Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

KONSELING LAKTASI
BAGI IBU NIFAS BEKERJA

Dwi Astuti, S.SiT., M.Kes


Prof. Dr. M. Zen Rahfiludin, S.KM., M.Kes
Hanifa M. Denny, S.KM., MPH., Ph.D
Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Panduan Konseling Laktasi Bagi Ibu nifas bekerja. Konseling laktasi merupakan upaya untuk
membantu ibu nifas bekerja mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya dengan
memberikan pengetahuan dan ketrampilan serta pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
Panduan Konseling Laktasi ini dapat dipelajari dan dipahami secara mandiri untuk menambah
pengetahuan dan ketrampilan ibu nifas bekerja.
Penyusunan Panduan Konseling Laktasi Bagi Ibu nifas bekerja tentunya tidak terlepas
oleh para pembimbing yang telah mendukung dan memberikan arahan untuk terwujudnya
panduan ini. Panduan Konseling Laktasi bagi ibu nifas bekerja ini berisikan mengenai konseling
untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
produksi ASI bagi ibu nifas bekerja baik yang lancar maupun tidak lancar dalam sekresi produksi
ASInya. Panduan ini diharapkan dapat dilakukan oleh ibu nifas bekerja secara mandiri di rumah
dan menjadi sebuah edukasi bagi ibu nifas.
Penulis menyadari bahwa dalam panduan ini, masih banyak akan kekurangan. Oleh
karenanya, penulis mengharapkan krtitik dan saran bagi para pembaca yang membangun demi
kesempurnaan panduan ini.

Kudus, 14 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar.......................................................................................................................Ii
Daftar isi.................................................................................................................................Iii
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................3
Bab II
Konsep Konseling Laktasi Bagi Ibu Nifas Bekerja
A. Gambaran Umum Konseling Laktasi Bagi Ibu Nifas Bekerja.......................................5
B. Konsep Konseling Laktasi Bagi Ibu Nifas Bekerja........................................................6
Bab III
Prosedur Pelaksanaan Konseling Laktasi
Bagi Ibu Nifas Bekerja
A. Pengertian.......................................................................................................................8
B. Tujuan.............................................................................................................................8
C. Prosedur Pelaksanaan Konseling Laktasi.......................................................................9
Daftar Pustaka.......................................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian bayi merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia.
Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 20,6/1.000 KH, tahun 2021
sebesar 19,5/1.000 KH. Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan dalam Sustainable Development Goal (SDGs) (Gledys, 2020).
Upaya untuk mencegah kematian bayi dengan pemberian ASI ekslusif. Pemberian
Air Susu Ibu ekslusif penting bagi bayi karena ASI adalah makanan terbaik untuk
pertumbuhan dan perkembangan optimal bagi bayi baru lahir. ASI mengandunga protein,
lemak, kalsium dan antibody dan melindungi bayi dari penyakit pneumonia dan diare
(Kemenkes RI, 2020).
Menurut Kemnterian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021, Persentase Cakupan ASI
Ekslusif bayi berusia kurang dari 6 bulan di Indonesia masih rendah sebesar 66,1%.
Secara umum ketidakcukupan ASI berkisar 23-63% dalam 4 bulan pertama pasca
persalinan. Di Indonesia sebanyak 35% ibu menyusui mengalami ketidakcukupan ASI
(Kemenkes RI, 2021).
Rendahnya pemberian ASI dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor ibu
(Vidyalya et al, 2020), faktor bayi, faktor psikologi ibu, faktor tenaga kesehatan, faktor
sosial budaya (Liu et al, 2018). Faktor ibu seperti terpapar promosi susu formula, ibu
harus kembali bekerja, kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang Air Susu Ibu (Tuti,
2018;Liu et al, 2018). Selain itu Air Susu Ibu belum keluar pada hari pertama sehingga
bayi diberikan minuman lain, kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin
yang berfungsi dalam produksi Air Susu Ibu (Mohammadpour et al, 2018;Varisoglu et al
2020).
Metode Konseling laktasi bagi ibu nifas merupakan proses mengarahkan,
memandu dan mengelola ibu nifas dalm mencapai perkembangan individu yang optimal
Morrow et al, 1999;Kemenkes RI, 2015). Konseling laktasi bagi ibu nifas didapatkan
secara berkesinambungan akan memperoleh pengetahuan, ketrampilan yang diperlukan
dan selanjutnya akan mampu membuat keputusan sesuai kebutuhannya atas dirinya. Oleh
karenanya, perlu adanya sebuah panduan konseling laktasi bagi ibu nifas bekerja yang
diharapkan dapat menjadi sebuah penambahan pengetahuan dan ketrampilan untuk
meningkatkan produksi ASI (Cadwel, 2013).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum panduan konseling laktasi ini memberikan pengetahuan dan
ketrampilan mengenai laktasi untuk meningkatkan produksi ASI baik yang lancar
maupun tidak lancar
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari panduan laktasi mandiri konseling laktasi bagi ibu nifas bekerja
ini diantaranya adalah;
a. Dapat memberikan sebuah gambaran umum mengenai konseling laktasi
b. Memberikan penjelasan kebermanfaatan dari konseling laktasi bagi ibu nifas
bekerja terhadap sekresi produksi ASI
BAB II
KONSEP KONSELING LAKTASI BAGI IBU NIFAS BEKERJA

A. Gambaran Umum Konseling Laktasi Bagi Ibu Nifas Bekerja


Konseling laktasi bagi ibu nifas bekerja bertujuan uantuk mengarahkan, memandu
dan mengelola ibu nifas dalam mencapai perkembangan ibu nifas bekerja yang optimal
(Kemenkes, 2015). Seorang ibu nifas bekerja yang mendapatkan konseling secra
berkesinambungan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dan
selanjutnya akan mampu membuat keputusan sesuai kebutuhannya atas dirinya.( Moore
et al, 2016). Konseling laktasi membantu ibu nifas bekerja saat ini mengenali kondisi saat
ini. Masalah sedang dihadapai dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi
masalah tersebut (Cadwel, 2015).
B. Konsep Konseling Laktasi Bagi Ibu Nifas Bekerja
Konseling laktsi yang diberikan pada ibu nifas meliputi pengetahuan dan
ketrampilan (Cadwel, 2015) Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh ibu
dari seorang konselor adalah manfaat ASI, mengapa menyusui penting, posisi pada saat
menyusui, kondisi payudara, memerah ASI, ASI tidak cukup, mengapa bayi menangis
dan meningkatkan produksi ASI (Morrow et al, 1999;Cadwel, 2015).
Konseling laktasi ibu nifas dilakukan secara tatap muka dan sebagai follow up
bisa dilakukan melalui telepon. Setelah mendapatkan konseling laktasi ibu nifas
diharapkan dapat memutuskan menyusui bayinya dengan rasa senang hati dan bahagia
sehingga bayi akan berkembang dan bertumbuh karena mengkonsumsi ASI yang cukup
(Matthiesen et al, 2001).
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN KONSELING LAKTASI BAGI IBU NIFAS BEKERJA

