Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

“HORMON INISIASI PERSALINAN”

Disusun Oleh:
Ayu Nujma Paradis
110.2011.058

Pembimbing :
Dr. Hushat Pritalianto, SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DR. DRAJAT PRAWIRANEGARA SERANG
2017

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Allhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan referat ini yang berjudul “Hormon Inisiasi Persalinan” dengan baik.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
kepaniteraan klinik SMF Obsgyn di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Serang. Dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Hushat Pritalianto, SpOG (K), selaku dokter pembimbing.
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Obsgyn RSUD Dr. Drajat Prawiranegara
Serang.
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr. Drajat Prawiranegara
Serang.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian
hari. Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Serang, Mei 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 4


2.1. Definisi Persalinan ......................................................... 4
2.2 Teori Persalinan ............................................................... 5
2.3 Perubahan maternal selama persalinan ............................ 6
2.4 Tahapan persalinan .......................................................... 7
2.5 Hormon yang menginisiasi Persalinan............................. 11
2.6 Preterm Labor ................................................................. 16
2.7 Post Term Pregnancy ....................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau persalinan normal atau
persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai
alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam.1,2
Proses persalinan ditandai oleh adanya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi
serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir. Kontraksi miometrium selama persalinan
akan terasa sangat menyakitkan bagi ibu. Sebelum timbulnya kontraksi yang menyakitkan ini,
uterus harus disiapkan untuk proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan
usia kehamilan 36-38 minggu, dan setelah periode memanjang ini, fase transisional diperlukan
sampai serviks mengalami penipisan dan perlunakan.2
Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks.
Terdapat beberapa teori yang sering dibicarakan antara lain faktor-faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan faktor nutrisi dimana faktor-
faktor ini dapat menyebabkan persalinan dimulai.2

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Partus


Partus merupakan keadaan melahirkan yang membutuhkan banyak transformasi baik
pada fungsi rahim dan serviks.1
Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.2
Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. 2
Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan,
yaitu2,3:
a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 – 1000 gram.
c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.
d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42
minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.
Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks. 2

4
2.2. Teori persalinan
Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat
beberapa teori yang mencoba menerangkan mengenai awitan persalinan, diantaranya3:
1. Penurunan kadar progesteron.
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meningkatkan ketegangan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara
kadar progesteron dan estrogen di dalam darah , tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his.
2. Teori oksitosin.
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu, timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan otot-otot.
Apabila dinding kandung kencing dan lambung teregang karena isinya bertambah,
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, seiring
dengan majunya kehamilan, otot-otot rahim makin teregang dan rentan.
Sekarang ada banyak bukti bahwa pertumbuhan janin merupakan komponen
penting dalam aktivasi uterus pada fase 1 partus. Berkaitan dengan pertumbuhan janin,
peningkatan signifikan pada tegangan tarik miometrium dan tekanan cairan amnion
mengikuti Dengan aktivasi uterus, peregangan diperlukan untuk menginduksi protein
terkait kontraksi-spesifik (CAPs). Stretch meningkatkan ekspresi gap junction protein-
connexin 43, serta reseptor oksitosin.
4. Pengaruh janin.
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupanya memegang peranan. Hal ini
tampak pada kehamilan dengan janin anensefalus dan hipoplasia adrenal sehingga
kehamilan sering lebih lama dari biasanya.
5. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F yang
diberikan secara intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi myiometrium
pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin

5
yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan.
Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan teori-teori
yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula sebagai berikut : (1). Faktor-faktor
humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi
disebut sebagai faktor –faktor yang mengakibatkan partus mulai. (2). Perubahan biokimia dan
biofisika juga berperan dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga
menjadi tua dengan lamanya kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter juga terjadi dimana
keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus2

2.3 Perubahan Maternal pada persalinan


Menjelang persalinan terjadi perubahan pada ibu hamil yang berperan
mendukung/menginduksi proses persalinan. Adapun perubahan-perubahan tersebut meliputi
perubahan pada sistem hormonal, struktur anatomi dan fisiologi pada tubuh ibu, terutama pada
sistem reproduksi.
Perubahan Hormonal
Tidak banyak terjadi perubahan pada kadar hormon estrogen dan progesteron menjelang
partus. Meski didapat peningkatan kerja hormon estrogen dan insufisiensi efek progesteron, hal
ini lebih disebabkan perubahan pada reseptor hormon. Menjelang partus, PRA (progesteron
reseptor A) yang bekerja menginhibisi efek progesteron, jumlahnya meningkat sedang PRB
(progesteron receptor B) yang kerjanya berkebalikan dengan PRA malah menurun. Hal inilah
yang menyebabkan fungsi utama progesteron untuk menjaga kehamilan jadi berkurang.1,3
Hal ini juga didukung dengan peningkatan reseptor estrogen α (ERA). ERA selama
kehamilan dihambat kerjanya oleh progesteron, sehingga peningkatan jumlah reseptor ini akan
membantu peningkatan aktifitas estrogen. Dimana estrogen sangat berperan untuk merangsang
kontraksi uterus. Efek estrogen yang berperan menunjang kontraksi adalah efeknya dalam
aktivasi formasi gap-junction, meningkatkan reseptor oxytocin dan COX-2 serta meningkatkan
sintesis prostaglandin.3

6
Prostaglandin dan oxytocin juga meningkat menjelang partus. Selain dipengaruhi
peningkatan estrogen, sekresi PG juga berasal langsung dari paru janin yang juga mensekresikan
PAF. Membran janin juga mensekresi PAF (platelets activating factors) yang berperan
menginisiasi kontraksi uterus.1,2,3
Perubahan Anatomi
Perubahan anatomi yang penting terjadi menjelang persalinan adalah pada jalan lahir dan
jaringan lunak rongga panggul. Dibawah pengaruh estrogen jaringan otot dan ligamen
berelaksasi sehingga memudahkan akomodasi dari panggul ketika bayi melewati rongga
panggul. Pada uterus, miometrium membesar dan menjelang persalinan akan mulai muncul HIS
(kontraksi uterus). Setiap selesai kontraksi HIS, miometrium akan memendek. Hal ini akan
menyebabkan tarikan pada SBR (ismus) yang memiliki jaringan otot yang lebih sedikit, dan
selanjutnya akan menyebabkan tarikan pada serviks sehingga serviks akan mulai menipis dan
berdilatasi.1,2,3,4
Perubahan Fisiologis
Menjelang persalinan akan dimulai suatu kontraksi uterus yang disebut HIS persalinan.
Selain itu, karena pengaruh estrogen dan prostaglandin serviks akan menjadi makin lunak
hipermukus dan hipervaskularisasi. Hal ini akan menyebabkan sekresi lendir oleh kelenjar yang
nantinya akan memberikan tampakan bloody show (mukus bercampur darah) yang merupakan
salah satu tanda in partu. Apabila pembukaan sudah lengkap, ibu akan mulai memiliki refleks
meneran yang nantinya dapat membantu kelahiran bayi. 1,2,3,5

2.4 Tahapan Persalinan


Gambar dibawah ini menunjukkan tahap persalinan yang terdiri dari (1) fase
pendahuluan-pertama; (2) persiapan labor- tahap kedua; (3) proses labor - fase ketiga; Dan (4)
pemulihan dari fase keempat. Yang penting, fase parturisi tidak boleh disalahartikan dengan
tahap klinis persalinan, yaitu kala satu, kala dua dan kala 3 - yang termasuk dari fase ketiga dari
partisi

7
Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, kala ini dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala
pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar
sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam, dalam kala ini diamati apakah terjadi
perdarahan postpartum pada ibu atau tidak.1,3
Kala I
Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai
akibat his dibagi dalam 2 fase:
(a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm. Selama fase ini, orientasi dari kontraksi uterus adalah pada
perlunakan serviks serta penipisan (effacement). Kriteria minimal Friedman untuk
memasuki fase aktif adalah pembukaan dengan laju 1,2 cm/jam untuk nullipara, serta 1,5
cm/jam untuk multipara.3
(b) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yakni:

8
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dengan
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Pembukaan
ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
saat yang bersamaan.1
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah
lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.1
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rektum dan
hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar
his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 30 menit. 1,2,3
Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.1,3

9
Kala I Kala II Kala III

Tahapan Persalinan Normal


Kala IV
Kala IV adalah kala dimana memantau ibu pasca melahirkan selama 1-2 jam untuk
melihat apakah terjadi perdarahan postpartum atau tidak.2,3 Pada saat kala ini juga dilakukan
pemantauan vital sign untuk mengetahui keadaan umum ibu.

Agar parturition terjadi, dua perubahan harus terjadi pada saluran reproduksi wanita.
Pertama, rahim harus diubah dari struktur yang diam dengan kontraksi disynchronous menjadi

10
organ yang berkontraksi secara aktif dengan komponen otot interlaced kompleks sehingga
menghasilkan kontraksi uterus phasic biasa. Ini memerlukan pembentukan persimpangan celah
antara sel miometrium untuk memungkinkan transmisi sinyal kontraktil. Janin dapat
mengkoordinasikan peralihan ini dalam aktivitas miometrium melalui pengaruhnya terhadap
produksi hormon steroid plasenta, melalui distensi mekanis rahim dan melalui sekresi hormon
neurohypophyseal dan stimulator sintesis prostaglandin lainnya.6,7
Perubahan kedua adalah jaringan ikat rahim dan otot polos harus mampu dilatasi untuk
memungkinkan pelepasan janin dari rahim. Perubahan ini disertai dengan pergeseran dari
progesteron ke estrogen, meningkatkan responsivitas terhadap oksitosin dengan menggunakan
regulasi reseptor oksitosin miometrium, peningkatan sintesis PG di rahim, peningkatan
pembentukan gap gap miometrium, penurunan aktivitas oksida nitrat (NO) dan peningkatan
masuknya kalsium ke dalam myocytes dengan ATP dependent binding myosin untuk actin,
peningkatan endothelin yang mengarah pada peningkatan aliran darah uterus dan aktivitas
miometrium [Gambar diatas]. Jalur umum akhir menuju persalinan tampaknya merupakan
aktivasi sumbu HPA janin dan mungkin umum terjadi pada semua spesies vivipara. Perubahan
komplementer pada serviks yang melibatkan penurunan dominasi progesteron dan tindakan
prostaglandin dan rileks, melalui perubahan jaringan ikat, kolagenolisis, dan penurunan
stabilisasi kolagen melalui penghambat metaloproteinase, menyebabkan pelunakan dan
pelebaran serviks.6,7,9,10

2.5 Hormon yang berperan dalam inisiasi persalinan

11
Corticotropin Releasing Homone
Corticotropin Releasing Homone (CRH) adalah hormon peptida yang dikeluarkan oleh
hipotalamus tetapi juga diekspresikan oleh trofoblas plasenta dan chorionik dan sel amnion dan
selulosa. Plasenta adalah sumber utama dari trimester kedua (16 minggu depan). Sekresi CRH,
CRH merangsang sekresi ACTH pituitari dan produksi kortisol adrenal. Pada ibu, kortisol
menghambat CRH hipotalamus dan pembangkitan ACTH hipofisis, menciptakan loop umpan
balik negatif. Sebaliknya, kortisol merangsang pelepasan CRH oleh membran desidual,
trofoblastik, dan janin. CRH, selanjutnya mendorong aktivasi HPA pada ibu dan janin, sehingga
membentuk loop umpan balik positif yang kuat. Pada kehamilan normal, peningkatan produksi
CRH dari desidual, trofoblastik, dan membran janin menyebabkan peningkatan kortisol sirkulasi
yang dimulai pada midgestation. Efek CRH meningkat dengan turunnya protein pengikat CRH
dalam ibu dalam waktu dekat. Aktivasi sumbu HPA janin menghasilkan sekresi hormon
adrenokortikotropin (ACTH) janin yang menyebabkan pelepasan estrogen prekursor
Dehidroepiandrostenedionesulfat (DHEAS) yang melimpah dari zona perantara janin adrenal .
Hal ini karena plasenta manusia adalah organ steroidogenik yang tidak lengkap dan sintesis
estrogen oleh plasenta manusia memiliki kebutuhan wajib untuk prekursor steroid C19. DHEAS
diubah dalam hati janin menjadi 16-hydroxy DHEAS dan kemudian dilanjutkan ke plasenta
dimana dimetabolisme menjadi estradiol (E2), estrone (E1), dan estriol (E3). Mekanisme kerja
estrogen berupa parakrin-autokrin. Selain DHEAS, kelenjar adrenal janin juga menghasilkan
jumlah kortisol dalam jumlah berlebihan. Kortisol bertindak untuk mempersiapkan sistem organ
janin (dengan pematangan paru janin) untuk kehidupan ekstrauterine dan untuk mempromosikan
ekspresi sejumlah gen plasenta, termasuk hormon pelepas kortikotropin (CRH), oksitosin, dan
prostaglandin (terutama prostaglandin E2 [PGE2]). CRH juga meningkatkan produksi
prostaglandin oleh sel amnion, chorionic, dan decidual. Prostaglandin, pada gilirannya,
merangsang pelepasan CRH dari membran desidual dan janin. Kenaikan prostaglandin pada
akhirnya menghasilkan parturisi. CRH juga dapat secara langsung mempengaruhi kontraktilitas
miometrium. Tindakan CRH lainnya meliputi pelebaran pembuluh darah rahim dan stimulasi
kontraksi otot polos, pelebaran pembuluh darah plasenta janin melalui aktivasi NO synthetase;
Dan stimulasi produksi prostaglandin F2α dan E2 oleh selaput janin dan desidua. Ini semua
adalah tindakan yang kondusif bagi inisiasi persalinan. CRH juga distimulasi oleh sitokin
inflamasi. 10,11,12,18

