1
KATA PRNGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia Nya sehingga kami
dapat Menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.tanpa pertolongan Nya kita semua tidak
mungkin dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami
membahas makalah yang berjudul “ Persalinan Dan Komplikasinya”. Dalam menyelesaikan
karya tulis ini kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kerja keras kami
dalam mengerjakan, akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini. Masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah yang kami buat.Kelompok kami berharap makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan pemahaman dalam berfikir kritis dalam keperawatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KataPengantar....................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................2
A. Persalinan...................................................................................2
B. Proses Persalinan.......................................................................2
C. Komplikasi Persalinan...............................................................5
D. Jenis Komplikasi Persalinan dan Penangannya.........................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah
mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas
kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al,
2006).
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu meningkat dari
tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang ditemukan terkait komplikasi saat
persalinan antara lain kelainan letak/presentasi janin, partus macet/distosia, perdarahan pasca
persalinan, infeksi berat/sepsis, placenta previa, Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Timbulnya
berbagai permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu berupaya menurunkan
angka kematian ibu dengan melakukan perluasan pelayanan kesehatan berkualitas melalui
pelayanan obstetrik yang komprehensif seperti penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) ) (Kemenkes RI, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. apa yang dimaksud dengan persalinan
2. Apa-apa saja proses dalam persalinan
3. Apa saja jenis komplikasi pada persalinan
C. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu persalinan
2. Mengetahui bagaimana proses kelahiran
3. Memahami jenis-jenis komplikasi pada persalinan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses
kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm 40 minggu), pada janin letak memanjang
dan presentasi belakang kepala, yang dususul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh
proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan
buatan dan tanpa komplikasi.
B. PROSES PERSALINAN
1. Kala I (pembukaan serviks)
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1 terdapat
dua fase yaitu :
Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar
enam jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama
20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit,
dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah,
lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum
pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini. Tanda-tanda dan
gejala inpartu :
a. Penipisan dan pembukaan serviks.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit ).
2
c. Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
d. Adanya HIS: His ssesungguhnya dan HIS palsu
Prosedur Kala I
Kala I dimulai dengan kontraksi uterus dan dilatasi serviks, terbagi menjadi dua
fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah pembukaan serviks 1–3 cm dan
berlangsung sekitar 8 jam, sedangkan fase aktif adalah pembukaan serviks 4–10 cm
berlangsung sekitar 6 jam. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kala I adalah:
Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu tekanan darah setiap 4 jam serta pemeriksaan kecepatan
nadi dan suhu setiap 1 jam
Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan denyut jantung bayi yang
dipengaruhi kontraksi uterus dapat dilakukan dengan prosedur cardiotocography (CTG)
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam untuk menilai dilatasi serviks, penurunan kepala
janin, dan warna cairan amnion
3
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu
sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10 cm hingga bayi
lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan, dengan
kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit. Refleks mengejan juga
terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot dinding abdomen serta diafragma,
membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam Rahim.
Tindakan persalinan pada kala II adalah:
Jaga perineum dengan cara menekannya menggunakan satu tangan yang dilapisi
dengan kain kering dan bersih
Jaga kepala bayi dengan tangan sebelahnya agar keluar dalam posisi defleksi, bila
perlu dilakukan episiotomi
Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher, jika terdapat lilitan maka dicoba untuk
melepaskannya melalui kepala janin, jika lilitan terlalu ketat maka klem dan potong
tali pusat
Persiapan melahirkan bahu bayi setelah kepala bayi keluar dan terjadi putaran paksi
luar
Posisikan kedua tangan biparietal atau di sisi kanan dan kiri kepala bayi
Gerakkan kepala secara perlahan ke arah bawah hingga bahu anterior tampak pada
arkus pubis
Pindahkan tangan kanan ke arah perineum untuk menyanggah bayi bagian kepala,
lengan, dan siku sebelah posterior, sedangkan tangan kiri memegang lengan dan siku
sebelah anterior
Pindahkan tangan kiri menelusuri punggung dan bokong, dan kedua tungkai kaki saat
dilahirkan
4
biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim terus menurun.
Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan membutuhkan bantuan tambahan.
