Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENKES INVOLUSI UTERUS

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD DARREL FADHLIL WAFI (19.002)


2. RENI MELINDA (19.041)

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Eko Sari Ajiningtyas M. Kes

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah keperawatan maternitas dengan judul “PENKES INVOLUSI UTERUS”

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita semua mengenai “PENKES INVOLUSI
UTERUS” untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang baik atau benar dalam makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................3
C. TUJUAN ..................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
A. KONSEP TEORI INVOLUSI UTERI......................................................4
B. IBU POST PASTUM................................................................................8
C. MENYUSUI DINI....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. KESIMPULAN.......................................................................................13
B. SARAN...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu program
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60
gram.Involusi uterus dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus
pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil (Sukarni, 2013).

Proses pemulihan organ reproduksi masa nifas (involusi) merupakan


hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan karena proses ini
bertujuan sebagai landasan bagi petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan,
dll) sebagai pemantauan proses fisiologi kembalinya uterus seperti pada saat
sebelum hamil karena bila proses involusi ini tidak berjalan dengan normal
maka akan menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan subinvolusi uteri
yang akan menyebabkan perdarahan yang dapat menambah jumlah kematian
ibu pada masa nifas.

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan


karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayi. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan (masa nifas) dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama dan ini disebabkan oleh
perdarahan. (Prawihardjo, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Involusi Uterus?

2. Apa saja tujuan dari Involusin Uterus?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses precepatan Involusi Uterus?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Involusi Uterus.

2. Untuk mengetahui proses Involusi Uterus.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IBU POST PASTUM

Merupakan perempuan yang mengalami masa pulih kembali dalam waktu


empatpuluh hari, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil ( Bobak dkk,2004). Masa nifas ( puerperium ) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Perempuan yang melalui periode puerperium disebut puerpera. Puerperium
berlangung selama 6 minggu atau 42 hari ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 ).
1. Lochea

Merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung


darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/alkhalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat darip ada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau amis/ anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda - beda pada setiap wanita. Lochea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.

2. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :

a. Lochea Rubra / Merah ( Kruenta ). Lochea ini muncul pada hari 1 sampai
hari ke 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,dinding rahim, lemak bayi,
lanugo, dan mekonium.

2
b. Lochea Sanguilenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

c. Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena


mengandung serum, leukosit dan laserasi plasenta. Muncul pada hari kr 7
sampai hari ke 14 post partum.

d. selama 2 sampai 6 minggu postpartum ( Doengoes,2001).

B. KONSEP TEORI INVOLUSI UTERI

1. Pengertian

Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan


berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa
yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium(ika, 2004)

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus


kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus(Ginting et al., 2020)

2. Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah,kira-kira 2 cm


dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan
16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan
jumlah sel- sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma
sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan
fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

3
b. Atofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi endomaterium yang baru.
c. Efek Oksitoksin ( Kontraksi ) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi.
d. Plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam
pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini.Suntikan oksitoksin biasanya diberikan
secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi
lahir.Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitoksin karena isapan bayi pada payudara (Ginting et al., 2020)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya :

a. Senam nifas merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang
menjalani masa nifas. Tujuan senam : mempercepat pemulihan kondisi
tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin
terjadiselama masa nifas, memperkuat otot perut,otot dasar panggul, dan
memmemperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu memperlancar
terjadinya proses Involusi uteri.
b. Mobilisasi dini ibu post partum Merupakan suatu gerakan yang dilakukan
bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring , miring-miring,
duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan
mem perlancar pengeluaran lochea ( sisa darah nifas ), mempercepat
involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan,
memperlancar peredaran sirkulasi darah .

c. Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya Proses


involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera
setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi
pada otot polos uterus.