12
Estrogen
Kehamilan adalah keadaan hiperestrogenik. Plasenta adalah sumber utama estrogen dan
konsentrasi estrogen meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Plasenta manusia tidak
memiliki CYP 17, yang diperlukan untuk konversi dari progesteron menjadi estradiol. Zona janin
pada kelenjar adrenal menghasilkan DHEAS, yang dapat dihidroksilasi menjadi 16-OH-DHEAS
di hati janin. The 16-OH-DHEAS mungkin diaromatisai oleh plasenta untuk menghasilkan
estriol, bentuk estrogen yang bersirkulasi pada kehamilan manusia. Berbeda dengan keadaan
tidak hamil, pada akhir kehamilan manusia, ovarium merupakan sumber minor dari estrogen
yang beredar. Estradiol dan estron disintesis terutama (90%) dengan aromatisasi antigen C 19 ibu
(testosteron dan androstenedion), sedangkan estriol diturunkan secara eksklusif dari prekursor
estrogen C19 janin (DHEAS). Konsentrasi estriol dalam serum dan air liur meningkat selama
empat sampai enam minggu kehamilan terakhir.
Estrogen mempromosikan serangkaian perubahan miometrium termasuk peningkatan
produksi PG E2 dan PG F2α dengan ekspresi reseptor PG yang meningkat, peningkatan ekspresi
reseptor oxytocin, agonis adrenergik α yang memodulasi saluran kalsium membran,
meningkatkan sintesis connexin dan gap Formasi junction pada miometrium, regulasi enzim
yang bertanggung jawab untuk kontraksi otot seperti rantai kinase cahaya myosin, calmodulin.
Semua perubahan ini memungkinkan kontraksi uterus terkoordinasi. Pematangan serviks juga
dapat dikaitkan dengan turunnya regulasi reseptor estrogen. 13,14

Progesteron
Corpus luteum adalah sumber progesteron sampai tujuh minggu kehamilan. Plasenta
mengambil alih fungsi sekitar tujuh sampai sembilan minggu masa kehamilan. Pada kehamilan,
progesteron berada dalam keseimbangan dinamis dengan estrogen dalam mengendalikan
aktivitas rahim. Penelitian pada hewan menunjukkan penurunan progesteron sistemik sebagai
komponen penting dalam inisiasi persalinan. Meskipun pada manusia tidak menunjukkan
penurunan sirkulasi progesteron, ada semakin banyak bukti bahwa, onset persalinan spontan
didahului dengan penarikan fisiologis aktivitas progesteron pada tingkat reseptor rahim.
Progesteron in vitro menurunkan kontraktilitas miometrium dan menghambat
pembentukan persimpangan celah miometrium. Aktivitas progesteron merangsang sintetis NO

