Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN


KOMPREHENSIF PERSALINAN DAN BBL
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN
(PMB) FITRIANI, SST
TAHUN 2022

Dosen Pembimbing :
Nurmisih, S.Pd, M.Kes

Disusun Oleh :
Kartika Sri Dewi Batubara
PO71242220186

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


PRODI PROFESI JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan oleh Allah SWT. Karena atas berkah rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Praktik Asuhan
Kebidanan Komprehensif Persalinan dan BBL di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Fitriani,
SST Tahun 2022. Penulis mengucapkan terimakasi kepada pihak-pihak yang membantu
dalam kelancaran penulisan laporan pendahuluan ini.
Penulis mengucapkan terimakasi kepada pihak-pihak yang membantu dalam
kelancaran penulisan laporan pendahuluan ini :
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Nurmisih, S.Pd, M.Kes selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan
petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan
pendahuluan ini.
4. Bidan Fitriani, SST selaku CI pembimbing praktik
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Dalam laporan pendahuluan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mrngharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Tanjungpinang, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………… i


Kata Pengantar ……………………………………………………………….. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B. Tujuan Praktik ……………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN TEORI 3
A. Persalinan ………………………………………………………….. 3
B. Mind Mapping Persalinan ………………………………………… 14
C. Konsep Manajemen Ibu Bersalin …………………………………. 14
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat
karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Menurut data
World Health Organization (WHO), pada tahun 2019, setiap harinya sekitar 810
ibu meninggal karena masalah yang tidak bisa dicegah terkait dengan kehamilan
dan persalinan. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu didunia sangat tinggi.
Pada tahun 2019, sekitar 295.000/ 100.000 kelahiran hidup (KH) ibu meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. AKB memiliki sekitar 7.000
kematian bayi baru lahir setiap harinya dengan sekitar 1/3 meninggal pada hari
kelahiran dan hampir ¾ meninggal dalam minggu pertama kehidupan (WHO,
2019).
Pada tanggal 25 Desember 2015, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB) / Sustainable Development Goals (SDGs) dideklarasikan pada saat UN
Sustainable Submit 2015 mengadopsi dokumen “ Transforming Our World: 2030
Agenda for Sustainable Development “ sebagai dokumen Agenda Pembangunan
Berkelanjutan 2030. Dokumen tersebut memuat 17 tujuan dan 169 sasaran yang
menggambarkan sasaran dan lingkup agenda pembangunan global yang inklusif
dan multidimensi. Tujuan dan target tersebut menjadi panduan bagi masyarakat
global selama 15 tahun ke depan dalam melaksanakan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat dunia. Diantara 17 tujuan TPB, terdapat tujuan menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala
usia. Dimana sasarannya diantaranya, yaitu mengurangi AKI hingga dibawah 70
per 100.000 KH dan mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat
dicegah dengan menurunkan AKB setidaknya hingga 12 per 1000 KH
(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2017)
Secara umum, di Indonesia terjadi penurunan kematian ibu selama periode
1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 KH dan AKB pada tahun 2017
adalah 24 per 1000 KH. Penyebab tingginya AKI di Indonesia di dominasi oleh
perdarahan dan hipertensi, sedangkan penyebab terbesar AKB adalah Berat Badan
Lahir Rendah ( BBLR) dan Asfiksia ( Kemenkes RI,2020).
AKI dapat diturunkan salah satu cara yaitu dengan asuhan persalinan normal
sebagai langkah pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam penanganan
persalinan normal. Hal ini bidan sebagai seorang tenaga kesehatan memiliki peranan
penting dalam upaya memberikan asuhan kebidanan persalinan yang komprehensif yang
meliputi asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, penatalaksanaan aktif kala
III, dan penanganan kala IV.