4
d. Gizi Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang
dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi,
penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ - organ, serta menghasilkan energi (Wardah, 2017)

e. Psikologis Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan


perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal , kadar estrogen, progesteron,
prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen
yang rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas
enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan
baik nor adrenalin maupun serotinin yang memberikan efek pada suasana
hati dan kejadian depresi pada ibu post pastum.

f. Faktor usia Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas
berkurang.

g. Faktor paritas Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi


proses berlangsungnya involusi uterus (Agustina, Eka; Widia,
Lidia;Meihartati, 2016)

4. Perubahan normal pada uterus selama post partum.

5
Gambar 2.1. Tinggi fundus uteri masa nifas (Ginting et al., 2020)

Involusi dapat diamati dari luar dengan memeriksa fundus uteri sebagai
berikut : Segera setelah melahirkan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.
Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1cm dibawah pusat. Pada
hari ke 3 - 4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 – 7 tinggi fundus
uteri setengah pusat sampai simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi:

6
a. Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada
diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen atau bergeser kesalah satu sisi.
b. Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU
pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau
bawah .
c. Penentuan konsistensi uterus Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus
keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan , terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masase pada uterus
(Icesmi, 2015)

Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut


subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan
normal atau terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik,akan
mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri
subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya : tidak secara
progresif dalam pengembalian ukuran uterus , uterus teraba lunak dan
kontraksinya buruk , sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten ,
pervagina abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, persisten, dan
berbau busuk (Lisnawaty et al., 2015)

5. Sub Involusi Uteri

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal


involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga
proses  pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan
saluran reproduktif,kadang lebih  banyak mengarah secara spesifik pada
kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery).
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi  pada
masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
Subinvolusi adalah kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan tidak hamil.
Penyebab paling umum adalah infeksi plasenta. (Lowdermilk, perry. 2006).
Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk seperti
sebelum hamil yang tidak sempurna (Adelle Pillitteri, 2002).
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,
dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan
pascapartum. (Barbara, 2004) Istilah ini menunjukkan keadaan terhentinyaatau
retardasi dalam proses involusi. Ini diikuti oleh memanjangnya pengeluaran lokia
dan perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan, yang terkadang sangat

7
banyak jumlahnya. Pada  pemeriksaan bimanual, uterus menjadi lebih besar dan
lebih lunak daripada seharusnya. Baik retensi sisa plasenta maupun infeksi pelvis
dapat menyebabkan subinvolusi. Ergonovine atau methylergonovine
(methergine), 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 48 jam, direkomendasikan
oleh beberapa kalangan untuk subinvolusi, namun mamfaatnya masih
dipertanyakan. Disisi lain metritis bacterial  berespons terhadap terapi antibiotic
oral. Wager dkk (1980) melaporkan bahwa hamper sepertiga kasus infeksi uterus
pascapartum lanjut disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Jadi, terapi
azithromycin atau doxycycline merupakan terapi empiris yang sesuai. Andrew
dkk (1989) meneliti 25 kasus perdarahan antara ke-7 dan ke-40  pascapartum yang
disebabkan oleh arteri uteroplasenta yang tidak berinvolusi. Arteri abnormal ini
diisi oleh thrombus dan tidak memiliki lapisan endothelial. Trofoblas perivaskular
juga ditemukan di dinding pembuluh darah ini. Mereka menyatakan bahwa
subinvolusi, setidaknya pada pembuluh plasenta, dapat menunjukkan interaksi
yang menyimpang antara sel uterus dan trofoblas.
2. Faktor Penyebab Subinvolusi
1. Status gizi ibu nifas buruk ( kurang gizi)
2. Ibu tidak menyusui bayinya
3. Kurang mobilisasi
4. Usia
5. Parietas
6. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Involusi uterus adalah pengecilan yang normal dari suatu organ yang
memenuhi fungsinya,misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan .Pengukuran
involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri,dan juga dengan
pengeluaran lokia (cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas).Teknik pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi,yaitu
dengan mengumpulkan uterus,setelah itu diraba dan diukur dengan jari sebagai
jarak uterus antara pusat sampai simpisis.