13
rahim, yang merupakan faktor utama dalam ketenangan rahim. Progesteron menurunkan
produksi prostaglandin, serta pengembangan saluran kalsium dan reseptor oksitosin yang
keduanya terlibat dalam kontraksi miometrium. Kalsium diperlukan untuk aktivasi kontraksi otot
polos. Di serviks, progesteron meningkatkan penghambat jaringan matriks metaloproteinase 1
(TIMP-1). TIMP-1 menghambat kolagenolisis. Dengan demikian, jelas bahwa progesteron
adalah faktor utama dalam quiescence uterus dan integritas serviks.. Aktivitas 17, 20
hydroxysteroid dehydrogenase pada membran janin meningkat sekitar waktu parturisi, yang
menyebabkan peningkatan net 17β-estradiol dan 20 dihydroprogesterone. Ini adalah faktor dalam
mengubah keseimbangan estrogen / progesteron. Diduga adanya penurunan tingkat reseptor
progesteron pada saat menghasilkan efek progesteron yang berkurang.15
Kortisol dan progesteron tampaknya memiliki tindakan antagonis di dalam unit
fetoplasenta. Sebagai contoh, kortisol meningkatkan produksi prostaglandin oleh membran
plasenta dan janin dengan mengatur siklooksigenase-2 (amnion dan chorion) dan menurunkan
regulasi 15-hydroxyprostaglandin dehydrogenase (15-OH-PGDH) (trofoblas korionik), sehingga
meningkatkan pematangan serviks dan kontraksi uterus Progesteron memiliki efek sebaliknya.
Selain itu, kortisol telah terbukti dapat bersaing dengan aksi penghambatan progesteron dalam
pengaturan ekspresi gen CRH plasenta dalam budaya primer plasenta manusia. Oleh karena itu,
kemungkinan lingkungan kortisol yang dominan pada unit fetoplasenta sebelum persalinan
berlangsung dapat dilakukan melalui serangkaian jalur paripurna autokrin untuk mengatasi upaya
progesteron untuk mempertahankan quiescencen uterus dan mencegah kontraksi miometrium.

Prostaglandin
Prostaglandin terbentuk dari asam arakidonat yang dikonversi menjadi prostaglandin H2
oleh enzim prostaglandin H synthetase (PGHS). PGHS-2 adalah bentuk enzim yang dapat
diinduksi. Sitokin meningkatkan konsentrasi enzim ini sebanyak 80 kali lipat. Prostaglandin
terdegradasi oleh 15-OH-PGDH. Siklo-oksigenase-2 (COX-2) merupakan sitokin dapat
diinduksi, meningkat sebesar NO. Ini adalah mekanisme lain dimana produksi prostaglandin
meningkat selama peradangan.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa prostaglandin terlibat dalam jalur akhir kontraktilitas
dan partus uterus. Prostacyclins( penghambat prostaglandin) muncul sepanjang awal kehamilan,
juga bertanggung jawab untuk ketenangan rahim selama kehamilan. Prostaglandin diproduksi di

14
plasenta dan selaput janin. Tingkat prostaglandin meningkat sebelum dan selama persalinan di
rahim dan membran. PGF2α diproduksi terutama oleh desidua ibu dan bekerja pada miometrium
untuk mengatur reseptor oksitosin dan persimpangan, sehingga meningkatkan kontraksi uterus.
PGE2 terutama berasal dari fetoplasental dan kemungkinan lebih penting dalam mempromosikan
pematangan serviks (pematangan) yang terkait dengan degradasi kolagen dan pelebaran
pembuluh darah kecil serviks dan ruptur spontan membran janin . Banyak faktor yang
mempengaruhi produksi prostaglandin. Tingkat menurun oleh progesteron dan meningkat
dengan estrogen. Beberapa interleukin menghasilkan peningkatan produksi prostaglandin.13