B. Tujuan Praktik
Adapun tujuan dari Praktik asuhan kebidanan komprehensif persalinan dan BBL
ini agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan asuhan kebidanan
sesuai dengan evidence based dengan pendekatan komprehensif di pelayanan sekunder
dengan mengacu pada peran bidan dipelayanan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan, yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Sulistiyawati & Nugraheny, 2015).
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan Asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal. (Prawirohardjo, 2016).
3. Standar Asuhan Persalinan
a. Standar 9 Asuhan Saat Persalinan
b. Standar 10 Persalinan yang Aman
c. Standar 11 Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat
d. Standar 12 Penanganan Kala ll dengan Gawat Janin Melalui Episiotom
4. Tanda-Tanda Persalinan
Persalinan yang sudah dekat ditandai dengan adanya lightening atau
settling atau dropping dan terjadi His palsu. Persalinan itu sendiri ditandai
dengan his persalinan yang mempunyai ciri seperti:
a. pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
b. his bersifat teratur, interval semakin pendek dan kekuatannya semakin besar
c. mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d. semakin beraktifitas (jalan), semakin bertambah kekuatan kontraksinya
Adapun tanda-tanda persalinan menurut (Walyani, 2016) adalah:
a. adanya kontraksi Rahim

3
b. keluarnya lendir bercampur darah
c. keluarnya air-air (ketuban)
5. Tahapan Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Walyani, 2016) dibagi 4 kala yaitu:
a. Kala I: Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi pembukaan lengkap
(10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan kurang dari 4 cm,
Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam (Walyani, 2016).
2) Fase aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Servik membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1 cm/
lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu:
Berdasarkan kurva friedman:
(1) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan
menjadi 4 cm
(2) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm
(3) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10cm/lengkap (Walyani, 2016).
b. Kala II: Kala Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan,
mendorong janin hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas:
1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali

4
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan
3) Tekanan pada rekum, ibu merasa ingin BAB
4) Anus membuka
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan
lahir dan diikuti seluruh badan janin. Lama pada kala II ini pada primi dan
multipara berbeda yaitu:
1) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam- 2 jam
2) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam
Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak
berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas
siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup:
dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung
janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
(Walyani, 2016).
c. Kala III: Kala Uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi Rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam
waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan. (Walyani, 2016).
Tanda kala III terdiri dari 2 fase:
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
(a) Schultze
Sebanyak 80% lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi
reteroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula ditengah
kemudian selurunya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir (Walyani, 2016).
(b) Dunchan

5
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lebih terlebih dahulu
dari pinggir (20%). Darah akan mengalir semua antara selaput
ketuban.
(c) Serempak dari tengah dan pinggir plasenta (Walyani, 2016)
2) Fase pemgeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu:
(a) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada di/ diatas simfisis, tali
pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali
pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.
(b) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit Rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.
(c) Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti sudah terlepas.
(d) Rahim menonjol di atas symfisis
(e) Tali pusat bertambah panjang
(f) Rahim bundar dan keras
(g) Keluar darah secara tiba-tiba
(Walyani, 2016).
d. Kala IV (tahap pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
pendarahan. Pengawasan dilakukan selama 2 jam. pada tahap ini ibu masih
mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari
pembuluh darah di dinding Rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah
beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lokia
yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pada beberapa keadaan, pengeluaran
darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa
faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot Rahim.
(Walyani, 2016).

6
Tabel 3
Lama Persalinan pada Primigravida dan Multigravida

Kala Lama Persalinan


Primi Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
14 ½ jam 7 ¾ jam
Sember: Johariah, 2015

6. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


a. Dukungan fisik dan psikologis
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien (suami,
keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter) (Walyani, 2016).
b. Kebutuhaan eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses
persalinan. Bila pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat dilakukan
kateterisasi (Walyani, 2016).
c. Posisioning dan aktifitas
Bidan meberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus
dalam masa persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa
tidak nyaman, bidan bias mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk
merubah kebiasaan atau merubah setting tempat yang sudah ditentukan
(seperti misalnya menyarankan agar ibu berdiri atau berjalan-jalan)
(Walyani, 2016).
Posisi Untuk Persalinan :
1) Duduk atau setengah duduk, lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan mengamati/ mensupport perineum
2) Posisi merangkak baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
(a) Membantu bayi melakukan rotasi
(b) Peregangan minimal pada perineum
Berjongkok atau berdiri membantu penurunan kepala bayi :
1) Memperbesar ukuran panggul: menambah 28% ruang outletnya

7
2) Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada
laserasi perineum)
Berbaring miring kiri memberi rasa santai bagi ibu yang letih :
1) Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi
2) Membantu mencegah terjadinya laserasi
(Walyani, 2016).
7. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan Normal
Menurut PP IBI (Nurjasmi,dkk 2016), 60 langkah APN yaitu :
1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan.
2) Pastikan perlengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir
3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tisuue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5) Pakai sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada tangan yang
akan digunakan untuk periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air DTT.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutanklorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
10) Pastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal (120- 160 
×/menit) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi).

8
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12) Minta keluarga membantu posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
kontraksi yang kuat. Ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang
di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17) Buka tutup partus set dan periksa kelengkapan peralatan dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran
secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan.
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.

9
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan telunjuk.
25) Lakukan penilaian (sepintas) :
a) Apakah bayi cukup bulan ?
b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman diperut bagian bawah ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan
satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan
jari tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini
pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikat tali pusat.
32) Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga, dada bayi menempel didada ibunya,
usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting susu atau areola mamae ibu.

10
33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis)
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong ke uterus ke arah belakang-atas (dorso
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali.
36) Bila penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan
dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
37) Saat plasenta muncul dintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontrksi (fundus teraba keras).
39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau
tempat khusus.
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
43) Pastikan kandung kemih kosong.

11
44) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi.
45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT.
50) Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu
berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.Pastikan ibu
merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
51) Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi.
56) Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis infeksi, vitamin
K 1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
pernapasan bayi (40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5-
37,5 0 C) setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K 1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis
B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukan.

12
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan.

8. Patograf
a. Pengertian
Patograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi,
anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan sangat penting
khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I persalinan
(Walyani, 2016).
b. Tujuan utama
Tujuan utama penggunaan patograf adalah mengamati dan mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau tidaknya persalinan
serta mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi
dini mengenai kemungkinan persalinan (Walyani, 2016).
c. Penggunaan patograf
Patograf harus digunakan untuk (1) semua ibu dalam fase aktif kala I
persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai elemen penting asuhan
persalinan, (2) semua tempat persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dan lain-lain, (3) semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis
Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran) (Prawirohardjo, 2016).
d. Komponen yang harus diobservasi:
1) Denyut jantung janin setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
3) Nadi setiap ½ jam
4) Pembukaan serviks setiap 4 jam

13
5) Penurunan setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam
7) Produksi urine, aseton, dan protein setiap 2-4 jam.
(Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016).

B. Mind Mapping Persalinan

Asuhan Kala I Asuhan Kala II Asuhan Kala III Asuhan Kala IV

Gambar Mind Mapping Persalinan

C. Konsep Manajemen Ibu Bersalin


Tanggal....................Jam.........Tempat........
I. Data Subyektif
1. Biodata.
Nama suami/istri   : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta
mencegah kekeliruan (marjati dkk,2010;87)
Umur                     :  kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari
35 tahun akan sangat menentukan proses

14
kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel
telur wanita usia ini sudah menurun jika
dibandingkan dengan sel telur pada wanita
usia reproduksi (20-35 tahun)
Agama                   : kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan saat hamil dan bersalin
Pendidikan            :  Mengetahui tingkat pengetahuan untuk
memberikan konseling sesuai pendidikannya.
Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat
berperan dalam kualitas perawatan bayinya.
Pekerjaan               :  Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. Penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai tingkat pengetahuan lebih baik
daripada ibu yang tidak bekerja
Alamat                  : Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan
masyarakatnya tentang kehamilan serta untuk
kunjungan rumah jika diperlukan.
Penghasilan           : Mengetahui keadaan ekonomi ibu,
berpengaruh apabila sewaktu – waktu ibu
dirujuk. Juga sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu
hamil
2. Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pasien datang dan apakah sudah terlihat tanda-
tanda persalinan.
3. Keluhan utama
Mengetahui keadaan ibu saat datang, keluhan yang sering terjadi, pada
saat hamil adalah sering buang air kecil (TM I dan III), Hemoroid (TM
II dan III), Keputihan (TM I,II, dan III), Sembelit (TM II dan III), Kram
kaki (TM II dan III), napas sesak (TM II dan III), Nyeri ligamentum
rotundum (TM II dan III), Pusing/sinkop (TM II dan III), mual muntah
(TM I), sakit punggung (II dan III)

15
4. Riwayat Kesehatan
Selama hamil, ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi medis/sebaliknya.
Kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan. Bila tidak diatasi
dapat berakibat serius bagi ibu.
Hipertensi dapat mempredisposisikan pada trombosit vena profilasi dan
selanjutnya embolisme paru. Kondisi lain seperti asma, epilepsi, infeksi
memerlukan pengobatan dan dapat menimbulkan efek samping pada
janin. Komplikasi media utama seperti DM, jantung memerlukan
keterlibatan dan dukungan spesialis medis.
Menurut Poedji Rouhjati, 2003 riwayat kesehatan yang dapat berpengaruh
pada kehamilan antara lain:
1) Anemia (kurang darah), bahaya jika Hb < 6 gr % yaitu kematian
janin dalam kandungan, persalinan prematur, persalinan lama dan
perdarahan postpartum.
2) TBC paru, janin akan tertular setelah lahir. Bila TBC berat akan
menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga bahkan ASI juga berkuran.
Dapat terjadi abortus, bayi lahir prematur, persalinan lama dan
perdarahan postpartum
3) Jantung, bahayanya yaitu payah jantung bertambah berat, kelahiran
prematur/ lahir mati
4) Diabetes melitus, bahayanya yaitu dapat terjadi persalinan
premature, hydraamnion, kelainan bawaan,BBL besar, kematian
janin dalam kandungan.
5) HIV/AIDS, bahayanya pada bayi dapat terjadi penularan melalui
ASI dan ibu mudah terinfeksi.
5. Riwayat kesehatan Keluarga.
Jika dalam keluarga ibu terdapat riwayat penyakit hipertensi, TBC,
jantung, DM, Asma akan berpotensi menurun kepada ibu dan akan
berdampak pada kehamilan.
6. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan

16
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan
kabur, dan bengkak – bengkak ditangan dan wajah.
2) Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan
dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu
melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin
melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi
insisi di uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah melintang,
nukan vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan
pervaginam.
3) Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang – kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan
7. Riwayat haid.
Anamnese haid memberikan kesan tentang faal alat reproduksi /
kandungan, meliputi hal – hal seperti ; umur menarche (pada wanita
indonesia umumnya sekitar 12 – 16 tahun) lamanya(frekuensi haid
bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid ( lebih awal atau lebih lambat
dari siklus normal 28 hari), banyaknya darah, HPHT(membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran) (Wheeler, 2004; 36), keluhan
saat haid(keluahn yang disampaikan dapat menunjukkan diagnose
tertentu, seperti sakit kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang
banyak)
8. Riwayat pernikahan
Ditanyakan nikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama menikah
dan berapa lama menikah. Jika hamil diluar nikah dan kehamilan
tersebut tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat
membenci kehamilannya.
9. Riwayat kehamilan sekarang.
Trimester : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya
kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan

17
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE
yang didapat.
Trimester II  : tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama
hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang
didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin,
usia berapa merasakan gerakan janin(gerakan pertama
fetus pada primigravida dirasakan pada usia 18
minggu dan pada multigravida 16 minggu), serta
imunisasi yang didapat.
Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE
yang didapat.
10. Riwayat KB.
Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan
KB jenis apa, sudah berhenti berapa lam, keluhan selama ikut KB dan
rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui
apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.,
11. Pola kebiasaan sehari-hari.
a. Pola Nutrisi.
Energi 2300 kkal, protein 65 gram, kalsium 1,5 gram/hari( trimester
akhir membutuhkan 30 – 40 gram), zat besi rata –rata 3,5 mg/hari,
fosfor 2gr/hari dan vit A 50 gram. Dapat diperoleh dari 3xmakan
dengan komposisi 1 entong nasi, satu entong nasi, satu potong
daging/telur/tahu/tempe, satu mangkuk sayuran dan satu gelas susu
dan buah.
b. Pola Istirahat
Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun
malam untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya,
kebutuhan istirahat ibu hamil:
Malam + 8-10 jam/hari
Siang  + 1-2 jam/hari
c. Pola eliminasi.

18
BAB pada TM II mulai terganggu, relaksasi umum otot polos dan
kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar. Sedangkan
untuk Bak ibu trimester III mengalami ketidaknyamanan yaitu
sering kencing.
d. Pola Aktifitas.
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari nemun tidak terlalu
lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu kehamilannya,
ibu hamil utamanya trimester I dan II membuuhkan bantuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari agar tidak terlalu lelah. Kelelahan
dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada
setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus.
e. Pola seksual
Trimester I    Tidak boleh terlalu sering karena dapat
menyebabkan abortus
Trimester II  :  Boleh melakukan tetapi harus hati-hati karena
perut ibu yang mulai membesar.
Trimester III : Tidak boleh terlalu sering dan hati-hati karena
dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan
persalinan prematur.
12. Riwayat Psikososial
Faktor – faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial,
persepsi tentang hamil, apakah kehamilannya direncanakan/diinginkan.
Bagaimana dukungan keluarga. Adanya respon positif dari keluarga
terhadap kehamilannya akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam
menerima perannya.
13. Pola Seksual
Gairah seksual menurun pada awal – awal kehamilan, kemudian
meningkat pada trimester kedua karena ibu sudah dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan tubuhnya.

II. Data Obyektif.


1. Pemeriksaan Umum.

19
K/U          : Baik/ tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan
umum pasien secara keseluruhan
Kesadaran : Composmentis/apatis/letargis/somnolen
TD    : tekanan darah pada orang normal rata – rata 120/80
mmHg dengan diastole  maksimal 140 mmHg dan sistole
maksimal 90 mmHg. (Patricia,2005; 759). Pada ibu
hamil tekanan darah menurun hingga pertengahan
kehamilan. Tekanan sistolik menurun hingga 8 – 10
mmHg sedangkan diatolik mengalami penurunan 12 poin
Nadi : N= 70x/menit, ibu hamil 80 – 90x/menit.
Suhu  : Normal (36,5oC-37,5oC) (Patricia,2005:759) bila suhu
tubuh hamil > 37,5 C dikatakan demam, berarti ada
infeksi dalam kehamilan.
RR      : Normal (12-20 x/menit)
Jumlah pernapasan, kapasitas vital, dan kapasitas napas
maksimum tidak terpengaruh selama kehamilan
berlangsung.(Varney,2007:500). Ibu hamil akan
bernapas lebih dalam sekitar 20 – 25 % dari biasanya
BB : ... Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III
bertambah 0,5kg/hari)
TB  : < dari 145 cm.(resiko meragukan, berhubungan dengan
kesempitan panggul)
Lila : > 23,5 cm. Jika <23,5 merupakan indikator status gizi
kurang.
2. Pemeriksaan  Fisik.
a. Inspeksi.
Rambut       : bersih/kotor, warna hitam/merah jagung, mudah
rontok/tidak
Muka          : Muka bengkak/oedem tanda eklampsi, terdapat
cloasma gravidarum sebagai tanda kehamilan.
Muka pucat tanda anemia, perhatikan ekspresi ibu,
kesakitan atau meringis.

20
Mata            : Konjungtiva pucat menandakan anemia pada ibu
yang akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan yaitu perdarahan, Sclera icterus perlu
dicurugai ibu mengidap hepatitis
Hidung        : Simetris, adakah sekret, ada kelainan lain.
Mulut&gigi  :  Bibir pucat tanda ibu anemia, bibir kering tanda
dehidrasi, sariawan tanda ibu kekurangan vitamin
C. Caries gigi menandakan ibu kekurangan
kalsium.
Leher          : Adanya pembesaran kelenjar tyroid menandakan
ibu kekurangan iodium, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kretinisme pada bayi dan
bendungan vena jugularis/tidak
Dada          : bagaimana kebersihannya, Terlihat
hiperpigmentasi pada areola mammae tanda
kehamilan, puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan
menyusui. Adakah striae gravidarum
Genetalia     : bersih/tidak, varises/tidak, ada condiloma/tidak
keputihan/tidak.
Ekstremitas  : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga
Preeklampsi dan Diabetes melitus, varises.tidak,
kaki sama panjang/tidak memepengaruhi jalannya
persalinan. (Ummi Hani dkk, 2006;96)
b. Palpasi.
Tujuan:
1) untuk mengetahui umur kehamilan
2) Untuk mengetahui bagian bagian janin
3) Untuk mengetahui letak janin
4) Janin tunggal atau tidak

