Anda di halaman 1dari 17

Tugas : Makalah

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Dosen : Wa Ode Hermawati S.SiT.M.kes

MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA 4

Di Susun Oleh :

Kelompok VII

Ratna Wulansari (2022101012)

Fiani S (2022101026)

Ngisi Ratna Islinda (2022101003)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
BUTON RAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ASUHAN
PADA IBUBERSALIN KALA IV”. Dalam makalah ini penulis merangkum apa itu
asuhan kala IVdan cara penatalaksanaan asuhan kala iv itu sendiri. Penulis sangat
menyadari bahwadalam penyusunan makalah ini penulis memiliki banyak
keterbatasan, sehingga jikapembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan
dengan hati terbuka penulis menerimasalam dan kritik yang membangun. Akhirnya,
penulis ucapkan selamat membaca, semoga kita dapat memanfaatkanmakalah ini
bersama-sama, dengan dasar itikad yang baik untukmengimplementasikannya
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Terima Kasih.

Baubau, November 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
A. Latar belakang ........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB 2 Pembahasan.............................................................................................2
A. Fisiologi kala IV......................................................................................2
B. Evaluasi uterus konsistensi,atonia...........................................................2
C. Pemeriksaan servik,vagina dan perineum...............................................2
D. Pemantauan dan evaluasi lanjut...............................................................3
1. Tanda vital.........................................................................................3
2. Kontraksi uterus.................................................................................4
3. Lochea...............................................................................................4
4. Kandung kemih.................................................................................5
5. Perineum............................................................................................5
E. Perkiraan darah yang hilang....................................................................6
F. Penatalaksanaan.......................................................................................7
1. Pemantauan Kala IV..........................................................................7
2. Penilaian Klinik.................................................................................8
3. Diagnosis...........................................................................................9
4. Tindakan yang dilakukan bahaya kala IV.......................................10
BAB 3 PENUTUP............................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

III
I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu
masihmembutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan
terjadi pendarahan.Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat
proses persalinan terkadangharus dilakukan episiotomi misalnya kepala
bayi terlalu besar atau mencegah rupturperineum totalis. Oleh karena itu
kala IV penderita belum boleh dipindahkan kekamarnyadan tidak boleh
ditinggalkan bidan. Selama masih dalam proses kala IV ibu berada dalammasa
kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala IV oleh bidan.Pada materi
kali ini akan dibahas mengenai asuhan pada ibu bersalin kala
IV:fisiologi kala IV, evaluasi uterus, konsitensi dan atonia, pemerikasaan
serviks, vagina danperineum, melakukan penjahitan episiotomi/laterasi serta
pemantauan kala IV.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dilakukan pada saat memberikan asuhan ibu bersalin kala IV?
2. Apa saja yang dilakukan pada saat pemantauan kala IV?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat
memberikanasuhan pada ibu bersalin kala IV
2. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang dilakukan pada saat
pemantauan kala IV

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Kala IV

Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam


sesudahnya,adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
sampai uterus kembalidalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan
rangsangan taktil (masase) untukmerangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telahlahir lengkap dan tidak ada yang
tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benardijamin tidak terjadi
perdarahan lanjut (Sumarah, 2008).

B. Evaluasi uterus: konsistensi, atonia

Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk


mencegahterjadinya perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal.
Kontraksi uterus yangtak kuat dan terus menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri yang dapatmengganggu keselamatan ibu. Untuk
itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaranplasenta sangat penting untuk
diperhatikan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapatdilakukan dengan
masase agar tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengankuat. Kalau
dengan usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat
diberikanoksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam
sambil mengamatiterjadinya perdarahan post partum.

C. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum

Hal ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya robekan)


yang dapatdiketahui dari adanya perdarahan pasca persalinan, plasenta yang
lahir lengkap sertaadanya kontraksi uterus. Segera setelah kelahiran bayi, servik
dan vagina harus diperiksa secara menyeluruhuntuk mencari ada tidaknya laserasi

2
dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalaudiperlukan. Servik, vagina dan
perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasanplasenta karena tidak
ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.Pelepasan
plasenta biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II. Memijat
fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak dianjurkan
karenadapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam sirkulasi
ibu. Setelahkelahiran plasenta perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan
rahim yang dapatberasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang
mengurangi perdarahan inidapat dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan
oksitosin. Dua puluh unit oksitosinrutin ditambahkan pada infus intravena setelah
bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksauntuk memastikan kelengkapannya.
Kalau pasien menghadapi perdarahanmasa nifas (misalnya karena anemia,
pemanjangan masa augmentasi, oksitosinpada persalinan, kehamilan kembar
atau hidramnion) dapat diperlukan pembuanganplasenta secara manual,
eksplorasi uterus secara manual atau kedua-duanya.

D. Pemantauan dan evaluasi lanjut


1. Tanda Vital
Pemantauan tanda-tanda vital pada persalinan kala IV antara lain:
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genitalia lainnya.
c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.
d. Kandung kencing harus kosong.
e. Luka-luka pada perineum harus terawat dengan baik dan tidak terjadi
hematoma.
f. Bayi dalam keadaan baik.
g. Ibu dalam keadaan baik.
Pemantauan tekanan darah pada ibu pasca persalinan digunakan
untukmemastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak

3
mengeluarkan darah.Adapun gejala syok yang diperhatikan antara lain: nadi
cepat, lemah (110 kali/menitatau lebih), tekanan rendah (sistolik kurang dari
90 mmHg, pucat, berkeringat ataudingin, kulit lembab,nafas cepat
(lebih dari 30 kali/menit), cemas, kesadaranmenurun atau tidak sadar
serta produksi urin sedikit sehingga produksi urin menjadipekat, dan suhu
yang tinggi perlu diwaspadai juga kemungkinan terjadinya infeksidan perlu
penanganan lebih lanjut.

2. Kontraksi uterus
Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam
asuhan kalaIV persalinandan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta
lahir yang berguna untukmemantau terjadinya perdarahan. Kalau
kontraksi uterus baik dan kuat kemungkinan erjadinya perdarahan sangat
kecil. Pasca melahirkan perlu dilakukan pengamatansecara seksama
mengenai ada tidaknya kontraksi uterus yang diketahui
denganmeraba bagian perut ibu serta perlu diamati apakah tinggi fundus
uterus telah turundari pusat, karena saat kelahiran tinggi fundus uterus telah
berada 1-2 jari dibawahpusat dan terletak agak sebelah kanan sampai
akhirnya hilang dihari ke-10 kelahiran.

3. Lochea
Melalui proses katabolisme jaringan, berat uterus dengan cepat
menurun darisekitar 1000gr pada saat kelahiran menjadi sekitar
50gr pada saat 30 minggumasa nifas. Serviks juga kahilangan
elastisitasnya dan menjadi kaku sepertisebelum kehamilan. Selama
beberapa hari pertama setelah kelahiran sekret rahim(lochea) tampak
merah (lochea rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4hari lochea
menjadi lebih pucat (lochea serosa) dan di hari ke-10 lochea tampakputih

4
atau putih kekuningan (lochea alba). Lochea yang berbau busuk diduga
adanyasuatu di endometriosis.

4. Kandung Kemih
Pada saat setelah plasenta keluar kandung kencing harus diusahakan
kosongagar uterus dapat berkontraksi dengan kuat yang berguna
untuk menghambatterjadinya perdarahan lanjut yang berakibat fatal
bagi ibu. Jika kandung kemihpenuh, bantu ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya dan ibu dianjurkan untukselalu mengosongkannya
jika diperlukan, dan ingatkan kemungkinan keinginanberkemih
berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak
dapatberkemih,bantu dengan menyiramkan air bersih dan hangat pada
perineumnya ataumasukkan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk
merangsang keinginan berkemihscara spontan. Kalau upaya tersebut tidak
berhasil dan ibu tidak dapat berkemihsecara spontan maka perlu dan
dapat dipalpasi maka perlu dilakukan kateterisasisecara aseptik dengan
memasukkan kateter Nelaton DTT atau steril untukmengosongkan
kandung kemih ibu, setelah kosong segera lakukan masase
padafundus untuk menmbantu uterus berkontraksi dengan baik.

5. Perineum
Terjadinya laserasi atau robekan perineum dan vagina dapat
diklarifikasikanberdasarkan luas robekan. Robekan perineum hampir
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Hal inidapat dihindarkan atau dikurangi dengan cara
menjaga jangan sampai dasar pangguldilalui oleh kepala janin dengan
cepat. Sebaliknya kepala janin akan lahir janganditekan terlalu kuat dan
lama. Apabila hanya kulit perineum dan mulosa vagina yang
robek dinamakanrobekan perineum tingkat satu pada robekan tingkat dua

5
dinding belakang vaginadan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot
diafragma urogenetalis pada garismenghubungkan otot-otot diafragma
urogenitalis pada garis tengah terluka. Sedangpada tingkat tiga atau
robekan total muskulus sfringter ani ekstrium ikut terputus dankadang-
kadang dinding depan rektum ikut robek pula. Jarang sekali terjadi
robekanyang mulai pada dinding belakang vagina diatas introitus vagina
dan anak dilahirkanmelalui robekan itu, sedangkan perineum sebelah
depan tetap utuh (robekanperineum sentral). Pada persalinan sulit
disamping robekan perineum yang dapatdilihat, dapat pula terjadi
kerusakan dan keregangan muskulus puborektalis kanandan kiri serta
hubungannya di garis tengah. Robekan perineum yang
melebihirobekan tingkat satu harus dijahit, hal ini dapat dilakukan sebelum
plasenta lahirtetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan
secara manual lebih baiktindakan itu ditunda sampai plasenta lahir.
Perlu diperhatikan bahwa setelahmelahirkan kandung kemih ibu
harus dalam keadaan kosong, hal ini untukmembantu uterus agar
berkontraksi dengan kuat dan normal dan kalau perlu untukmengosongkan
kandung kemih perlu dilakukan dengan kateterisasi aseptik.

E. Perkiraan darah yang hilang


Perkiraan darah yang hilang sangat penting untuk keselamatan ibu,
namun untukmenentukan banyaknya darah yang hilang sangatlah sulit
karena sering kali bercampurcairan ketuban atau urin dan mungkin terserap
kain, handuk atau sarung. Sulitnya menilaikehilangan darah secara akurat
melalui perhitungan jumlah sarung, karena ukuran sarungbermacam-macam
dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah olehdarah.
Mengumpulkan darah dengan wadah atau pispot yang diletakkan dibawah
bokongibu bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan dan
bukan cerminan asuhansayang ibu karena berbaring diatas wadah

6
atau pispot sangat tidak nyaman danmenyulitkan ibu untuk
memegang dan menyusui bayinya. Cara yang baik
untukmemperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan
botol 500 ml yangdigunakan untuk menampung darah dan dinilai berapa
botol darah yang telah digunakan untuk menampung darah, kalau setengah
berarti 250 ml dan kalau 2 botol sama dengan 1liter. Dan ini merupakan
salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tak langsunguntuk mengukur
jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan
tekanandarah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun
serta tekanan darahsistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahanlebih dari 500ml. Kalau ibu
mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kahilangandarah 50% dari
total darah ibu (2000-2500 ml). Perdarahan pasca persalinan
sangatpenting untuk diperhatikan karena sangat berhubungan erat dengan
kondisi kesehatan ibu.Akibat banyaknya darah yang hilang dapat
menyebabkan kematian ibu. Perdarahanterjadi karena kontraksi
uterusyang tidak kuat dan baik, sehingga tidak mampu menjepitpembuluh
darah yang ada disekitarnya akibatnya perdarahan tak dapat
berhenti.Perdarahan juga dapat disebabkan karena adanya robekan
perineum, serviks bahkanvagina dan untuk menghentikan perdarahannya
maka harus dilakukan penjahitan.

F. PENATALAKSANAAN
1. Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa
post partum.Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya
kematian ibu akibat perdarahan.Kematian ibu pasca persalinan
biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal inidisebabkan
oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama

7
kala IV,pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir
dan 30 menit keduasetelah persalinan. Setelah plasenta lahir, berikan
asuhan yang berupa :
1) Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang
kontraksi uterus.
2) Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan
Anda secaramelintang antara pusat dan fundus uteri.
Fundus uteri harus sejajar denganpusat atau dibawah
pusat.
3) Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4) Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari
laserasi atau lukaepisiotomi).
5) Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6) Pendokumentasian

2. Penilaian Klinik Kala IV

NO Penilaian

Fundus dan kontraksi Rangsangan taktil uterus


uterus dilakukan untuk merangsang
terjadinya kontraksi uterus yang
1. baik. Dalam hal ini sangat
penting diperhatikan tingginya
fundus uteri dan kontraksi
uterus
2. Pengeluaran pervaginam Pendarahan: Untuk mengetahui
apakah jumlah pendarahan
yang terjadi normal atau tidak.
Batas normal pendarahan

8
adalah 100-300 ml.
Plasenta dan selaput Periksa kelengkapannya untuk
ketuban memastikan ada tidaknya
3.
bagian yang tersisa dalam
uterus.
Kandung kencing Yakinkan bahwa kandung
4. kencing kosong. Hal ini untuk
membantu involusio uteri
Perineum Periksa ada tidaknya luka /
5. robekan pada perineum dan
vagina
Kondisi Ibu Periksa vital sign, asupan
6.
makan dan minum.
Kondisi Bayi Baru Lahir Apakah bernafas dengan baik?
7. Apakah bayi merasa hangat?
Bagaimana pemberian ASI?

3. Diagnosis

No. Kategori Keterangan


1. Involusi normal Tonus uterus tetap
berkontraksi.Posisi
TFU sejajar atau dibawah
pusat.
Perdarahan dalam batas normal
(100-300ml).
Cairan – tidak berbau
2. Kala IV dengan penyulit Sub involusi kontraksi uterus
lemah, TFU diatas pusat.

9
Perdarahan atonia, laserasi,
sisa plasenta / selaput ketuban.

4. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV


Tindakan Baik:
1) Mengikat tali pusat;
2) Memeriksa tinggi fundus uteri;
3) Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
4) Membersihkan ibu dari kotoran;
5) Memberikan cukup istirahat;
6) Menyusui segera;
7) Membantu ibu ke kamar mandi;
8) Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus
dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:

1) Tampon vagina menyebabkan sumber infeksi.


2) Pemakaian gurita menyulitkan memeriksa fundus apakah
berkontraksi dengan baik.
3) Memisahkan ibu dan bayi.
4) Menduduki sesuatu yang panas menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah
perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
5. Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga
tentang tanda bahaya :
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3. Bekuan darah banyak.

10
4. Bau busuk dari vagina.
5. Pusing.
6. Lemas luar biasa.
7. Kesulitan dalam menyusui.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus
biasa

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam


sesudahnya,adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai
uterus kembalidalam bentuk normal.Kontraksi uterus yang tak kuat dan
terus menerus dapatmenyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu
keselamatan ibu.Segerasetelah kelahiran bayi, servik dan vagina harus diperiksa
secara menyeluruh untukmencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan
perbaikan lewat pembedahan kalaudiperlukan.

Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum


pelepasanplasenta karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan
ketika itu.Pemantauan dan evaluasi lanjut meliputi: tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, lochea,kandung kemih dan perineum. Perkiraan darah yang hilang
sangat penting untukkeselamatan ibu, namun untuk menentukan banyaknya darah
yang hilang sangatlahsulit karena sering kali bercampur cairan ketuban atau urin dan
mungkin terserap kain,handuk atau sarung.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/asuhan-kebidanan-pada-
kala-iv.html#ixzz31pFzbRIZ9

http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/asuhan-kebidanan-
ii-%E2%80%99%E2%80%99-fisiologi-kala-iv-%E2%80%9D/

13

Anda mungkin juga menyukai