Faktor lainnya
Oksitosin yang bersirkulasi tidak meningkat dalam persalinan sampai setelah dilatasi
serviks penuh. Oksitosin kurang efektif dalam menyebabkan kontraksi rahim pada pertengahan
kehamilan dibandingkan pada saat kehamilan. Namun, konsentrasi reseptor oksitosin uterus
meningkat menjelang akhir kehamilan. Hal ini menyebabkan peningkatan efisiensi aksi
oksitosin saat kehamilan berlangsung. Estrogen meningkatkan ekspresi reseptor oksitosin dan
progesteron menekan peningkatan estrogen-induced pada sel myometrial manusia. Oksitosin
menginduksi kontraksi uterus dalam dua cara. Oksitosin merangsang pelepasan PGE2 dan
prostaglandin F2α pada membran janin dengan aktivasi fosfolipase C. Prostaglandin merangsang
kontraktilitas uterus. Oksitosin juga dapat secara langsung menginduksi kontraksi miometrium
melalui fosfolipase C (PLC), yang pada gilirannya mengaktifkan saluran kalsium dan pelepasan
kalsium dari toko intraselular. Oksitosin diproduksi secara lokal di rahim. Tetapi peran oksitosin
endogen lokal ini masih belum diketahui.6,7,8
Relaxin adalah hormon peptida yang merupakan anggota keluarga insulin. Relaxin terdiri
dari rantai peptida A dan B yang dihubungkan oleh dua ikatan disulfida. Pada wanita, sirkulasi
relaxin merupakan produk korpus luteum kehamilan. Circulating relaxin disekresikan dalam pola
yang mirip dengan human chorionic gonadotropin. Relaxin juga merupakan produk dari plasenta
dan decidua. Reseptor Relaxin ada pada serviks manusia. Beberapa efek dari relaxin meliputi
stimulasi procollagenase dan prostromelysin, serta penurunan TIMP-1. Relaxin juga mampu
menghambat kontraksi jalur miometrium manusia yang tidak hamil. 6,7
Relaxin memediasi perpanjangan ligamentum pubis, pelunakan serviks, relaksasi vagina,
dan penghambatan kontraksi miometrium. Ada dua gen relaxin manusia yang terpisah, yang

15
ditunjuk H1 dan H2. Gen H1 terutama diekspresikan dalam desidua, trofoblas, dan prostat,
sedangkan gen H2 terutama diekspresikan dalam korpus luteum16,.
Relaxin dalam plasma wanita hamil diyakini berasal secara eksklusif oleh sekresi dari
korpus luteum. Tingkat plasma puncaknya sekitar 1 ng / mL antara 8 dan 12 minggu dan
selanjutnya menurun ke tingkat yang lebih rendah yang bertahan hingga jangka waktu. Reseptor
membran plasma untuk reseptor peptida keluarga relaxin-relaxin 1 (RXFP1) - mengaktifkan
aktivasi adenilat siklase. Relaxin dapat meningkatkan relaksasi miometrium. Meskipun
menghambat kontraksi jalur miometrium yang tidak hamil, hal itu tidak menghambat jaringan
uterus yang diambil dari wanita hamil.1,17

2.6 Preterm Labor


Kelahiran prematur (prematur) didefinisikan sebagai persalinan antara 20-37 minggu, ini
mempersulit 7% -10% dari semua persalinan. Penyebabnya meliputi Intrauterine growth
restriction, preeklampsia, plasenta previa, ketuban pecah dini, infeksi intraamniotik dan spontan.
Ini mungkin menunjukkan adanya perubahan dari mekanisme normal yang bertanggung jawab
untuk menjaga ketenangan rahim selama masa kehamilan. Beberapa mekanisme diusulkan
1. Kekurangan enzim 15-OH-PGDH choriodecidual, yang bertanggung jawab atas
degradasi prostaglandin, menyebabkan peningkatan konsentrasi PGE2 yang mencapai
miometrium dan memulai kontraksi.
2. Stress fisik dan psikologis maternal menyebabkan aktivasi dini sumbu HPA maternal
dan pelepasan CRH secara prematur. Hipertensi kronis, hipertensi akibat kehamilan
berat, insufisiensi uteroplasenta sangat terkait dengan aktivasi sumbu HPA akibat
stres dan stimulasi persalinan prematur.
3. Infeksi genital yang mempengaruhi desidua / amniochorion menyebabkan respons
inflamasi maternal atau fetus. Makrofag dan granulosit yang diaktifkan melepaskan
mediator inflamasi seperti sitokin, (IL-1, IL-6 dan TNFα), matriks metallo proteinase
(MMP) (kolagenase, gelatinase, stromelysin) dan produk jalur lipooksigenase dan
siklooksigenase. Sitokin merangsang produksi prostaglandin dan menginduksi
MMPs, yang selanjutnya melemahkan membran janin dan mematangkan serviks
dengan mengacaukan matriks kolagen yang kaku. Cytokine dan eicosanoids
mempercepat produksi masing-masing. TNF-α juga mempromosikan apoptosis.

