NORMAL
DISUSUN
O
L
E
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul MEKANISME PERSALINAN
NORMAL Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
di POLITEKNIK KESEHATAN KEMEMKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN
MEDAN.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian…………………………………………………………. 3
B. Diameter janin…………………………………………………….. 3
A. Kesimpulan …………………………………………………... 14
B. Saran …………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan
penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138).
Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan
perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering
mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan
sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan,
takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman
yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena
anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Cristina’s
Ibrahim, 1993;80).
Menurut Susan Martin Tucker masalah lain yang timbul dalam persalinan fisiologis akibat dari
perubahan fisik adalah resiko cedera terhadap ibu, resiko cidera terhadap janin dan gangguan
membran mukosa.
WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2) Pada tahun 1994
dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah
kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa
Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997; 4).
Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah
penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi dari
keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan
angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI,
DNPK-KR 2001).
Mengingat ibu merupakan satu kesatuan dari Bio Psiko sosial spiritual perlu mendapatkan
perhatian khusus dari bidan dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan kesehatan
dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan
kesehatan yang keberadaanya paling dekat dengan ibu mempunyai peran penting dalam
mengatasi masalah melalui proses kebidanan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan, bidan
dituntut memiliki wawasan yang luas trampil dan sikap profesional. Tindakan yang kurang tepat
dapat menimbulkan komplikasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah mengenai persalinan normal,
yaitu:
2. Diameter janin
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar
janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
B. DIAMETER JANIN
1. Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai
di dalam definisi penguncian (enggagment).
2. Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior
fontanel; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.
3. Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah
diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.
C. PEMBAGIAN FASE / KALA PERSALINAN
1. KALA 1 – PERSALINAN :
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama,
makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih
banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks
tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
b) Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
a) Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
b) Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada
multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar)
c) Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.
a) Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
a) Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
b) Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
c) Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
2. KALA 2 PERSALINAN
a) Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.
b) Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan lebih lama. Selaput ketuban
mungkin juga sudah pecah/ baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ± 0,5 jam.
Sifat His :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
a) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
d) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
b) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c) Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d) Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
e) Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f) Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis,
kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g) Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.
3. KALA 3 PERSALINAN
a) Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
b) Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.
c) Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau
mungkin juga serempak sentral dan marginal.
d) Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat
adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His :
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat
lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).
4. KALA 4 PERSALINAN
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1 jam setelahnya.
1. Turunnya kepala
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat
diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke
depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan
asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati
symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan
asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale
depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.
Pada derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila berat gerakan
ini dapat menimbulkan disproporsi sevalopelvis dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala satu dan k ala dua persalinan. Hal ini disebabkan
karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung pada fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim,sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keaadaan ini menyebabkan
bayi terdorong kejalan lahir.
1. majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya
kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-
gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.
c) kekuatan mengejan
2. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah
dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih
kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir
pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah
terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang
menimbulkan defleksi.
3. Desensus
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II; pada
multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat.
c. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam
pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
d. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis.
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu
usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di
dasar panggul.
a. pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
b. bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan
atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan.
5. Ekstensi Putaran
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau
defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan
tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah
symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi,
hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomochlion.
6. paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut
putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadicum
sepihak. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari
pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Dengan konrtaksi yang efektif pleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran yang rata
rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah menvapai
dasar panggul sehingga pesalinan tidak begitu bertambah pajang. Akan tetapi, pada kira-kira 5-
10% kasus, keadaan yang menguntukan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali,khussnya kalau janin besar
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul
ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus
menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar
janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul, yaitu:
a) Turunnya kepala
b) Fleksi
d) Ekstensi Putaran
e) paksi luar
f) Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik
sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
B. SARAN
Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan wawasan ilmu
pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA