Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN FISIOLOGIS PADA NY.J


G2P1001AB000 UK 37-38 MINGGU, JANIN T/H/I, PUKA, LETKEP
DENGAN KEADAAN IBU DAN JANIN BAIK
DI PMB ANIK ROHANJARWATI

Malang, 23 Desember 2021

Disusun Oleh :
Finny Nasyita Arifani
NIM. P17312215029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN FISIOLOGIS PADA NY.J
G2P1001AB000 UK 37-38 MINGGU, JANIN T/H/I, PUKA, LETKEP
DENGAN KEADAAN IBU DAN JANIN BAIK
DI PMB ANIK ROHANJARWATI

Mahasiswa

Finny Nasyita Arifani


NIM. P17312215029

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Wahyu Setyaningsih, SST. M. Kes Anik Rohanjarwati, A.Md.Keb


NIP. 919901014201510201 NIP. 197212161992032007
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat terselesaikan Asuhan Kebidanan Persalinan ini.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Herawati Mansur, SST., M.Pd., M.Psi., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
2. Ika Yudiati, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Malang
3. Wahyu Setyaningsih, SST. M. Kes selaku pembimbing institusi
4. Anik Rohanjarwati, A.Md.Keb. selaku pembimbing klinik

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas segala bantuan
yang telah diberikan dan semoga Asuhan Kebidanan Persalinan ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Malang,………………….. 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi
di Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan
dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih
belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika
semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau
deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi; menerapkan asuhan
persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum atau saat masalah
terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi baru lahir
akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. (Kurniarum, 2016)
Saat kita mendapatkan ibu dengan persalinan, yang perlu diperhatikan
adalah lima benang merah yang penting dan saling berkaitan yaitu :1)
membuat keputusan klinis; 2) asuhan sayang ibu dan sayang bayi; 3)
pencegahan infeksi; 4) pencatata (Rekam medic) serta ; 5) rujukan
(Kemenkes RI., 2014). Pada ibu dengan persalinan Kala I membutuhkan
tahapan yang dimulai dari fase laten sampai fase aktif dan diakhiri dengan
pembukaan lengkap. Yang akhirnya ibu masuk ke fase persalinan atau biasa
dikatakan dengan kala II persalinan. Baik di kala I ataupun kala II,
membutuhkan tata laksana yang baik (Suprapti, 2018)

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan
fisiologis persalinan dengan managemen kebidanan
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif
b. Melakukan pengkajian objektif
c. Mengidentifikasi diagnose dan masalah pada klien
d. Mengidentifikasi rencana intervensi dan melakukan implementasi
1.3. Metode Penulisan
1.3.1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada pasien
1.3.2. Wawancara
Melakukan tanya jawab secara langsung pada klien
1.3.3. Praktik
Melakukan pemeriksaan langsung melalui pendekatan manajemen
kebidanan
1.3.4. Studi pustaka
Membaca dari buku untuk data pendukung terlaksana asuhan kebidanan
serta membandingkan teori dngan praktik
1.4. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Metode Penulisan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Kehamilan
2.2. Konsep Manajemen Kebidanan Kehamilan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
3.3. Masalah Potensial
3.4. Tindakan segera
3.5. Intervensi
3.6. Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Persalinan


2.1.1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-42 minggu), atau
hampir cukup bulan di susul dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin dari tubuh ibu atau persalinan adalah proses
pengeluaran produk konsepsi (Dewi Setiawati, 2013: 53).
2.1.2. Tanda-tanda Persalinan
a. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-
sifatnya sebagai berikut : Nyeri melingkar dari punggung
memancar ke perut bagian depan, teratur, makin lama makin
pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, jika dibawa
berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh pada
pendataran atau pembukaan serviks (Dewi Setiawati, 2013: 54).
b. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat
di kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan darah sedikit (Ai Nursiah, dkk, 2014: 7)
c. Dengan pendataran dan pembukaan
Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa kapiler terputus (Dewi Setiawati, 2013: 54).
d. Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, hal ini di sebut dengan ketuban
pecah dini (Dewi Setiawati, 2013:
Tahapan Persalinan
KALA I (Pembukaan)
a. Pengertian Kala I
Persalinan kala I meliputi fase pembukaan 1-10 cm, yang di tandai
dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit), cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina. Darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler serta kanalis servikalis
karena pergeseran serviks mendatar dan terbuka (Ai Nursiah, dkk
2014:66).
b. Kala I dibagi atas 2 fase yaitu :
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap sampai 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6
jam dan dibagi dalam 3 subfase, yaitu :
(1)Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
(2)Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3)Periode deselerai : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Nurul, 2017: 5-6).
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama
40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dari
pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (primipara) atau lebih 1 cm
hingga 2 cm (multipara) (Ai Nursiah, dkk 2014: 66).
KALA II (Kala Pengeluaran)
a. Pengertian Kala II
Kala II persalinan disebut juga kala pengeluaran yang merupakan
peristiwa terpenting dalam proses persalinan karena objek yang
dikeluarkan adalah objek utama yaitu bayi (Widia, 2015: 128).
b. Tanda dan Gejala Kala II
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi,
gejala dan tanda kala II adalah :
a) Adanya pembukaan lengkap (tidak teraba lagi bibir portio), ini
terjadi karena adanya dorongan bagian terbawah janin yang masuk
kedalam dasar panggul karena kontraksi uterus yang kuat sehingga
portio membuka secara perlahan.
b) His yang lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa
mengedan, karena biasanya dalam hal ini bagian terbawah janin
masuk ke dasar panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan.
c) Adanya pengeluaran darah bercampur lendir, di sebabkan oleh
adanya robekan serviks yang meregang.
d) Pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara tekanan di dalam
uterus dan diluar uterus sehingga kantun ketuban tidak dapat
menahan tekanan isi uterus akhirnya kantung ketuban pecah.
e) Anus membuka, karena bagian terbawah janin masuk ke dasar
panggul sehingga menekan rectum dan rasa buang air besar, hal ini
menyebabkan anus membuka.
f) Vulva terbuka, perineum menonjol, karena bagian terbawah janin
yang sudah masuk ke Pintu Bawah Panggul (PBP) dan di tambah
pula dengan adanya his serta kekuatan mengedan menyebabkan
vulva terbuka dan perineum menonjol, karena perineum bersifat
elastis.
g) Bagian terdepan anak kelihatan pada vulva, karena labia
membuka, perineum menonjol menyebabkan bagian terbawah
janin terlihat di vulva, karena ada his dan tenaga mengedan
menyebabkan bagian terbawah janin dapat dilahirkan (Widia,
2015: 129-130).

KALA III (Kala Uri)


a. Pengertian Kala III
Kala III dimulai sejak bayi bayi lahir sampai lahirnya plasenta atau
uri. Partus kala III disebut juga kala uri. Kala III merupakan periode
waktu dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengektan menjadi kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi
berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus (Ina Kuswanti,
dkk 2014: 199).

b. Tanda-tanda Lepasnya Plasenta


1) Berubah Bentuk dan Tinggi Fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segi tiga, atau seperti
buah pir atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (sering kali
mengarah ke sisi kanan).
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld)
3) Semburan darah yang mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacenta pooling) dalam ruang daintara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya, darah tersembur keluar dari tepi plasenta
yang lepas (Ai Nursiah, dkk 2014: 154-155).
KALA IV (Kala Pemantauan)
Kala IV ditetapkan sebagai waktu dua jam setelah plasenta lahir
lengkap, hal ini dimaksudkan agar dokter, bidan atau penolong
persalinan masih mendampingi anita setelah persalinan selama 2 jam (2
jam post partum). Dengan cara ini kejadian- kejadian yang tidak
diinginkan karena perdarahan postpartum dapat dikurangi atau
dihindarkan (Dwi Asri,dkk 2012: 95).
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan
selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang
tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehinga
menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak
berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (masase) fundus uteri, dan bila
perlu dilakukan kompresi bimanual (Widia, 2014: 226).

2.1.3. Asuhan Persalinan Fisiologis


KALA I
Tatalaksana
Berikut adalah tatalaksana kala I menurut Kemenkes, 2013:
a. Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
b. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan :
1) Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika ditempat tidur
sarankan untuk miring kiri.
2) Biarkan ibu berjalan dan beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya
3) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh
muka ibu.
4) Ajari teknik bernafas
c. Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang
lain tanpa seizing ibu.
d. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
kecil/besar
e. Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu serta
jendela harus tertutup
f. Beri minum yan cukup untuk menghindari dehidrasi
g. Sarankan ibu berkemih sesering mungkin
h. Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan patograf.
Tabel 2.1. Penilaian dan intervensi selama kala I
Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada
kala I laten kala I aktif
Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 Tiap 30-60 menit
menit
Denyut jatung janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Penurunan kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
Warna cairan amnion Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
i. Pasang infus intravena untuk pasien dengan :
1) Kehamilan lebih dari 5
2) Hemoglobin ≤ 9 g/dl atau hematocrit ≤ 27%
3) Riwayat gangguan perdarahan
4) Sungsang
5) Kehamilan ganda
6) Hipertensi
7) Persalinan lama
j. Isi dan letakkan patograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien
k. Lakukan pemeriksaan kardiotografi jika memungkinkan
l. Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi
Tabel 2.2. Hal yang harus diperhatikan dalam persalinan kala I
Kemajuan Tanda dan Keterangan
gejala
Persalinan Kontraksi tidak Lakukan tatalaksana
progresif teratur persalinan lama
Kecepatan
pembukaan
serviks ≤ 1
cm/jam
Serviks tidak
dipenuhi bagian
bawah janin
Kondisi ibu Denyut nadi Kemunginan dehidrasi
meningkat atau kesakitan
Tekanan darah Nilai asupan
turun perdarahan
Terdapat aseton Curiga asupan nutrisi
urin kurang, beri dekstrosa
IV bila perlu
Kondisi bayi Denyut jantung Curiga kemungkinan
<100 atau gawat janin
>180/menit Lihat tatalaksana
Posisi selain malposisi/malprestasi
oksiput anterior
dengan fleksi
sempurna

KALA II, III, dan KALA IV


Tatalaksana
Tatalaksana pada kala II, III, dan IV tergabung dalam 60 Langkah Asuhan
Persalinan Normal (APN), yaitu :
KALA II
1. Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua
● Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
● Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
● Perineum menonjol
● Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perieneum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangsn tersebut dengan benar di
dalam larutan terkontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160 ×/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
● Menunggu hingga ibumempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan temuan-temuan.
● Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
● Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
● Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk meneran.
● Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya
● Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
● Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
● Menilai DJJ setiap lima menit
● Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1
jam ) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai
keinginan untuk meneran
● Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
● Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
16. Membuka partus set. 17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
20. Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
● Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
● Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya. 21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi
luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangam tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan
siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila
bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi
KALA III
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu -bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk
bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32. Memberi tahu kepada ibu
bahwa ia akan disuntuk.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan oksitosin 10
unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilakn uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang
(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. ● Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seotang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
● Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5
-10 c, dari vulva.
● Jika plasetanya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit : - Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m - Menilai kandung
kemih dan dilakukan kateterisasi kanding kemih dengan menggunakan
teknik aseptik jika perlu - Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. -
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya - Merujuk
ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30 menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan
dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
KALA IV
42.Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43.Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5
% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan
kering.
44.Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian
pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46.Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
47 Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kerinh.
48.Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49. Melanjutkan
pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
● 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
● Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
● Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
●Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri
● Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 50. Mengajarkan
pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus. 51. Mengevaluasi kehilangan darah 52. Memeriksa tekanan
darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selamam satu jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
● Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
● Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53.Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54.Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai
55.Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56.Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57.Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf

2.1.4. Pemeriksaan Dalam


Menurut Wiknjosastro (2009), yang perlu dilakukan dalam
pemeriksaan dalam adalah :
a) Memeriksa genetalia eksterna, memerhatikan ada tidaknya luka
atau massa (benjolan) termasuk kodiloma, varikositas vulva
atau rektum, atau luka parut di perineum.
b) Menilai cairan vagina dan menentukan bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium :
(1) Jika ada perdarahan pervaginam dilarang melakukan
pemeriksaan dalam.
(2) Jika ketuban sudah pecah, perhatikan warna dan bau air
ketuban. Melihat pewarnaan mekonium, kekentalan dan
pemeriksaan DJJ.
(3) Jika mekonium encer dan DJJ normal, meneruskan
memantau DJJ dengan seksama menurut petunjuk
partograf.
(4) Jika mekonium kental, menilai DJJ dan merujuk.
(5) Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi tanda infeksi.
(6) Jika ketuban belum pecah jangan melakukan amniotomi.
c) Adanya luka parut di vagina mengindikasikan adanya riwayat
robekan perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. Hal
ini merupakan informasi peting untuk menentukan tindakan
pada saat kelahiran bayi.
d) Menilai pembukaan dan penipisan serviks.
e) Memastikan tali pusat dan/ atau bagian-bagian kecil (tangan
atau kaki) tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam.
f) Menilai penurunan bagian terbawah janin dan menentukan
bagian yang masuk ke dalam rongga panggul.
Jika bagian terbawah kepala, memastikan penunjuknya (ubun-ubun
kecil, ubun-ubun besar) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai
derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala serta menilai
ukuran kepala janin dengan ukuran jalan lahir apakah sesuai.

