Disusun Oleh:
Kelompok 10
Kelas A3 2020
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan
pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. I
DAFTAR ISI. .............................................................................................................. II
BAB 1 ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Tujuan ................................................................................................................ 1
C. Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Asuhan Keperawatan pada Kala I .................................................................... 3
2.2 Manajemen Nyeri Persalinan ........................................................................... 9
2.3 Partograf ......................................................................................................... 14
2.4 Sistem Rujukan ...............................................................................................23
BAB III ........................................................................................................................30
PENUTUP ...................................................................................................................30
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................30
3.2 Saran ............................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................31
II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembukaan serviks sebagai akibai his dibagi di bagi dalam 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung selama 8 jam dan pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm. sedangkan fase aktif
dibagi dalam 3 fase lagi yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase
deselerasi. Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.
B. Tujuan
1
2. Untuk mengetajui tentang manajemen nyeri persalinan.
C. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
a. Pengkajian kala I
1. Integritas Ego
a) Dapat senang atau cemas
b) Nyeri/Ketidak nyamanan
c) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan.
2. Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus (tergantung posisi
janin)
3. Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah muda,
kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir
4. Prioritas keperawatan
a) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan.
b) Meningkatkan kemajuan persalinan
c) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
d) Mencegah komplikasi maternal/bayi.
5. Secara Khusus
a) Memeriksa tanda-tanda vital
b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus: Frekwensi,
Interval, Intensitas, Durasi dan Tonus istirahat
c) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada
kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam kehamilan
berikutnya
d) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan:
3
1) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus,letrak janin,penurunan janin
2) Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station.
3) Tes diagnostik dan laboratorium
4) Spesimen urin dan tes darah
5) Ruptur membran
6) Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea
3) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
4) Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
suplai darah
5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran darah
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional
a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan: nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks atau tenang diantara kontraksi
Intervensi Rasional
4
mengedan yang efektif dan meminimalkan nyeri dan
relaksasi saat tidak ada his. tenaga yang dikeluarkan
sehingga pasien tidak
kelelahan.
4. Berikan analgetik/alfafrodin
hidroklorida atau meperidin 4. Membantu meringankan rasa
hidroklorida per IV/IM nyeri
diantara kontraksi.
Intervensi Rasional
5
untuk mencegah persalinan lama.
4. Meningkatkan perfusi plasenta,
3. Lakukan pemeriksaan leophod
mencegah sindrome hipotensi
terlentang.
5. Menambah O2 ibu untuk ambilan
fekal
Intervensi Rasional
6
kateterisasi menghalangi turunnya janin,
menimbulkan trauma pada
presentasi janin.
Intervensi Rasional
7
6. Ajarkan pasien menarik 6. Napas dalam merilekskan
napas dalam. otot-otot sehingga tidak
terjadi kelelahan.
Intervensi Rasional
8
urine dengan penurunan berat
jenis urine. Peningkatan berat
3. Catat masukan parenteral
jenis dan/atau reduksi dalam
dan oral dan haluaran secara
haluaran urine menandakan
akurat. Ukur berat jenin bila
dehidrasi atau kemungkinan
fungsi ginjal menurun.
terjadinya hipertensi.
4. Menandakan spasme
glomerulus, yang menurunkan
reabsorpsi albumin. Kadar
lebih dari +2 menandakan
gangguan ginjal, kadar +1 atau
lebih rendah mungkin terjadi
4. Tes urin terhadap albumin
karena katabolisme otot yang
terjadi pada latihan atau
peningkatan metabolisme pada
periode intrapartal.
D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2003)..
