Anda di halaman 1dari 34

LINGKAR PEMECAHAN MASALAH

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER


BINATANG (P2B2) DI PUSKESMAS KECAMATAN
CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT
PERIODE 02 JULI - 03 AGUSTUS 2018

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Amirtha Mustikasari 1102013022


Chyntia Monica 1102013062
Miranti Laras Ayu S. 1102013172
Caesaredo Derza P. 1102011062

Pembimbing:
dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2018

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Lingkar Pemecahan Masalah yang berjudul “PROGRAM


PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG (P2B2) DI
WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH JAKARTA
PUSAT PERIODE 02 JULI – 03 AGUSTUS 2018” telah disetujui oleh
pembimbing untuk diseminarkan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Juli 2018


Pembimbing,

dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga Laporan Lingkar Pemecahan Masalah yang berjudul
“PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
(P2B2) DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN CEMPAKA PUTIH
JAKARTA PUSAT PERIODE 02 JULI – 03 AGUSTUS 2018” ini dapat
diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan
Masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing,
staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK selaku pembimbing dan Kepala Bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga Universitas YARSI
2. dr. Dian Mardhiyah, MKK, selaku koordinator dan staf pengajar
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI
3. dr. Dini Widianti, M.K, staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
4. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

3
5. dr. Kholis Ernawati, S.Si, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
6. dr. Erlina Wijayanti MPH, selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
7. Dr. Hj. Sophianita G.T Aminy, MKK, PKK, selaku staf pengajar
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI
8. dr. Siti Ainun Dwiyanti selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih, Jakarta Pusat.
9. dr. Yudha Priatna selaku Koordinator Pembimbing Puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih, Jakarta Pusat
10. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Jakarta, Juli 2018

Tim Penulis

4
Daftar Isi

5
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah


1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Secara
Geografis
A. Letak Wilayah
Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu kecamatan yang berada
di wilayah Kota madya Jakarta Pusat, memiliki wilayah seluas 4.67
KM2 yang terbagi menjadi tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Cempaka
Putih Timur, Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Rawasari.
Jumlah Rukun Warga di Kecamatan Cempaka Putih Sebanyak 30,
sedangkan Rukun Tetangga sejumlah 366 (Laporan Profil Kesehatan
PKM Kecamatan Cempaka Putih 2016).

B. Batas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih


Sebelah Utara : Jl. Let. Jend Suprapto (Kecamatan Kemayoran)
Sebelah Barat : Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kecamatan Johar
Baru)
Sebelah Selatan : Jl. Pramuka (Kecamatan Matraman)
Sebelah Timur : Jl. Jend. A. Yani (Kecamatan Pulo Gadung)

6
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Cempaka Putih
(Sumber: Laporan Profil Kesehatan PKM Kecamatan Cempaka Putih 2017)

C. Luas Wilayah
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Luas Wilayah
Kelurahan Jumlah RW Jumlah RT
(Ha)
Cempaka Putih 121,87 13 151
Barat
Cempaka Putih 222,06 8 106
Timur
Rawasari 124,75 9 109
Jumlah 468,75 30 366
Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih 2016

Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki
wilayah sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah terluas dibandingkan
dengan Cempaka Putih Barat dan Rawasari.

1.1.2. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Secara


Demografi
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Cempaka Putih sampai akhir bulan
Desember 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih


No. Kelurahan Jumlah Penduduk
1. Cempaka Putih Timur 26.942
2. Cempaka Putih Barat 44.112
3. Rawasari 29.681
Jumlah 100.735
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor
Lurah, Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawasari

7
Tabel 1.3 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kelurahan

No. Jenis Cempaka Cempaka Jumlah


Pendidikan Putih Putih Rawasari Penduduk

Timur Barat

1. Tidak Sekolah 385 - 1.090 1.475


2. Tidak Tamat SD 4.388 158 523 5.069
3. Tamat 4.933 2.170 1.076 8.179
SD/Sederajat
4. Tamat 7.558 2.809 1.945 12.312
SLTP/Sederajat
5. Tamat 6.886 19.103 759 26.748
SMU/Sederajat
6. Tamat 1.963 3.410 158 5.531
Universitas/PT
Jumlah 26.113 27.650 5.551 59.314
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor
Lurah Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawasari

Jumlah penduduk di Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan 44.112


merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka
Putih Timur dan Kelurahan Rawasari. Disusul oleh Kelurahan
Rawasari dengan 29.681 penduduk dan Kelurahan Rawasari sebesar
26.942 penduduk.
Menurut data di atas mayoritas penduduk di Kelurahan Rawasari
memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah di bandingkan dengan
Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Timur. Di lihat berdasarkan
jumlah penduduk di Kelurahan Rawasari yang tidak sekolah sebesar
1.090 dan yang tamat Universitas/PT hanya sebesar 158 orang.
Sedangkan Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan Kelurahan
yang lebih baik tingkat pendidikan pada penduduknya dilihat dari tidak
adanya penduduk yang tidak sekolah dan jumlah penduduk yang tamat
universitas/PT sebesar 3.410.

8
Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tenaga Kerja
Kelurahan
Jenis Cempaka Jumlah
No. Cempaka
Pencaharian Putih Rawasari Penduduk
Putih Timur
Barat
1. Karyawan 6.294 6.099 3.312 15.705
2. Pedagang 2.915 9.156 398 12.469
3. Pegawai Negeri 4.891 2.567 2.389 9.856
Sipil
4. TNI/Polri 41 1.710 25 1.776
5. Pensiunan 2.954 3.385 881 7.220
TNI/Polri/PNS
6. Pertukangan 1.149 73 21 1.243
7. Lain-lain 6.323 111 3.407 9.841
Jumlah 24.567 23.110 10.433 58.110
Sumber: Laporan Tahunan kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor
Lurah Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Rawasari

Dari data di atas, terlihat penduduk di Kecamatan Cempaka Putih


paling banyak bekerja sebagai karyawan dengan total 15.705 penduduk.

B. Fasilitas Umum
Tabel 1.5 Jumlah Fasilitas Umum
Kelurahan
Jenis
No. Cempaka Cempaka Rawasari Jumlah
Bangunan
Putih Timur Putih Barat
1. Rumah 874 1.044 2.992 4.910
Permanen
2. Rumah Semi
1.582 857 69 2.508
Permanen
3. Rumah Biasa
807 54 - 861
4. Rumah Susun
- 1 - 1

9
5. Rusun
- - 1 1
Apartemen
Jumlah 3.263 1.956 3.062 8.281
Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Rawasari

Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat


tinggal di rumah yang permanen dan semi-permanen berdasarkan
jumlah masing-masing yaitu 4.910 dan 2.508. Di daerah Rawasari
menyumbangkan nilai terbesar dari rumah permanen sebesar 2.992
dibandingkan dengan wilayah yang lain. Untuk Cempaka Putih Timur
mayoritas penduduknya masih bertempa tinggal pada rumah yang semi-
permanen.

Tabel 1.6 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih


No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Rumah Sakit 4
2. Puskesmas 3
3. Balai Pengobatan 0
4. Apotik 7
5. Bidan Praktek Mandiri 3
6. Dokter Praktek Mandiri 12
7. Klinik Pratama 23
8. Panti Pijat 7
9. Laboratorium Klinik 2
10. Dokter Spesialis 0
11. Dokter Umum 24
12. Dokter Gigi 8
13. Sarjana Kesehatan 3
14. Bidan 17
15. Perawat 20
16. Perawat Gigi 1
17. Analisa Kesehatan 2

10
18. Nutrisionis 2
19. Apoteker 2
20. Assisten Apoteker 5
Sumber: Laporan Tahunan PKM Kecamatan Cempaka Putih 2017

Dari data tabel di atas didapatkan bahwa fasilitas kesehatan di wilayah


Kecamatan Cempaka Putih terbanyak yaitu klinik Pratama sebanyak 23
dan Dokter Praktek Pribadi sebanyak 12.

1.1 Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang


Penyakit bersumber binatang (zoonosis) adalah penyakit atau infeksi yang
ditularkan secara alamiah di antara hewan vertebrata dan manusia. Peternakan
di Indonesia rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk zoonosis. Dengan
demikian, zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia.
Berkembangnya zoonosis dalam beberapa tahun terakhir menjadi tanda
bertambahnya ancaman penyakit yang mematikan bagi manusia yang
ditularkan oleh hewan. Berdasarkan hewan penularnya, zoonosis dibedakan
menjadi zoonosis yang berasal dari satwa liar, zoonosis dari hewan yang tidak
dipelihara tetapi ada di sekitar rumah, seperti tikus yang dapat menularkan
leptospirosis, dan zoonosis dari hewan yang dipelihara manusia.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program
P2M ini yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
akibat penyakit menular.
Salah satu bagian dari program P2M adalah penyakit yang penularan nya
melalui perantara serangga atau gigitan binatang. Oleh karena itu dibentuk
suatu program khusus untuk masalah tersebut yaitu program pemberantasan
penyakit bersumber binatang (P2B2) untuk mengurangi insisden penyakit
menular yang meliputi demam berdarah dengue (DBD), filariasis, malaria,
leptospirosis, rabies, dan flu burung.

11
1.2 Program P2B2 di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
1.2.1 Program P2B2 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus. Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit
DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruhkelompok
umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat.
Pada banyak daerah tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah
endemic yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika
kondisi optimal untuk nyamuk berkembang biak. Biasanya sejumlah besar
orang akn terinfeksi dalam waktu yang singkat.
Pemberantasan Penyakit DBD (P2 DBD) tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementrian Kesehatan RI 2015-2019. Program P2
DBD adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian DBD
termasuk tindakan untuk membatas penyebaran penyakit DBD.
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi DKI
Jakarta masih belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terlihat pada
jumlah kasus DBD di Provinsi DKI yang terus mengalami kenaikan tiap
tahunnya. DKI Jakarta menempati posisi ke-6 secara nasional dalam
Incidence Rate (IR) DBD tahun 2014 yaitu sebesar 83,35 per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita yang meninggal 9 orang. Sebagai daerah
endemis tinggi DBD, hampir semua wilayah di Provinsi DKI Jakarta
merupakan kantong DBD, di antaranya adalah Kotamadya Jakarta Barat.
Wilayah ini menyumbang 17,8% dari total penderita di DKI Jakarta periode
2012-2015.
Untuk mengevaluasi Program P2B2 DBD dapat dilakukan analisa
terhadap indikator-indikator sebagai berikut :

12
a. Angka Kesakitan DBD
Angka kesakitan/Insiden Rate (IR) DBD adalah angka yang menunjukkan
kasus/kejadian DBD (baru) penyakit dalam suatu populasi. Angka
Kesakitan/Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara jumlah orang yang
menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko dikali lamanya dalam
resiko. Target di Puskesmas Kecamatan Cempaka Besar yaitu 0%.

Angka Kesakitan / Insidence Rate (IR) DBD =


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛

Tabel 1.7 Angka Kesakitan (Incidence Rate) DBD di Puskesmas Kecematan


Cempaka Putih Januari – April Tahun 2018
Jumlah Angka
Jumlah Penemuan Kesakitan
No Kelurahan Penduduk Kasus (IR) DBD Target
(A) DBD B/A x
(B) 100%
1 Cempaka Putih Timur 26.942 11 0.040% 0%
2 Cempaka Putih Barat 44.112 17 0.038% 0%
3 Rawasari 29.681 8 0.027% 0%
Jumlah 100.735 36 0.105% 0%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kasus DBD Kecamatan Cempaka Putih
Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih ditemukan kasus penyakit DBD


sebanyak 36 angka kesakitan pada periode Januari – April 2018.

b. Angka Kematian DBD


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD adalah perbandingan
antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh DBD dengan jumlah total
penduduk yang terkena DBD. Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi
jika CFR >1%.
Angka Kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏𝑘𝑎𝑛 𝐷𝐵𝐷
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡

13
Tabel 1.8 Angka Kematian / Case Fatality Rate Kasus DBD di Puskemas
Cempaka Putih Januari – April Tahun 2018
Jumlah
Jumlah CFR Kasus
Kematian
Penderita DBD
No Kelurahan karena
DBD B/A x
DBD
(B) 100%
(A)
1 Cempaka Putih Timur 0 0 0%
2 Cempaka Putih Barat 0 0 0%
3 Rawasari 0 0 0%
Jumlah 0 0 0%
Sumber: Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus DBD Wilayah
Kecamatan Cempaka Putih Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan angka kematian akibat


penyakit DBD pada periode Januari-April 2018.

c. Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus


Obat dan untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia,
maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan
pengendalian vektor penular (Aedes aegypti). Pengendalian vektor ini
dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus.
Melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat
penampungan air dan mendaur-ulang/ memanfaat kembali barang-barang
bekas) serta ditambah (Plus) seperti: menaburkan larvasida pembasmi
jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas
bunga dan lain-lain. Upaya ini melibatkan lintas program dan lintas sektor
terkait melalui wadah Kelompok Kerja Operasional Demam Berdarah
Dengue (Pokjanal DBD) dan kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian DBD dan
mencegah terjadinya peningkatan kasus atau KLB, maka diperlukan
adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan pengawasan
dan penyuluhan kepada masyarakat agar melakukan PSN dengan 3M plus.

Tabel 1.9 Kegiatan PSN di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Januari


2018

14
Jumlah Jumlah
No Kelurahan Total Positif ABJ (%)
Diperiksa Jentik

1 Cempaka Putih Timur 16.653 143 99,1


2 Cempaka Putih Barat 31.298 804 97,4
3 Rawasari 15.616 426 97,3
Jumlah 63.567 1.373 97,9

Tabel 1.10 Kegiatan PSN di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


Februari 2018

Jumlah Jumlah
No Kelurahan Total Positif ABJ (%)
Diperiksa Jentik

1 Cempaka Putih Timur 16.745 150 99,1


2 Cempaka Putih Barat 31.195 723 97,7
3 Rawasari 15.616 496 96,8
Jumlah 63.556 1.369 97,9

Tabel 1.11 Kegiatan PSN di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Maret


2018

Jumlah Jumlah
No Kelurahan Total Positif ABJ (%)
Diperiksa Jentik

1 Cempaka Putih Timur 22.109 234 98,9


2 Cempaka Putih Barat 39.279 1.039 97,4
3 Rawasari 19.520 642 96,7
Jumlah 80.908 1.915 97,7

Tabel 1.12 Kegiatan PSN di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih April


2018

Jumlah Jumlah
No Kelurahan Total Positif ABJ (%)
Diperiksa Jentik

1 Cempaka Putih Timur 17.345 195 98,9


2 Cempaka Putih Barat 31.487 763 97,6
3 Rawasari 15.616 557 96,4
Jumlah 64.448 1.515 97,6

15
1.2.2 Program P2B2 Leptospirosis
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
patogen spirochaeta, genus Leptospira. Leptospira yang termasuk dalam
ordo Spirochaeta, dapat menyebabkan penyakit infeksius yang disebut
leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit bakterial yang masih
menjadi masalah penyakit infeksi di negara-negara tropis dan subtropis.
Kasus ini dapat menyebabkan penyakit Weil atau leptospirosis berat yang
memberikan klinis ikterus dan bila tidak diberikan terapi dengan cepat dan
tepat maka akan berakibat kematian.
Pada iklim sedang infeksi leptospira didapatkan terutama melalui
paparan rekreasional (mengendarai kano, berlayar, ski air) atau pekerjaan,
atau hidup di daerah kumuh. Di daerah tropik, paparan terutama melalui
aktivitas pekerjaan seperti bersawah.
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Jakarta atau Epidermi Leptospirosis
pernah terjadi pasca banjir besar yang melanda wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya pada tahun 2002. Satkorlak Penanggulangan Bencana DKI Jakarta
dan mencatat, selama musim hujan antara Februari s.d April 2002, tingkat
Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis mencapai 19,4 %. CFR merupakan
angka fatal kasus penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun. Dalam 3 tahun
terakhir, kasus leptospirosis cenderung fluktuatif. Pada 2014 tercatat ada 96
kasus. angka tersebut kemudian turun menjadi 25 kasus pada 2015. Namun
angkanya kembali naik di 2016 menjadi 40 kasus dengan kasus tertinggi
diwilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Sementara pada tahun 2017 belum ada
kejadian kasus leptospirosis di Jakarta.

a. Angka Kesakitan Leptospirosis


Angka kesakitan / Insiden Rate (IR) Leptospirosis adalah angka yang
menunjukkan kasus / kejadian Leptospirosis (baru) penyakit dalam suatu
populasi. Angka Kesakitan / Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara
jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko
dikali lamanya dalam resiko.

