Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN


TRIMESTER II
DENGAN HBSAG POSITIF (HEPATITIS B)

Disusun Oleh:
Nama: Atika Mitra Elwinda
NIM: P05140319004
Prodi: Sarjana Terapan Kebidanan

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Wewet Safitri M.Keb Despita Sari, S.ST, M.Tr.Keb


NIP. 197410032000122003 NIP. 198112162005022004

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AJARAN
2022/2023

1
PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester II dengan HbsAg Positif (Hepatitis
B). Laporan ini disusun dengan maksud untuk memenuhi penugasan praktik
kebidanan patologis di RSUD Arga Makmur.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Laporan pendahuluan ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Diah Eka Nugraheni,M,Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan praktik kebidanan
patologis.
2. Ibu Wewet Safitri, M.Keb selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan.
3. Ibu Despita Sari, S.ST, M.Tr.Keb selaku pembimbing lahan yang
telah banyak membantu dan memberikan dukungan.
Semoga kebaikan yang Ibu serta teman-teman berikan mendapat ridho
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan
laporan ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bengkulu,10 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017,


setiap tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B (HbsAg) reaktif. maka
setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang berpotensi mengalami
Hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan. Penduduk
Indonesia yang mengidap Hepatitis B sebanyak 7,1 % menurut Rikesda tahun
2017.

Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil
yang positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada
dalam kandungan. Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak
terdeteksi, maka bayi yang akan lahir beresiko tinggi terkena penyakit menular
tersebut. Virus hepatitis B yang menyerang hati menyebabkan kerusakan hati
kronis bila tidak segera ditangani, sirosis hati bisa berujung kanker hati.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui


konsep dari pada kehamilan ntrimester II serta mengetahui asuhan kebidanan
pada kehamilan trimester II dengan HbsAg Positif (Hepatitis B).

C. MANFAAT

1. Menambah pengetahuan dalam melasanakan asuhan kehamilan


trimester II dan Sebagai bahan penilaian untuk praktik kebidanan
fisiologis.
2. Dapat digunakan segabai bahan referensi dan sumber bacaan tentang
asuhan kebidanan kehamilan dengan HbsAg Positif (Hepatitis B).

4
BAB II
KAJIAN TEORI

1. KEHAMILAN
1. DEFINISI
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Biladihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, di
mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2018).

2. PROSES KEHAMILAN
Menurut (Ummu Hani, 2015), proses terjadinya kehamilan adalah:
a. Fertilitas
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur
dan sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma
dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta
sperma.

b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam),
4 sel, 8 sel sampai dengan 16 sel disebut Blastomer (3 hari) dan
membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel
tersebut akan membelah membentuk buah arbei dan 16 sel disebut Morula
(4 hari). Setelah morulamemasuki rongga rahim, cairan mulai menembus
zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa sel
dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirmya
terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut Blastokista (4-

5
5 hari).Sel yang bagian dalam disebutembrioblas dan sel diluar disebut
trofoblas. Zona pellusida akhirnyamenghilang sehingga trofoblast bisa
memasuki dinding rahim (endometrium) dan siap berimplantasi (5-6 hari)
dalam bentuk Blastokista tingkat lanjut.

c. Nidasi/implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah
dibuahi (padastadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal
kehamilan.Biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri bagian
anterior atauposterior. Pada saat implantasi, selaput lendir rahim
sedang berada padafase sekretorik (2-3 hari setelah ovulasi).Pada saat
ini, kelenjar rahim danpembuluh nadi menjadi berkelok-
kelok.Jaringan ini mengandung banyak cairan.

3. Tanda-tanda dan Gejala Kehamilan


Tanda-tanda kehamilan meliputi :
a. Tanda dan gejala kehamilan pasti
1) Ibu merasakan gerakan kuat bayi di dalam perutnya.
2) Bayi dapat dirakan di dalam rahim.
3) Denyut jantung bayi dapat terdengar.
4) Tes kehamilan medis menunjukan bahwa ibu hamil.
b. Tanda dan gejala kehamilan tidak pasti
1) Ibu tidak menstruasi.
2) Mual atau ingin muntah.
3) Payudara menjadi peka.
4) Ada bercak darah dan kram perut.
5) Ibu merasa letih dan mengantuk sepanjang hari.
6) Sakit kepala.
7) Ibu sering berkemih
8) Sembelit
9) Sering meludah.
10) Temperature suhu basal naik.

6
11) Ngidam.
12) Perut ibu membesar.

c. Tanda dan gejala kehamilan palsu


1) Gangguan menstruasi.
2) Perut bertumbuh.
3) Payudara membesar dan mengecang, perubahan pada putting
danmungkin produksi ASI.
4) Merasa pergerakan janin.
5) Mual dan muntas
6) Kenaikan berat badan

4. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil


a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada
manusiatermasuk ibu hamil.Untuk mencegahnya ibuhamil perlu
latihan nafas melalui senam hamil, tidur denganbantal yang
lebih tinggi,makan tidak terlalu banyak.
b. Nutrisi
Pada ibu hamil harus makan makanan yang mengandung
nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang
mahal harganya . Gizi pada ibu hamil harus ditingkatkan
hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harus mengomsumsi
makanan yang mengandung protein,zat besi dan minum
cukup cairan.
c. Personal higiene
Ibu hamil sangat penting menjaga kebersihan seperti cara
merawat gigi, mandi dua kali sehari , perawatan rambut,
perwatan vagina atau vulva, payudara, perawatan kuku. (Marmi,
2015)
d. Pakaian
Pakaian yang dipakai ibu harus nyaman dan

7
menyerapkeringat, mudah dicucui tanpa sabuk dan pita
yangmenekan bagian perut /pergelangan tangan ,pakaian
jugatidak baik terlalu ketat dibagian leher.(Marmi, 2015)
e. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil
berkaitandengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang
airkecil .Konstipasi yang terjadi karena adanya pengaruhhormon
progesteron.
f. Seksual
Selama kehamilan berjalan normal ,koitusdiperbolehkan
sampai akhir kehamilan , meskipun beberapa ahli berpendapat
sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari
menjelang kelahiran.
g. Mobilitas
Ibu boleh melakukan aktifitas /kegiatan fisik biasa selama
tidak terlalu melelahkan.
h. Ketidaknyamanan
Sering buang air kecil, keputihan ,nafas sesak,pusing /
sakitkepala ,sakit punggung atas dan bawah varises pada kaki.
(Marmi,2015)

5. Kebutuhan Psikologis Pada Ibu Hamil

Kebutuhan psikologis pada ibu hamil, antara lain :


a. Support dari keluarga pada ibu hamil
1) Dukungan dari suami
2) Dukungan dari keluarga
b. Dukungan dari tenaga kesehatan pada ibu hamil
c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

8
6. Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester II
Ketidaknyamanan pada Trimester II dan cara mengatasinya
adalah sebagai berikut :
No Ketidaknyamanan Cara Mengatasi
1 Sering buang air a) Ibu hamil disarankan untuk tidak
Kecil minum saat 2-3 jam sebelum tidur.
b) Kosongkan kandung kemih sesaat
sebelum tidur.
c) Agar kebutuhan air pada ibu hamil
tetap terpenuhi, sebaiknya minum
lebih banyak pada siang hari.kafein,
tembakau dan alkohol.
2 Pegal-pegal a) Sempatkan untuk berolahraga.
b) Senam hamil.
c) Mengkonsumsi susu dan makanan
yang kaya kalsium.
d) Jangan berdiri / duduk / jongkok
terlalu lama
e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3 Hemoroid a) Hindari konstipasi.
b) Makan-makanan yang berserat dan
banyak minum.
c) Gunakan kompres es atau air
hangat.
d) Bila mungkin gunakan jari untuk
memasukan kembaliu hemoroid ke
dalam anus dengan pelan-pelan.
e) Bersihkan anus dengan hati-hati
sesudah defekasi.
f) Usahakan BAB dengan teratur.

9
g) Ajarkan ibu dengan posisi knee
chest 15 menit/hari.
h) Senam kegel untuk menguatkan
perinium dan mencegah hemoroid.
i) Konsul ke dokter sebelum
menggunakan obat hemoroid.
4 Kram dan nyeri a) Lemaskan bagian yang kram
pada dengan cara mengurut.
Kaki b) Pada saat bangun tidur, jari kaki
ditegakkan sejajar dengan tumit
untuk mencegah kram mendadak.
c) Meningkatkan asupan kalsium.
d) Meningkatkan asupan air putih.
e) Melakukan senam ringan.
f) Istirahat cukup.
5 Gangguan a) Latihan nafas melalui senam
Pernafasan hamil.
b) Tidur dengan bantal yang tinggi.
c) Makan tidak terlalu banyak.
d) Konsultasi dengan dokter apabila
ada kelainan asma dll.
6 Oedema a) Meningkatkan periode istirahat
dan berbaring dengan posisi
miring kiri.
b) Meninggikan kaki bila duduk.
c) Meningkatkan asupan protein.
d) Menganjurkan untuk minum 6-8
gelas cairan sehari untuk
membantu diuresis natural.
e) Menganjurkan kepadaa ibu untuk

10
cukup berolahraga.
7 Perubahan libido a) Informasikan pada pasangan
bahwa masalah ini normal dan
dipengaruhi oleh hormon
esterogendan atau kondisi
psikologis.
b) Menjelaskan pada ibu dan suami
untuk mengurangi frekuensi
hubungan seksual selama masa
kritis.
c) Menjelaskan pada keluarga perlu
pendekatan dengan memberikan
kasih sayang pada ibu.

7. Tanda Bahaya Pada Kehamilan


Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II
Menurut Romauli (2015) tanda bahaya yang dapat terjadi
padaibu hamil trimester II, yaitu:
1) Perdarahan pervaginam
2) Solusio Plasenta
3) Plasenta Previa
4) Keluar cairan pervaginam
5) Gerakan janin tidak terasa
6) Nyeri perut yang hebat
7) Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya

11
B. KEHAMILAN DENGAN HBSAG POSITIF

1. Pengertian

HBsAg merupakan protein selubung terluar VHB, dan merupakan


petanda bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB. HBsAg positif
dapat ditemukan pada pengidap sehat (healthy carrier), hepatitis B akut
(simtomatik atau asimtomatik), Hepatitis B kronik, sirosis hati, maupun
kanker hati primer. Pemeriksaan dan HBsAg biasanya dilakukan untuk
monitoring perjalanan penyakit hepatitis B akut, skrining sebelum
dilakukan vaksinasi, serta untuk skrining ibu hamil pada program
pencegahan infeksi VHB perinatal. Anti-HBs merupakan antibodi yang
muncul setelah vaksinasi atau setelah sembuh dari infeksi VHB. Pada
Hepatitis B akut, anti- HBs muncul beberapa minggu setelah HBsAg
menghilang(Mustika dan Dian, 2018)

2. HbsAg Pada Ibu Hamil


Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Proses kehamilan sampai persalinan
merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi, pengenalan adaptasi,
pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan
menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan
bayi. Pada kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk perubahan
fisiologis dan psikologis dalam kehamilan seperti perubahan-prubahan
fisiologis dalam kehamilan.

Kehamilan normal biasanya berlangsung selama kira- kira 10 bulan


atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan akan
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, akan tetapi konsepsi terjadi
sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir. Umur janin
pascakonsepsi ada selisihnya yaitu kira-kira 2 minggu atau 38 minggu. Usia
pascakonsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin
(Putri et al., 2015).