16
Infeksi per se menyebabkan penurunan tingkat enzim 15-OH-PDGH yang membantu
persalinan prematur. Semua mediator ini akhirnya menghasilkan ketuban pecah dini
dan frekwensi parturamen normal yang terbengkalai menyebabkan persalinan
prematur.

Peradangan desidua-amniochorion dan persalinan prematur. FasL: Fas ligand,


CRH: Hormon Cortico Tropic, PG: Prostaglandin, MMP: Matrix Metallo Proteinase
4. Timbulnya perdarahan menghasilkan trombin, yang merupakan agen uterotonik yang
kuat. Ini merangsang kontraksi miometrium dengan jalur pensinyalan inositol fosfatidil
dan juga meningkatkan ekspresi aktivator plasminogen dan MMP.

17
Perdarahan dan persalinan prematur. ECM: Matriks ekstraselular, MMP: Matrix
Metallo Proteinase, PAI-1: Penghambat aktivator plasminogen 1, tPA: aktivator
plasminogen jaringan, uPA: aktivator plasminogen Urokinase
5. Peregangan uterus berlebihan yang disebabkan oleh kehamilan kembar / polihidramnios
menghasilkan sinyal yang mentransmisikan melalui sitoskeleton seluler dan
mengaktifkan protein kinase seluler. Distensi akut juga memberlakukan gen tertentu
termasuk gen yang dirangsang interferon yang mengkodekan protein 54 kD, gen untuk
protein interaksi Huntington 2 (enzim pengenal-ubiquitin), dan sebuah transkrip baru
yang belum diketahui.
6. Tingkat CRH pada kehamilan yang lebih tinggi dan peningkatan kadar estriol dalam
saliva dan urine yang lebih tinggi pada minggu keempat menghasilkan persalinan
prematur. Estrogen saliva telah disarankan sebagai layar untuk potensi risiko persalinan
prematur.
7. Kelahiran prematur dikaitkan dengan tingkat relaxin yang meningkat. Wanita yang
memiliki superovulasi dengan human menopausal gonadotrophins untuk induksi ovulasi
atau fertilisasi in vitro memiliki risiko kelahiran prematur yang jauh lebih tinggi. Wanita-
wanita ini, yang memiliki banyak corpora lutea, memiliki tingkat hiperelaksinemia yang

18
signifikan. Wanita yang ditakdirkan untuk memiliki persalinan prematur memiliki tingkat
relaksasi yang lebih tinggi pada usia kehamilan 30 minggu daripada wanita yang
melahirkan pada waktu term.18

2.7 Post Term Pregnancy


Kehamilan post-term didefinisikan sebagai kehamilan yang telah berlanjut hingga atau
melampaui 42 minggu (294 hari) sejak hari pertama menstruasi normal terakhir atau 14 hari di
luar perkiraan obstetrik terbaik pada tanggal persalinan. Penyebab paling umum kehamilan
berkepanjangan adalah kesalahan pada penentuan usia kehamilan. Faktor risiko meliputi
nuliditas dan kehamilan post-term sebelumnya, janin laki-laki. Penyebab yang jarang terjadi
meliputi defisiensi sulfatase plasenta, insufisiensi adrenal janin, atau anencephaly janin.
Komplikasinya meliputi kematian perinatal yang meningkat, kematian bayi, ensefalitis neonatal.
6,7,19