A. Pengertian
Metode Konseling laktasi bagi ibu nifas merupakan proses mengarahkan,
memandu dan mengelola ibu nifas dalm mencapai perkembangan individu yang optimal
(Kemnkes, 2015).
B. Tujuan
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan mengenai laktasi
sehingga ibu nifas dapat menyusui bayinya dengan rasa senang dan bahagia sehingga
bayi akan berkembang dan bertumbuh karena mengkonsumsi ASI yang cukup.
C. Prosedur Pelaksanaan Konseling Laktasi
Prosedur pelaksanaan konseling laktasi pada ibu nifas bekerja dilakukan secara
tatap muka. Materi konseling laktasi meliputi manfaat ASI, mengapa menyusui penting,
posisi pada saat menyusui, kondisi payudara, memerah ASI, ASI tidak cukup, mengapa
bayi menangis dan meningkatkan produksi ASI. Frekuensi konseling laktasi dalam sehari
selama 3 hari dilakukan pagi dan sore (De jager et al, 2013).
1. Persiapan responden
Persiapan responden ibu nifas bekerja sebelum dilakukan konseling laktasi perlu
menyiapkan beberapa hal yaitu;
a. Ruangan dan tempat melakukan konsleing laktasi tidak pengap dan memiliki
sirkulasi udara
b. Konseling laktasi dilakukan di tempat yang bersih dan nyaman
2. Tahap preinteraksi
Tahapan preinteraksi yaitu ibu nifas bekerja sebelum dilakukan konseling laktasi
terdapat hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan terlebih dahulu yaitu melakukan
persiapan lingkungan untuk memberikan kenyamanan dan menghindarkan ibu nifas
bekerja dari distraksi yang mengganggu proses konseling laktasi.
3. Tahap orientasi
Tahap orientasi konseling laktasi ibu nifas bekerja yaitu;
a. Menyapa ibu nifas bekerja dengan mengucapkan salam dan nama
b. Menanyakan perasaan ibu nifas atau validasi terkait perasaan yang dirasakan saat
ini
c. Menjelaskan maksud dan tujuan dari konseling laktasi
d. Melakukan kontrak waktu ibu nifas bekerja selama 30-45 meneit
4. Tahap kerja
Tahapan kerja ini merupakan tahapan inti dalam konseling laktasi bagi ibu nifas
bekerja yang akan diberikan materi konseling laktasi meliputi manfaat ASI, mengapa
menyusui penting, posisi pada saat menyusui, kondisi payudara, memerah ASI, ASI
tidak cukup, mengapa bayi menangis dan meningkatkan produksi ASI.
a. Menganjurkan ibu nifas bekerja untuk mengambil posisi duduk senyaman
mungkin
b. Memberikan konseling laktasi mengenai materi manfaat ASI
Materi konseling yang diberikan berupa manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Manfaat
pemberian ASI adalah sebagai berikut;
1). Bagi bayi (Andreas, 2015;Boucher et al, 2016; Bravi et al, 2016).
a) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal
b) Mengandung zat protektif. Bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang
menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI
c) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
d) Membuat pertumbuhan yang baik dan mencegah terjadinya obesitas 105
e) Mengurangi kejadian karies dentis
f) Mengurangi kejadian maloklusi
g) Mencegah diare dan demam serta saluran pernafasan 17 106
2). Bagi ibu
a) Mengurangi risiko kanker payudara (Dieterich et al, 2013).
b) Mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker Rahim (Dieterich et al,
2013).
c) Mnegurangi risiko keropos tulang