12
(Mail, 2020) menyatakan Pertumbuhan dan perkembangan janin
sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Oleh karena itu, bayi yang terlahir
dari ibu yang sehat maka bayinya akan sehat pula. Ibu hamil sangat penting
untuk melakukan pemeriksaan laboratorim khususnya pemeriksaan HBsAg
di awal ANC (Ante Natal Care) yang bertujuan untuk mempromosikan dan
menjaga kesehatan ibu baik fisik maupun mental, mendeteksi dan
menatalaksanakan komplikasi medis selama kehamilan, mengembangkan
persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi yang terjadi, dan
membantu menyiapkan ibu untuk menjalani nifas, serta dapat melakukan
penanganan terhadap ibu yang mengidap HBsAg positif (Zulfian dkk.,
2018).

Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan sebagai skrining


terhadap penyakit Hepatitis B, terutama sebagai penanganan terhadap ibu
yang melahirkan, terhadap bayinya, dan terhadap tenaga medis yang
membantu proses persalinan. Sebelum melakukan persalinan, pemeriksaan
HBsAg dapat menginformasikan pada ibu hamil dan tenaga medis agar
bersikap aseptis pada saat melakukan persalinan.

Beberapa faktor penyebab ibu hamil mengidap Hepatitis B adalah


tertular dari kontak seksual, menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi
virus Hepatitis B, atau pernah mendapatkan transfusi darah yang tidak
mendapatkan skrining Hepatitis B secara ketat. Penularan virus Hepatitis B
dari ibu kepada janinnya dapat terjadi pada saat proses persalinan, yaitu
melalui darah dan secret vagina. Proses persalinan secara caesar dianjurkan
untuk pasien HBsAg positif untuk mengurangi risiko penularan Hepatitis B,
dan melakukan terapi dengan menggunakan kombinasi dari antibodi pasif
dan aktif melakukan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B pada bayi baru
lahir (Kurniawati dkkl., 2015).

3. Tanda, Gejala dan Manisfestasi Klinis


Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena karena hanya
menimbulkan demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami

13
gejala tersebut. (Achmad Feryanto, 2012). Tanda gejala yang mungkin
muncul pada penderita hepatitis B adalah sebagai berikut :
a. Kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam, nyeri perut,
lemas, kembung, perut bengkak, warna air kencing (biasanya seperti air teh).
b. Diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik
(HbsAg, Anti HbsAg) dan fungsi hati.
Tanda gejala Hepatitis B dalam 4 tahap yaitu :
a. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari
dengan rata-rata 60- 90 hari.
b. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya
gejala ikterus, mudah lelah, sakit kepala, mual muntah, atritis (flu),
nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap.
c. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Banyak kasus pada fase
ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi
pernurukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya kluhan hepatitis, tetapi
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncu perasaan sudah lebih
sehat dan kembalinya nafsu makan. Sekitar 5-10 % kasus
perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1%
yang menjadi akut.(Green, 2016).

Kehamilan sendiri tidak memperberat infeksi virus hepatits, akan


tetapi jika terjadi infeksi pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya
hepatitis akut yang dapat menimbulkan resiko tinggi pada ibu dan bayi.

14
Pada ibu dapat menimbulkan perdarahan karena, akibat dari sirosis hati
menyebabkan penurunan fungsi hati yang menyebabkan peningkatan
vaskularisasi ke hati dan menyebabkan varises di daerah gester maupun
esofagus, yang dapat peca dan menimbulkan perdarahan.

Pada bayi dapat menimbulkan masalah yang serius umunya tidak


terjadi pada neonatus, tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi penularan
sekitar 60-90 % akan tejadi mengidap kronik VHB (Hepatitis B) dan 30%
kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun
kemudian. (Prawirohardjo, 2016).

Penderita Hepatitis B tidak semua penderita mengalami gejala


hepatitis anatara 30-40 % orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala
apapun, biasanya gejalanya akan timbul bila kekebalan tubuh tidak mampu
mengendalikan infeksi HBV (Human Hepatitis B Virus) dan akan muncul
4-6 minggu bahkan sampai beberapa bulan setelah terinfeksi (Menurut
Green, 2016).

