko rekurensi (terjadinya preeklamsia kembali) jika kehamilan
sebelumnya preeclampsia : 14-20% dan risiko rekurensi lebih besar (s/d 38%) jika
menghasilkan persalinan prematur (early-onset preeklampsia).

3. Penatalaksanaan Pre-eklamsia
Penyembuhan terhadap pre-eklamsia kehamilan belum diketahui. Beberapa dokter
memberikan resep micardis, obat yang membantu menurunkan hipertensi. Jika
hipertensi terjadi belakangan pada kehamilan, dokter mungkin menyarankan istirahat
total di tempat tidur dan pengawasan tekanan darah yang lebih intensif. Beberapa
obat hipertensi tertentu bisa juga diberikan. Proses melahirkan bisa dengan cara
induksi atau operasi caesar. Jika hipertensi terjadi pada awal kehamilan, dokter akan
menyarankan untuk mempertimbangkan resiko dan keuntungan kehamilan tersebut
hingga akhir atau melakukan operasi caesar dini.
Penanganan pre-eklampsia pada saat persalinan adalah :
a. Pada persalinan diperlukan sedativa dan analgetik yang lebih banyak.
b. Anasetsi lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan
penderita masih sanmolen karena pengaruh obat.

10
c. Pada gawat janin dalam kala I dilakukan segera seksio sesaria.
d. Hindari pemberian ergometrin pada kala III karena dapat menyebabkan kontriksi
pembuluh darah dan dapat meningkatkan pembuluh darah.
e. Pemberian obat penennag diteruskan sampai dengan 48 jam postpartum karena
ada kemungkinan setelah persalinan tekanan darah akan naik dan berlanjut
menjadi eklampsia.
f. post partum bayi sering menunjukkan tanda-tanda asfiksia neonatorum maka
perlu resusitasi.

4. Penanganan Umum
a. Jika tekanan diastolic tetap lebih 110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg
b. Pasang infus dengan jarum besar (16 G atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overdosis cairan
d. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurine
e. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam hentikan magnesium sulfat (MgSO4)
dan berikan cairan IV (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per
8 jam
f. Pantau kemungkinan edema paru
g. Jangan tinggalkan pasien sendirian bila pasien kejang disertai aspirasi muntah
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
h. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut janin setiap jam
i. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
j. Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg
IV sekali saja bila ada edema paru
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana. Bila pembekuan
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

11
5. Panduan Penggunaan Penggunaan MgSO4.
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan eklamsia. Sebelum pemberian MgSO4,
periksalah:
1) Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit, artinya tidak ada depresi pernafasan.
2) Reflek patella (+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
1) Frekuensi pernafasan < 16/menit
2) Reflek patella (-)
3) Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Bila terjadi depresi nafas :
1) Berikan anti dotum yakni glukonas calcius 1gm IV pelan – pelan disertai O2 dan
biasanya langkah ini sudah cukup untuk mengatasi depresi nafas tersebut.
2) Bila sampai terjadi henti nafas (tidak pernah terjadi pada dosis terapi), lakukan
pula intubasi dan ventilasi aktif.

6. Cara Persalinan
Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kal II dengan
bantuan bedah obstetri. Menurut Rukiyah (2010) dalam penelitian (Heryani, 2021)
penatalaksanaan preeklampsia berat tergantung dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat, yaitu melakukan terminasi kehamilan
yang sudah inpartu, jika sudah memasuki fase aktif maka lakukan amniotomi.

12
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Tahapan dalam persalinan terbagi menjadi kala I, kala II, kala III dan kala IV.
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat
sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan
ibu dan bayinya.
Penatalaksanaan preeklampsia berat tergantung dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat, yaitu melakukan terminasi kehamilan
yang sudah inpartu, jika sudah memasuki fase aktif maka lakukan amniotomi.

B. SARAN

Ketika memberikan pelayanan kebidanan, bahwa sebenarnya tanggung jawab


sangat besar. Fakta bahwa dua kehidupan yang terlibat harus selalu di pertimbangkan
dalam merumuskan diagnosis maupun rencana tindakan. Pada dasarnya
kegawatdaruratan maternal neonatal hampir selalu akan terjadi dan merupakan gabungan
dari beberapa kondisi pada ibu dan janin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rosyati, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (1st ed.). Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Kurniarum, A. (2016). Modul Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Setyarini, D. I., & Suprapti. (2016). Modul Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Metrnal
Neonatal (1st ed.). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Indrawati, N. D., Damayanti, F. N., & Nurjanah, S. (2016). Buku Ajar Pendidikan Kesehatan
Kehamilan Resiko Tinggi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Heryani, H. (2021). Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Preeklampsia
Berat di RSUD Ciamis Heni Heryani. Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 11(6), 21–25.

14

Anda mungkin juga menyukai