Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPALA BAYI TIDAK TURUN

DISUSUN OLEH :

1. MIA REZALIA
2. PUTRI KURNIA
3. SELTA SULISTIA
4. VINIA YULITA

DOSEN PEMBIMBING :

EKA DEWI RETNOSARI ,S.ST.,M.Keb

AKADEMI KEBIDANAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM

TAHUN AKADEMIK 2018-2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul KEPALA
BAYI TIDAK TURUN Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah ASKEB PERSALINAN di Akbid pemkab Muara enim.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jum’at, 26 oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang ……………………………………………………….………. 4
B.       Rumusan Masalah …………………………………………..……….………. 5
C.       Tujuan Pembahasan ………………………………………..……….……….. 5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian……………………………………………………………………… 6
B.     Diameter janin………………………………………..……….……….………. 6
C.     Pembagian fase/kala persalinan………………………………………..……… 6
D.    Tahapan dalam persalinan………………………………………..……….…… 6
BAB III PENUTUP

A.       Kesimpulan …………………………………………………...……………… 14


B.       Saran ………………………………………………………….………………. 14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan
dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi
menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap
tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).
Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan
merasa sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman
badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan
perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya
sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang
sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan
(Cristina’s Ibrahim, 1993;80).
Menurut Susan Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan
fisiologis akibat dari perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cidera
terhadap janin dan gangguan membran mukosa.
WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara
berkembang. (2) Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu
(69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat
tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa Timur tahun 2000 angka
kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997; 4).
Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang
sebagian besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum,
eklamsia, sepsis dan komplikasi dari keguguran. Penyebab kematian ini sebagian

4
besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan angka kematian ibu yang rendah
penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI, DNPK-KR 2001).
Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual
perlu mendapatkan perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental
guna meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan
merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang keberadaanya
paling dekat dengan ibu mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui
proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan dituntut memiliki
wawasan yang luas trampil dan sikap profesional. Tindakan yang kurang tepat dapat
menimbulkan komplikasi.

B.     RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah mengenai
persalinan normal, yaitu:
1.      Pengertian mekanisme persalinan normal
2.      Diameter janin
3.      Gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan normal

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan normal.
2.      Mengetahui diameter janin
3.      Mengetahui gerakan-gerakan utama dalam mekanisme persalinan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran
melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang
tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus
menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa
masuk melalui panggul untuk dilahirkan.

B.     DIAMETER JANIN


1.      Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin,
dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment).
2.      Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke
anterior fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi
kepala.
3.      Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini
adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.

C.    PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN


1.       KALA 1 – PERSALINAN :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang
teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai
pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa
dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I.

6
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
a)      Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
b)      Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6
jam.
Fase aktif terbagi atas :
a)      Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b)      Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c)      Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical
effacement) pada primigravida dan multipara :
a)      Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
b)      Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
c)      Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
a)      Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
b)      Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
c)      Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-
4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
a)      Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular

7
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.
b)      Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
c)      Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

2.       KALA 2 PERSALINAN


a)      Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah
lahir lengkap.
b)      Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban
mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu
untuk keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5
jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan
terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan
normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari
ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk
mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala 2 :
a)      Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
b)      Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat.
c)      Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis)
d)     Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
e)      Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).

8
Proses pengeluaran janin pada kala 2 (persalinan letak belakang kepala) :
a)      Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior / posterior).
b)      Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi
otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
c)      Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-
bregmatikus (belakang kepala).
d)     Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-
ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati
distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
e)      Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu.
f)       Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di
bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g)      Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.

9
3.       KALA 3 PERSALINAN
a)      Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
b)      Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
c)      Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
d)     Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di
atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).

4.       KALA 4 PERSALINAN


Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala 4 persalinan :
a)      Kontraksi uterus harus baik
b)      Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c)      Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d)     Kandung kencing harus kosong
e)      Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f)       esume keadaan umum ibu dan bayi.

10
D.    TAHAPAN DALAM PERSALINAN
1.      Turunnya kepala
Turunnya kepala dibagi dalam :
a.       masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah
terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis
berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka
dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika
sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati
promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah
kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah
dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura
sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus
posterior yang ringan.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi
bila berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun
penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas
rahim, yang menyebabkan tekanan langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam
waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan bayi terdorong kejalan
lahir.

11
1.      majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya
majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi,
putaran paksi dalam, dan ekstensi.
Penyebab majunya kepala antara lain :
a)      tekanan cairan intrauterine
b)      tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c)      kekuatan mengejan
d)     melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim

2.      Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun
kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah
bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).

Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya


mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar
panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang
menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi.

3.      Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi
servik.
Penyebab terjadinya desensus :
a.       Tekanan cairan amnion
b.      Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong

12
c.       Usaha meneran ibu
d.      Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
a.       Ukuran dan bentuk panggul
b.      Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul
akan menyebabkan desensus berlangsung lambat.
a.       Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
b.      Putar paksi dalam- internal rotation
c.       Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi
dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
d.      Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).
e.       Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

4.      Putaran paksi dalam


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke
depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke
bawah symphysis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge
III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.

13
Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam adalah :
a.       pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
b.      bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan.
c.       ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

5.      Ekstensi Putaran


Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah
suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan
tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-
turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya
dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.

6.      paksi luar


Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran
paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi
luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber isciadicum sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

14
7.      Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan
menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin
dengan ukuran yang rata rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah menvapai dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu
bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-10% kasus, keadaan yang
menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar

15
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang
mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran
melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang
tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus
menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa
masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul, yaitu:
a)      Turunnya kepala
b)      Fleksi
c)      Putaran paksi dalam
d)     Ekstensi Putaran
e)      paksi luar
f)       Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan
jalan lahir dengan baik sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan.

B.     SARAN
Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan
wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
dalam praktik di lapangan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Sastrowinata Sulaiman,(1983)Obstetri Fisiologi. Unpad. Bandung
Prawirohardjo Sarwono,(2009)Ilmu Kebidanan,Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,Jakarta
Widyastuti yani,Sumarah &Wiyati Nining,(2008)Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan
Kebidanan pada ibu Bersalin),Yogyakarta
Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono,prawirohardjo, Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai