Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENKES INVOLUSI UTERUS

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD DARREL FADHLIL WAFI (19.002)


2. RENI MELINDA (19.041)

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Eko Sari Ajiningtyas M. Kes

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah keperawatan maternitas dengan judul “PENKES INVOLUSI UTERUS”

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita semua mengenai “PENKES INVOLUSI
UTERUS” untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang baik atau benar dalam makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................3
1.1 TUJUAN UMUM..................................................................................3
2.1 TUJUAN KHUSUS...............................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................3
1.1 MANFAAT TEORITIS.........................................................................3
2.1 MANFAAT PRAKTIS..........................................................................4
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
A. KONSEP TEORI INVOLUSI UTERI......................................................4
1. Pengertian......................................................................................................4
B. IBU POST PASTUM................................................................................8
C. MENYUSUI DINI....................................................................................9
D. VARIBEL PENELITIAN.......................................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. KESIMPULAN.......................................................................................13
B. SARAN...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine
yang sangat besar. Hemostatsis pascapartum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium. Hormon yang dilepaskan
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1
sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bias
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, ibu dianjurkan
menyusui bayinya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau permulaan
menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir.
Inisiasi menyusui dini dan pengisapan puting payudara oleh bayi pada
awal masa nifas memperkuat stimulasi pengeluaran oksitosin. Ketika bayi
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior kelenjar
pituitary untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin mempercepat
proses involusi dan meminimalkan kehilangan darah(person, 1995)
Menurut Roesly, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam istilah asing
Early Initiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusui sendiri pada ibunya dalam 1 jam pertama kelahirannya. Melalui
sentuhan, emutan, dan jilatan bayi pada puting susu akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu, gerakan kaki bayi
pada saat merangkak di perut ibu akan membantu masasage uterus untuk
merangsang kontraksi uterus. Efek hormon oksitosin secara bersamaan
memacu sel-sel myometrium pada uterus sehingga membantu pengeluaran
plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan postpartum. Oksitosin juga
akan merangsang hormon lain yang membuat ibu lebih tenang, rileks,
euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya.
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
terakhir tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sebesar 228 per
100.000 Kelahiran Hidup, angka tersebut membuat Indonesia menempati

1
urutan tertinggi di Asia. Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di
Indonesia dalam bidang obstetric adalah perdarahan (45%), infeksi (15%)
dan pre eklampsi (13%). Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur
terakhir pada tahun 2009, Angka Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000
kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa
Timur yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsi (14,01%) dan infeksi
(3,02%) (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2010).
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir dan plasenta
lahir biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Antonia uteri dapat diketahui
dengan palpasi uterus, tinggi fundus uteri masih di atas pusat, uterus
lembek, kontraksi uterus tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggal dalam
kavum uteri dapat diketahui dengan memeriksa kelengkapan plasenta yang
lahir kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap sisa plasenta, sisa selaput
ketuban, atau anak plasenta. Hal ini dapat berguna untuk mengetahui
apakah ada robekan rahim, laserasi serviks dan vagina dapat diketahui
dengan inspekulo. Atonia uteri adalah suatu keadaan diamana uterus gagal
untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-
serat myometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengkapan plasenta(Utami et al., 2016)
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) awal sangat dianjurkan karena
beberapa alasan. ASI yang keluar pertama kali sangat bergizi dan
mengandung antibody yang dapat melindungi bayi baru lahir dari
penyakit. Menyusui seawal mungkin mempengaruhi kesehatan ibu baru
melahirkan yaitu dengan menimbulkan retraksi uterus yang membantu
kehilangan darah setelah persalinan. Dalam jangka yang lama, menyusui
juga memperpanjang jarak kelahiran. Efek menyusui terhadap kembalinya
kesuburan berhubungan dengan lama dan intensitas menyusui
(Departemen Kesehatan, 2002). Menurut hasil penelitian dari Indah
Rahmaningtyas, dkk tahun 2010, perbandingan frekuensi kekuatan
kontraksi uterus setelah pelaksanaan inisiasi menyusui dini mayoritas
keras, ada perbedaan kekuatan kontraksi uterus antara sebelum dan
sesudah melaksanaan inisiasi menyusui dini. Artinya terdapat pengaruh
penerapan Inisiasi Menyusui Dini pada bayi baru lahir dengan terjadinya
kontraksi uterus pada ibu postpartum.
Berdasarkan study awal (24 November 2013) terhadap hasil
wawancara di salah satu BPS (Bidan Praktek Swasta) di daerah Dukuh
Kupang Barat. Diperoleh data bahwa dari 30 ibu nifas yang diwajibkan
untuk melakukan inisiasi menyusui dini hanya sekitar 30% yang berhasil
dan 70% lainnya tidak berhasil. Beberapa penyebabnya antara lain adalah

2
ibu merasa masih takut, geli pada saat bayi mengisap puting susu
khususnya pada ibu primipara, bayi kesulitan untuk menyusu dengan
alasan puting susu ibu terlalu besar, puting yang menyusut ke dalam, dan
bayi mudah kedinginan. Ada perbandingan kekuatan kontraksi uterus
antara ibu yang berhasil dan tidak berhasil dalam program ini. Hal ini
menunjukan bahwa masih rendahnya kesadaran ibu dalam menyusui sejak
dini pada bayinya dikarenakan kurang pemahaman ibu tentang inisiasi
menyusui dini, padahal inisiasi menyusui dini sangat bermanfaat bagi ibu
pada masa nifas. Selain memperkuat kontraksi uterus, inisiasi menyusui
dini dapat mempercepat penyembuhan luka sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi. Apabila kejadian infeksi ini dapat dicegah secara dini
maka Angka Kematian Ibu dapat di tekan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan menyadari bahwa pentingnya
kesehatan ibu dan bayi untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik,
penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Involusi Uteri pada ibu postpartum.

C. TUJUAN PENELITIAN
1.1 TUJUAN UMUM
Membuktikan adanya hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini dengan
Involusi Uteri pada ibu postpartum.

2.1 TUJUAN KHUSUS


1. Mengidentifikasi perubahan involusi uteri pada ibu postpartum yang
berhasil melakukan inisiasi menyusui dini.
2. Mengidentifikasi perubahan involusi uteri pada ibu postpartum yang tidak
berhasil melakukan inisiasi menyusui dini.
3. Menganalisa hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan perubahan
involusi uteri.

D. MANFAAT PENELITIAN
1.1 MANFAAT TEORITIS
1. Hasil penelitian ini dapat memberi konstribusi terhadap perkembangan
pelayanan keperawatan di bidang maternitas dan menambah kepustakaan
atau literatur tentang hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan involusi
uteri pada ibu postpartum.

3
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan teori
selanjutnya serta dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya tentang Inisiasi Menyusui Dini.

2.1 MANFAAT PRAKTIS


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit, Bidan
Praktek Swasta, Klinik Bersalin dan Puskesmas dalam penerapan Inisiasi
Menyusui Dini untuk mempercepat involusi uteri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IBU POST PASTUM

Merupakan perempuan yang mengalami masa pulih kembali dalam waktu


empatpuluh hari, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil ( Bobak dkk,2004). Masa nifas ( puerperium ) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Perempuan yang melalui periode puerperium disebut puerpera. Puerperium
berlangung selama 6 minggu atau 42 hari ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 ).
1. Lochea

Merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung


darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea
mempunyai reaksi basa/alkhalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat darip ada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau amis/ anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda - beda pada setiap wanita. Lochea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.

2. Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :

4
a. Lochea Rubra / Merah ( Kruenta ). Lochea ini muncul pada hari 1 sampai
hari ke 4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,dinding rahim, lemak bayi,
lanugo, dan mekonium.

b. Lochea Sanguilenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan


berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.

c. Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena


mengandung serum, leukosit dan laserasi plasenta. Muncul pada hari kr 7
sampai hari ke 14 post partum.

d. selama 2 sampai 6 minggu postpartum ( Doengoes,2001).

B. KONSEP TEORI INVOLUSI UTERI

1. Pengertian

Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan


berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa
yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan
puerperium(ika, 2004)

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus


kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus(Ginting et al., 2020)

2. Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah,kira-kira 2 cm


dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada
saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan
16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron
bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, peningkatan
jumlah sel- sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan

5
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma
sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan
fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b. Atofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi endomaterium yang baru.
c. Efek Oksitoksin ( Kontraksi ) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksitoksin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka implantasi.
d. Plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam
pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini.Suntikan oksitoksin biasanya diberikan
secara intravena atau intramuskuler segera setelah kepala bayi
lahir.Pemberian ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan
oksitoksin karena isapan bayi pada payudara (Ginting et al., 2020)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya :

a. Senam nifas merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang
menjalani masa nifas. Tujuan senam : mempercepat pemulihan kondisi
tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin
terjadiselama masa nifas, memperkuat otot perut,otot dasar panggul, dan
memmemperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu memperlancar
terjadinya proses Involusi uteri.
b. Mobilisasi dini ibu post partum Merupakan suatu gerakan yang dilakukan
bertujuan untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring , miring-miring,
duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa jam melahirkan. Tujuan
mem perlancar pengeluaran lochea ( sisa darah nifas ), mempercepat
involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan,
memperlancar peredaran sirkulasi darah .

6
c. Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya Proses
involusi uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera
setelah melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi
pada otot polos uterus.

d. Gizi Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang


dikonsumsi, secara normal melalui proses digesti, transportasi,
penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ - organ, serta menghasilkan energi (Wardah, 2017)

e. Psikologis Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan


perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran
bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal , kadar estrogen, progesteron,
prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kadar estrogen
yang rendah pada ibu post partum memberikan efek supresi pada aktifitas
enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan
baik nor adrenalin maupun serotinin yang memberikan efek pada suasana
hati dan kejadian depresi pada ibu post pastum.

f. Faktor usia Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas
berkurang.

g. Faktor paritas Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi


proses berlangsungnya involusi uterus (Agustina, Eka; Widia,
Lidia;Meihartati, 2016)

4. Perubahan normal pada uterus selama post partum.

7
Gambar 2.1. Tinggi fundus uteri masa nifas (Ginting et al., 2020)

Involusi dapat diamati dari luar dengan memeriksa fundus uteri sebagai
berikut : Segera setelah melahirkan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.
Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1cm dibawah pusat. Pada
hari ke 3 - 4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5 – 7 tinggi fundus
uteri setengah pusat sampai simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi:

8
a. Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada
diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada pada garis tengah
abdomen atau bergeser kesalah satu sisi.
b. Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU
pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau
bawah .
c. Penentuan konsistensi uterus Ada dua ciri konsistensi uterus yaitu uterus
keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilekukkan , terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masase pada uterus
(Icesmi, 2015)

Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi disebut


subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa
plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan
normal atau terhambat , bila subinvolusi uterus tidak ditangani dengan baik,akan
mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau postpartum haemorrhage. Ciri-ciri
subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya : tidak secara
progresif dalam pengembalian ukuran uterus , uterus teraba lunak dan
kontraksinya buruk , sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang persisten ,
pervagina abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, persisten, dan
berbau busuk (Lisnawaty et al., 2015)

5. Sub Involusi Uteri

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal


involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga
proses  pengecilan uterus terhambat. Subinvolusi merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan
saluran reproduktif,kadang lebih  banyak mengarah secara spesifik pada
kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya.(Varney’s Midwivery).
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi  pada
masa nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif.
Subinvolusi adalah kegagalan rahim untuk kembali ke keadaan tidak hamil.
Penyebab paling umum adalah infeksi plasenta. (Lowdermilk, perry. 2006).
Subinvolusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk seperti
sebelum hamil yang tidak sempurna (Adelle Pillitteri, 2002).
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,
dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab umum perdarahan
pascapartum. (Barbara, 2004) Istilah ini menunjukkan keadaan terhentinyaatau
retardasi dalam proses involusi. Ini diikuti oleh memanjangnya pengeluaran lokia
dan perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan, yang terkadang sangat

9
banyak jumlahnya. Pada  pemeriksaan bimanual, uterus menjadi lebih besar dan
lebih lunak daripada seharusnya. Baik retensi sisa plasenta maupun infeksi pelvis
dapat menyebabkan subinvolusi. Ergonovine atau methylergonovine
(methergine), 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 48 jam, direkomendasikan
oleh beberapa kalangan untuk subinvolusi, namun mamfaatnya masih
dipertanyakan. Disisi lain metritis bacterial  berespons terhadap terapi antibiotic
oral. Wager dkk (1980) melaporkan bahwa hamper sepertiga kasus infeksi uterus
pascapartum lanjut disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Jadi, terapi
azithromycin atau doxycycline merupakan terapi empiris yang sesuai. Andrew
dkk (1989) meneliti 25 kasus perdarahan antara ke-7 dan ke-40  pascapartum yang
disebabkan oleh arteri uteroplasenta yang tidak berinvolusi. Arteri abnormal ini
diisi oleh thrombus dan tidak memiliki lapisan endothelial. Trofoblas perivaskular
juga ditemukan di dinding pembuluh darah ini. Mereka menyatakan bahwa
subinvolusi, setidaknya pada pembuluh plasenta, dapat menunjukkan interaksi
yang menyimpang antara sel uterus dan trofoblas.
2. Faktor Penyebab Subinvolusi
1. Status gizi ibu nifas buruk ( kurang gizi)
2. Ibu tidak menyusui bayinya
3. Kurang mobilisasi
4. Usia
5. Parietas
6. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Involusi uterus adalah pengecilan yang normal dari suatu organ yang
memenuhi fungsinya,misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan .Pengukuran
involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri,dan juga dengan
pengeluaran lokia (cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas).Teknik pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi,yaitu
dengan mengumpulkan uterus,setelah itu diraba dan diukur dengan jari sebagai
jarak uterus antara pusat sampai simpisis.

B. SARAN
Perlu adanya penelitian lanjutan terkait factor lainnya yang berhubungan
dengan penurunan tinggi fundus uteri yaitu usia,paritas,senam nifas dan asupan
vitamin dan motivasi yang dapat dilakukan oleh bidan kepada ibu bersalin agar
mau dan mampu menyusukan bayinya setelah satu jam melahirkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Eka; Widia, Lidia;Meihartati, T. (2016). Hubungan Antara Inisiasi


Menyusui Dini Dengan Involusi Uterus Pada Ibu 2 Jam Post Partum Di
Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Tanah Bumbu. Darul Azhar, 1(1), 30–36.
Ginting, D. Y., Nirwana, S., Sara, A. M., & Tarigan, L. (2020). PENGARUH
INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA
IBU POSTPARTUM. JURNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK), 2(2), 194–
198.
Icesmi, S. (2015). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. In Nuha Medika.
https://www.mendeley.com/search/?page=6&query=involusi
uterus&sortBy=relevance
ika. (2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Teori Involusi Uteri 1.
Pengertian. Imd, 7–21. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=812
Lisnawaty, Ernawati, & Hasmawati. (2015). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu
Dan Anak Pertiwi Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(5), 565–571.
person. (1995). Volume Intrauterine. Imd, 1–5.
https://id.scribd.com/doc/309265037/Involusi-Uterus
Profil Kesehatan Jawa Timur. (2010). No Title.
http://repository.wima.ac.id/181/2/Bab 1.pdf
Utami, I., Anwar, M., & Kurniawati, H. F. (2016). Pengaruh intra uterine device
(IUD) post plasenta terhadap involusi uterus. Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan Aisyiyah, 12(2), 129–134.
Wardah, D. K. R. (2017). LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. N G1P000 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG JOANG KOTA BALIKPAPAN.

12
LAMPIRAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS


Jl. Raya JompoKulon, Sokaraja, Banyumas 53181
Telp. / Fax. (0281) 659681

Checklist pendidikan kesehatan (Penkes) Involusi


Uterus

PETUNJUK :
Berikan nilai kinerja disetiap yang diamati dengan menggunakan skala penilaian
sebagai berikut :
0 : Tidak dikerjakan (langkah/ kegiatan yang seharusnya dilakukan tidak
dilakukan).
1 : Mampu dan cukup trampil (langkah/prosedur dilakukan dengan baik
dan benar serta urutan sesuai, tetapi kemajuan langkah demi langkah
belum dilakukan dengan efisien).
2 : Mahir/sangat trampil (langkah prosedur dilakukan dengan baik, benar
dan urutan sesuai, serta waktu yang digunakan pada setiap langkah
efisien).

SKOR/MAHASISWA
NO BUTIR YANG DINILAI BOBOT 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1
0
A. TAHAP PRA INTERAKSI
1. Mengecek program terapi 2
2. Mencuci tangan 6 langkah 3
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 3
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat 2
pasien
B. TAHAP ORIENTASI
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 5
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan 5
3. Menanyakan kesiapan dan kerjasama 3
pasien
C. TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi klien, dengan ucapan dan 2
menutup sampiran
2. Menanyakan keluhan klien dengan jelas 5
dan sopan (apa yang dikeluhkan saat ini,

13
sejak kapan)
3. Melakukan apersepsi dengan menanyakan 5
pengetahuan ibu tentang pengertian
involusi uterus.

Menjelaskan faktor yg mempengaruhi 5


4. involusi uterus:
a.Umur
b.Paritas
c.Mobilitas Dini
d.Inisiasi Mobilitas Dini

Menjelaskan cara pengukuran mandiri 5


involusi uterus :
a. Hari ke1 setelah melahirkan tinggi
fundus 2cm dibawah pusat.
b. Hari ke2 setelah persalinan tinggi
5. fundus 1cm dibawah pusat.
c. Hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2cm.
d. Hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah
pusat sampai simpisis.
e. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak
teraba.
Melakukan evaluasi : menanyakan apakah 5
sudah jelas/belum dan meminta klien
6. mengulang kembali, teruji memperhatikan
apakah benar/salah serta mengoreksi jika
ada kesalahan.
D TAHAP TERMINASI
1. Membuat kesimpulan 5
2. Berpamitan dengan pasien 2
3. Membereskan dan mengembalikan alat 2
4. Mencuci tangan dengan 6 langkah 3
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
3
keperawatan
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan, tidak gugup,tidak ragu-ragu 5
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 5
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 5
JUMLAH 100
Σ skor = Σ (bobot x skor)
Nilai akhir =  Σ skor
200

14

Anda mungkin juga menyukai