Suntikkan oksitosin intramuskular pada lateral paha ibu, atau intravena bila sudah terpasang
infus
Pasang klem tali pusat 3 cm dari umbilikus bayi, lalu tali pusat ditekan dan didorong ke arah
distal atau ke sisi plasenta, dan pasang klem tali pusat ke-2 sekitar 2 cm dari klem pertama
Gunting tali pusat di antara kedua klem, hati-hati dengan perut bayi
Lalu bayi diberikan kepada petugas kesehatan lain yang merawat bayi, atau bayi segera
diletakkan di dada ibu untuk inisiasi menyusu dini (IMD)
Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta
Cara peregangan tali pusat adalah satu tangan membawa klem ke arah bawah, sedangkan
tangan lainnya memegang uterus sambil didorong ke arah dorso kranial
Jika tali pusat bertambah panjang maka pindahkan klem hingga jarak 5-10 cm dari vulva ibu,
lakukan peregangan tali pusat berulang dengan perlahan hingga plasenta lahir spontan
Jika dalam 30 menit plasenta tidak lahir spontan, atau terjadi retensio plasenta, maka lakukan
manual plasenta
Saat proses melahirkan plasenta, dilarang menarik tali pusat terlalu keras karena dapat
menyebabkan plasenta keluar tidak utuh. Plasenta yang keluar harus diperiksa apakah
keluar utuh. Jaringan plasenta yang tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan
komplikasi di masa nifas seperti infeksi postpartum atau perdarahan pervaginam.
5
B pada anterolateral paha kanan. Memandikan bayi selama 24 jam pertama sebaiknya dihindari
untuk mencegah hipotermia
C. KOMPLIKASI PERSALINAN
Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia kandung
terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi persalinan
sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah
satu penyebab terjadinya kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut berhubungan
dengan kejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan status
ekonomi ibu bersalin.
Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi
persalinan dikarenakan semakin muda usia ibu saat terjadi persalinan maka semakin besar
kemungkinan terjadi komplikasi akibat panggul ibu yang masih sempit serta alat-alat
reproduksi yang belum matur, usia kehamilan yang terlalu muda saat persalinan
mengakibatkan bayi yang dilahirkan menjadi premature. Status perkawinan ibu
mempengaruhi psikologis ibu selama proses kehamilan dan persalinan serta keteraturan
dalam memeriksakan kehamilan juga mempengaruhi terjadinya komplikasi saat persalinan
sebab apabila terjadi kelainan tidak dapat terdeteksi secara dini.
6
Belum semua rumah sakit kabupaten sebagai tempat rujukan dari puskesmas
mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan fungsi obstetrik esensial
7
atau solustio plasentae (seluruh atau sebagian plasenta lepas) yang pernah dialami
juga akan memengaruhi proses persalinan dan kehamilan selanjutnya.
Riwayat ginekologi
Riwayat ginekologi bisa menyebabkan komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan ibu hamil. Bumil yang pernah memiliki riwayat kasus kehamilan ektopik
(kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim), kemungkinan besar akan kembali
mengalaminya pada kehamilan selanjutnya. Cedera tuba (cedera pada tuba falopi,
atau saluran telur) akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Selain
itu, riwayat ginekologi yang memengaruhi terjadinya komplikasi adalah adanya
kejadian inkompetensia serviks (ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
kehamilan), dan uterine anomalies (dinding rahim rusak), sehingga meningkatkan
risiko keguguran.
Usia
Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk hamil. Hamil pada usia ini
akan memengaruhi tingginya morbiditas (terjadi penyakit atau komplikasi) dan juga
mortalitas (kematian janin). Risiko komplikasi pada ibu hamil akan meningkat
drastis karena dipengaruhi faktor kesehatan, obesitas, dan perdarahan sang ibu
8
ditangani dengan pemberian induksi persalinantindakan forceps, episiotomi (gunting
vagina), maupun operasi caesar.
2. Cephalopelvic disproportion
Adalah penyulit persalinan saat bayi sulit lahir melewati panggul ibu karena
ukurannya yang terlalu besar. Komplikasi persalinan cephalopelvic disproportion (CPD)
bisa terjadi ketika ukuran kepala bayi yang terlalu besar atau panggul ibu yang terlalu
kecil. Ukuran panggul ibu yang kecil tidak menjadi masalah bila ukuran kepala bayi juga
tidak terlalu besar. Penanganan CPD biasanya dilakukan dengan operasi caesar karena
persalinan normal sudah tidak memungkinkan.
3. Bayi sungsang
Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim
berada dengan kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki
si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal.