d) Mengurangi adipositas visceral dan mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler (Dieterich et al, 2013).
e) Mengurangi risiko rheumatoid arthtritis
f) Metode KB paling aman
g) Menunda ovulasi (Dieterich et al, 2013).
h) Menggurangi risiko diabetes maternal
i) Mengurangi kecemasan, depresi, stress dan gelisah (Dieterich et al, 2013).
j) Berat badan lebih cepat kembali normal (Dieterich et al, 2013).
3). Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
Asi tidak perlu dibeli, sehingga lebih hemat Kecuali itu, penghematan juga
disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga
mengurangi biaya berobat
b) Aspek psikologis
Kebahagian keluarga bertambah karena kelhiran lebih jarang sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dan
keluarga
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
Tidak repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang haruus dibersihkan
serta tidak perlu untuk meminta pertolongan orang lain (Eidelman, 2012).
4). Bagi negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Lubis, 2010).
c. Memberikan konseling laktasi mengenai mengapa menyusui penting
Materi yang disampaikan berupa pengertian, kandungan zat gizi dan
kebermanfaatanya bagi tubuh bayi.
ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (Mammae),
sebagai makanan utama bagi bayi (Bai et al, 2017). ASI (Air Susu Ibu)
sebagai makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat
diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan
komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit
(Bai et al, 2017;Andreas, 2015;Minniti et al, 2014). ASI merupakan sumber
nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang cukup dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama (Lyons et al, 2020).
d. Memberikan konseling laktasi mengenai posisi pada saat menyusui
Materi konseling laktasi mengenai posisi saat meyusui berupa cara posisi dan
perlekatan meyusui dan menyusui yang benar. Berikut langkah menyusui yang
benar (Cadwel 2013);
1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
2) Perah sedikit ASI dan oleskan keputing dan areola sekitarnya. Manfaatnya
adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu
3) Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung
4) Posisikan bayi dengan benar
a) Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
ibu.
b) Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
c) Lengan yag dibawah merangkul tubuh ibu. Jangan berada di antara
tubuh ibu dan bayi. tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau
diletakkan di atas dada ibu
d) Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus
 Bibir bayi dirangsang dengan putting ibu dan akan
membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola
dimasukkan ke dalam mulut bayi
 Cek apakah perlekatan sudah benar seperti dagu menempel
ke payudara, mulut terbuka lebar, sebagian besar areola
terutama yang berada di bawah masuk ke dalam mulut
bayi, bibir bayi terlipat keluar, pipi bayi tidak boleh kempot
(karena tidak menghisap tetapi memerah ASI), tidak boleh
terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi
menelan, ibu tidak kesakitan dan bayi tenang.