E. Evaluasi
a. Kala I
1) Nyeri berkurang dan terkontrol
2) Tidak terjadi cedera janin
3) Perubahan eliminasi urine teratasi
4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5) Tidak terjadi penurunan curah jantung
9
Teori ini mendasari banyak teknik untuk manajemen nyeri , terutama pada
nyeri persalinan. Berdasarkan teori ini pengiriman nyeri dapat dimodifikasi
atau di blok dengan stimulasi pusat. Selama persalinan, perjalanan impuls
nyeri dari uterus sepanjang serabut neutral kecil (serabut C) pada bagian
ascending ke substansia gelatinosa pada bagian columna spinal. Sel kemudian
menghantarkan rangsang nyeri ke otak. Stimulasi taktil seperti masase dapat
menghasilkan pesan yang berlawanan yang menghantarkan sepanjang serabut
neutral terbesar dan tercepat (serabut delta A). Pesan yang berlawanan ini
menutup gerbang masuk ‘gate’ di substansia gelatinosa sehingga dapat
memblok pesan nyeri.
2. Teori endogen opiat
Pada awal tahun 1970, para peneliti mengidentifikasi reseptor opiate pada otak
dan spinalcord. Mereka menemukan bahwa system saraf pusat melepas
substansi seperti morphin yang dinamakan endorphin dan enkepalin ketika
terjadi nyeri. Opiate endorphin ini mengikat bagian reseptor yang peka dan
mengubah persepsi nyeri dengan cara yang tidak pernah dimengerti. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh kimbals tahun 1979 menunjukkan pada wanita
saat persalinan mengalami peningkatan jumlah endorphin. Salah satu cara
yang dilakukan untuk memicu timbulnya endorphin ini adalah dengan teknik
akupuntur dan acupressure (Cohey, S. 1998).
A. Tindakan medis
1. Analgesic : obat yang dapat menghilangkan atau mengurangi rasa sakit
tanpa mengganggu kesadaran ibu yang mendapatkannya.
2. Suntikan epidural : suntikan epidural ini disebut juga pembiusan.
Pembiusan ini memblok rasa sakit di Rahim, dan bagian atas vagina.
Meskipun demikian otot panggul tetap dapat melakuka rotasi kepala bayi
untuk keluar melalui jalan lahir. Ibu tetap sadar dan dapat mengejan
meskipun dibius.
3. Spinal : merupakan suntikan bius local dipunggung ibu dengan
menggunakan jarum yang sangat kecil. Suntikan diarahkan ke area
epidural.
10
4. Intracthecal labor analgesia (ILA) : teknik ILA dilakukan dengan cara
menyuntikan obat penghilang rasa sakit kepada ibu yang akan bersalin
normal.
5. Paracervical blok : metide ini digunakan untuk menghilangkan rasa sakit
pada persalinan tahap pertama.
6. Blok syaraf perineal dan pudendal : blok syaraf perineal adalah pemberian
suntikan ke jaringan yang terobek yaitu antara jalan masuk ke vagina dan
anus. Blok syaraf pudendal adalah suntikan untuk mengebakan saraf yang
mengirim informasi sakit kepada area vulva ketika bayi melewati pinggul.
7. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) : mesin TENS
merangsang tubuh untuk memproduksi senyawa penghilang rasa sakit
alamiah.
B. Tindakan non medis
1. Homeopathy : metode penyembuhan menggunakan bahan alami yang
dikemas dalam bentuk obat farmasi.
2. Masase :
a. Pengertian : masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot, tendon, atau ligamentum tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi (Mander, R. 2004)
b. Teknik
Effleurage
Teknik pemijatan usapan lembut, lambat, dan panjang, tidak
putus-putus, dilakukan dengan ujung jari yang ditekan lembut
dan ringan dan diusahakan ujung jari tidak lepas dari
permukaan kulit.
Conterpressure
Teknik pijatan kuat dengan cara letakkan tumit tangan atau
juga menggunakan bola tenis, tekanan dapat diberikan dalam
gerakan lurus atau lingkaran kecil. (Danuatmaja, B. 2004)
Masase yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan :
- Masase kaki
11
- Masase tangan
- Masase punggung : masase effleurage dapat dilakukan
dipunggung yang tujuan utamanya adalah relaksasi. Sebuah
penelitian tahun 1997 menyebutkan, 3-10 menit effleurage
punggung dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat
denyut jantung, meningkatkan pernapasan, dan merangsang
produksi hormone endorphin yang menghilangkan rasa
sakit secara alamiah. Waktu dilakukan masase punggung
adalah pada saat kontraksi Rahim pada kala pembukaan
karena syaraf penghantar nyeri saat itu berada dibagian
punggung dan penyebaran nyeri pada kala 1 atau kala
pembukaan yang dominan adalah dibagian punggung
bawah.