16
Angka Kesakitan / Insidence Rate (IR) Leptospirosis =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛

Tabel 1.13 Angka Kesakitan (Incidence Rate) Leptospirosis di Puskesmas


Kecematan Cempaka Putih Januari – April 2018
Angka
Jumlah
Kesakitan
Penemuan
Jumlah (IR)
Kasus
No Kelurahan Penduduk Leptospiro Target
Leptospiro
(A) sis
sis
B/A x
(B)
100%
1 Cempaka Putih Timur 26.942 0 0% 0%
2 Cempaka Putih Barat 44.112 0 0% 0%
3 Rawasari 29.681 0 0% 0%
Jumlah 100.735 0 0% 0%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kasus Leptospirosis Kecamatan Cempaka
Putih Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan kasus penyakit


Leptospirosis pada periode Januari – April 2018.

b. Angka Kematian Leptospirosis


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis adalah
perbandingan antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh Leptospirosis
dengan jumlah total penduduk yang terkena Leptospirosis. Kematian
akibat Leptospirosis dikategorikan tinggi jika CFR >1%.
Angka Kematian / Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑒𝑝𝑡𝑜𝑠𝑝𝑖𝑟𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡

Tabel 1.14 Angka Kematian / Case Fatality Rate Kasus Leptospirosis di


Puskemas Cempaka Putih Januari – April Tahun 2018
Jumlah
Jumlah
Kematian CFR Kasus
Penderita
No Kelurahan karena Leptospirosis
Leptospirosis
Leptospirosis B/A x 100%
(B)
(A)

17
1 Cempaka Putih 0 0 0%
Timur
2 Cempaka Putih 0 0 0%
Barat
3 Rawasari 0 0 0%
Jumlah 0 0 0%
Sumber : Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus Leptospirosis
Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan angka kematian akibat


penyakit Leptospirosis pada periode Januari-April 2018

1.2.3 Program P2B2 Filariasis


Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah
merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat
menimbulkan cacat seumur hidup berupa pembesaran tangan, kaki, payudara,
dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan kelenjar getah bening.
Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau kronik.
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran
dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup
dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari.
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu:
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori
Penanggulangan Filariasis merupakan upaya-upaya yang dilakukan
untuk mencapai eliminasi Filariasis di Indonesia tahun 2020, dan untuk
mendukung hal tersebut perlu ditetapkan kebijakan, strategi teknis serta
beberapa pokok kegiatan dalam pelaksanaan Penanggulangan Filariasis.
Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020.
Sedangkan tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria

18
(microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiap Kabupaten/Kota, (b)
mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi
Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup
pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah
endemis filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan
albendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan
membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik
kasus akut maupun kasus kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama
program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas
dan kewenangan sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota. Menetapkan
tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.
b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi
sumber daya kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama
lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis
di puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan
kasus klinis kronis filariasis di daerahnya.
g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.
h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP
filariasis.
i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,
penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus
klinis filariasis.

19
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai
pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota.

a. Angka Kesakitan Filariasis


Angka kesakitan / Insiden Rate (IR) Filariasis adalah angka yang
menunjukkan kasus / kejadian Filariasis (baru) penyakit dalam suatu
populasi. Angka Kesakitan / Insiden rate (IR) merupakan proporsi antara
jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam resiko
dikali lamanya dalam resiko.

Angka Kesakitan / Insidence Rate (IR) Filariasis =


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐵𝑎𝑟𝑢 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑎𝑡𝑢 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛

Tabel 1.15 Angka Kesakitan (Incidence Rate) Filariasis di Puskesmas


Kecematan Cempaka Putih Januari – April 2018
Angka
Jumlah
Kesakitan
Jumlah Penemuan
(IR)
No Kelurahan Penduduk Kasus Target
Filariasis
(A) Filariasis
B/A x
(B)
100%
1 Cempaka Putih Timur 26.942 0 0% 0%
2 Cempaka Putih Barat 44.112 0 0% 0%
3 Rawasari 29.681 0% 0%
Jumlah 100.735 0 0% 0%
Sumber: Laporan Bulanan Data Kasus Filariasis Kecamatan Cempaka
Putih Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan kasus penyakit


filariasis pada periode Januari – April 2018.

b. Angka Kematian Filariasis


Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) Filariasis adalah
perbandingan antara jumlah kematian yang diakibatkan oleh Filariasis
dengan jumlah total penduduk yang terkena Filariasis. Kematian akibat
Filariasis dikategorikan tinggi jika CFR >1%.