e. Memberikan konseling laktasi mengenai kondisi payudara


Materi yang disampaikan berupa anatomi payudara sebagai berikut;
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,
diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200gr, yang kiri
umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar,
mencapai 600gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800gr. Ada 3 bagian
utama payudara, yaitu Korpus (badan), yaitu bagian yang besar, Areola yaitu
bagian yang kehitaman ditengah dan Papilla atau puting, yaitu bagian yang
menonjol di puncak payudara. Faktro yang dapat mempengarushi pemberian ASI
disebabkan karena adanaya kondisi payudara seperti pembengkakan payudara,
tersumbatnya saluran ASI dan radang payudara (Cadwel, 2013;Kemenkes, 2015,
Huang et al, 2020).

f. Memberikan konseling laktasi mengenai cara memerah ASI


Memberikan konsleing berupa cara memerah ASI dengan tangan dan Menyimpan
ASI Morrow et al, 1999;Cadwel, 2013;Moore et al, 2016). Berikut penjelasan
yang akan disampaikan;
1) Cara memerah ASI dengan tangan
a) Gunakan wadah yang terbuat dari plastic atau bahan metal untuk
menampung ASI
b) Cuci tangan terlebvih dahulu dan duduk dengan sedikit
mencondongkan badan ke depan
c) Paayudara dapat dipijat dengan lembut dari dasar payudara kea rah
putting
d) Rangsang putting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda
e) Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola pada jam 12 dan
jari telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola pada jam 6
f) Tekan jari- jari kea rah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di
anatara jari jari lalu lepaskan dorong kearah putting seperti mengikuti
Gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang
g) Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah mungkin
pada walnya akan memakan waktu yang agak lama
h) Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari disekitar areola dan
berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi
i) Ualngi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong
j) Menggunkan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI
2) Cara menyimpan ASI
a) ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan
portable coller bag
b) Untuk menyimpan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas
wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain ASI akan
mengembang bila dibekukan
c) ASI perah segar dapat disimpan dalam wadah tertutup selam 6-8 jam
pada suhu ruangan 260C. jika lemari pendingin 40C tersedia, aSI dapat
disimpan dibagian yang paling dingin selama 3-5 hari, di freezer satu
pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu selam 3 bulan dan didalam
deep freezer -180C selam 6 sampai 12 bulan.
d) Bila ASI perah tidak diebrikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
dibekukan
e) ASI beku dapat dicairkan dilemari pendingin dapat bertahan 4 jam
atau kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan
dilemari pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi
f) ASI beku dpat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka
yang cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya
ASI dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya
tetapitidak dapat dibekukan lagi
g) Jangna menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan
ASI
h) Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI untuk mencampur
lemak yang telah mengapung
i) ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai
selesai, kemudian sisanya dibuang.
g. Memberikan konseling laktasi mengenai ASI tidak cukup
Materi ini berisikan konseling laktasi mengenai penyebab ASI tidak cukup dan
cara menagatasinya berikut penjelasan yang akan disampaikan;
Asi tidak cukup disebakan beberapa faktor yaitu pelekatan yang tidak tepat,
kurangnya intensitas menyusui, pemberian susu formula, konsumsi obat dan
kontrasepsi, stress. Cara mengatasinya adalah periksa pelekatan dan posisi
menyusui, berikan ASI sesring mungkin, terpkan pola hidup sehat, hindari
pemberian susu formula
h. Memberikan konseling laktasi mengenai mengapa bayi menangis
Materi ini berisikan penyebab bayi menangis dan cara mengatasinya, berikut
materi yang akan disampaikan;
Faktor penyebab bayi rewel dapat disebabkan beberapa hal yaitu (Huang et al,
2020)
1) Bayi lapar
2) Bayi kelelahan
3) Bayi kolik
4) Bayi ruam popok
5) Bayi sedang tidak nyaman
6) Bayi menderita sariawan
7) Bayi menderita sakit perut
8) Bayi tumbuh gigi
9) Bayi sensitivitas terhadap makanan
10) Bayi menderita penyakit
Cara mengatasi bayi menangis atau rewel tentunya dengan menegnali penyebab
bayi tersebut mengapa menangis atau rewel. Akan tetapi ada beberapa tisp untuk
mengatasinya yaitu
1) Bedong bayi
2) Lakukan kontak dengan bayi
3) Nyalakan suara yang menenagkan
4) Usap punggung dengan lembut
5) Jangan memberikan porsi makan berlebihan

i. Memberikan konseling laktasi mengenai cara meningkatkan produksi ASI


Materi konseling laktasi pada tahap ini berisikan tips cara meningkatakan
produksi ASI (Bystrova et al, 2009;Matthiesen et al, 2001; Cadwel, 2013; Huang
et al, 2020). Berikut mataeri yang akan disampaikan;
1) Tingkatkan frekuensi menyusui
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman selama masa menyusui
3) Rutin memompa ASI agar produksi lebih banyak
4) Perhatikan perlekatan (latch on) bayi selama menyusui
5) Menyusui dari kedua sisi payudara
6) Usahakan kebutuhan zat gizi tercukupi dengan baik
7) Makan makanan untuk meningkatkan produksi ASI
8) Melakukan pemijatan payudara dan oksitosin untuk meperlancar produksi ASI
9) Minum susu pelancar ASI
DAFTAR PUSTAKA