2.1.5. Patograf
Partograf adalah alat untuk mencatat informasi berdasarkan
observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan, dan
sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinik selama kala I
persalinan.
Tujuan utama penggunaan partograf adalah mengamati dan mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam dan menentukan normal atau
tidakanya persalinan serta mendeteksi dini persalinan lama sehingga
bidan dapat membuat deteksi mengenai kemungkinan persalinan lama.
Partograf dapat di gunakan untuk semua ibu selama fase aktif kala I
persalinan ; selama persalinan dan kelahiran di semua tempat seperti
rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll.
a. Bagian Partograf
Partograf berisi ruang untuk mencatat hasil pemeriksaan yang
dilakukan selama kala I persalinan yang mencakup kemajuan
persalinan, keadaan janin, dan keadaan ibu.
1) Kemajuan Persalinan
Kemajuan persalinan yang di catat dalam partograf meliputi
pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan kontraksi uterus.
2) Pencatatan Selama Fase Laten Dan Fase Aktif Persalinan
a) Pencatatan Selama Fase Laten
Fase laten ditandai dengan pembukaan serviks 1-3 cm.
Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat terpisah dari partograf, yaitu pada
catatan atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal
dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama
fase laten persalinan dan semua asuhan serta intervensi harus
dicatat. Waktu penilaian, kondisi ibu, dan kondisi janin pada
fase laten meliputi : Denyut jantung janin, frekuensi dan lama
kontraksi uterus, nadi setiap 1 jam, pembukaan serviks,
penurunan kepala, tekanan darah, dan suhu setiap 2 sampai 4
jam dan apabila di temui tanda penyulit, penilaian kondisi ibu
dan bayi harus lebih sering dilakukan.
3) Pencatatan Dan Temuan Pada Partograf Selama Fase Aktif
Dilengkapi pada bagian awal (atas) partograf, saat memulai asuhan
persalinan.
a) Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Menilai dan mencatat setiap 30 menit (lebih sering, jika ada
tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian tersebut
menunjukan waktu 30 menit, kisaran normal DJJ terpanjan
pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan
tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah 120
atau diatas 160.
b) Warna dan Adanya Ketuban
Warna ketuban dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam,
selain warna air ketuban, jika pecah. Catat temuan dalam
kontak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan lambang
berikut.
U = ketuban utuh (belum pecah)
J = ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D = ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K = ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
Mekonium dalam air ketuban tidak selalu menunjukan gawat
janin. Apabila terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama
untuk mengenali tanda gawat janin (DJJ <100 atau >180 kali
per menit) selama proses persalinan.
c) Molase (Penyusupan Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup menunjukkan
kemungkinan adanya disproposi tulang panggul (Cephalopelvic
disproportionate) CPD. Setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam, nilai penyusupan kepala janin dan catat temuan dibawah
lajur air ketuban dengan menggunakan lambang berikut ini.
0 = Tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 = Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 = Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
namun
masih dapat dipisahkan
3 = Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di
pisahkan.
d) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur pada partograf adalah pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 pada tepi kolom paling kiri adalah
besarnya dailatasi serviks. Skala angka 1- 5 juga menunjukkan
seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian
ini menyatakan waktu 30 menit.
e) Pembukaan Serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4
jam (lebih sering, jika terdapat tanda penyulit). Tanda “X”
harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan laju besarnya
pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan pemeriksaan
dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan
di garis waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap
pemeruksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
f) Penuruna Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap melakukan pemeriksaan dalam (4 jam atau lebih), jika
terdapat tanda penyulit, catat dan nilai penurunan bagian
terbawah atau presentasi janin. Kemajuan pembukaan serviks
umumnya diikuti dengan penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin pada persalinan normal. Akan tetapi, penurunan
bagian terbawah janin terkadang baru terjadi setelah
pembukaan serviks 7 cm. Penurunan kepala bayi harus selalu
diperiksa dengan memeriksa perut ibu sesaat sebelum
pemeriksaan dalam dengan ukuran perlimaan diatas Pintu Atas
Pangul (PAP). Beri tanda “o” pada garis waktu yang sesuai
dengan garis tidak terputus 0-5 yang tertera di sisi yang
samadengan pembukaan serviks. Hubungkan tanda “o” dari
setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
g) Garis Waspada dan Garis Bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dengan pembukaan lengkap yang diharapkan
terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama
fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspadah. Apabila
pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada,
penyulit yang ada harus di pertimbngkan (misalnya fase aktif
memanjang, macet dll)
h) Jam dan Waktu
Waktu dimulai fase aktif persalinan, Bagian bawah partograf
(pembukaan serviks dan penurunan kepala janin) tertera kotak-
kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kontak menanyakan waktu
satu jam sejak dimulai fase aktif persalinan. Waktu actual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam
penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit
pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan
pembukaan serviks di garis waspada, lalu catatkan waktu aktual
pemeriksaan tersebut dikotak yang sesuai.
i) Kontraksi Uterus
Terdapat lima lajur dengan tulisan “ kontraksi setiap 10 menit “
di sebelah luar kolom paling kiri dibawah lajur waktu partograf.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.Tiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lama satuan detik
>40 detik.
j) Obat dan Cairan yang Diberikan
(1)Oksitosin
Apabila tetesan (drips) oksitosin telah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan pervolume cairan intra vena dan satuan tetesan
permenit.
(2) Obat lain dan cairan intra vena
Catat semua pemberian obat tambahan dan atau cairan
intravena dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