- Masase bahu
- Masase perineum
3. Hypnosis : upaya membawa pasien dalam keadaan rileks sehingga otak
bekerja di gelombang alfa. Gelombang alfa memberikan kemampuan
kepada pasien untuk menghilangkan rasa sakit. Hal itu dikarenakan sensor
penghantar rasa sakit ke otak terhalang oleh gelombang alfa sehingga ibu
yang hipnosisnya berhasil dapat melahirkan tanpa rasa sakit.
4. Visualisasi persalinan : pemberdayaan otak kanan untuk persalinan yang
bebas sakit pada dasarnya menanamkan keyakinan bahwa melahirkan itu
tidak sakit.
5. Teknik auditori dan imej visual persalinan : menggunakan sensasi
kelahiran untuk menciptakan imej atau khayalan yang terjadi didalam
tubuhnya.
6. Relaksasi : menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan rileks dapat
mengurasi stress melahirkan.
7. Posisi melahirkan : lithotomi bukan satu-satunya posisi melahirkan
8. Terapi bola-bola persalinan : bola-bola persalinan membantu bayi bergerak
menuju mulut Rahim.
9. Persalinan dalam air : persalinan dalam air membantu bayi beradaptasi
dengan lingkungan baru
12
10. Gerakan dan teknik pernapasan zilgrei : terapi zilgrei terdiri dari latihan
pernafasan dan gerakan dimana zilgrei berefek meringankan ibu hamil dan
memperbaiki asimetri tubuh sehingga ibu dapat ‘bebas seperti burung’
11. Metode hypobirthing : memasukkan pikiran-pikiran positif Kediri ibu
dengan membayangkan dan mengucapkan hal-hal positif dan
menyenangkan
12. Terapi akupuntur : akupuntur dapat mengatasi persalinan yang panjang,
sulit, dan sakit karena sejumlah faktor.
13. Metode alif atau zikir : ibu duduk dan berbaring dengan menutup aurat dan
dalam keadaan berwudhu, ibu membaca doa sesuai dengan agama dan
keyakinan masing-masing.
14. Yoga dan peregangan : saat melakukan peregangan didalam yoga, otot-
otot menjadi lembit dan lentur. Selain itu juga membantu ibu bernapas dan
rileks, yaitu dua hal yang membantu meredakan sakit.
15. Metode pernapasan : pernapasan yang benar saat persalinan adalah dengan
tidak menghabiskan tenaga, ibu juga harus mensuplai banyak oksigen pada
bayi untuk mengatasi depresi persalinan.
16. Pemanasan : metode pemanasan adalah dengan memberikan rangsang
hangat dipunggung ibu.
17. Metode persalinan aktif : persalinan aktif dengan mengikuti insting dan
panggilan psikologis tubuhnya untuk melalui persalinan dan mengurangi
rasa sakit
18. Metode reiki : salah satu teknik eksotik (mengambil energy dari luar
tubuh), mengakses energy alam semesta dan memanfaatkannya untuk
berbagai keperluan. (danuatmaja, B. 2004).
13
2.3 Partograf
A. Pengertian
14
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi,grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosayang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu persalinan dan bayi baru lahir.
D. Isi partograf
2) Kondisi janin:
15
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks;
b) Penurunan bagian terbawah ataupresentasi janin;
c) Garis waspada dan garis bertindak.
4) Waktu dan jam
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5) Kontraksi uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
b) Lama kontraksi (dalam detik).
6) Obat-obatan yang diberikan
a) Oksitosin.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7) Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
b) Urin (volume, aseton atau protein).
16
a. Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:
Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai
jam. Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules27.
2) Kondisi janin.
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit(lebih sering
jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan waktu 30
menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100.
Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit(bradicardi)
atau diatas 160 permenit (tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran
angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik dengan titik yang lainnya30.
0 : Sutura terpisah.
17
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
Kemajuan persalinan.
Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam. Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
- Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada
garis waspada. Jika pembukaanserviks telah melampaui dan berada di sebelah
kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu dilakukantindakan untuk
menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus berada di tempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.
18
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktifpersalinan.
Menyantumkan tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk dalam fase
aktif persalinan.
3) Kontraksi uterus.
b) Obat lain dan caira IV. Mencatat semua dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
Kondisi ibu.
a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
19
b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit. Memberi tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adainfeksi. Mencatat suhu tubuh pada
kotak yang sesuai.
Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih).
Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.
a) Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk
dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b) Kala I.
c) Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu
dan masalah dan penatalaksanaannya.
d) Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan
20
plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,
masalah lain,penatalaksanaan dan hasilnya.
e) Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat pentinguntuk
terbentuknya perilaku seseorang33.
2) Pendidikan
21
Perbedaan pendidikan tenaga kesehatan mempengaruhi proses pengisian
partograf serta outcomes dari persalinan19. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin dalam pemahaman serta pengetahuan yang diperoleh33.
Perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan dari luar33. Kompetnsi dan ketrampilan bidan terbukti
berpengaruh terhadap proses pengisian partograf19.
Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai
alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya proses28. Sumber daya yang dimaksud adalah termasuk
ketersediaan kertas grafik partograf, peralatan untuk melaksanakan observasi
tanda-tanda vital alat tulis12,13.
5) Sikap
Perilaku dalam bentuk sikap / tanggapan atau rangsangan dari luar diri
seseorang untuk melakukan pencatatan dengan baik13.
7) Pengawasan
22
lebih tinggi19. Petugas kesehatan tidak melakukan pengawasan dan tindak lanjut
padaranah yang lebih tinggi12,25.
Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya.
Sistem ini diharapkan semua memperoleh keuntungan. Misalnya:
23
Apabila peserta memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka
peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan
sekunder, dalam hal ini FKTL.
Pelayanan kesehatan di tingkat ini hanya bisa diberikan jika peserta mendapat
rujukan dari fasilitas primer/FKTP. Rujukan ini hanya diberikan jika pasien
membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik dan fasilitas kesehatan primer yang
ditunjuk untuk melayani peserta, tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan peserta karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, dan atau
ketenagaan. Jika penyakit peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan
sekunder, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, peserta
akan mendapatkan penanganan dari dokter sub-spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub- spesialiastik.
Peserta BPJS harus mengikuti sistem rujukan yang ada. Sakit apapun, kecuali
dalam keadaan darurat, harus berobat ke fasilitas kesehatan primer, tidak boleh
langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis. Jika ini dilanggar peserta harus
membayar sendiri. Khusus mengenai keadaan gawat darurat ini diperlukan kesamaan
pandang antara BPJS dengan FKTP dan FKTL.
Keluhan lain terkait sistem rujukan BPJS yang dirasakan adalah ketidaksiapan
tenaga kesehatan dan kurangnya fasilitas di layanan kesehatan primer, kasus yang
seharusnya dapat ditangani di layanan primer/sekunder tetapi langsung dirujuk ke
rumah sakit tersier.
24
Idealnya rujukan tidak hanya berasal dari Puskesmas, namun juga layanan
primer lain, misalnya klinik tempat pekerja tersebut. Kasus lain yang menuai protes
program JKN adalah mutasi peserta Jamsostek ke BPJS, seorang manula gagal
mendapat pelayanan perawatan kesehatannya karena salah satu rumah sakit swasta
yang sebelumnya merupakan rujukan Jamsostek menolaknya.
Seharusnya dalam masa dua tahun ini ada peluang penerapan sistem tidak
secara kaku. Masyarakat yang tinggal di kepulauan juga menjadi korban kurangnya
sosialisasi mengenai sistem rujukan pada BPJS. Perjalanan jauh yang telah ditempuh
dengan menyeberangi pulau dan biaya tidak sedikit menjadi sia-sia karena rumah
sakit terpaksa menolak pasien. Pelayanan rujukan juga menjadi sesuatu yang rumit di
daerah seperti Papua. Banyak daerah yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan darat,
sehingga diperlukan heli-ambulans untuk mengangkut pasien gawat atau pasien
rujukan. Namun fasilitas ini tidak tersedia di BPJS. Tidak jarang juga penolakan oleh
rumah sakit dilakukan karena ruangan benar-benar penuh. Ini tentu saja menyebabkan
mutu pelayanan rumah sakit jadi menurun. Seharusnya pasien tersebut dapat dirujuk
ke rumah sakit lain yang setingkat. Namun ada banyak rumah sakit yang menolak
(swasta) atau belum siap (swasta dan pemerintah) untuk bekerjasama dengan BPJS.
Sebaiknya dalam masa transisi ini kasus yang ditemukan merupakan masukan dari
seluruh stakeholders terkait pelayanan kesehatan ini untuk perbaikan-perbaikan baik
dalam hal operasionalnya maupun dalam hal penyusunan regulasi- regulasi yang
mendukung operasionalisasi tersebut. Untuk menjamin berjalannya sistem rujukan
berjenjang BPJS maka perlu dilakukan langkah-langkah yaitu : sosialisasi yang terus-
menerus, proses pertemuan lintas sector secara proaktif serta monitoring dan evaluasi
yang juga terus menerus harus dilakukan antar seluruh stakeholders, guna
menanamkan kesadaran masyarakat tentang sistem rujukan berjenjang. Masyarakat
menilai sistem rujukan terkesan berbelit-belit ini dipicu oleh keengganan masyarakat
untuk antre di layanan primer seperti Puskesmas. Pembenahan sarana dan prasarana
yang memadai di setiap tingkat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Kompetensi
petugas kesehatan/dokter perlu disiapkan dan ditingkatkan sehingga mampu
menangani kasus sesuai tingkat layanannya. Kebijakan sistem rujukan yang
ditetapkan harus lebih komprehensif mencakup jejaring yang melibatkan swasta, dan
membuka seluas- luasnya kesempatan bagi klinik yang mau bergabung dengan BPJS
sehingga tidak terjadi antrean di Puskesmas.
25
Peran dokter dalam sistem rujukan berjenjang adalah memahami secara jelas
mengenai sistem rujukan karena dokter adalah petugas garda depan yang selalu
menjadi tempat bertanya pasien atau masyarakat yang membutuhkan dan dokter harus
selalu meningkatkan kompetensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara
professional yang dibutuhkan pasien.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem rujukan perlu dilakukan secara terus-
menerus oleh pemerintah dan organisasi profesi sebagai organ Pembina, agar
menjamin setiap masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai dengan
haknya. Diketahui bahwa dalam era JKN ini, BPJS telah membagi fasilitas pelayanan
kesehatan atas :
Pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
26
Rujukan vertical adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Rujukan vertikal dari tingkatan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan
apabila : pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/ atau ketenagaan. Rujukan vertikal dari
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah
dilakukan apabila:
Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukandari faskes primer.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
27
Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan apabila peserta BPJS
Kesehatan dalam kondisi :
Bencana, Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
Bila di review permasalahan dalam dua tahun penyelenggaraan JKN ini maka
masalah yang dapat dilihat sebagai berikut: sosialisasi yang perlu di tingkatkan lagi
system BPJS yang belum siap benar
28
masih perlu ditingkatkan kualitas pelayanan medik dan penunjang lainnya layanan
rujukan yang belum sesuai harapan infrastruktur layanan yang belum sesuai harapan
tarif INA CBG’s yang masih belum sesuai dengan pembiayaan
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Di sini penulis menydari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mem
30
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan
https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/MODUL-
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=r
ja&uact=8&ved=2ahUKEwjj4dLYy_D2AhU8T2wGHTC_B0QQFnoE
CB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fstikesmajapahit.ac.id%2Fpublic%2
Fdownload%2Fforce_download%2F36&usg=AOvVaw3z2s4uZ5qLea
31