4. Patofisiologis

Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B.


Virus Hepatitis B mula-mula melekat pada resptor spesifik di membram sel
hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus
melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selajutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat
VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes
dan berintergrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peradangan darah, terjadi mekanisme kerusakan
hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap
infeksi (Mustofa & Kurniawaty, 2017).

15
Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,
terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan hati
ringan. Respon imun host terhadap antigen virus merupakan factor penting
terhadap kerusakan hepatoseluler dan proses klirens virus, makin lengkap respon
imun, makin besar klirens virus dan semakin berat kerusakan sel hati. Respon
imun host dimediasi oleh respon seluler terhadap epitope protein VHB, terutama
HBsAg yang ditansfer ke permukaan sel hati. Human Leukocyte Antigen (HLA)
class I-restriced CD8+ cell mengenali fragmen peptide VHB setelah mengalami
proses intrasel dan dipresentasikan ke permukaan sel hati oleh molekul Major
Histocompability Complex (MHC) kelas I. Proses berakhir dengan penghancuran
sel secara langsung oleh Limfosit T sitotoksik CD8+ (Hardjoeno, 2017).

5. Cara Penularan Virus

Semua jaringan tubuh penderita Hepatitis B berpotensi menularkan


virus ke orang lain, seperti :
a. Darah
b. Bagian-bagian darah
c. Air ludah (saliva)
d. Cairan ronga paru (pleura)
e. Cairan ronga perut (eritoneum)
f. Cairan otak dan sumsum tulang belakang
g. Cairan sendi (synovia)
h. Cairan ketuban (Amnion)
i. Cairan mani (semen)
j. Cairan kelamin perempuan (vagina) Penularan virus bisa melalui :
1) Jaringan bawah kulit
2) Pembuluh darah (intravena)
3) Melalui otot (intramuscular)
4) Jaringan tubuh yang diawetkan (fioksasi)
5) Jalur tangan-tinja-mulut (oral-fecal route)

16
6. Metode Pemeriksaan HbsAg

Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk mendetesi infeksi


penyakit hepatitis B, yaitu metode ELISA dan meode rapid tes.

a. Metode Enzym Linked 5 Imuno Sorbent Assay (ELISA)


Metode pemeriksaan Enzym Linked 5 Imuno Sorbent Assay
(ELISA) dianggap pemeriksaan yang memiliki spesifitas dan
sensitifitas yang tinggi yang mampu menunjang diagnosa klinis
hepatitis B (Setiawan, 2018). ELISA adalah suatu metode yang
dikerjakan sebagai sarana mengukur kadar antigen atau antibodi dalam
suatu medium cair, seperti serum atau organ yang telah
dicairkan/dilarutkan. Metode ELISA yang dilakukan dengan metode
untuk mengukur kadar HbsAg dalam serum pasien. ikatan antigen-
antibodi yang akan dibaca dengan reaksi enzimatis yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas warna pada larutan.
Intensitas warna ini kemudian akan diukur pada ELISA reader.

Prinsip dari pemeriksaan ELISA adalah reaksi antigen-antibodi


(Ag - Ab) dimana setelah penambahan konjugat yaitu antigen atau
antibodi yang dilabel enzim dan substrat akan terjadi perubahan warna.
Perubahan warna ini yang akan diukur intensitasnya dengan alat
pembaca yang disebut spektrofotometer atau ELISA reader dengan
menggunakan panjang gelombang tertentu (Setiawan, 2018).

b. Metode Rapid Tes-Rapid diagnostic tests (RDTs)

Metode rapid tes adalah tes sekali pakai yang disediakan dalam
format sederhana yang biasanya tidak memerlukan reagen tambahan
kecuali yang ada disertakan dalam test kit. Mereka dibaca secara visual
dan bisa memberikan kualitatif yang sederhana Hasilnya kurang dari
30 menit. Karena kesederhanaan, biaya dan waktu penyelesaian yang
cepat, mereka dapat dilakukan oleh penyedia awam terlatih atau