Posisi bayi masih sungsang saat akan dilahirkan, ini akan membuat proses melahirkan
lebih sulit dan untuk mengatasinya, dokter akan melakukan operasi Caesar
4. Prolaps tali pusat
Selama dalam kandungan, tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi. Tali
pusat bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu. Terkadang selama proses melahirkan, tali
pusat dapat masuk ke dalam leher rahim atau serviks terlebih dulu sebelum setelah air
ketuban pecah. Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui vagina dibandingkan
bayi sehingga menyebabkan komplikasi saat persalinan. Kondisi ini disebut dengan
Prolaps tali pusat. Prolaps tali pusat adalah suatu kondisi di mana tali pusar atau tali
pusat bayi berada mendahului kepala bayi di leher rahim (serviks).
5. Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar
Posisi janindi dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang. Kadang kala, bayi bisa
bergerak dan berganti posisi sehingga membuat tubuhnya terlilit tali pusatnya sendiri.
Janin terlilit talipusarsebenarnya bisa terlepas dengan sendirinya berkali-kali selama
kehamilan. Namun, tali pusat yang melilit bayi selama proses persalinan dapat
menimbulkan komplikasi Ini karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga
membuat denyut jantung bayi menurun secara tiba-tiba (variable decelerations).
9
Penyebab janin terlilit tali pusar juga bisa karena ukuran tali pusar yang terlalu panjang,
strukturnya lemah, dan tidak dilindungi lapisan jeli yang cukup. Hamil dan Melahirkan
anak kembar juga kerap menjadi penyebab tali pusar melilit tubuh bayi. Detak jantung
bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi menunjukkan tanda bahaya lainnya.
Melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan keluar terbaik untuk mengatasi
komplikasi persalinan ini
6. Komplikasi persalinan asfiksia perinatal
perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan cukup oksigen
di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung maupun setelahnya. Asfiksia
merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang dapat berakibat fatal. Selain karena
kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami komplikasi persalinan berupa
asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbon dioksia. Dokter biasanya melakukan
penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal dengan memberikan oksigen kepada ibu
dan operasi caesar. Setelah melahirkan, pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya
dengan memberikan pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.
7. Emboli air ketuban
adalah kondisi ketika sel-sel janin, air ketuban, dan lainnya masuk ke dalam aliran
darah ibu melalui plasenta. Komplikasi atau penyulit persalinan ini kemungkinan terjadi
karena penghalang plasenta mengalami kerusakan akibat luka. Sebenarnya, air ketuban
yang masuk ke aliran darah ibu jarang mengakibatkan masalah. Itulah mengapa emboli
air ketuban termasuk tanda bahaya persalinan yang jarang sekali terjadi.
8. Plasenta akreta
merupakan salah satu penyebab terjadinya retensio plasenta. Komplikasi persalinan
ini terjadi saat perlekatan plasenta terlalu kuat pada dinding rahim sehingga membuatnya
susah lepas setelah melahirkan. Bahkan, plasenta dapat tumbuh ke dalam dinding rahim
sehingga semakin sulit lepas dan keluar dari tubuh ibu. Bila tidak segera dikeluarkan,
plasenta yang susah lepas ini berisiko membuat ibu mengalami perdarahan hebat.
9. Komplikasi persalinan atonia uteri
Rahim atau uterus seharusnya masih berkontraksi setelah melahirkan guna
mengeluarkan plasenta sekaligus menekan pembuluh darah. Namun, ibu bisa mengalami
komplikasi persalinan atonia arteri sehingga terjadi perdarahan yang sangat banyak
10
(perdarahan postpartum). Dokter biasanya mengobati atonia uteri dengan operasi hingga
histerektomi untuk kasus yang tergolong berat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002) Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
B. Saran
Hal utama yang bisa ibu upayakan untuk mencegah komplikasi persalinan yakni
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan sedini mungkin. Sebelum atau saat sedang
merencanakan kehamilan, usahakan untuk mendapatkan pemeriksaan prenatal guna
mengetahui kondisi kesehatan tubuh ibu. Hindari juga merokok di masa kehamilan untuk
mencegah terjadi masalah atau komplikasi pada Anda dan bayi nantinya. Tak lupa, rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi bila ada masalah pada kehamilan yang
mungkin perlu segera ditangani.
11
DARTAR PUSTAKA
Wiknjosastro Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifudin. AB. 2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin. AB. 2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
12