20
Angka Kematian / Case Fatality Rate (CFR) DBD =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑒𝑏𝑎𝑏𝑘𝑎𝑛 𝐷𝐵𝐷
𝑋 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡

Tabel 1.16 Angka Kematian / Case Fatality Rate Kasus Filariasis di


Puskemas Cempaka Putih Januari – April Tahun 2018
Jumlah
Jumlah Kematian CFR Kasus
Penderita
No Kelurahan karena Filariasis Filariasis
Filariasis
(A) B/A x 100%
(B)
1 Cempaka Putih Timur 0 0 0%
2 Cempaka Putih Barat 0 0 0%
3 Rawasari 0 0 0%
Jumlah 0 0 0%
Sumber : Laporan Hasil Kegiatan Penanggulangan Kasus Filariasis
Wilayah Kecamatan Cempaka Putih Januari – April 2018

Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan angka kematian akibat


penyakit Filariasis pada periode Januari-April 2018

1.1.3 Puskesmas
1.1.3.1 Definisi
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) ialah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya, yang mempunyai misi:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

2. Memberdayakan masyarakat & keluarga dalam pembangunan kesehatan

3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu secara


menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan misi tersebut, Puskesmas mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat yang secara administratif berdomisili di wilayah kerjanya.
Untuk dapat mencapai misi Puskesmas diatas digunakan strategi sebagai

21
berikut:
a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan

b. Mengembangkan dan menetapkan asas kemitraan serta pemberdayaan


masyarakat dan keluarga
c. Meningkatkan profesionalisme petugas

d. Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai degan kewenangan yang


diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.

Mengacu kepada misi dan strategi di atas, maka fungsi Puskesmas adalah
sebagai berikut:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, artinya


Puskesmas bertindak bertindak sebagai motivator, fasilitator dan
memantau terselenggaranya proses pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan


kesehatan, artinya pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat tahu, mau
dan mampu menjaga serta mengatasi masalah kesehatannya secara
mandiri; arti pemberdayaan keluarga yaitu menjaga keluarga sehat tetap
sehat dan keluarga sakit menjadi sehat. Pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama, artinya penyelenggaran pelayanan kesehatan dasar dalam upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat, meliputi upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.
Sebagai suatu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di
bidang kesehatan, Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab di
dalam wilayah kerja tertentu, biasanya satu wilayah kecamatan atau
sebagian wilayah kecamatan. Penentuan luas wilayah kerja Puskesmas di
dasarkan atas beberapa faktor yaitu:
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan geografis
c. Keadaan saran perhubungan

22
d. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut


untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan
dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah.
Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki
Puskesmas juga meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan sesuai
masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang
termasuk public goods atau private goods, serta kewenangan menentukan
target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok
Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat
dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan
nasional.
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif
dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit. Puskesmas merupakan salah
satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring
dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi
perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya
perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma Sehat”.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang
sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain:
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat

23
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra”
pemerintah (partnership)
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization)
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.

1.1.3.2 Wilayah Kerja


Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografik, dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan
dalam penentuan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan
perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja
Puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani
oleh satu Puskesmas adalah sekitar 30.000 penduduk.Untuk jangkauan yang
lebih luas, dibantu oleh Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa
atau lebih, merupakan ”Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi Puskesmas Kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

1.1.3.3 Pelayanan Kesehatan Menyeluruh


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan Puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)

24
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak


membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan
sampai meninggal.

1.1.3.4 Peran Puskesmas

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai


peran yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut
serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang
matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, dan pemantauan yang
akurat.

1.1.3.5 Upaya Kesehatan Puskesmas


Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan secara
terintegrasi dan berkesinambungan.

1.2. Identifikasi Masalah


Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program P2B2 DBD dan
Leptospirosis di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih maka dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah
yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan.

25
Dari berbagai hasil pencapaian P2B2 DBD dan Leptospirosis yang
dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – April
2018 maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
Januari – April 2018
1. Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
periode Januari – April 2018 sebesar 0.105%

1.3. Rumusan Masalah


Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program P2B2 DBD,
Leptospirosis, dan Filariasis di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih maka
dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa
yang diharapkan (expected) dengan apa yang terjadi (observed) akan dipilih
dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya
dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4
W 1 H (What, Where, When, Whose, How much). Rumusan masalah dari
program P2B2 DBD, Leptospirosis, dan Filariasis di Puskesmas adalah sebagai
berikut:
Januari – April 2018
1. Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
periode Januari – April 2018 sebesar 0.105%, lebih dari target sebesar 0 %.

26
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1. Menetapkan Prioritas Masalah

Masalah merupakan suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan


apa yang aktual terjadi. Idealnya semua permasalahan yang timbul harus
dicarikan jalan keluarnya. Namun dikarenakan keterbatasan sumber daya,
dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan
sekaligus. Untuk itu ditentukan masalah yang menjadi suatu prioritas.
Setelah pada tahap awal dilakukan perumusan masalah, dilanjutkan dengan
penetapan prioritas masalah yang akan di pecahkan. Prioritas masalah
didapatkan melalui data dan fakta yang didapatkan secara kualitatif, kuantitatif,
subjektif, objektif, serta adanya pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan dan didapatkan masalah sebanyak 1 masalah
yang terdapat pada program Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
(P2B2) di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan waktu, maka dari
masalah yang telah dirumuskan telah ditetapkan masalah tersebut menjadi
prioritas untuk diselesaikan.

2.2. Mencari Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah yang ada, selanjutnya
ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian
masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahapan dilakukan mecari akar
permasalahan dari tiap tiap masalah yang dijadikan prioritas. Pada tahapan ini
digunakan diagram sebab akibat yaitu diagram tulang ikan. Dengan
memanfaatkan pengetahuan serta data – data yang telah didapatkan maka
dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input
merupakan sumber daya atau masukan oleh sesuatu. Sumber daya adalah
a. Man

27
Jumlah staf/petugas, keterampilan, pengetahuan dan motivasi kerja
b. Money
Jumlah dana yang tersedia
c. Material
Jumlah peralatan medis dan jenis obat
d. Method
Mekanisme cara yang digunakan

Proses adalah suatu kegiatan yang melalui proses maka suatu input akan
diubah menjadi output. Proses tersebut terdiri dari:
a. Planning
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,
sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya
b. Organizing
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
yang dimiliki organisasi dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi
c. Actuating
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu berkerja secara optimal
melakukan tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
dengan dukungan sumber daya yang tersedia
d. Controlling
Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan melakukan koreksi apabila
didapatkan adanya penyimpangan.

2.3. Menentukan Penyebab Masalah yang Paling Dominan


Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan.
Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode
ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah
dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada

28
lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut dapat dicari akar penyebab
masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah
penyebab masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian
besar masalah-masalah yang lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar
penyebab masalah yang paling dominan dengan cara diskusi, argumentasi,
justifikasi dan pemahaman program yang cukup.

2.3.1 Angka Kesakitan DBD di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka


Putih periode Januari – April 2018 sebesar 0.105%, lebih dari target sebesar
0%
Berdasarkan data yang ditemukan angka kesakitan DBD di wilayah Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – April 2018 sebesar 0.105%, lebih dari
target sebesar 0 %
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah:
1. Belum dibuka penerimaan petugas baru di Puskesmas Cempaka Putih (Man)
2. Keterlambatan pencairan dana yang telah diajukan (Money)
3. Pengecekan alat secara berkala kurang optimal (Material)
4. Kurangnya pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan dalam penyampaian
materi (Methode)

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah:


1. Tempat penyuluhan tidak memadai (Environment)
2. Kurangnya evaluasi program P2B2 (Controlling)
3. Masyarakat tidak memperhatikan lingkungan tinggal dan sekitarnya
(Actuating)
4. Kekurangan SDM dalam mengatur jalannya program (Organizing)
5. Rencana jangka panjang P2B2 tidak berubah dari sebelumnya (Planning)

Dari akar penyebab masalah diatas maka ditetapkan tiga akar penyebab masalah
yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Tiga akar permasalahan yang paling dominan tersebut
adalah:

29
1. Kurangnya pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan dalam penyampaian
materi (Methode)
2. Keterlambatan pencairan dana yang telah diajukan (Money)
3. Masyarakat tidak memperhatikan lingkungan tinggal dan sekitarnya (Actuating)

30
BAB III
Menetapkan Alternatif Cara Pemecahan Masalah
3.1 Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menentukan akar penyebab masalah yang paling dominan, ditentukan
alternatif pemecahan masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan
menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment), yaitu dengan
memberikan skoring 5 – 10 pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan
justifikasi kelompok.
Tabel 3.1 Skoring Nilai Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah dengan
Metode MCUA

Skor Keterangan
5 Sulit dilaksanakan, biaya mahal, butuh waktu lama, tidak dapat
menyelesaikan masalah dengan sempurna.
10 Mudah dilaksanakan, tidak butuh biaya mahal, tidak butuh waktu lama,
dapat menyelesaikan masalah dengan sempurna.

Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom.


Selanjutnya kepada setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan
sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan
skor dari setiap alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria
berdasarkan masing-masing alternatif masalah tersebut.

Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah:


1. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut paling mudah dilaksanakan dan
diberi nilai terkecil jika masalah yang paling sulit dilaksanakan.
2. Murah biayanya
Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah paling murah biayanya dan diberi nilai
terkecil jika biaya yang paling mahal untuk pelaksanaan.

31
3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut waktu penerapan sampai
masalah terpecahkan tidak lama untuk dilaksanakan dan diberi nilai terkecil jika
waktu penerapan sampai masalah terpecahkan lama.
4. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah dapat memecahkan masalah dengan
sempurna dan diberi nilai terkecil jika masalah tidak dapat memecahkan masalah
dengan sempurna.

3.1.1 Alternatif Pemecahan Masalah Angka Kesakitan DBD di wilayah


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – April 2018 sebesar
0.105%, lebih dari target sebesar 0 %

Dari akar penyebab masalah diatas maka ditetapkan tiga akar penyebab masalah
yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga
pemahaman yang cukup. Tiga akar permasalahan yang paling dominan tersebut
adalah:
1. Kurangnya pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan dalam penyampaian
materi (Methode)
Alternatif pemecahan masalah:
Mengusulkan untuk diadakan pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan
agar dapat menyampaikan materi dengan baik dan mudah dimengerti oleh
masyarakat.
2. Keterlambatan pencairan dana yang telah diajukan (Money)
Alternatif pemecahan masalah:
Mengusulkan untuk diadakan briefing untuk mempertegas hal-hal yang akan
dilakukan, sehingga pencairan dana dapat dilakukan lebih cepat dan tepat waktu.
3. Masyarakat tidak memperhatikan lingkungan tinggal dan sekitarnya (Actuating)
Alternatif pemecahan masalah:
Mengusulkan untuk diadakan penyuluhan secara berkala agar masyarakat dapat
terus memperhatikan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya.

32
Tabel 3.2 Alternatif Pemecahan Masalah Angka Kesakitan DBD di wilayah
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode Januari – April 2018
sebesar 0.105%, lebih dari target sebesar 0 %
No. Parameter Bobot AL – 1 AL – 2 AL – 3
N BN N BN N BN
1 Mudah 4 10 40 10 40 5 20
dilaksanakan
2 Waktu 3 5 15 5 15 5 15
penerapannya
sampai masalah
terpecahkan tidak
lama
3 Murah biayanya 2 5 10 10 20 5 10
4 Dapat 1 10 10 10 10 10 10
memecahlan
masalah dengan
sempurna
Jumlah 75 85 55

Keterangan:
AL-1 Kurangnya pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan dalam
penyampaian materi (Methode)
AL-2 Keterlambatan pencairan dana yang telah diajukan (Money)
AL-3 Masyarakat tidak memperhatikan lingkungan tinggal dan sekitarnya
(Actuating)
Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Mengusulkan untuk diadakan pelatihan penyuluhan kepada petugas kesehatan
agar dapat menyampaikan materi dengan baik dan mudah dimengerti oleh
masyarakat.
2. Mengusulkan untuk diadakan briefing untuk mempertegas hal-hal yang akan
dilakukan, sehingga pencairan dana dapat dilakukan lebih cepat.

33
3. Mengusulkan untuk diadakan penyuluhan secara berkala agar masyarakat dapat
terus memperhatikan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya.

BAB IV. Rencana Dan Pelaksanaan Pemecahan Masalah


4.1. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
4.2. Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah
BAB V. Simpulan Dan Saran
6.1. Simpulan
6.2. Saran

34

Anda mungkin juga menyukai