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The
McGrawHill Companies, Inc.
2. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008. 296-314.
3. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2004.127-144
4. Hacker et al. 2010. Essential of Obstetrics and Gynecology 5th edition. Elseviers
Saunders: Pennsylvania.
5. Ragusa , Antonio, Mona Mansur, Alberto Zanini, Massimo Musicco, Lilia Maccario,
dan Giovanni Borsellino. 2005. Diagnosis of Labor: a Prospective Study. Medscape
General Medicine. Download from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1681656/
6. Gerson Weiss; Endocrinology of Parturition. J Clin Endocrinol Metab 2000; 85 (12):
4421-4425. doi: 10.1210/jcem.85.12.7074
7. Kota, S. K., Gayatri, K., Jammula, S., Kota, S. K., Krishna, S. V. S., Meher, L. K., &
Modi, K. D. (2013). Endocrinology of parturition. Indian Journal of Endocrinology
and Metabolism, 17(1), 50–59. http://doi.org/10.4103/2230-8210.107841
8. Woodcock NA, Taylor CW, Thornton S: Effect of an oxytocin receptor antagonist
and rho kinase inhibitor on the [Ca++]i sensitivity of human myometrium. Am J
Obstet Gynecol 190:222, 2004 [PMID: 14749664]
9. Mesiano S, Welsh TN. Steroid hormone control of myometrial contractility and
parturition. InSeminars in cell & developmental biology 2007 Jun 30 (Vol. 18, No. 3,
pp. 321-331). Academic Press.
10. Kamel RM. The onset of human parturition. Archives of gynecology and obstetrics.
2010 Jun 1;281(6):975-82.
11. You X, Liu J, Xu C, Liu W, Zhu X, Li Y, Sun Q, Gu H, Ni X. Corticotropin-releasing
hormone (CRH) promotes inflammation in human pregnant myometrium: the
evidence of CRH initiating parturition?. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism. 2014 Feb 1;99(2):E199-208.

20
12. Swaab DF, Boer K, HONNEBIERT W. The influence of the fetal hypothalamus and
pituitary on the onset and course of parturition. The fetus and birth. 2009 Sep
16;928:379.
13. Plunkett J, Doniger S, Orabona G, Morgan T, Haataja R, Hallman M, Puttonen H,
Menon R, Kuczynski E, Norwitz E, Snegovskikh V. An evolutionary genomic
approach to identify genes involved in human birth timing. PLoS Genet. 2011 Apr
14;7(4):e1001365.
14. Gordon I, Zagoory-Sharon O, Leckman JF, Feldman R. Oxytocin and the
development of parenting in humans. Biological psychiatry. 2010 Aug 15;68(4):377-
82.
15. Norwitz ER, Lye S. Biology of parturition. Creasy and Resnik’s maternal fetal
medicine: principles and practice. 2013;7:66-79.
16. Kobayashi H. The entry of fetal and amniotic fluid components into the uterine vessel
circulation leads to sterile inflammatory processes during parturition. Frontiers in
immunology. 2012 Oct 23;3:321.
17. Makieva S, Saunders PT, Norman JE. Androgens in pregnancy: roles in parturition.
Human reproduction update. 2014 Jul 1;20(4):542-59.
18. Kalantaridou SN, Zoumakis E, Makrigiannakis A, Lavasidis LG, Vrekoussis T,
Chrousos GP. Corticotropin-releasing hormone, stress and human reproduction: an
update. Journal of Reproductive Immunology. 2010 May 31;85(1):33-9.
19. DiGiulio DB, Romero R, Amogan HP, Kusanovic JP, Bik EM, Gotsch F, Kim CJ,
Erez O, Edwin S, Relman DA. Microbial prevalence, diversity and abundance in
amniotic fluid during preterm labor: a molecular and culture-based investigation.
PloS one. 2008 Aug 26;3(8):e3056.
20. Roos N, Sahlin L, Ekman-Ordeberg G, Kieler H, Stephansson O. Maternal risk
factors for postterm pregnancy and cesarean delivery following labor induction. Acta
obstetricia et gynecologica Scandinavica. 2010 Aug 1;89(8):1003-10.

21

Anda mungkin juga menyukai