17
petugas layanan kesehatan. RDT yang berkualitas terjamin karenanya
sangat berguna dalam pengaturan di mana layanan pengujian berbasis
laboratorium konvensional tidak tersedia (WHO, 2017). Tes HbsAg
(serum/plasma) pada tes langsung untuk pemeriksaan kualitatif adanya
HbsAg pada spesimen serum atau plasma. Tes ini memanfaatkan
kombinasi antibodi monoklonal dan poliklonal mendeteksi
peningkatan kadar HbsAg pada serum atau plasma. Prinsip HBsAg
dalam sampel akan berikatan dengan anti HBs colloidal gold konjugat
membentuk komplek yang akan bergerak melalui membran area tes
yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi membentuk
garis berwarna merah muda keunguan yang menunjukkan hasil positif.

Metode pemeriksaan hepatitis dengan rapid tes memiliki


beberaa keunggunlan. Beberapa keunggulan metode rapid tes sebagai
berikut:

a. Dapat diakses di tingkat terendah dari sistem perawatan


kesehatan (termasuk komunitas pengaturan).

b. Tidak secara khusus membutuhkan fasilitas laboratorium.

c. Bisa dilakukan dengan dilatih penyedia awam dan perawatan


kesehatan

pekerja, serta laboratorium teknis.

d. Bisa digunakan dengan kurang invasive. Spesimen yang


tidak dibutuhkan venepuncture seperti seluruh darah kapiler
atau oral cairan.

e. Jika pengujian pada atau mendekati titik perawatan, hasil


hari yang sama mungkin, yang bisa mengurangi jumlah
individu yang ada hilang untuk menindaklanjuti dan karena itu
tidak menerima hasil tes mereka.

f. Perangkat bisa disimpan pada suhu 2-30 ° C

18
c. Imunochromatografi
Prinsip pemeriksaan metode ini adalah bereaksinya
imunochromatografi yang menggunakan membrane berwarna
untuk mendeteksi HBsAg dalam serum, membrane dilapisi dengan
anti-HBs pada daerah test (T) dapat bereaksi secara kapilaritas
sehingga membentuk garis merah.

7. Cara Pencegahan Virus Hepatitis


a. Kewaspadaan Universal
Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari
penderita. Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting,
terutama yang sering terpapar dengan darah.

b. Skrining HbsAg pada ibu hamil


Skrining HbsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana
terdapat prevelansi/ populasi yang tinggi.

c. Imunisasi
Bagi bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
diberikan vaksinasi HbsAg dalam waktu kurang dari 12 jam setelah di
lahirkan tanpa ditunda-tunda karena virus Hepatitis B dapat ditularkan
dari ibu ke bayinya saat persalinan. Antibodi bayi belum cukup tingi
sehingga pemberian vaksin yang kurang dari 12 jam dapat
meningkatkan antibodi bayi dan dapat mncegah transmisi virus
Hepatitis B. (Suharjo, 2010).

8. Penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir

Pada tatalaksana tidak ada yang membedakan prinsip terhadap


hepatitis akut pada kehamilan dengan tanpa kehamilan. Istirahat yang
cukup dan terapi simtomatik tetap menjadi dasarnya. Terminasi kehamilan

19
hanya dilakukan atas indikasi obstetrik. Aspek yang perlu ditimbangkan
ialah tatalaksana terkait dengan kemungkinan terjadinya transmisi vertikal
virus penyebabnya, karena hal ini dapat berpengaruh pada morbiditas dan
mortalitas anak di hari kehamilan.