B. SARAN
Perlu adanya penelitian lanjutan terkait factor lainnya yang berhubungan
dengan penurunan tinggi fundus uteri yaitu usia,paritas,senam nifas dan asupan
vitamin dan motivasi yang dapat dilakukan oleh bidan kepada ibu bersalin agar
mau dan mampu menyusukan bayinya setelah satu jam melahirkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Eka; Widia, Lidia;Meihartati, T. (2016). Hubungan Antara Inisiasi


Menyusui Dini Dengan Involusi Uterus Pada Ibu 2 Jam Post Partum Di
Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Tanah Bumbu. Darul Azhar, 1(1), 30–36.
Ginting, D. Y., Nirwana, S., Sara, A. M., & Tarigan, L. (2020). PENGARUH
INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA
IBU POSTPARTUM. JURNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK), 2(2), 194–
198.
Icesmi, S. (2015). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. In Nuha Medika.
https://www.mendeley.com/search/?page=6&query=involusi
uterus&sortBy=relevance
ika. (2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Teori Involusi Uteri 1.
Pengertian. Imd, 7–21. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=812
Lisnawaty, Ernawati, & Hasmawati. (2015). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu
Dan Anak Pertiwi Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(5), 565–571.
person. (1995). Volume Intrauterine. Imd, 1–5.
https://id.scribd.com/doc/309265037/Involusi-Uterus
Profil Kesehatan Jawa Timur. (2010). No Title.
http://repository.wima.ac.id/181/2/Bab 1.pdf
Utami, I., Anwar, M., & Kurniawati, H. F. (2016). Pengaruh intra uterine device
(IUD) post plasenta terhadap involusi uterus. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan Aisyiyah, 12(2), 129–134.
Wardah, D. K. R. (2017). LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. N G1P000 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG JOANG KOTA BALIKPAPAN.

10
LAMPIRAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS


Jl. Raya JompoKulon, Sokaraja, Banyumas 53181
Telp. / Fax. (0281) 659681

Checklist pendidikan kesehatan (Penkes) Involusi


Uterus

PETUNJUK :
Berikan nilai kinerja disetiap yang diamati dengan menggunakan skala penilaian
sebagai berikut :
0 : Tidak dikerjakan (langkah/ kegiatan yang seharusnya dilakukan tidak
dilakukan).
1 : Mampu dan cukup trampil (langkah/prosedur dilakukan dengan baik
dan benar serta urutan sesuai, tetapi kemajuan langkah demi langkah
belum dilakukan dengan efisien).
2 : Mahir/sangat trampil (langkah prosedur dilakukan dengan baik, benar
dan urutan sesuai, serta waktu yang digunakan pada setiap langkah
efisien).

SKOR/MAHASISWA
NO BUTIR YANG DINILAI BOBOT 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1
0
A. TAHAP PRA INTERAKSI
1. Mengecek program terapi 2
2. Mencuci tangan 6 langkah 3
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 3
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat 2
pasien
B. TAHAP ORIENTASI
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 5
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 5
3. Menanyakan kesiapan dan kerjasama 3
pasien
C. TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi klien, dengan ucapan dan 2
menutup sampiran
2. Menanyakan keluhan klien dengan jelas 5
dan sopan (apa yang dikeluhkan saat ini,

11
sejak kapan)
3. Melakukan apersepsi dengan menanyakan 5
pengetahuan ibu tentang pengertian
involusi uterus.

Menjelaskan faktor yg mempengaruhi 5


4. involusi uterus:
a.Umur
b.Paritas
c.Mobilitas Dini
d.Inisiasi Mobilitas Dini

Menjelaskan cara pengukuran mandiri 5


involusi uterus :
a. Hari ke1 setelah melahirkan tinggi
fundus 2cm dibawah pusat.
b. Hari ke2 setelah persalinan tinggi
5. fundus 1cm dibawah pusat.
c. Hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2cm.
d. Hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah
pusat sampai simpisis.
e. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba.
Melakukan evaluasi : menanyakan apakah 5
sudah jelas/belum dan meminta klien
6. mengulang kembali, teruji memperhatikan
apakah benar/salah serta mengoreksi jika
ada kesalahan.
D TAHAP TERMINASI
1. Membuat kesimpulan 5
2. Berpamitan dengan pasien 2
3. Membereskan dan mengembalikan alat 2
4. Mencuci tangan dengan 6 langkah 3
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
3
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan, tidak gugup,tidak ragu-ragu 5
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 5
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 5
JUMLAH 100
Σ skor = Σ (bobot x skor)
Nilai akhir =  Σ skor
200

12

Anda mungkin juga menyukai