Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KALA 1V PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL


(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Persalinan)

Dosen Pengampu:
Eva Nurhamidah, M,Tr.Keb

Oleh:
Ira Amalia As-Syifa
NPM : 221FI08003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA PSDKU SERANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabilalamin, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada ibu Eva Nurhamidah,
M,Tr.Keb sebagai dosen pengampu mata kuliah asuhan kebidana persalinan dan
bayi baru lahir, yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Penyususn menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Serang, 27 Desember 2023

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin (Prawirohardjo, 2005)
Pada dasarnya persalinan adalah proses fisiologis atau alamiah yang akan
berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
memiliki ancaman penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya,
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan
fasilitas memadai sehingga dapat mengurangi risikio kematian ibu dan janin
pada saat persalinan.
Akan tetapi selama persalinan komplikasi tidak terduga dapat terjadi
karena penyulit pada ibu maupun bayi atau bisa karena kesalahan penolong
dalam persalinan yaitu oleh tenaga kesehatan khususnya bidan. Risiko
komplikasi asuhan persalinan normal dapat terjadi pada setiap kala persalinan,
yaitu kala I hingga kala IV, namun risiko terbesar terjadi kematian ibu adalah
pada kala III dan Kala IV.
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), dan
Infeksi (11%). Pada tahun 2013 penyebab kematian ibu di Indonesia akibat
perdarahan sebanyak (30,3%) (Kemenkes RI, 2016). Sedangkan di RS
Muhammadiyah Tuban pada bulan Januari – Juni Tahun 2017 angka kejadian
perdarahan adalah sebesar (15) orang.
Tentunya kejaian tersebut menjadi tanggung jawab besar bagi pemerintah
dan khususnya bagi pelaksanan utama yaitu bidan di lapangan, sebagai
seseorang pelayan kesehatan ibu dan anak yang bertugas menekan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
3
Berdasarkan kejadian tersebut maka disusunlah makalah ini dengan tujuan
sebagai pembelajaran bagi calon bidan, agar dapat memiliki kompetensi yang
baik dalam memberikan asuhan kala IV persalinan, sehingga ibu dan bayi
yang akan ditolong terhidar dari resiko kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan diatas maka rumusan
masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaiamana fisiologi pada kala IV persalinan?
b. Tindakan-tindakan apa yang dilakukan pada kala IV persalianan?
c. Bagaimana pelayanan asuhan kala IV persalianan?
d. Apa yang dilakukan saat pemantauan kala IV persalinan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas maka dapat diperoleh
tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui fisiologi pada kala IV persalinan
b. Mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan pada kala IV persalianan
c. Mengetahui pelayanan asuhan kala IV persalianan
d. Mengetahui apa yang dilakukan saat pemantauan kala IV persalinan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fisiologis Kala IV Persalinan


Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah pengeluaran uri atau plasenta. Tinggin fundus uteri (TFU) setelah
pasenta lahir kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Pembuluh darah yang ada
dianatara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit ketika otot-otot uterus
berkontraksi, proses ini nantinya akan menghentikan pedarahan setelah
plasenta dilahirkan. Kejadian dan kematian ibu yang disebabkan oleh
pedarahan paca persalinan terjadi setelah 4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Pedarahan sangat penting mendapatkan perhatian oleh penolong untuk
menjaga bayi baru lahir segera setelah persalinan.
Jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus masih dalam batas normal
selama 2 jam pertama pasca persalinan, kemungkinan ibu tidak akan
mengalamai pedarahan. Namun penolong hendaknya teteap disamping ibu dan
bayi selama 2 jam pertama pasca persalinan.

2.2 Tindakan-Tindakan Kala IV Persalinan


2.2.1 Evaluasi Uterus
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan dari plasenta tersebut dan
selaput ketubannya. Apabila masih ditemukan sisa plasenta dan selaput
ketuban yang masih tertinggal dalam uterus akan mengganggu terjadinya
kontraksi uterus. Keadaan yang demikan itu akan menyebabkan
perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan
baik, maka akan terjadi atonia uteri. Dengan kondisi yang demikian,
diperlukan tindakan rangsangan taktil fundus uteri dan bila perlu
dikakukan kompresi bimanual.
2.2.2 Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui terjadi laserasi (adanya
robekan) yang dapat diketahui dari adanya perdarahan pascapersalinan,
5
plasenta yang lahir lengkap dan adanya kontraksi uterus. Setelah
kelahiran seorang bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara
menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan perlu tidaknya
penjahitan. Pemeriksaan serviks, vagina dan parineum dapat dilakukan
dengan mudah sebelum terjadinya pelepasan uri atau plasneta karena
tidak adanya perdarahan rahim. Pelepasan plasenta itu sendiri biasanya
terjadi 5-30 menit pada akhir kala II.
Setelah plasenta lepas, seorang penolong persalinan harus segera
memerhatikan perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat
implantasi plasenta. Plasenta harus diperiksa untuk memastikan
kelengkapannya. Lalu lakukan pemeriksaan plasenta, lakukanlah
pemeriksaan terhadap parineum, vagina, dan vulva. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui adanya robekan atau tidak. Setelah proses
persalinan, vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari
biasanya. Kemungkinan ada berbagai kondisi dalam vagina tersebut. Ada
yang agak merat, ada yang bengkak, dan ada pula yang lecet. Pada
kondisi ini, intronius juga akan tampak terkulai dan terbuka. Vulva
biasanya berwarna merah, bengkak, dan lecet. Pemeriksaan vagina
dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa anus secara perlahan,
apakah ada trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar dan terjadi
trombosis setelah persalinan.
Dalam pemeriksaan perineum, terdapat beberapa bagian renum
perineum. Berikut adalah pembagian renum perineum.
a. Derajat Satu
Bagian renum perineum derajat satu ini meliputi mukosa vagina,
komisura posterior, dan kulit perineum. Tidak perlu dilakukan
penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan.
b. Derajat Dua
Bagian renum perineum derajat dua ini meliputi mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum. Perlu
dilakukan penjahitan dengan teknik penjahitan jelujur.
6
c. Derajat Tiga
Bagian renum perineum derajat tiga ini meliputi mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot spchncer
ani. Pada bagian ini segeralah lakukan rujukan ke tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
d. Derajat Empat
Bagian renum perineum derajat empat ini meliputi mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot spchncer ani, dan dinding
depan rektum. Pada bagian ini segeralah lakukan rujukan ke tingkat
pelayanan kese- hatan yang lebih baik.

2.2.3 Perkiraan Darah yang Hilang


Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu
bersalin. Penentuan banyaknya darah yang hilang ini sangatlah sulit
karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan
mungkin akan terserap kain. Cara yang baik untuk memperkirakan
kehilangan darah adalah dengan menyiapkan wadah 500 ml yang
digunakan untuk menampung darah. Jika darah bisa mengisi 2 botol
artinya ibu telah kehilangan satu liter darah. Perkiraan kehilangan darah
ini hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Tindakan atau
upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala
dan lebih sering pada kala IV ini.
7
Cara untuk mengukur jumlah kehlanhan darah secara tidak langsung
dapat dilakukan melakui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila
ibu bersalin menjadi lemas, pusing, kesadaran menurun, tekanan darah
sistolik menurun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, dan jika
ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu dikatakan telah kehilangan
darah 50% dari total darah ibu (2000-2500m).

2.3 Asuhan Kala IV Persalinan


Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam
sesudahnya. Masa yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada
masa postpartum. Pada kala ini, harus dilakukan pemantauan untuk mencegah
adanya kematian pada ibu bersalin akibat perdarahan. Kematian ibu
pascapersalinan biasanya terjadi dalam 6 jam postpartum. Hal ini disebabkan
oleh infeksi, perdarahan, dan eklampsia postpartum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan selama 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30
menit kedua setelah persalinan.
Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, (2011) asuhan
dan pemantauan pada kala IV yaitu:
1. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
antara pusat dan fundus uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi
atau episotomi).
5. Evaluasi kondisi ibu secara umum
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan
di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.

8
2.4 Pemantauan Kala IV Persalinan
(Widy, 2022) Untuk melakukan pemantauan kepada ibu bersalin dan juga
bayinya. Pemantauan ini dilakukan selama 2 jam pertama pascapersalinan.
Pemantauan pertama setiap 15 menit dan pemantuan kedua setiap 30 menit.
Beberapa hal yang harus dipantau adalah sebagai berikut.
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan
yang terjadi setiap 15 menit dalam dalam satu jam pertama dan setiap 30
dalam 1 jam kedua kala IV. Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan
observasi, dan penilaian lebih sering.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan menjadi kontraksi uterus baik/keras
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam
kedua kala IV. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi
observasi dan penilaian.
3. Pantau temperatur tubuh ibu satu kali setiap jam selama 2 jam pertama
pascapersalinan. Jika temperatur meningkat, pantau lebih sering.
4. Penilaian perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua kala IV.
5. Apabila kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengo-songkan kandung
kemihnya, dan anjurkan untuk mengo-songkan kandung kemihnya setiap
kali diperlukan.
6. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus.
Ajarkan juga cara pemijatan uterus jika uterus menjadi lembek.
7. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih serta atur posisi ibu agar
nyaman. Jagalah agar tubuh dan kepala bayi terselimuti dengan baik, lalu
berikan bayi kepada ibu, dan anjurkan untuk dipeluk dan diberikan ASI.

Sedangkan Pemantauan Keadaan Ibu pada Kala IV. Menurut Reni


Saswita, 2011 Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah

9
kelahiran bayi. Karena alasan ini. Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam
pertama pasca persalinan.
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua pada kala IV.
2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua
pascapersalinan.
4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan
uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek

Rokemendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran. Menurut


Reni Saswita, 2011 rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran
yaitu:
1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang
yang hanya memberikan dukungan.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai
suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi.
Proseduri ni bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
5. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus
diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan
tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan
pencegahan.
10
6. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan
dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk
melakukan masase fundus.
7. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera
diselimuti dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah
hipotermi
8. Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus disediakan oleh petugas
dan keluarga.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya persalinan adalah proses fisiologis atau alamiah yang akan
berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
memiliki ancaman penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya,
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan
fasilitas memadai sehingga dapat mengurangi risikio kematian ibu dan janin
pada saat persalinan. Kejadian dan kematian ibu pada kala IV sebagian besar
disebabkan oleh pedarahan paca persalinan terjadi setelah 4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Maka biasanya dilakukan pemantauan pada 2 jam
pertama pasca persalinan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua. Namun jika tanda-tanda vital dan kontraksi uterus
masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan,
kemungkinan ibu tidak akan mengalamai pedarahan.

3.2 Saran
Bagi penyususun tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna.
Diperlukan lebih banyak lagi acuan dan sumber rujukan dalam menjelaskan
mengenai kala IV persalinan. Bagi pembaca alangkah baiknya tidak merasa
cukup dan puas setelah membaca makalah ini. Cari dan pahami berbagai
sumber yang lebih kaya akan pemahaman mengenai kala IV persalinan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Widy, N, & Yuni. (2022). Asuhan Persalinan (Konsep Persalinan Secara


Komperhensif dalam Asuhan Kebidanan). Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Yulizawati, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.


Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Nurasiah, Ai, dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Refika
Aditama: Bandung

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam masa nifas. Jakarta: TIM

13

Anda mungkin juga menyukai