21
5) Sampai dimana bagian terdepanjanin masuk kedalam rongga
panggul
6) Adakah keseimbangan antara ukuran kepala dan janin
7) Untuk mengetahui kelainan abnormal ditubuh
Letak palpasi
Kepala  : adakah benjolan abnormal
Leher  : Tidak tampak pembesaran vena jugularis. Jika ada
hal ini berpengaruh pada saat persalinan terutama
saat meneran. Hal ini dapat menambah tekanan pada
jantung. Potensial terjadi gagal jantung.
Tidak tampak pembesaran kelanjar tiroid, jika ada
potensial terjadi kelahiran prematur, lahir mati,
kretinisme dan keguguran.
Tidak tampak pembesaran limfe, jika ada kemungkinan
terjadi infeksi oleh berbagai penyakit misal TBC,
radang akut dikepala
Dada    : Adanya benjolan pada payudara waspadai adanya
Kanker payudara dan menghambat laktasi.
Kolostrum mulai diproduksi pada usia kehamilan 12
minggu tapi mulai keluar pada usia 20 minggu.
Abdomen :
Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU
dan bagian yang teraba di fundus uteri.
Pengukuran tinggi fundus uteri
o Sebelum bulan III tinggi fundus uteri belum bisa
diraba
o 12 minggu TFU 1 – 2 jari diatas symphisis
o 16 minggu TFU pertengahan antara symphisi
dan pusat
o 20 minggu TFU 3 jari dibawah pusat
o 24 minggu TFU setinggi pusat
o 28 minggu TFU 3 jari diatas pusat

22
o 32 minggu TFU pertengahan antara pusat dan
procesus xymphoideus
o 36 minggu TFU 3 jari dibawah procesus
xymphoideus
o 40 minggu TFU pertengahan antara pusat dan
procesus xymphoideus
Tanda kepala : keras, bundar, melenting
Tanda bokong: lunak, kurang bundar,kurang melenting.
Leopold II : letak punngung anak padaletak memanjang dan
menentukan letak kepala pada ketak lintang
Leopold III  : bagian terbawah janin, dan apakah bagian terbawah
sudah masuk PAP atau belum.
Leopold IV : Seberapa jauh bagian terbawah masuk PAP,
Kontraksi uterus : menentukan frekuensi dan durasi kontraksi
uterus sehingga bisa memprediksi kemajuan
persalinan
Ekstremitas : Adanya oedem pada ekstremitas atas atau bawah
dapat dicurigai adanya hipertensi hingga
Preeklampsi dan Diabetes melitus.
c. Auskultasi
Tujuan:
1) Menentukan hamil atau tidak
2) Anak hidup atau mati
3) Membantu menentukan habitus, kedudukan punggunh anak,
presentasi anak tunggal/ kembar yaitu terdengar pada dua
tempat dengan perbedaan 10 detik.
Dada   : Adanya ronkhi atau wheezing perlu dicurigai adanya
asma atau TBC yang dapat memperberat kehamilan.
Abdomen : DJJ (+) normal 120-160 x/menit, teratur dan reguler.
d. Perkusi.
Reflek patella     :Reflek patella negatif menandakan ibu vit B1
e. Pemeriksaan dalam :

23
o Menentukan keadaan vulva
o Menilai kondisi dinding vagina
o Menilai konsistensi dan pendataran serviks
o Mengukur besarnya pembukaan
o Menilai selaput ketuban dan warna cairan amnion
o Menentukan presentasi dan dan seberapa jauh bagian terbawah
janin telah melalui jalan lahir
o Menentukan penunjuk (denominator)

III. Assesment
Diagnosa : Ny. S G…P…A…H… usia kehamilan … minggu inpartu
kala I fase …
Masalah : …..
Kebutuhan : ……
Tindakan segera : …..
IV. Planning

24
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta :


Kemenkes RI 2020.

PP-IBI. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Walyani, E.S dan Purwoastuti, E. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : PT pustaka baru

WHO. 2019. Maternal Mortality Database in World, (http://www.who.int) diakses pada


tanggal 30 Januari 2022.

25

Anda mungkin juga menyukai