Andreas NJ, Kampmann B, Mehring Le-Doare K. Human breast milk: A review on its
composition and bioactivity. Early Hum Dev. 2015;91(11):629-635.
doi:10.1016/j.earlhumdev.2015.08.013
Azizi E, Maleki A, Mazloomzadeh S, Pirzeh R. Effect of Stress Management Counseling on
Self-Efficacy and Continuity of Exclusive Breastfeeding. Breastfeed Med.
2020;15(8):501-508. doi:10.1089/bfm.2019.0251
Bai DL, Fong DYT, Lok KYW, Wong JYH, Tarrant M. Practices, predictors and consequences
of expressed breast-milk feeding in healthy full-term infants. Public Health Nutr.
2017;20(3):492-503. doi:10.1017/S136898001600241X
Boucher O, Julvez J, Guxens M, et al. Association between breastfeeding duration and cognitive
development, autistic traits and ADHD symptoms: A multicenter study in Spain. Pediatr
Res. 2017;81(3):434-442. doi:10.1038/pr.2016.238
Bystrova K, Ivanova V, Edhborg M, et al. Early contact versus separation: Effects on mother-
infant interaction one year later. Birth. 2009;36(2):97-109. doi:10.1111/j.1523-
536X.2009.00307.x
Cadwell. K TM. Manajemen Laktasi. (Estu T, ed.). EGC; 2013.
Dieterich CM, Felice JP, O’Sullivan E, Rasmussen KM. Breastfeeding and Health Outcomes for
the Mother-Infant Dyad. Pediatr Clin North Am. 2013;60(1):31-48.
doi:10.1016/j.pcl.2012.09.010
Eidelman AI, Schanler RJ. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics. 2012;129(3).
doi:10.1542/peds.2011-3552
Gledys Tirsa Lengkong, Fima L.F.G Langi JP. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kematian Bayi Di Indonesia. Kesmas. 2020;9(4):41-47.
Huang SK, Chih MH. Increased breastfeeding frequency enhances milk production and infant
weight gain: Correlation with the basal maternal prolactin level. Breastfeed Med.
2020;15(10):639-645. doi:10.1089/bfm.2020.0024
IDAI. Indonesia Menyusui. Badan Penerbit IDAI; 2010.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesi. Profil Kesehatan Indonesia 2020.; 2021.
doi:10.1524/itit.2006.48.1.6
Kemenkes. Kesehatan Ibu Dan Anak of Care Life Cycle.; 2015.
Liu Y, Yao J, Liu X, Luo B, Zhao X. A randomized interventional study to promote milk
secretion during mother–baby separation based on the health belief model A consort
compliant. Med (United States). 2018;97(42). doi:10.1097/MD.0000000000012921
Lyons KE, Ryan CA, Dempsey EM, Ross RP, Stanton C. Breast milk, a source of beneficial
microbes and associated benefits for infant health. Nutrients. 2020;12(4):1-30.
doi:10.3390/nu12041039
Lubis N. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif. Cermin Dunia Kedokteran; 2010.
Mohammadpour A, Valiani M, Sadeghnia A, Talakoub S. Investigating the effect of reflexology
on the breast milk volume of preterm infants’ mothers. Iran J Nurs Midwifery Res.
2018;23(5):371-375. doi:10.4103/ijnmr.IJNMR_175_16
Minniti F, Comberiati P, Munblit D, et al. Breast-Milk Characteristics Protecting Against
Allergy. Endocrine‚ Metab Immune Disord Targets. 2014;14(1):9-15.
doi:10.2174/1871530314666140121145045
Morrow AL, Guerrero ML, Shults J, et al. Efficacy of home-based peer counselling to promote
exclusive breastfeeding: A randomised controlled trial. Lancet. 1999;353(9160):1226-
1231. doi:10.1016/S0140-6736(98)08037-4
Moore ER, Bergman N, Anderson GC, Medley N. Early skin-to-skin contact for mothers and
their healthy newborn infants. Cochrane Database Syst Rev. 2016;(11).
doi:10.1002/14651858.CD003519.pub4.www.cochranelibrary.com
Matthiesen AS, Ransjö-Arvidson AB, Nissen E, Uvnäs-Moberg K. Postpartum maternal
oxytocin release by newborns: Effects of infant hand massage and sucking. Birth.
2001;28(1):13-19. doi:10.1046/j.1523-536x.2001.00013.x
Tuti T, Widyawati MN. Literatur Review : Pijat Oksitosin Dan Aroma Terapi Lavender
Meningkatkan Produksi Asi. J Kebidanan. 2018;8(1):44. doi:10.31983/jkb.v8i1.3734
Vidyalya PM. GSC Biological and Pharmaceutical Sciences A study on microbial flora and
quality of raw and pasteurized milk from Hyderabad Telangana state , India.
2020;11(01):100-105.
Varişoǧlu Y, Güngör Satilmiş I. The Effects of Listening to Music on Breast Milk Production by
Mothers of Premature Newborns in the Neonatal

Anda mungkin juga menyukai