a. Pada ibu hamil dengan HbsAg reaktif tidak dilakukan penangnan


khusus seperti aktivitas fisik tidak perlu dibatasi, tidak perlu
mendapatkan perawatan di Rumah Sakit tetapi perlu di beri
penjelasan tentang keadaannya, dimana seharusnya melahirkan dan
adanya penangnan khusus bagi ibu dan bayinya. (Soemorhardjo,
2015).
b. Indikasi rawat di rumah sakit adalah bila ibu hamil dengan HbsAg
disertai dengan Anemia berat, Diabetes militus, mual-muntah yang
berlebihan.
c. Setelah melahirkan, ibu dengan HbsAg positif perlu mendapatkan
edukasi berkaitan dengan hal-hal berikut : cara penularan VHB dan
pencegahan.
d. Vaksinasi bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
mendapatkan vaksinasi HbsAg. Kandungan dari vaksin Hbig
sendiri yaitu larutan yang dibuat dari plasma yang mengandung
protein. HbsAg yang telah dipurifikasi tanpa mengandung asam
nukleat VHB sehingga pemberian imunisasi Hbig sangat aman
untuk mencegah transmisi virus Hepatitis B.
e. Setelah mendapatkan vaksinasi lengkap, pada usia antara 9-18
bulan bayi baru menjalani pemeriksaan kadar anti HbsAg.
f. Bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B memungkinkan untuk
disusui, namun sebaiknya setelah bayi mendapatkan imunisasi
Hbig terlebih dahulu. Dengan catatan tetap menjaga kebersihan
peyudara dan puting susu agar bersih dan tidak terluka saat
menyusui anaknya. (Suharjo, 2016).

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

HBsAg merupakan protein selubung terluar VHB, dan merupakan


petanda bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB. HBsAg positif
dapat ditemukan pada pengidap sehat (healthy carrier), hepatitis B akut
(simtomatik atau asimtomatik), Hepatitis B kronik, sirosis hati, maupun
kanker hati primer. Pemeriksaan dan HBsAg biasanya dilakukan untuk
monitoring perjalanan penyakit hepatitis B akut, skrining sebelum
dilakukan vaksinasi, serta untuk skrining ibu hamil pada program
pencegahan infeksi VHB perinatal. Anti-HBs merupakan antibodi yang
muncul setelah vaksinasi atau setelah sembuh dari infeksi VHB. Pada
Hepatitis B akut, anti- HBs muncul beberapa minggu setelah HBsAg
menghilang(Mustika dan Dian, 2018).
Tatalaksana persalinan pada kehamilan dengan hepatitis B dengan
tindakan sectio caesarea elektif memiliki tingkat penularan ke bayi lebih
rendah dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Tatalaksana terhadap
bayi dengan ibu pengidap HBV dengan memberikan vaksinasi segera
setelah persalinan.

B. Saran
Saya mengetahui bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain
sebagainnya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik sehingga
dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dorland WA, Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-31. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. hlm. 985.

WHO. Hepatitis B. [internet]. Lanset2016. [disitasi pada tanggal 2 Maret 2017];


385(9963):117–71. Tersedia dari : http://www.who.int/mediacentre/factshe
ets/fs204/en/

Sanityoso, Andri. Hepatitis Viral Akut. Dalam : Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
hlm. 645-52.

Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.

Merry, V. Pengelolaan Hepatitis B Dalam Kehamilan Dan Persalinan [Tesis].


Semarang : Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang; 2001.

Budihusodo U. Hepatitis Akut pada Kehamilan. Dalam: Laksmi, Purwita W,


Mansjoer A, Alwi I, Setiati S, et al. penyakit-penyakit pada kehamilan :
peran seorang internis. Jakarta : Interna Publishing; 2008. hlm. 393-405.

Dunkelberg JC, Berkley, Thie KW. Hepatitis b and c in pregnancy: a review and
recommendations for care. J Perinatol. 2014; 34(12):882-91.

Alpers CE, Anthony DC, Aster JC, Crawford JM, Crum CP, Girolami UD.
Robbins and cotran pathologic basis of disease. Edisi ke-7. Philadelphia:
Elsevier; 2005.

Ayoub WS, Cohen. Hepatitis management in the pregnant patient : an update.


USA : J Clin Trans Hepatol. 2016; (4)241-7.

22

Anda mungkin juga menyukai