2.2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Normal


A. Data Subyektif
Data subyektif dikumpulkan melalui anamnesis. Tujuan anamnesis
adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan
dan persalinan (JNPK-KR, 2008).
a. Identitas
1) Nama
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2011).
2) Usia
Usia dibawah 16 tahun atau di atas 35 tahun mempredisposisi wanita
terhadap sejumlah komplikasi. Usia dibawah 16 tahun meningkatkan
insiden preeclampsia. Usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden
diabetes tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,
seksio sesaria, pelahiran preterm, IUGR, anomali kromosom dan
kematian janin (Varney dkk, 2007).
3) Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan
dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika
memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa haru
berhubungn (Romauli, 2011).
4) Pendidikan
Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang,
maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil
dengan pendidikan rendah, kadang ketika tidak mendapatkan cukup
informasi mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu mengenai
bagaimana cara
melakukan perawatan kehamilan yang baik (Romauli, 2011).
5) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien penting untuk mengkaji pasien berada dalam
keadaan utuh dan untuk mengkaji potensi kelainan prematur dan pajanan
terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat merusak janin (Marmi,
2011).
Sedangkan menurut Manuaba (2012), pekerjaan rutin (pekerjaan rumah
tangga) dapat dilaksanakan. Bekerja sesuai dengan kemampuan, dan
makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan. Wanita karier yang
hamil berhak untuk mendapatkan cuti hamil selama 3 bulan, diambil 1
bulan sebelum persalinan dan 2 bulan setelah persalinan.
6) Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana menjaga kemungkinan bila ada ibu
yang namanya sama. Dan agar dapat dipastikan ibu yang memang
hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan
kepada penderita (Romauli, 2011).
b. Keluhan utama
Menurut Manuaba (2012), tanda-tanda persalinan adalah:
1) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin
pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap
pembukaan serviks, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan
terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah
pecah.
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
4) Gejala utama pada kala II menurut Manuaba (2012), adalah:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
c. Riwayat kesehatan
Kondisi medis tertentu berpotensi mempengaruhi ibu atau bayi atau
keduanya. Calon ibu mengetahui bahwa penyakitnya dapat memperburuk
atau berpeluang menyebabkan bayi sakit atau meninggal.
Berikut ini adalah beberapa kondisi medis pada kategori ini:
1) Penyakit Jantung
Perubahan fisiologi terjadinya peningkatan volume darah dan
peningkatan frekuensi denyut jantung menyebabkan peningkatan serambi
kiri jantung yang mengakibatkan edema pada paru. Edema paru
merupakan gejala pertama dari mitral stenosis, terutama terjadi pada
pasien yang telah mengalami antrial fibilasi. Terjadi peningkatan keluhan
nafas pendek yang progresif. Penambahan volume darah kedalam
sirkulasi sistemik/ autotransfusi sewaktu his atau kontraksi uterus
menyebabkan bahaya saat melahirkan karena dapat mengganggu aliran
darah dari ibu ke janin (Prawirohardjo, 2010).
2) Asma
Wanita yang menderita asma berat dan mereka yang tidak
mengendalikan asmanya tampak mengalami peningkatan insiden hasil
maternal dan janin yang buruk, termasuk kelahiran dan persalinan
prematur, penyakit hipertensi pada kehamilan, bayi terlalu kecil, untuk
usia gestasinya, abruptio plasenta, korioamnionitis, dan kelahiran seksio
sesarea (Fraser dan Cooper, 2009).
3) Anemia
Bahaya saat persalinan adalah gangguan his (kekuatan mengejan),
kala pertama dapat berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti
retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala
empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
(Manuaba, 2012).
4) Hipertiroidisme
Menurut Fraser dan Cooper (2009), hipertiroidisme pada kehamilan
berhubungan dengan peningkatan insiden pre eklamsia, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.
5) Gonorea
Dapat terjadi abortus spontan, berat badan lahir sangat rendah, ketuban
pecah dini, korioamnionitis, persalinan prematur (Fraser dan Cooper,
2009).
6) Diabetes mellitus
Idealnya, pada ibu yang menderita DM tanpa komplikasi selama
kehamilannya, persalinan dapat dilakukan secara spontan pada saat
sudah cukup bulan (Fraser dan Cooper, 2009).
d. Riwayat kebidanan
1) Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwayat melahirkan preterm meningkatkan risiko ibu sebesar 30%
untuk melahirkan preterm lagi. Risiko tersebut meningkat seiring
peningkatan jumlah kelahiran preterm dan menurun seiring
peningkatan jumlah kelahiran cukup bulan. Segera setelah persalinan
dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila
terjadi peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama dua hari,
kemungkinan terjadi infeksi. Uterus yang telah menyelesaikan
tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat
penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring
menimbulkan rasa nyeri disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada
multipara (Manuaba, 2012).
2) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Menurut Saifuddin (2009), jadwal pemeriksaan hamil yaitu, kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu, satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua,
dua kali pada trimester ketiga. Pelayanan asuhan kehamilan standar
minimal 10T yaitu; timbang, ukur tekanan darah, ukur LiLA, ukur tinggi
fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap (5x TT yaitu TT5),
pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan,
penentuan presentasi janin dan DJJ, temu wicara, tes terhadap penyakit
menular seksual, dan tatalaksana kasus. Lama kala I primigravida 12 jam,
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Lama kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit. Kala III untuk primigravida 30 menit dan
multigravida 15 menit. Lama kala IV 2 jam (Manuaba, 2012).
e. Pola kehidupan sehari-hari
1) Nutrisi
Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa
memperlambat kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur dan kurang efektif (Wiknjosastro, 2009).
2) Eliminasi
Saat janin mulai turun ke pelvis, kandung kemih rentan terhadap
kerusakan akibat tekanan kepala. Dasar kandung kemih dapat
terkompresi diantara gelang pelvik dan kepala janin. Risiko trauma
semakin besar jika kandung kemih mengalami distensi. Ibu harus
dianjurkan untuk berkemih diawal kala II (Fraser dan Cooper, 2009).
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin selama
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering
jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.
Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin
(Wiknjosastro, 2009). Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika
ibu ingin buang besar saat fase aktif, lakukan periksa dalam untuk
memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh
tekanan bayi pada rektum (Wiknjosastro, 2009).
B. Data Obyektif
Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir (Sumarah dkk,
2010).
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran
Kesadaran itu meliputi (composmentis/ sadar penuh, apatis
/acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, samnolen / kesadaran yang
mau tidur saja ) (Roumali, 2011).
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada
waktu-waktu diawal kontraksi tekanan darah kembali ketingkat sebelum
persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari
(Varney, 2008 ).
Tekanan darah diukur tiap 2-4 jam sekali, kecuali jika tidak normal.
Tekanan darah juga harus dipantau dengan sangat cermat setelah
anestetik epidural atau spinal. Hipotensi dapat terjadi akibat posisi
telentang, syok, atau anestesi epidural. Pada ibu pre eklamsi atau
hipertensi esensial selama kehamilan, persalinan lebih meningkatkan
tekanan darah (Fraser dan Cooper, 2009).
2) Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi
diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan hingga
mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang mencolok
selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada
posisi miring, bukan terlentang (Varney, dkk, 2007).
Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik umum
ibu. Jika frekuensi nadi meningkat lebih dari 100 denyut per menit, hal
tersebut dapat mengindikasikan adanya ansietas, nyeri, infeksi, ketosis,
atau perdarahan. Frekuensi nadi biasanya dihitung setiap 1-2 jam selama
awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat (Fraser
dan Cooper, 2009).
3) Suhu
Suhu sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan. Dianggap normal adalah peningkatan suhu yang
tidak lebih dari 0,5 sampai 10 C yang mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan. Peningkatan suhu sedikit adalah normal.
Namun bila persalinan berlangsung lebih lama, peningkatan suhu dapat
mengindikasikan dehidrasi dan parameter lain harus dicek. Pada kasus
ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat mengndikasikan infeksi dan
tidak dapat dianggap normal pada kondisi ini (Varney dkk, 2007).
4) Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan, dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
(Varney dkk, 2007).
2. Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak. Rambut
yang mudah dicabut mendakan kurang gizi ata ada kelainan tertentu.
b. Muka
Pada wajah perlu dilakukan pemeriksaan edema yang merupakan tanda
klasik preeklampsia (Varney dkk, 2007).
c. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan
ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre
eklamsia (Romauli, 2011).
d. Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin biasanya mengeluarkan bau napas yang tidak
sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-pecah, tenggorokan nyeri
dan gigi berjigong, terutama jika ia bersalin
selama berjam-jam tanpa mendapat cairan oral dan perawatan mulut
(Varney dkk, 2007).
e. Leher
Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi
(Saifudin, 2010). Kelenjar limfe yang membengkak merupakan salah
satu gejala klinis infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil, pengaruhnya
terhadap kehamilan dapat menimbulkan keguguran, persalinan
prematuritas dan cacat bawaan (Manuaba, 2012).
f. Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi
puting ibu misalnya kolostrum kering atau berkerak, muara duktus yang
tersumbat kemajuan dalam megeluarkan putiang yang rata atau inversi
pada wanita yang merencanakan untuk menyusui (Varney dkk, 2007).
g. Abdomen
Pada ibu bersalin perlu dilakukan pemeriksaan TFU, yaitu pada saat tidak
sedang kontraksi dengan menggunakan pita ukur. Kontraksi uterus perlu
dipantau mengenai jumlah kontraksi selama 10 menit, dan lama
kontraksi. Pemeriksaan DJJ dilakukan selama atau sebelum puncak
kontraksi pada lebih dari satu kontraksi. Presentasi janin, dan
penurunan bagian terendah janin juga perlu dilakukan pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemih (Wiknjosastro, 2008).
Kandung kemih harus sering diperiksa setiap 2 jam untuk
mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan ntuk mencegah
obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan
mencegah penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung
kemih akibat penekanan yang lama yang akan menyebabkan hipotonia
kandung kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal
(Varney dkk, 2007). Perlu dikaji juga jaringan parut pada abdomen untuk
memastikan integritas uterus (Varney dkk, 2007).
h. Genetalia
Tanda-tanda inpartu pada vagina terdapat pengeluaran pervaginam
berupa blody slym, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka sebagai tanda gejala kala II (Manuaba, 2012). Pada genetalia
dilakukan pemeriksaan adanya luka atau massa termasuk kondilomata,
varikositas vulva atau rektum, adanya perdarahan pervaginam, cairan
ketuban dan adanya luka parut di vagina. Luka parut di vagina
mengindikasikan adanya riwayat robekan perineum atau tindakan
episiotomi sebelumnya (Wiknjosastro, 2009).
i. Anus
Perineum mulai menonjol dan anus mulai membuka. Tanda ini akan
tampak bila betul-betul kepala sudah di dasar pangul dan mulai membuka
pintu (Wiknjosasto, 2009).
j. Ekstremitas
Terutama pemeriksaan reflek lutut. Reflek lutut negatif pada
hipovitaminose dan penyakit urat saraf (Marmi, 2012).
Edema ekstremitas merupakan tanda klasik preeklampsia, bidan harus
memeriksa dan mengevaluasi pada pergelangan kaki, area pretibia, atau
jari. Edema pada kaki dan pergelangan kaki biasanya merupakan edema
dependen yang disebabkan oleh penurunan aliran darah vena akibat
uterus yang meesar (Varney dkk, 2007).
3. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
1) Leopold I
Tujuannya untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang
berada di fundus.
2) Leopold II
Tujuannya yaitu untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu,
yaitu punggung atau ekstremitas.
3) Leopold III
Tujuannya untuk mengetahui presentasi/bagian terbawah janin yang
ada di simfisis ibu.
4) Leopold IV
Tujuan dari leopold IV yaitu untuk mengetahui seberapa jauh
masuknya bagian terendah janin ke dalam PAP apakah divergen atau
konvergen.
b. Pemeriksaan dalam
Menurut Wiknjosastro (2009), yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan
dalam adalah :
a) Memeriksa genetalia eksterna, memerhatikan ada tidaknya luka atau
massa (benjolan) termasuk kodiloma, varikositas vulva atau rektum, atau
luka parut di perineum.
b) Menilai cairan vagina dan menentukan bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium :
(1) Jika ada perdarahan pervaginam dilarang melakukan pemeriksaan dalam.
(2) Jika ketuban sudah pecah, perhatikan warna dan bau air ketuban. Melihat
pewarnaan mekonium, kekentalan dan pemeriksaan DJJ.
(3) Jika mekonium encer dan DJJ normal, meneruskan memantau DJJ
dengan seksama menurut petunjuk partograf.
(4) Jika mekonium kental, menilai DJJ dan merujuk.
(5) Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi tanda infeksi.
(6) Jika ketuban belum pecah jangan melakukan amniotomi.
c) Adanya luka parut di vagina mengindikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan
informasi peting untuk menentukan tindakan pada saat kelahiran bayi.
d) Menilai pembukaan dan penipisan serviks.
e) Memastikan tali pusat dan/ atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki)
tidak teraba pada saat melakukan periksa dalam.
f) Menilai penurunan bagian terbawah janin dan menentukan bagian yang
masuk ke dalam rongga panggul.
g) Jika bagian terbawah kepala, memastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,
ubun-ubun besar) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala serta menilai ukuran
h) kepala janin dengan ukuran jalan lahir apakah sesuai.
Penurunan kepala pada Primigravida dimulai pada minggu ke 36.
Sedanglan pada multi gravid penurunan kepala baru mulai saat
permulaan persalinan (Manuaba,2010)
C. Intepretasi Data
Mengintepretasi data kemudian diproses menjadi masalah atau
diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang di indentifikasi
khusus (Varney,dkk, 2007). Masalah yaitu berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya
(Sulistyawati, 2009).

D. Implementasi
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langakah
ini dapat dilakukan sebagian oleh orang tua, bidan anggota tim kesehatan
lain. Bidan bertanggung jawab unttuk memasstikan bahwa implementasi
benar-benar ddilakukan (Varney, dkk, 2007).

2.3. Telaah Jurnal


Beberapa penelitian ada tentang pengaruh pendekatan non-farmakologis
untuk menghilangkan nyeri persalinan. Namun, informasi tentang efektivitas
latihan pernapasan pada ibu hamil untuk mengurangi nyeri ibu selama persalinan
masih terbatas. Penelitian “Effectiveness of Breathing Exercises During The
Second Stage of Labor on Labor Pain and Duration: A Randomized Controlled
Trial” oleh Yuskel (2017) ini adalah penelitian untuk mengetahui apakah latihan
pernapasan pada ibu hamil kala II memiliki efek menguntungkan terhadap nyeri
ibu, lama persalinan, dan skor APGAR menit pertama.. Uji klinis acak ini
melibatkan 250 wanita hamil, yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok:
kelompok intervensi sebanyak 125 orang yang menerima satu sesi pelatihan
latihan pernapasan dan melakukan latihan pernapasan selama kala II persalinan
dan kelompok kontrol sebanyak 125 orang yang tidak menerima pelatihan latihan
pernapasan..Efek latihan pernapasan pada nyeri ibu ditentukan oleh Visual
Analogue Scale (VAS), durasi kala II persalinan, dan skor APGAR menit
pertama.
Berdasarkan penelitian ini, latihan pernapasan dengan inhalasi dan ekspirasi
dalam pada ibu hamil efektif menurunkan persepsi nyeri persalinan dan
memperpendek durasi kala II persalinan. Hasil uji coba kontrol secara acak ini
menunjukkan bahwa latihan pernapasan memberikan kontrol nyeri yang
signifikan pada kala II persalinan. Presentasi janin turun pada kala dua persalinan,
dan itu menghasilkan refleks oleh kompresi di area kandung kemih dan dubur
yang menghasilkan dorongan kuat untuk mengejan. Akibatnya, kombinasi
kontraksi uterus involunter dan volunter membantu melahirkan janin pada tahap
ini. Strategi untuk memfasilitasi kontraksi uterus volunter dapat membantu
mengontrol kala dua persalinan Latihan pernapasan dapat memfasilitasi
pengendalian nyeri sebagai metode yang efektif untuk mengurangi tekanan yang
diberikan pada perineum, serta mengurangi dorongan untuk mengejan pada ibu.
Kepala bayi mendorong dan mengembangkan otot-otot rahim, dan tekanan kepala
bayi menyebabkan kontraksi. Pada saat yang sama, peningkatan tekanan akibat
kontraksi uterus selama mengejan dilawan dengan pernapasan dalam. Ini mungkin
mekanisme dimana teknik pernapasan mengurangi rasa sakit selama tahap kedua
persalinan.
Rata-rata skor APGAR menit pertama bayi baru lahir digunakan untuk
menentukan apakah praktik yang dilakukan dalam penelitian kami berpengaruh
pada kesehatan bayi baru lahir. Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan
antara kelompok dalam hal nilai rata-rata APGAR dari bayi baru lahir, yang
konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya.[2]Temuan ini penting karena
menunjukkan bahwa penerapannya tidak berpengaruh pada janin.
Ada beberapa keterbatasan penelitian ini. Salah satunya adalah tidak
memiliki variabel terkontrol yang dapat mempengaruhi hasil. Pertama,
penggunaan oksitosin, amniotomi dan epistomi dapat dianggap sebagai faktor
perancu dari penelitian ini.
Kesimpulannya, berdasarkan hasil penelitian, latihan pernapasan dalam
dapat dianggap sebagai metode yang efektif untuk memastikan pereda nyeri
selama persalinan. Namun, prospektif, skala besar, uji coba terkontrol acak lebih
lanjut diperlukan untuk menilai apakah latihan pernapasan bernilai untuk
manajemen nyeri selama persalinan dan melahirkan Oleh karena itu,
direkomendasikan latihan pernapasan sebagai modalitas yang efektif untuk
manajemen nyeri persalinan dan memperpendek durasi persalinan
BAB III
TINJAUAN KASUS

KALA I
Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Desember 2021
Waktu : 11.15 WIB
Tempat : PMB Anik Rohanjarwati

A. SUBYEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny.J Nama Ayah : Tn.K
Umur : 33 tahun Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan : Rp.1.000.000 Penghasilan : Rp.2.000.000/bln
Tempat Tinggal : Nusantoro 11/4 Tempat Tinggal : Nusantoro 11/4

b. Keluhan utama
Ibu datang jam 11.15 WIB 23 Desember 2021, mengatakan
perutnya kenceng kenceng sejak pukul 22.00 WIB 22 Desember
2021 dirasakan semakin kuat dan terasa menjalar hingga
punggung, keluar lendir darah jam 04.00 WIB 23 Desember
2021, keluar cairan bening banyak secara langsung pukul 10.50
WIB 23 Desember 2021.
c. Riwayat kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami (yang lalu)
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus, anemia dan penyakit menular seksual
2) Penyakit yang sedang dialami (sekarang)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus, anemia dan penyakit menular
seksual
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
darah tinggi, jantung, kencing manis, ginjal, batuk lama, dan kehamilan
kembar.
d. Riwayat Pernikahan
Menikah : 1x (untuk ibu dan suami)
Lama Menikah : 12 tahun (2009)
Usia saat menikah : 21 tahun
e. Riawayat Menstruasi
1) Siklus : 28 hari
2) Lama : 7 hari
3) Volume : 3-4x ganti pembalut tiap hari
4) Keluhan : disminorhe
5) HPHT : 1-4-2021
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan keduanya dan periksa kehamilan
ini di 8x di bidan.
Pemeriksaan di Bidan :
TM 1 : Keluhan : mual
ANC : 1x
Terapi : Asam folat, kalk, B6
KIE : 10T, baca buku KIA, dan kontrol rutin
TM 2 : Keluhan : -
ANC : 2x
Terapi : Fe dan kalk
KIE : Nutrisi dan istirahat
TM 3 : Keluhan : -
ANC : 5x
Terapi : Fe dan kalk
KIE : Nutrisi, istirahat, persiapan persalinan
g. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas
N A
Suam An Penyu Penolo Tem Penyu Sek Penyu KB
o. UK Jenis BB H M S
i ak lit ng pat lit s lit
I
1. perta 7 Ate - Bidan spont PMB - PR 3400 v - E sunti
ma thn rm an g k
2. HAMIL INI

h. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan sebelum kehamilan memakai kontrasepsi suntik 3 bulan
mulai satu bulan setelah persalinan selama lima tahun untuk menunda
kehamilan.
1) Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir ibu dengan sepiring nasi dan lauk dan
segelas air putih pada tanggal 23 Desember 2021 jam 07.00 WIB.
2) Eliminasi
a) Buang Air Kecil (BAK)
Ibu mengatakan BAK terakhir pada tanggal 23 Desember 2021 jam
06.30 WIB
b) Buang Air Besar (BAB)
Ibu mengatakan BAB terakhir pada tanggal 22 Desember 2021 jam
21.00 WIB
3) Istirahat
Ibu mengatakan tidur terakhir malam 22 Desember 2021 pukul 21.00
sampai 23 Desember 2021 pukul 04.00 WIB, tidur selama 7 jam akan
tetapi sering terbangun karena sudah kenceng kenceng.
4) Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan
kaki.terakhir tanggal 23 Desember 2021 jam 11.15 WIB
5) Pola Kebiasaan
Ibu mengatakan tidak pernah minum jamu, pijat ojok dan narkoba

B. OBYEKTIF
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 124/77 mmHg
Denyut Nadi : 89x/menit
Suhu : 36,6oC
Pernafasan : 20x/menit
c. Antropometri
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 56 kg
Lingkar lengan atas (LILA) : 28 cm
d. Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak odema, tidak pucat.
Mata : bersih dari sekret
Mulut : bibir tidak kering, tidak sariawan dan tidak ada caries
gigi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, puting kanan dan
kiri
menonjol, keluar kolostrum pada putting kanan dan kiri
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae gravidarum
alba,
terdapat linea nigra.
Genetalia : tampak keluar lender darah dari jalan lahir, oedema (-),
varises (-)
Ekstremitas : tidak terdapat edema pada kaki dan tangan, tidak terdapat
varises
pada kaki.

e. Pemeriksaan khusus
Palpasi
1) Leopold I : - Pada bagian fundus teraba kurang bulat, kurang keras,
kurang
melenting (kesan bokong)
- TFU : 3 jari dibawah px
2) Leopold II : - Pada perut bagian kiri teraba bagian-bagian kecil
( kesan ekstremitas)
- Pada perut bagian kanan teraba keras, datar,
memanjang (kesan puka)
3) Leopold III : - Pada perut bagian bawah teraba keras, bulat, melenting
(kesan
kepala), sulit digerakkan.
4) Leopold IV : - Bagian terendah sudah masuk PAP (divergen)
Auskultasi
DJJ : 137 x/menit

Tinggi Fundus Uteri (TFU)


TFU : 30 cm
Tafsiran Berat Janin (TBJ)
TBJ = (TFU-12) – 155 gr = (32-12) x 155 = 20 x 155 = 3100 gr

f. Pemeriksaan panggul
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi, dan tidak ada riwayat
obstetrik jelek
g. Perkusi refleks patella
Hasil : (+)
h. Pemeriksaan dalam
Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Desember 2021
Pukul : 11.15
Oleh : Bidan
v/v : lendir darah
Ø : 7 cm
Eff : 75%
Ketuban : (-) berwarna jernih, pecah spontan jam 10.50 WIB
Bagian terdahulu : kepala
Bagian terendah : UUK-ki-dep
Tidak ada bagian kecil maupun berdenyut dibagian terdahulu
Molase : 0
Hodge : III

C. ANALISA
G2P1001Ab000, umur kehamilan 37-38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin,
puka, letak kepala, kepala sudah masuk PAP, inpartu kala I fase aktif dengan
keadaan ibu dan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. (Pembukaan 2 cm,
detak jantung bayi normal)
2. Menganjurkan ibu untuk minum jika tidak ada kontraksi agar mempunyai
energi saat proses melahirkan
3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri agar memperlancar peredaran
darah dari ibu ke janin.
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat
kontraksi, ibu menarik nafas melalui hidung dan dikeluarkan
melalui mulut selama timbul kontraksi.
5. Mengobservasi Tanda-tanda vital, mengobservasi DJJ, nadi dan his.
(terlampir di patograf)
6. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan.
7. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan untuk menolong persalinan serta tempat penerangan
dan lingkungan BBL
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan kala I dalam partograf
9. Mengobservasi tanda dan gejala kala II
KALA II
Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Desember 2021
Jam : 12.15 WIB

A. SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa perut ibu terasa mules, teraa seperti ingin buang
air besar, ibu mengatakan sudah ingin meneran tidak dapat ditahan.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
DJJ : 143x/m
Kontraksi : 4 x 10’ x 45”
Nadi : 87x/m
2. Tanda gejala kala II :
a. Tampak Perineum menonjol.
b. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
3. Pemeriksaan Dalam
Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Desember 2021
Pukul : 12.15 WIB
Oleh : Bidan
v/v : lendir darah
Ø : 10 cm
Eff : 100%
Ketuban : (-) berwarna jernih, pecah spontan jam 10.50 WIB
Bagian terdahulu : kepala
Bagian terendah : UUK-ki-dep
Tidak ada bagian kecil maupun berdenyut dibagian terdahulu
Molase : 0
Hodge : IV

C. ANALISA
G2P1001Ab000 inpartu kala II
D. PENATALAKSANAAN
1. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan 1 ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali
pakai ke dalam wadah partus set.
2. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
3. Mendekontaminasi sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5
% dan membukanya secara terbalik, lalu rendam selama 10 menit
4. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin serta ibu dalam keadaan baik.
5. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (Bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu
keposisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman).
6. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran, diantaranya : bimbing ibu untuk meneran saat
ibu mempunyai keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan
semangat atas usaha ibu untuk meneran, anjurkan ibu beristirahan
diantara kontraksi dan anjurkan ibu untuk minum di sela-sela
kontaksi.
7. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran, anjurkan ibu
untuk berjalan, jongko, atau mengambil posisi yang dianggab
nyaman.
8. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu.
9. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu
10. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.
11. Memakai sarung tangan steril
pada kedua tangan
12. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lakukan penyokongan dengan melindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, kemudian
letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan
yang lembut untuk mencegah terjadinya gerakan difleksi
maksimal.
13. Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
14. Tunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
15. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan,
lakukan pegangan secara biparietal, dengan menempatkan kedua
tangan pada sisi muka bayi. Anjurkan ibu menerang pada
kontraksi berikutnya, dengan lembut tarik bayi kebawah untuk
mengeluarkan bahu depan, kemudian tarik keatas untuk
mengeluarkan bahu belakang.
16. Setelah kedua bahu bayi lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah
bawah, Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
17. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang
masing-masing kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
Hasil : bayi lahir spontan pada Hari Kamis/ 23 Desember 2021,
pukul 12.28 WIB dengan jenis kelamin laki-laki.
18. Lakukan penilaian sepintas, dengan menilai apakah bayi
menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan
bagiamana warna kulitnya.
Hasil : bayi lahir segera menangis, bernafas tanpa kesulitan,
bergerak aktif dan kulit tubuh kemerahan.
19. Bersihkan dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks
caseosa.Ganti handuk yang basah dengan handuk kering dan
biarkan bayi di atas perut ibu.
KALA III
Hari/Tanggal : Kamis/23 Desember 2021
Jam : 12.28 WIB

A. SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa perut ibu terasa mules.
B. OBJEKTIF
1. Bayi lahir spontan pada Hari Kamis/ 23 Desember 2021, pukul 12.28
WIB dengan jenis kelamin laki-laki
2. Abdoemen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, bagian
fundus teraba keras, perdarahan ± 150 CC, tidak ada bayi kedua
3. Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Tali pusat memanjang
b. Semburan darah mendadak dan singkat
C. ANALISA
P2002Ab000 inpartu kala III
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa ia akan oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
2. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
3. Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Dengan mendorong tali pusat
kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
4. Dengan satu tangan, memegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan melakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
5. Melakukan penjepitan tali pusat dengan penjepit tali pusat.
6. Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu agar ada kontak
kulit ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu.
7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan bersih lalu
pasang topi dikepala bayi.
8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
9. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.
10. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorso cranial) secara hati- hati (untuk mencegah
inversion uteri).
11. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil meregangkan tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
12. Setelah plasenta tampak pada vulva, melahirkan plasenta dengan
hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Hasil : palsenta telah lahir 2 menit setelah bayi lahir pada tanggal
23 Desember 2021 pukul 13.00 WIB
13. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
14. Memeriksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
Hasil : panjang plasenta ± 20 cm, ketebalan plasenta ± 3 cm,
panjang tali pusat ±30 cm, kotiledon lengkap, selaput
lengkap, tidak ada pembuluh darah yang pecah
15. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Hasil : tidak ada laserasi
16. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
17. Memberikan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam
18. Setelah satu jam, melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri
salep mata, dan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler (IM) di
paha kiri anterolateral.
Hasil : bayi telah di beri tetes mata/salep mata antibiotic
profilaksis, dan telah di suntikkan vitamin K secara intramuskuler
di paha kiri anterolateral.
Hasil penimbangan/pengukuran :
BBL = 3300 gram
PB = 48 cm
LK = 32 cm
LD = 33 cm
19. Setelah satu jam pemberian melakukan penyuntikan imunisasi
hepatitis B pada paha kanan antero lateral secara intramuscular.
KALA IV
Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Desember 2021
Jam : 13.00 WIB

A. SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa perut ibu terasa mules.
B. OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Plasenta : Plasenta telah lahir 2 menit setelah bayi lahir pada
tanggal 23 Desember 2021 pukul 13.00 WIB.
Tekanan Darah :110/65 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 20x/menit
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus berkontraksi baik,
teraba keras pada bagian fundus, kandung kemih
kosong
Genetalia : tidak ada laserasi
C. ANALISA
P200Ab000 inpartu kala IV
D. PENATALAKSANAAN
1. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam, 15 menit pada jam pertama pasca persalinan, dan 30
menit pada jam kedua pasca persalinan
2. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
3. Mengevaluasi dan mengstimulasi jumlah kehilangan darah setiap
15 menit selama 1 jam pasca persalinan, dan setiap 30 menit pada
jam kedua pasca persalinan.
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (kecuali
pernapasan), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan dan setiap 30
menit pada jam ke 2 pasca persalinan.
5. Memeriksa kembali bayi untuk memeasikan bahwa bayi bernafas
dengan baik(40- 60 x/menit) serta suhu tubuh normal yaitu (36.5oc -
37.5oc)
6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin
0.5 % untuk didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas
setelah didekontaminasi
7. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai.
8. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. dan bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
9. Memastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya, dan anjurkan keluarga untuk
member ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
10. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0.5 %
11. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5 %,
dan buka secara terbalik dengan bagian dalam ke luar, lalu rendam
dalam laruran klorin 0.5 % selama 10 menit.
12. Mencuci kedua tangan dengan sabun
13. Melengkapi patograf ( halaman depan dan belakang)
Dilakukan pemantauan 2 jam postpartum. Mengevaluasi dan mengstimulasi
jumlah kehilangan darah setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan, dan
setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan
dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan
Hasil : semua dalam batas normal
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada jam 11.15 tanggal 23 Desember 2021 Ny. J Ibu melakukan


kunjungan di PMB Anik Rohanjarwati. Ibu mengatakan keluhan perut mules dan
kontraksi makin kuat mulai 22 Desember 2021 pukul 22.00 WIB, yang di sertai
pelepasan lendir dan darah sejak tanggal 23 Desember 2021 pukul 04.00 WIB.
Keluar cairan bening banyak secara langsung pukul 10.50 WIB 23 Desember
2021. HPHT 1-4-2021. Periksa di bidan 8x, 1 kali saat TM 1 dengan keluhan
mual, 2x saat TM2, 5x saat TM3. Riwayat obstretri ini merupakan kehamilan
kedua, persalinan pertama anak umur 7 tahun, umur kehamilan aterm, lahir
normal tanpa penyulit, jenis kelamin anak perempuan, BBL 3400, ASI Eksklusif,
36 hari setelah persalinan ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. Ibu
mengatakan makan terakhir ibu dengan sepiring nasi dan lauk dan segelas air
putih pada tanggal 23 Desember 2021 jam 07.00 WIB. Ibu mengatakan BAK
terakhir pada tanggal 23 Desember 2021 jam 06.30 WIB. Ibu mengatakan tidur
terakhir malam 22 Desember 2021 pukul 21.00 sampai 23 Desember 2021 pukul
04.00 WIB, tidur selama 7 jam akan tetapi sering terbangun karena sudah kenceng
kenceng. Asuhan yang dilakukan berlanjut pada proses pengakhiran kehamilan
yang mencakup kala I-IV persalinan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kala I fase aktif terdapat hasil tekanan
darah 124/77, nadi 89x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,60C. Leopold I : 3
jari dibawah px, teraba bokong di fundus Leopold II : bagian kanan ibu teraba
memanjang seperti papan, punggung kanan .Leopold III: bagian terendah janin
teraba satu bagian bulat, keras (kepala) Leopold IV: kedua tangan tidak bertemu,
sudah masuk panggul. TFU 32 cm. TBJ: TFU (32-12)x 115= 3100 gram HIS: 4
kali dalam 10 menit, dengan durasi ±40 detik, Auskultasi : DJJ 137x/menit.
Dilakukan pemeriksaan dalam hari Kamis, 23 Desember 2021 pukul 11.15 WIB,
pengeluaran lendir dan darah, pembukaan 7cm, penipisan porsio 75%, ketuban
pecah sebelum datang ke PMB pecah spontan 23 Desember 2021 pukul 10.50
WIB, bagian terdahulu kepala, bagian terendah ubun-ubun kecil kiri depan,
molase tidak ada, hodge III.
Analisa yang didapat G2P1001Ab000, umur kehamilan 37-38 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterin, puka, letak kepala, kepala sudah masuk PAP, inpartu
kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik.
Penatalaksanaan hasil pemeriksaan pada kala I fase aktif. Mengajarkan
ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi, ibu menarik nafas
melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi.
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan.
Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada kala II yang telah di
dapatkan pada kasus Ny J didapatkan data subjektif ibu merasakan adanya
desakan untuk mendorong yang tidak bisa lagi ditahan-tahan, Data objektif pada
kasus Ny J yang didapat dimana tampak perineum menonjol, vulva-vagina dan
sfingter ani mulai membuka, dan pada pemeriksaan tanda pasti kala II di tentukan
melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya pembukaan serviks telah lengkap dan
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Sedangkan teori
menerangkan bahwa Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya
bayi, gejala dan tanda kala II yaitu dimana kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan
sering (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan, dimana air ketuban yang
keluar membuat dinding uterus menjadi lebih dekat dengan fetus, sehingga
kekuatan kontrakis lebih intensif untu mendorong keluar fetus, dan juga vagina
yang merengang karena turunnya kepala bayi akan membuat kotraksi menjadi
lebih baik (Widia, 2015). Kasus dan teori sudah sesuai, Ny.J memasuki kala II
pada pukul 12.15 WIB 23 Desember 2021.
Berdasarkan pengkajian data asuhan kebidanan perlangsungan kala III
pada kasus Ny.J didapatkan data subjektif ibu lelah setelah melahirkan dan
merasakan nyeri pada perut bagian bawah, dan pada data objektif didapatkan dari
hasil pemeriksan yaitu bayi lahir spontan pada tanggal 23 Desember 2021, jam
12.28 WIB
Kala III berlangsung selama ± 15 menit tanpa ada penyulit serta tali pusat
masih nampak di vulva. Dan berdasarkan data pengkajian asuhan kebidanan pada
kasus Ny.J dengan perlangsungan kala IV didapatkan data subjektif ibu merasa
lelah setelah persalinannya dan ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan pada
data objektif di dapatkan hasil kala III berlangsung 2 menit, plasenta lahir
lengkap tanggal 23 Desember 2021 jam 13.00 WIB, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar), perdarahan ± 150
cc dan kandung kemih kosong. Implementasi yang dilakukan melakukan
eksplorasi untuk melihat adanya sisa plasenta, lanjutkan pemantauan kontraksi
dan pencegahan perdarahan pervaginam, 15 menit pada jam pertama pasca
persalinan, dan 30 menit pada jam kedua pasca persalinan, mengajarkan
ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. Dilakukan
pemantauan 2 jam postpartum. Mengevaluasi dan mengstimulasi jumlah
kehilangan darah pemeriksaan tanda-tanda vital ibu, tinggi fundus uteri, kontraksi
uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan, dan
setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Penelitian “Effectiveness of Breathing Exercises During The Second Stage
of Labor on Labor Pain and Duration: A Randomized Controlled Trial” Yuskel
(2017) ini adalah penelitian untuk mengetahui apakah latihan pernapasan pada ibu
bersalin memiliki efek menguntungkan terhadap nyeri persalinan
Latihan pernapasan memberikan kontrol nyeri yang signifikan pada
persalinan. Presentasi janin turun pada kala dua persalinan, dan itu menghasilkan
refleks oleh kompresi di area kandung kemih dan dubur yang menghasilkan
dorongan kuat untuk mengejan. Akibatnya, kombinasi kontraksi uterus involunter
dan volunter membantu melahirkan janin pada tahap ini. Strategi untuk
memfasilitasi kontraksi uterus volunter dapat membantu mengontrol kala dua
persalinan Latihan pernapasan dapat memfasilitasi pengendalian nyeri sebagai
metode yang efektif untuk mengurangi tekanan yang diberikan pada perineum,
serta mengurangi dorongan untuk mengejan pada ibu. Kepala bayi mendorong
dan mengembangkan otot-otot rahim, dan tekanan kepala bayi menyebabkan
kontraksi. Pada saat yang sama, peningkatan tekanan akibat kontraksi uterus
selama mengejan dilawan dengan pernapasan dalam. Mengajarkan ibu teknik
relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi, ibu menarik nafas melalui
hidung dan dikeluarkan melalui mulut selama timbul kontraksi. Hal ini sesuai
dengan jurnal, ketika ibu bersalin latihan pernapasan memberikan kontrol nyeri
yang signifikan pada persalinan.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan


praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny.J
dengan persalinan kala I fase aktif di PMB Anik Rohanjarwati, maka bab ini
penulis menarik kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Ny.J dengan Asuhan Persalinan Normal
dilakukan dengan teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan
yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini
dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai
dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang
berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa Ny.J dengan Asuhan Persalinan Normal ditegakkan
berdasarkan adanya keluhan yaitu nyeri pada perut bagian bawah
yang menjalar kepinggang, yang disertai dengan adanya pelepasan
lendir bercampur dengan darah, dan sifat nyeri yang dirasakan hilang
timbul dan semakin lama semakin sering dan kuat, serta pada
pemeriksaan dalam 23 Desember 2021 jam 11.15 WIB di dapatkan
pembukaan serviks 7 cm, dan jam 12.15 pembukaan serviks 10 cm.
3. Didapatkan diagnose G2P1001Ab000, umur kehamilan 37-38 minggu,
janin tunggal, hidup, intrauterin, puka, letak kepala, kepala sudah
masuk PAP, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin
baik.
4. Penatalaksaanaan pada Ny.J bertujuan agar ibu mendapatkan
penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan kondisinya dan
mencegah terjadinya komplikasi serta mencegah terjadinya trauma
berat pada ibu dan bayinya. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar
rencana yang disusun tercapai dengan adanya kerjasama antara bidan
dengan petugas lainnya agar dapat lebih meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan pasien.
B. Saran
1. Bagi klien
a. Menganjurkan kepada ibu agar banyak beristrahat.
b. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
c. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan keadaan bayinya.
d. Menganjurkan kepada ibu untuk untuk mengomsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
e. Menganjurkan kepada ibu untuk mengomsumsi obat secara teratur
sesuai instruksi yang diberikan.
f. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya.
g. Menganjurkan ibu untuk ber KB

2. Untuk mahasiswa agar selalu meningkatkan pengetahuan dan


keterampilannya dalam melakukan komunikasikepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R., Diah W., dan Ari S (ed). 2008. Asuhan KebidananNifas.
Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Arfiana dan Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Jakarta: Trans Medika.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Departement of Health. 2009. The Pregnancy Book. UK : COI.
Depkes RI.2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Dewi dan Sunarsih. 2014. Asuhan kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinkes Jatim. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016. Surabaya:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dinkes Kabupaten Madiun. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun tahun
2017. Madiun: Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun.
Fraser, Diane M, dan M.A Cooper (ed). 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14.
Jakarta : EGC.
Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihana.
Hartanto, H. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
Jhplego.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan. Jakarta : EGC.
.2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Marmi dan Rahardjo kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi. 2011. Intranatal Care. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
.2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
.2014.Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Mochtar,
Rustam. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, Abdul Bari.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
.2009. IlmuKebidanan. Jakarta: YBP-SP.
. 2013. BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta: YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
Saleha S. 2009. AsuhanKebidananpadaMasaNifas. Jakarta: SalembaMedika.
Satuan Tugas Penurunan Angka Kematian Ibu (2017) Pre Eklamsia-Eklamsia &
Perdarahan Pasca Persalinan : Jawa Timur. Satuan Tugas Penurunan
Angka Kematian Ibu
Suherni dkk. 2009. PerawatanMasaNifas. Yogyakarta: Fitramaya. Sujiyatini.
2011. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati,Ari.2009.AsuhanKebidananPadaMasaKehamilan.
Jakarta:SalembaMedika.
Varney, Helen., J.M. Kriebs, dan C.L. Gegor. 2007. BukuAjarAsuhanKebidanan.
Edisi 4. Volume 1. Jakarta. EGC.
Varney, Helen., J.M. Kriebs, dan C.L. Gegor. 2008. BukuAjarAsuhanKebidanan.
Edisi 4. Volume 2. Jakarta. EGC.
Walyani E.S., Endang P.2015.MutuPelayananKesehatandanKebidanan.
Yogyakarta: PustakaBaru Press.
Widiastuti L.P., 2018. Asuhan Kebianan Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir.Bogor. IN MEDIA

Anda mungkin juga menyukai